PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
PERCOBAAN VI
“MENENTUKAN KECEPATAN FILTRASI GLOMERULAR”
DISUSUN OLEH :
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
A. Latar Belakang
Keseluruhan proses atau kejadian yang dialami molekul obat mulai saat
masuknya obat ke dalam tubuh sampai keluarnya obat tersebut dari dalam
tubuh, disebut proses farmakokinetik. Jadi melalui berbagai tempat
pemberian obat, misalnya pemberian obat melalui alat cerna atau diminum
(peroral), otot-otot rangka (intramuskuler), kulit (topikal), paru-paru
(inhalasi), molekul obat masuk ke dalam cairan intra vaskuler setelah melalui
beberapa dinding (barrier) dan disebarkan ke seluruh tubuh serta mengalami
beberapa proses. Pada umumnya obat baru dikeluarkan (ekskresi) dari dalam
tubuh setelah mengalami biotransformasi di hepar (Noviani, 2017).
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresikan ginjal
dalam bentuk utuh atau dalam bentuk metabolitnya. Fungsi ginjal mengalami
kematangan pada usia 6-12 bulan dan setelah dewasa menurun 1% per tahun.
Ekskresi obat utama yang kedua adalah melalui empedu kedalam usus dan
keluar bersama feses. Obat hasil metabolisme yang dikeluarkan melalui
empedu dapat diuraikan oleh flora usus menjadi obat awal yang dapat diserap
kembali dari usus kedalam aliran darah yang disebut siklus enterohepatik.
Ekskresi obat diginjal melalui filtrasi glomerulus dan sekresi tubuler. Pada
keadaan kerusakan ginjal biasanya filtrasi melalui glomeruli akan berkurang
(Indijah, 2016).
C. Tujuan Percobaan
D. Manfaat Percobaan
E. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini yaitu melakukan pengamatan kecepatan fungsi
glomelular pada hewan uji kucing betina yang telah dianastesi ketamin
dengan rute pemberian intramuskular, dan pemberian infus berisi larutan
glukosa secara intravena bersamaan pengambilan urin setelah 30 menit pada
saluran kemih, serta pengambilan darah kucing yang akan disentrifugasi
untuk mendapatkan nilai kadar urine dan serum lalu dianalisis kadar
kreatininnya dengan panjang gelombang 540 nm menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis.
F. Tinjauan Pustaka
Obat adalah senyawa kimia unik yang dapat berinteraksi secara selektif
dengan sistem biologi. Obat dapat memicu suatu sistem dan menghasilkan
efek, dapat menekan suatu sistem, atau tidak berinteraksi secara langsung
dengan suatu sistem, tetapi dapat memodulasi efek dari obat lain. Untuk dapat
menghasilkan efek, obat harus melewati berbagai proses yang menentukan,
yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasinya. Namun, yang
terpenting adalah bahwa obat harus dapat mencapai tempat aksinya (Ikawati,
2018).
Obat bebas yang tidak berkaitan dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh
ginjal. Sekali obat dilepaskan bebas dan akhirnya akan diekskresikan melalui
urin. PH urin mempengaruhi ekskresi obat, pH urin bervariasi dari 4,5 sampai
8. Urin yang asam meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa
lemah. Aspirin, suatu asam lemah, diekskresi dengan cepat dalam urin yang
basa.Jika seseorang meminum aspirin dalam dosis berlebih, natrium
bikarbonat dapat diberikan untuk mengubah pH urin menjadi basa. Juice
cranberry dalam jumlah yang banyak dapat menurunkan pH urin, sehingga
terbentuk urin yang asam. Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap
fisiologi dan biokimia selular dan mekanisme kerja obat. Respons obat dapat
menyebabkan efek fisiologi primer atau sekunder atau kedua-duanya
(Nuryati, 2017).
