Anda di halaman 1dari 4

BAB 6

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh nilai KHM dan KBM pada

sepuluh konsentrasi berbeda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh ekstrak

biji ketumbar (Coriandrum sativum) terhadap pertumbuhan P. ovale secara in vitro.

Selain itu, pada penelitian ini dapat ditentukan konsentrasi yang mulai memberikan

efek terhadap pertumbuhan P. ovale dengan menggunakan analisis data.

Pada penelitian ini, nilai KHM tidak dapat ditentukan secara kualitatif

karena ekstrak yang dihasilkan keruh serta belum ditemukan cara untuk

menjernihkan ekstrak biji ketumbar, sehingga nilai KHM ditentukan secara

kuantitatif yaitu dengan cara menghitung rata-rata koloni jamur <10% dari kontrol

negatif/kontrol jamur pada media SDA (Silvério & Lopes, 2012). Nilai KHM dari

ekstrak biji ketumbar terhadap P. ovale adalah 12,5%. Nilai KBM ekstrak biji

ketumbar terhadap P. ovale adalah 50% dapat membunuh 99.9% koloni jamur

tersebut

Efek antifungi ekstrak biji ketumbar (Coriandrum sativum) terhadap jamur

P. ovale belum pernah diteliti sebelumnya, akan tetapi pada penelitian yang telah

dilakukan oleh Rahman (2017) tentang pengaruh pemberian minyak atsiri biji

ketumbar (Coriandrum sativum) terhadap pertumbuhan C. albicans secara in vitro

dengan hasil nilai KBM pada konsentrasi 1,56%. C. albicans memiliki kesamaan

dengan P. ovale keduanya merupakan normal flora pada kulit manusia, struktur dari

dinding pseudohyphae yang berupa susunan polisakaridanya, dapat tumbuh pada

perbenihan dengan suhu 25-37°C dan memperbanyak diri dengan membentuk

48
49

spora berupa blatospora (Mutiawati, 2016). Perbedaan hasil penelitian disebabkan

karena pada penelitian Rahman pelarut etanol, hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Azis, dkk (2014) tentang pengaruh jenis pelarut terhadap yield alkaloid

dari daun salam india (Murraya koenigii) menyatakan bahwa pelarut etanol

merupakan pelarut yang baik karena memiiki polaritas yang tinggi sehingga dapat

menghasilkan persen bahan aktif yang lebih tinggi dibandingkan pelarut lainnya.

Akan tetapi, etanol memiliki kekurangan yaitu, mudah menguap, mudah terbakar,

dan lebih mahal. Sedangkan, Aquadest dipertimbangkan sebagai pelarut karena

mudah diperoleh, lebih murah, lebih stabil, tidak beracun, tidak mudah menguap,

dan tidak mudah terbakar jika dibandingkan dengan pelarut etanol. Sedangkan

kekuranganya adalah ekstrak dapat ditumbuhi kapang (Sa’adah & Nurhasnawati,

2015)

Hasil penelitian ini didapatkan nilai KBM yang relatif lebih besar dari nilai

KHMnya diperoleh karena sifat fungistatiknya, sehingga dibutuhkan konsentrasi

yang lebih tinggi untuk dapat membunuh jamur P.ovale (Jawetz, et al., 2013).

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak

biji ketumbar maka jumlah koloni P. ovale pada media SDA semakin menurun.

Pada penelitian jumlah koloni jamur P. ovale terdapat perbedaan jumlah koloni

jamur dikarenakan pada saat pemberian perbenihan jamur ke dalam tabung

konsentrasi ekstrak biji ketumbar ada jeda dan kurangnya konsisten satu waktu.

Dari hasil analisis data penelitian didapatkan perbedaan yang signifikan

antara besar konsentrasi ekstrak biji ketumbar yang diberikan dengan jumlah koloni

P. ovale yang tumbuh pada cawan petri ditunjukkan dari hasil analisis One Way
50

ANOVA dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,000. Hasil tersebut menunjukkan zat

yang terkandung dalam ekstrak biji ketumbar memiliki pengaruh terhadap

pertumbuhan jamur P. ovale. Dari hasil analisis uji Post Hoc Games Howell

didapatkan semua perlakuan mulai dari konsentrasi 0,39% menunjukkan hasil yang

signifikan dengan nilai p<0,05 yang berarti pemberian ekstrak biji ketumbar mulai

memberikan efek terhadap pertumbuhan jamur P. ovale pada konsentrasi ekstrak

biji ketumbar terendah yaitu 0,39%.

Berdasarkan hasil analisa uji menunjukkan ekstrak biji ketumbar memiliki

pengaruh dalam menghambat pertumbuhan P. ovale. Biji ketumbar menghasilkan

beberapa senyawa metabolit sekunder berperan sebagai antifungi yaitu minyak

atsiri yang mengandung linalool, alpha-pinen, dan beta-phinen. Linalool dari

minyak atsiri biji ketumbar dapat sebagai antijamur memiliki mekanisme kerja

dengan cara mengganggu siklus sel pada fase G1 yang dapat menyebabkan

apoptosis pada sel C.albicans dan juga menyebabkan penghambatan lebih dari 50%

kuman yang dibiakkan dalam tabung percobaan (Zore, et al., 2011). Selain itu,

alpha-pinen, dan beta-phinen yang dapat menggangu membran sel dengan

menghambat sintesis ergosterol, meningkatkan permeabilitas membran, merusak

struktur protein membran, dan menggangu rantai respirasi dari sel jamur (Paduch,

et al., 2007) dan mengubah fungsi membran dalam proses pengangkutan senyawa-

senyawa essensial, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan metabolik

dan menghambat pertumbuhan atau menimbulkan kematian sel jamur (Sari &

Nugraheni, 2013)

Meskipun melalui penelitian ini dengan hasil mempunyai efek menurunkan


51

pertumbuhan P. ovale, sebelum diaplikasikan ke masyarakat sebagai terapi

adjuvant maupun alternative untuk kasusyang menginfeksi manusia dibutuhkan uji

toksisitas, uji pre-klinik, dan uji klinik terlebih dahulu.

Anda mungkin juga menyukai