Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG EFEK

SAMPING TRANSFUSI DARAH PADA ANAK


THALASEMIA

Dosen : Rimba Aprilianti, S.Kep., Ners

Di Susun Oleh:
Kelompok 2
Tingkat III B/Semester V

1. Aprila 2018.C.10a.0958
2. Dantini 2018.C.10a.0963
3. Fitrialiyani 2018.C.10a.0967
4. Fredrick Immanuel 2018.C.10a.0968
5. Melatia Paska 2018.C.10a.0977
6. Rama 2018.C.10a.0981
7. Sarpika Yena Amalia 2018.C.10a.0985
8. Yuni Elia Kartika 2018.C.10a.0993

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik : Efek Samping Transfusi Darah pada Anak Thalasemia


B. Sasaran
1. Program : Efek samping transfusi darah terhadap kualitas hidup
pada
anak thalasemia
2. Penyuluhan : Pasien dan Keluarga An.D

B. Tujuan Intruksional Umum


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 20 menit keluarga Pasien
dapat menambah pengetahuan keluarga yang menunggu/menemani klien di
Ruang Flamboyan dan keluarga klien dapat memahami tentang efek
samping transfusi darah pada anak thalasemia.

C. Tujuan Insruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit keluarga dapat memahami
dan mampu menjelaskan tentang Thalasemia

D. Materi Penyuluhan (Terlampir)


1. Pengertian Thalasemia
2. Penyebab Thalasemia
3. Tanda dan Gejala Thalasemia
4. Efek Samping Transfusi Darah Pada Anak Thalasemia
5. Perencanaan Pulang Penyakit Thalasemia

E. Matode
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
Penyuluhan dilakukan dengan media diskusi secara terbuka, yaitu
dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga. Keluarga
dapat mengajukan pertanyaan setelah penyampain materi selesai
F. Media
1) Leaflet
Leaflet yang digunakan dalam media pendidikan kesehatan ini dalam
bentuk selembar mengenai informasi tentang Efek samping transfusi
darah pada anak thalasemia.

G. Kegiatan Penyuluhan
Hari/Tanggal : Selasa, 20 Oktober 2020
Pukul : 10.00-10.20 WIB
Alokasi Waktu : 20 menit
Lokasi : RSUD dr, Doris Sylvanus / Ruang Flamboyan
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan : 2 menit 1. Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan 2. Mendengarkan
mengucapkan salam dan
memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan dari
tujuan penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang
akan diberikan.
4. Kontrak waktu penyampaian
materi
2 Pelaksanaan : 8 menit Diskusi
Penyampaian materi penyuluhan dan memperhatikan
yaitu :
1. Menjelaskan pengertian dari
penyakit Thalasemia
2. Menjelaskan penyebab
penyakit Thalasemia
3. Menjelaskan tanda dan
gejala penyakit Thalasemia
4. Menjelaskan efek samping
transfusi darah pada anak
Thalasemia
5. Menjelaskan perencanaan
pulang dari penyakit
Thalasemia.

3 Evaluasi : 7 menit Tanya jawab


Menanyakan pada peserta
tentang materi yang telah
diberikan, dan meminta kembali
peserta untuk mengulang materi
yang telah disampaikan.
4 Terminasi : 3 menit Mendengar
1. Mengucapkan terimakasih Menjawab salam
atas perhatian peserta
2. Mengucapkan salam penutup
Berfoto bersama

H. Tugas Perorganisasian
1) Moderator : Fitraialiyani
a. Membuka acara penyuluhan
b. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok
c. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
d. Mengatur jalannya acara.
2) Penyaji : Dantini
1 Menyampaikan materi penyuluhan
2 Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3 Mengucapkan salam penutup
3) Fasilitator : Aprila, Fredrick Immanuel, Rama
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang,
memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat
rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu
dalamdiskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannyakegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai denganakhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4. Membagikan konsumsi
4) Simulator : Yuni Elia Kartika
Simulator adalah sebagai simulasi atau objek fisik benda nyata yang
didemonstrasikan
5) Dokumentator : Sarpika Yena Amalia
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan
dokumen pada saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan.
6) Notulen : Melatia Paska
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan,
seminar, diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara.
Ditulis oleh seorang Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal
penting.Dan mencatat segala pertanyaan dari peserta kegiatan.
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan
penyuluhan
I. SETTING TEMPAT