Menurut Indijah W.S & Fajri P (2016), ekskresi melalui ginjal melibatkan 3
proses:
a. Filtrasi glomerulus, menghasilkan ultra filtrat, yaitu plasma minus
protein. Jadi semua obat bebas akan keluar dalam ultra filtrat, sedangkan
yang terikat protein tetap tinggal dalam darah.
b. Reabsorbsi, reabsorbsi pasif terjadi disepanjang tubulus untuk bentuk-
bentuk nonion obat yang larut dalam lemak. Oleh karena itu, derajat
ionisasi tergantung dari pH larutan. Fenomena ini dimanfaatkan untuk
pengobatan keracunan suatu obat asam atau basa. Ditubulus distal juga
terdapat protein transporter untuk reabsorbsi aktif dari lumen tubulus
kembali kedarah untuk senyawa endogen.
c. Sekresi aktif, dari darah menuju tubulus proksimal terjadi melalui
transporter membran P-glikoprotein (P-gp) dan MRP (multidrug-
resistence protein) dengan selektivitas yang berbeda, yaitu MRP untuk
anion organik dan konjugat (penisilin, probenesid, glukoronat, dan lain-
lain) dan P-gp untuk kation organik dan zat netral (kuinidin, digoksin,
dan lain-lain). Oleh karena itu, terjadi kompetisi antara asam-asam
organik maupun basa-basa organik.
G. Uraian Bahan
H. Uraian Sampel
L.1 Alat
1. Timbangan
2. Kateter
3. Mouth block
4. Sentrifus
5. Spektrofotometer
6. Lap kasar
7. Spidol
8. Alat tulis
9. Pipet
10. Pengaduk
11. Sarung tangan
12. Stopwatch
13. Kandang
14. Selang infus
15. Gelas kimia
16. Erlenmeyer
17. pencukur rambut
18. Spot injeksi
L.2 Bahan
1. Aquadest
2. Alkohol
3. Kapas
4. Koran
5. Handscoon
6. Masker
7. Larutan glukosa
8. Asam sulfat
9. Natrium hidroksida
L.3 Sampel
1. Natrium pentobarbital
M. Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Ditimbang kucing yang mau digunakan.
3. Dianastesi kucing
4. Dicukur bulu kucing pada bagian kaki
5. Dipasang infus pada vena kaki kucing
6. Dipasang kateter disaluran kemih selama 30 menit
7. Disuntikan dispo yang berisi udara pada abdomen
8. Ditampung urin kucing
9. Diambil darah pada bagian kaki kucing
10. Disentrifugasi
11. Dihitung gram kreatinin, Cp, ClCr
12. Diukur absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
13. Diamati dan dicatat hasil absorbansinya
N. Skema kerja
-dicukur
-dikateter
Urin
-diambil
Darah pada kaki kucing
-Disentrifuge
-dihitung
Absorbansi dengan
spektrometer
O. Hasil pengamatan
1. Tabel Pengamatan
2. Analisis Data
a. Gram Uratinin =
= 2 gram
b. CP =
= 800 mg/ml
c. CLCR =
= 0,00016 ml/menit
P. Pembahasan
Laju filtrasi glomerulus digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
besarnya kerusakan ginjal karena filtrasi glomerulus merupakan tahap awal
dari fungsi nefron. Besarnya laju filtrasi glomerulus sama dengan klirens
suatu bahan yang difiltrasi secara bebas oleh glomerulus, tidak direabsorbsi
dan tidak disekresi oleh tubulus ginjal. Klirens yaitu volume darah atau
plasma yang dibersihkan dari bahan tertentu oleh ginjal dalam satu satuan
waktu (Rahmawati, 2018).
Tujuan pada percobaan ini ialah untuk mengetahui keadaan fungsi ginjal
dengan menentukan kecepatan glomerular (Glomerular Filtration Rate GFR).
Cara kerja, pada percobaan ini yaitu disiapkan alat dan bahan serta hewan uji
terlebih dahulu. Ditimbang hewan uji yang akan kita gunakan. Dicukur bulu
pada bagian kaki Kucing. Dilakukan anastesi hewan uji Kucing berupa
penyuntikan secara intamuskular sebanyak 0,25ml pada bagian kaki Hewan
uji. Setelah obatnya bereaksi, dipasang infus pada vena kaki Kucing Dikateter
saluran kemih Kucing setelah 30 menit Disuntikan dan ditekan dispo berisi
udara pada bagian abdomen lalu ditampung urin. Kemudian diambil darah
pada kaki Kucing. Selanjutnya disentifuge dan dihitung absorbansi dengan
menggunakan Spektrofotometer UV-Vis Lalu, diamati dan dicatat hasil
pengamatan.
