Anda di halaman 1dari 4

FARMASI KOMUNITAS II

Nama/NRP/KP :
Nur Bayti 110115075 E
Denita Rizka Fitriana 110118263 E
Tiara Nindya Kirana 110118273 E
Emilia Alvira Bratamijaya Wu 110118327 E
Radif Helmy 110118368 E
Laras Kusumadianti 110118022 F
Ferry Ranko Soegiarto 110118022 F
Kevin Richard Winardi 110118104 F
Cakra Adi Wicaksono 110118136 F
Ni Putu Winda Puspayanti 110118152 F
1. Diskusikan hambatan keberhasilan seamless care di negara kita dan bagaimana
cara mengatasinya!

Yang menjadi hambatan keberhasilan seamless care di negara kita adalah

- Apoteker rumah sakit semakin banyak memberikan saran obat, mulai dari
resep, berkontribusi untuk kelangsungan perawatan, dan secara aktif terlibat
dalam perencanaan pulang.
- Di apotek, Apoteker dapat menyediakan lebih banyak waktu untuk memastikan
pengiriman perawatan farmasi yang mulus dan efektif.

Sedangkan di luar negara kita, mereka telah mengakui peran mereka sebagai
Apoteker dalam menyediakan perawatan farmasi tanpa batas di seluruh antarmuka
perawatan kesehatan, yang dimana memiliki peran yang sebanding untuk Apoteker
komunitas yang telah didirikan

2
Cara kita mengatasi hambatan tersebut adalah bekerja
sama di sektor perawatan kesehatan. Yang dimana
seharusnya ada komunikasi langsung antara Apoteker,
rumah sakit, dan komunitas lalu daftar periksa untuk
Apoteker rumah sakit dirancang untuk menilai
kebutuhan dan rencana individu program perawatan
farmasi guna untuk memfasilitasi pengelolaan obat yang
aman dan kelancaran transfer informasi itu sendiri.

3
2. Bagaimanakah pharmaceutical care dapat cocok/sesuai ke dalam agenda yang
lebih besar dalam Sistem Kesehatan Nasional ?

Tujuan dari “Pharmaceutical Care” yaitu meningkatkan kualitas hidup pasien yaitu dengan
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan
dengan kesehatan. Pada masa sekarang ini, pelayanan kefarmasian berkembang dari “product
oriented‖” ke “patient oriented”, menuntut kesiapan tenaga kefarmasian untuk menjamin
ketersediaan sediaan farmasi yang bermutu tinggi dan mampu melaksanakan pelayanan kefarmasian
secara komprehensif.
Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan pelayanan
farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga
farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit,
kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan
farmasi rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat
konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan pendistribusian.
Berdasarkan dari tujuan “Pharmaceutical Care” itu sendiri dapat mendasari atau cocok masuk ke
dalam agenda yang lebih besar dalam Sistem Kesehatan Nasional, karena dalam dimensi yang baru
ini dibutuhkan tenaga kerja kefarmasian yang tidak hanya berorientasi di produk, tetapi juga dalam
pelayanan kefarmasian kepada pasien
4

Anda mungkin juga menyukai