Anda di halaman 1dari 13

CAMPURAN BINER

I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan kita mampu :
Mengetahui dan dapat membuktikan bahwa campuran dua buah (atau lebih) zat
cair yang saling melarut dapat membentuk campuran azeotropik atau zeotropik.

II. PERINCIAN KERJA


Menentukan berat jenis etanol dan air
Menentukan berat jenis campuran

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
Labu destilasi 500 ml + alas labu 1 buah
Adaptor lurus 1 buah
Kolom fraksionasi 1 buah
Kondensor liebeg 2 buah
Gelas kimia 1000 ml + 250 ml + 100 ml + 400 ml (1+2+2+1) buah
Pipet volume 10 ml 1 buah
Pipet ukur 10 ml 1 buah
Labu takar 2 buah
Tabung reaksi berskala 3 buah
Labu semprot 1 buah
Corong kaca 1 buah
Termometer asah 2 buah
Gelas ukur 250 ml + 100 ml 1 + 1 buah
Erlenmeyer 4 buah
Bola isap 1 buah
Adaptor liebeg 1 buah
b. Bahan
Etanol
Aquadest
IV. DASAR TEORI
A. Ethanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol
saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak
berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat
ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern.Etanol adalah
salah satu obat rekreasi yang paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C 2H5OH
dan rumus empiris C2H6O.Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter.
Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari
gugus etil (C2H5).
Rumus molekul : C2H5OH
Massa molar : 46,07 g/mol
Penampilan : cairan tak berwarna
Densitas : 0,789 g/cm3
Titik lebur : 114,3 C
Titik didih : 78,4 C
Kelarutan dalam air : tercampur penuh
Keasaman (pKa) : 15,9
Viskositas : 1,200 cP (20 C)
Momen dipol : 1,69 D (gas)

B. Azeotrop
Azeotrop merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi tertentu
dimana komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi biasa.
Ketika campuran azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki
komposisi yang sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering
disebut juga constant boiling mixture karena komposisinya yang senantiasa
tetap jika campuran tersebut dididihkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan

ilustrasi berikut :
Titik A pada pada kurva merupakan boiling point campuran pada kondisi
sebelum mencapai azeotrop.Campuran kemudian dididihkan dan uapnya
dipisahkan dari sistem kesetimbangan uap cair (titik B).Uap ini kemudian
didinginkan dan terkondensasi (titik C).Kondensat kemudian dididihkan,
didinginkan, dan seterusnya hingga mencapai titik azeotrop. Pada titik azeotrop,
proses tidak dapat diteruskan karena komposisi campuran akan selalu tetap.
Pada gambar di atas, titik azeotrop digambarkan sebagai pertemuan antara
kurva saturated vapor dan saturated liquid. (ditandai dengan garis vertikal
putus-putus)
Secara logis, hasil distilasi biasa tidak akan pernah bisa melebihi komposisi
azeotropnya. Lalu, adakah trik engineering tertentu yang dapat dilakukan untuk
mengakali keadaan alamiah tersebut? Nah, kita akan membahas contoh kasus
pemisahan campuran azeotrop propanol-ethyl acetate.

PFD Diagram: Simulasi distilasi biner campuran azeotrop propanol-ethyl


acetate dengan menggunakan HYSYS.

Dalam pemisahan campuran propanol-athyl acetate, digunakan metode


pressure swing distillation.Prinsip yang digunakan pada metode ini yaitu pada
tekanan yang berbeda, komposisi azeotrop suatu campuran akan berbeda
pula.Berdasarkan prinsip tersebut, distilasi dilakukan bertahap menggunakan 2
kolom distilasi yang beroperasi pada tekanan yang berbeda.Kolom distilasi
pertama memiliki tekanan operasi yang lebih tinggi dari kolom distilasi
kedua.Produk bawah kolom pertama menghasilkan ethyl acetate murni
sedangkan produk atasnya ialah campuran propanol-ethyl acetate yang
komposisinya mendekati komposisi azeotropnya.Produk atas kolom pertama
tersebut kemudian didistilasi kembali pada kolom yang bertekanan lebih rendah
(kolom kedua).Produk bawah kolom kedua menghasilkan propanol murni
sedangkan produk atasnya merupakan campuran propanol-ethyl acetate yang
komposisinya mendekati komposisi azeotropnya.Berikut ini gambar kurva
kesetimbangan uap cair campuran propanol-ethyl acetate pada tekanan tinggi
dan rendah.

Dari gambar pertama dapat dilihat bahwa feed masuk kolom pada temperatur
108,2 C dengan komposisi propanol 0,33. Pada kolom pertama (P=2,8 atm),
komposisi azeotrop yaitu sebesar 0,5 sehingga distilat yang diperoleh berkisar
pada nilai tersebut sedangkan bottom yang diperoleh berupa ethyl acetate
murni.