Alasan perlakuan penimbang kucing sebelum dilakukan pengujian adalah
agar dapat diketahui berat Kucing untuk disesuaikan dengan dosis pemberian
onbat. Alasan pemilihan penggunaan kucing betina karena kucing jantan
memiliki anus, skrotum atau biji testis dan penis. dimana skrotumnya tertutup
bulu dan terdiri dari dua testis yang masing-masing ukurannya berbeda-beda
Sementara, kucing betina hanya memiliki anus dan saluran urin sehingga
lebih mudah untuk menemukan saluran urinnya. Selain itu kucing jantan
sangat agresif karena memiliki sifat petarung dan dinilai kurang steril, lebih
liar, memiliki sifat praying (menyemprotkan sedikit air urin sembarangan)
dibandingkan kucing betina yang lebih kalem dan pendiam. Alasan
penggunaan ketamin yaitu Ketamine merupakan salah satu jenis obat bius
total (anestesi umum) untuk menghilangkan kesadaran sekaligus rasa sakit
pada kucing saat diberi perlakuan. Alasan pemberian larutan glukosa yaitu
salah satu karbohidrat dan mencukupi cairan elektolit terpenting yang bisa
digunakan bagi hewan. Alasan penggunaan alkohol sebelum pengambilan
darah yaitu sebagai antiseptik dan dapat memberikan sensasi dingin pada
kulit. Alasan penggunaan sentrifuge yaitu untuk memisahkan komponen
darah. Alasan penggunaan spektrofotometer UV-Vis yaitu sebagai alat untuk
mengetahui nilai absorbansi sampel.
Hasil pengamatan yang didapatkan kadar urine 0,2mg/ml dan kadar serum
0,5mg/ml. Sementara nilai gram ureatinin 2 gram, nilai CP 800mg/ml, dan
nilai CRCL 0,00016 ml/menit. Data tersebut tidak sesuai dengan literatur
yang menandakan adanya gangguan pada ginjal menurut Arjentinia, I. Y,
(2018), dimana nilai normal serum kreatinin pada kucing 0,8-1,8 sementara
pembersihan kreatinin pada kucing 2-5 ml/menit yang mana kreatinin klirens
(ClCr) yaitu nilai untuk mengukur berapa banyak kreatinin yang dibersihkan
oleh tubuh atau pengukuran laju filtrasi glomerular (GFR) dengan satuan
ml/menit agar diketahui seberapa baik fungsi penyaringan filtrasi.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmasis mampu memahami dan
mengetahui keadaan fungsi ginjal dengan menentukan kecepatan fungsi
glomerular (Glomerular Filtration Rate/GFR) hal inilah yang
melataebelakangi percobaan ini dilakukan.
Q. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Glomerular Filtration Rate (GFR) adalah indikator terbaik dari fungsi ginjal
di seluruh dunia. filtrasi glomerulus digunakan sebagai ukuran untuk
mengetahui besarnya kerusakan ginjal karena filtrasi glomerulus merupakan
tahap awal dari fungsi nefron. Hasil pengamatan yang didapatkan kadar urine
0,2mg/ml dan kadar serum 0,5mg/ml. Sementara nilai gram ureatinin 2 gram,
nilai CP 800mg/ml, dan nilai CRCL 0,00016 ml/menit yang menandakan
ginjalnya sedang bermasalah.
R. Saran
Sebagai praktikan kami sangat mengharapkan bimbingan dan arahan dari para
asisten dalam melaksanakan praktikum ini
DAFTAR PUSTAKA
Hawa, dkk. (2017). Hubungan Kadar Lipid Serum Dengan Nilai Estimasi Laju
Filtrasi Glomerulus Pada Penyakit Ginjal Kronik. Jurnal E-Clinic. Vol 5,
No 1
Martono, M., & Satino, S. (2014). Severity renal function detection through
critical changes glomerular filtration rate in hemodialysis patients. Jurnal
Ners, 9(1), 43-48.