Keterangan :

: Kamera

: Moderator,Penyaji,Simulasitator,Dokumentator dan

notulen

: Pasien dan Keluarga

J. Evaluasi
1) Evaluasi Struktur
o Tempat dan alat sesuai rencana.
o Peran dan tugas sesuai rencana.
o Setting tempat sesuai dengan rencana.
2) Evaluasi Proses
o Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
o Selama kegiatan semua peserta aktif.
o Bagaimana berlangsungnya proses penyuluhan, ada hambatan atau
tidak ada hambatan, keaktifan keluarga Pasien dalam proses
pembelajaran, tanya jawab bisa hidup atau tidak.
3) Evaluasi Hasil
Keluarga pasien mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit
thalasemia, penyebab, tanda gejala serta perencanaan pulang pasien dengan
Penyakit Thalasemia

Palangka Raya, 20 Oktober 2020


Mahasiswa,

Kelompok 2
MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Pengertian Penyakit Thalasemia


Talasemia merupakan kelompok gangguan darah yang diwariskan,
dikarakteristikkan dengan defisiensi sintesis rantai globulin spesifik
molekul hemoglobin (Muscari, 2005). Penyakit darah herediter yang
disertai abnormalitas sintesis hemoglobin (Suryanah, 1996). Transfusi
darah adalah proses memasukkan darah dari kantong darah ke dalam
sistem peredaran darah tubuh (Sukri, 2016).
Talasemia adalah penyakit bawaan dimana sistem tubuh
penderitanya tidak mampu memproduksi hemoglobin yang normal
(Pudjilestari, 2003).Sindrom talasemia merupakan kelompok heterogen
kelainan mendelian yang ditandai oleh defek yang menyebabkan
berkurangnya sintesis rantai α- atau β-globin (Mitcheel, 2009). Terdapat
tiga macam jenis thalasemia yakni :
1) Talasemia minor
Pada talasemia β minor, terdapat sebuah gen globin β yang normal dan
sebuah gen abnormal. Elektroforesis hemoglobin (Hb) normal, tetapi
hemoglobin A2 (hemoglobin radimeter yang tidak diketahui fungsinya)
meningkat dari 2% menjadi 4-6%. Pada talasemia α minor, elektroforesis
Hb dan kadar HbA2 normal. Dianosis ditegakkan dengan menyingkirkan
talasemia β minor dan defisiensi besi. Kedua keadaan minor ini mengalami
anemia ringan (Hb 10.0-12.0 g/dL dan MCV = 6570 fL). Pasangan dari
orang-orang dengan talasemia minor harus diperiksa. Karena kerier minor
pada kedua pasangan dapat menghasilkan keturunan dengan talasemia
mayor.
2) Talasemia mayor
Talasemia mayor adalah penyakit yang mengancam jiwa. Talasemia mayor
β disebabkan oleh mutasi titik (kadang-kadang delesi) pada kedua gen
globin β, menyebabkan terjadinya anemia simtomatik pada usia 6-12 bulan,
seiring dengan turunnya kadar hemoglobin fetal. Anak-anak yang tidak
diterapi memiliki postur tubuh yang kurus, mengalami penebalan tulang
tengkorak, splenomegali, ulkus pada kaki, dan gambaran patognomonik,
hair on end‟ pada foto tengkorak.
3) Thalasemia intermedia
Tingkat keparahan dari talasemia berada diantara talasemia minor dan
talasemia mayor. Beberapa kelainan genetik yang berada mendasari keadaan
ini. Yang paling sering adalah talasemia β homozigot di mana satu atau
kedua gen masih memproduksi sejumlah kecil HbA. Delesi pada tiga dari
empat gen globin α (penyakit HbH) menyebabkan gambaran serupa, dengan
anemia yang agak berat sekitar 7-9 s/dL dan splenomegali. Secara definisi,
penderita talasemia intermedia tidak tergantung kepada transfusi.
Splenektomi dapat dilakukan untuk mengurangi anemia (Patrick, 2005).