Untuk memperoleh propanol murni, distilat kemudian didistilasi lagi pada kolom
kedua (P=1,25 atm). Distilat ini memasuki kolom kedua pada temperatur 82,6
C. Komposisi azeotrop pada kolom kedua yaitu 0,38 sehingga kandungan
propanol pada distilat berkisar pada nilai tersebut. Bottom yang diperoleh pada
kolom kedua ini berupa propanol murni.Bila diperhatikan, titik azeotrop
campuran bergeser dari 0,5%-mol propanol menjadi 0,38%-mol propanol.
(Temperatur operasi berubah. karena tekanan berubah, maka temperatur dan
komposisi juga berubah)
V. PROSEDUR KERJA
Menyiapkan alat dan bahan yang hendak digunakan dan mencuci hingga bersih.
Menimbang kosong tabung reaksi berskala (2 buah), lalu mencatat masing-
masing bobotnya.
Membuat campuran antara etanol dan air dengan konsentrasi 15%, 25%, 50%,
75%, 85% dan 100%. Dengan perbandingan :

Konsentrasi ( % ) Etanol ( ml ) Aquadet ( ml )


15 % 0,75 4,25
25 % 1,25 3,75
50 % 2,5 2,5
75 % 3,75 1,25
85 % 4,25 0,75
100 % 5 0

Setelah itu dimasukkan kedalam tabung berskala untuk tiap konsentrasi


tersebut, lalu ditimbang.
Sambil diadakan pengisian serta penimbangan, alat destilasi dipasang.
Dimasukkan 150 ml aquadest kedalam labu berleher dua, kemudian ditambakan
dengan 150 ml etanol.
Dinyalakan alat pemanas dan dialirkan air pendingin pada kondensor.
Ditunggu sampai cairan mendidih dan ketika sudah ada cairan yang menetes
pada tabung berskala dicatat volume dan suhu pada saat itu, lalu ditimbang
massanya. Kemudian dicatat kembali volume cairan yang telah menetes dan
suhu setelah lima menit dari tetesan sebelumnya lalu ditimbang dan begitu
seterusnya.
Dihentikan proses ini setelah cairan dalam labu hampir habis.

VI. DATA PENGAMATAN


Massa tabung berskala ( 1 ) : 21,25 g
Massa tabung berskala ( 2 ) : 19,65 g
Waktu Volume
No. Suhu (C) Berat (g)
(menit) (ml)
1. 0 86 0 0
2. 5 88 25,2 19,52
3. 10 89 115,7 89,57
4. 15 98 157,4 123,71
5. 20 104 191,3 150,23
6. 25 121 212,5 169,15
7. 30 128 234,5 188,77
8. 35 135 254,4 207,53
9. 40 145 276,2 235,74
10. 45 151 292,5 251,65
Konsentras Massanya (
i(%) gram )
15 8,72

25 8,39

50 8,18

75 7,83

85 7,47

100 7,16
VII. PERHITUNGAN
Konsentrasi 15 %
massa
BJ = Volume

8,72 g
= 5 ml
g
= 1,744 ml

Konsentrasi 25 %
massa
BJ = Volume

8,39 g
= 5 ml
g
= 1,678 ml

Konsentrasi 50 %
massa
BJ = Volume

8,18 g
= 5 ml
g
= 1,636 ml

Konsentrasi 75 %
massa
BJ = Volume

7,83 g
= 5 ml
g
= 1,566 ml

Konsentrasi 85 %
massa
BJ = Volume

7,47 g
= 5 ml
g
= 1,494 ml

Konsentrasi 100 %
massa
BJ = Volume

7,16 g
= 5 ml
g
= 1,432 ml
Kurva Konsentrasi Vs Berat Jenis
120
100
80
60
40
20
0
konsentrasi %

92

01

86
4

4
99

49
74

99

00

99
99
1.

1.
9

00

99
99

9
99

00

99
9
99

99

00

99
99

99

00

99
79

59

60

19
67

63

56

43
1.

1.

1.