2. Penyebab Penyakit Thalasemia


Penyebab thalassemia adalah ketidakseimbangan dalam rantai
protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam pembentukan
hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan saluran
pernapasan (inhalasi) dan kulit (kontak langsung yang lama dan erat).

3. Tanda dan Gejala Penyakit Thalasemia


Semua thalasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya
bervariasi. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan. Pada
bentuk yang lebih berat, misalnya betathalasemia mayor, bisa terjadi sakit
kuning (jaundice), luka terbuka di kulit (ulkus, borok), batu empedu dan
pembesaran limpa. Sumsum tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan
penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah.
Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang
menderita thalasemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa
pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal.

4. Efek Samping Transfusi Darah pada Anak Thalasemia


Menurut Sukri (2016) adapun efek samping transfusi adalah •
1) Pembesaran Limpa
Penyait thalasemia sering kali dibarengi dengan kerusakan sel darah.
Sel darah yang rusak dapat menyebabkan infeksi. Oleh karena itu,
dalam tubuh terdapat limpa yang berfungsi untuk menangkal infeksi
dan materi Sisa yang tidak dibutuhkan dalam tubuh. Penderita
thalasemia tidak mampu mengurai sel-sel darah yang rusak, karena
limpa pada tubuh mengalami pembesaran.
2) Kelebihan Zat Besi
Zat besi dibutuhkan untuk pembuatan sel darah merah. Akan tetapi,
jika jumlahnya berlebihan akan menyebabkan kerusakan liver,
jantung, dan sistem endokrin, yaitu kelenjar yang memproduksi
hormone serta melepaskannya didalam tubuh. Kelebihan zat besi ini
merupakan salah satu masalah utama Theller. Selain dari dalam tubuh
penderita itü sendiri, kelebihan zat besi juga dipicu oleh keseringan
melakukan transfusi darah.

5. Perencanaan Pulang
1) Istirahat cukup
2) Makan makanan yang banyak mengandung vitamin dan menjalani diet
dengan gizi seimbang
3) Makan makanan yang tinggi asam folat dan vitamin B12, seperti ikan,
susu, daging, kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau, jeruk, dan
biji-bijian.
4) Berikan dukungan pada anak untuk melakukan kegiatan sehari-hari
sesuai kemampuan anak.
DAFTAR PUSTAKA

Sacharin, Rossa M. 2001. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Alih Bahasa


R.F. Maulany. Jakarta : EGC
Supardiman, I, 2002. Hematologi Klinik. Bandung: Alumni
Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius, 2000
Luszy Arijanty, Sri S. Nasar. 2003. Masalah Nutrisi Pada Thalasemia. Sari
Pediatri
Aditya Sekti Wibowo, Maria Suryani, Saryono. Hubungan Karakteristik Perawat
Dengan Penggunaan Sarung Tangan Pada Tindakan Invasif di Ruang
Rawat Inap RSUD Dr. H. SOEWONDO Kendal.
Fajar Ardi Desiyanto, Sitti Nur Djannah. 2013. Efektivitas Cuci Tangan dengan
Menggunakan Cairan Pembersih Tangan Antiseptik (Hand Sanitizer)
Terhadap Jumlah Angka Kuman. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Hermalina. 2014. Aplikasi Model Konservasi Levine pada Anak dengan Kanker
yang Mengalami Fatigue di Ruang Perawatan Anak
Suci Hati, Prasetya Lestari. 2016. Pengaruh Pemberian Stimulasi Pada
Perkembangan Anak Usia 12-36 Bulan di Kec. Sedayu, Bantul.
.

Anda mungkin juga menyukai