1.
Berat Jenis

Pada waktu 0 menit dan suhu 86 C


Massa
BJ = Volume

0g
= 0 ml
g
= 0 ml

Pada waktu 5 menit dan suhu 88 C


Massa
BJ = Volume

19,52 g
= 25,2ml
g
= 0,7746 ml

Pada waktu 10 menit dan suhu 89 C


Massa
BJ = Volume

89,57 g
= 115,7 ml
g
= 0,7752 ml
Pada waktu 15 menit dan suhu 98 C
Massa
BJ = Volume

123,71 g
= 157,4 ml
g
= 0,7853 ml

Pada waktu 20 menit dan suhu 104 C


Massa
BJ = Volume

150,23 g
= 191,3 ml
g
= 0,7859 ml

Pada waktu 25 menit dan suhu 121 C


Massa
BJ = Volume

169,15 g
= 212,5 ml
g
= 0,796 ml

Pada waktu 30 menit dan suhu 128 C


Massa
BJ = Volume

188,77 g
= 234,5 ml
g
= 0.8049 ml

Pada waktu 35 menit dan suhu 135 C


Massa
BJ = Volume

207,53 g
= 254,4 ml
g
= 0,8158 ml
Pada waktu 40 menit dan suhu 145 C
Massa
BJ = Volume

235,74 g
= 276,2 ml
g
= 0,8535 ml

Pada waktu 45 menit dan suhu 151 C


Massa
BJ = Volume

251,65 g
= 292,5 ml
g
= 0,8603 ml

kurva waktu vs berat jenis


50
40
30
20
10
0
waktu

berat jenis
kurva suhu vs berat jenis
160
140
120
100
80
60
40
20
0
suhu

bera t jenis

VIII. PEMBAHASAN
Campuran biner adalah campuran yang mengandung dua atau lebih zat yang
dapat melarut dengan baik. Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui dan
membuktikan bahwa campuran dua buah atau lebih zat cair yang saling melarut
dapat membentuk campuran azeotropik, dimana campuran azeotrop adalah
campuran dari dua atau lebih komponen yang memiliki titik didih konstan atau
merupakan campuran 2 atau lebih komponen pada komposisi tertentu dimana
komposisi tersebut tidak bisa berubah hanya melalui distilasi. Ketika campuran
azeotrop dididihkan, fasa uap yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama
dengan fasa cairnya.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu etanol dan aquadest. Praktikum
ini dilalukan dengan 2 percobaan yaitu mula mula membuat campuran antara
etanol dengan aquadest dengan konsentrasi 15%, 25%, 50%, 75%, 85% dan
100% yang masing-masing dimasukkan kedalam tabung berskala dengan volume
antara etanol dan aquadest untuk setiap konsentrasi berbeda yang kemudian
ditimbang dan percobaan yang kedua yaitu membuat campuran antara 150 ml
aquadest dan 150 ml etanol yang dimasukkan kedala labu leher dua lalu
dipanaskan dan diuapkan dengan cara destilasi. Cairan yang memeiliki titik didih
rendah akan lebih mudah menguap dibanding dengan yang memiliki titik didih
tinggi. Dimana pada bahan praktikum ini titik didih etanol yaitu 78,4C
sedangkan titik didih air 100C sehingga etanol akan lebih cepat menguap
dibanding dengan air.
Pada praktikum ini dibuat tiga macam grafik yaitu grafik pengaruh konsentrasi
terhadap berat jenis, pengaruh lama waktu pemanasan terhadap berat jenis dan
pengaruh suhu terhadap berat jenis. Dari grafik yang pertama diperoleh bahwa
konsentrasi larutan berbanding lurus dengan berat jenis. Hal ini disebabkan
karena semakin tinggi konsentrasi dari suatu larutan maka zat yang terkandung
dalam larutan tersebut semakin banyak, atau kekentalan dari suatu zat semakin
besar sehingga nilai berat jenis larutan semakin besar. Grafik yang kedua yaitu
pengaruh lama waktu pemanasan terhadapa berat jenis. Dari hasil grafik ini
diperoleh pula bahwa semakin lama waktu pemnasan suatu larutan maka nilai
berat jenisnya akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin lama
pemanasan dari suatu larutan maka salah satu zat dari campuran yang memiliki
titik didih rendah akan semakin banyak yang menguap dan kandungan zat yang
lain akan semakin tinggi dalam campura sehingga konsentrasi akan semakin tiggi
atau kekentalan zat akan semakin kental maka nilai berat jenis larutan tersebut
semakin besar pula.
Grafik yang ketika yaitu pengaruh suhu terhadap berat jenis, diperoleh bahwa
suhu juga berbanding lurus dengan berat jenis. Semakin tinggi suhu maka
semakin besar pula berat jenisnya. Hal ini masih berkaitan dengan pengaruh
konsentrasi dan lama waktu pemanasan. Semakin lama waktu pemanasan suatu
larutan maka suhu dari larutan akan semakin naik dan zat yang memiliki titik
didih rendah akan menguao lebih banyak dan mengakibatkan zat yang lain
semakin kental atau konsentrasinya akan semakin besar sehingga massa
jenisnyapun akan semakin besar.

IX. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

Anda mungkin juga menyukai