LP & Askep Ihd Febiyanti
LP & Askep Ihd Febiyanti
Disusun oleh :
NAMA : FEBIYANTI
NIM : 2022-04-14901-020
Penulis
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ...............................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................
1.4.1 Untuk Mahasiswa...........................................................................
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga..............................................................
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)..............................
1.4.4 Untuk IPTEK..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Ischemic Heart Disease (IHD)
atau penyakit jantung antara lain ;
2.1.3.1 Faktor resiko:
1) Suplay oksigen ke jantung berkurang, yang disebabkan oleh :
a) Faktor pembuluh darah, antara lain : aterosklerosis, spasme, arteritis
b) Faktor sirkulasi : hipertensi, stenosis aorta, insufisiensi
c) Faktor darah : anemia, hipokalsemia
2) Curah jantung yang meningkat
Aktivitas, emosi, makan terlalu banyak, anemia, hipertiroidisme,
kebutuhan oksigen ke jantung meningkat.
3) Diet Tidak Sehat
Diet lemak jenuh, dan kolesterol mengakibatkan penyakit jantung. Selain
itu, terlalu banyak garam (sodium) dalam makanan bisa menaikkan kadar
tekanan darah.
4) Kurang Aktivitas
Tidak cukup aktivitas fisik mengakibatkan penyakit jantung, hal ini juga
dapat meningkatkan kemungkinan memiliki kondisi medis lain yang
merupakan faktor resiko, termasuk obesitas, tekanan darah tinggi,
kolesterol tinggi, dan diabetes.
5) Obesitas
Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh. Obesitas dikaitkan dengan kadar
kolesterol dan trigliserida yang lebih tinggi dan menurunkan kadar
kolesterol "baik". Selain penyakit jantung, obesitas juga bisa
menyebabkan tekanan darah tinggi dan diabetes.
6) Alkohol
Konsumsi alkohol bisa menaikkan kadar tekanan darah dan beresiko
terkena penyakit jantung. Ini juga meningkatkan kadar trigliserida, suatu
bentuk kolesterol, yang bisa mengeraskan arteri.
7) Merokok
Merokok dapat merusak jantung dan pembuluh darah, yang
meningkatkan resiko kondisi jantung seperti aterosklerosis dan serangan
jantung. Selain itu, nikotin meningkatkan tekanan darah, dan karbon
monoksida mengurangi jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Paparan
asap rokok orang lain dapat meningkatkan resiko penyakit jantung
bahkan untuk bukan perokok.
8) Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama penyakit jantung.
Ini adalah kondisi medis yang terjadi saat tekanan darah di arteri dan
pembuluh darah lainnya terlalu tinggi. Tekanan darah tinggi sering
disebut "silent killer" karena banyak orang tidak memperhatikan gejala
sinyal darah tinggi. Menurunkan tekanan darah dengan perubahan gaya
hidup atau dengan pengobatan bisa mengurangi resiko penyakit jantung
dan serangan jantung.
9) Kolesterol Tinggi Kolesterol adalah zat berlemak, seperti lemak yang
dibuat oleh hati atau ditemukan pada makanan tertentu. Jika
mengkonsumsi lebih banyak kolesterol daripada yang bisa digunakan
tubuh, kolesterol ekstra bisa terbentuk di dinding arteri, termasuk di
jantung. Hal ini menyebabkan penyempitan arteri dan bisa menurunkan
aliran darah ke jantung, otak, ginjal, dan bagian tubuh lainnya. Kolesterol
tinggi adalah istilah yang digunakan untuk kadar low-density lipoprotein,
atau LDL, yang dianggap "buruk" karena dapat menyebabkan penyakit
jantung. Kadar kolesterol lipoprotein high-density yang lebih tinggi, atau
HDL, dianggap "baik" karena memberikan perlindungan terhadap
penyakit jantung.
10) Diabetes
Diabetes mellitus juga meningkatkan resiko penyakit jantung. Tubuh
membutuhkan glukosa (gula) untuk energi. Insulin adalah hormon yang
dibuat di pankreas yang membantu memindahkan glukosa dari makanan
yang ke sel tubuh. Jika menderita diabetes, tubuh tidak cukup membuat
insulin, tidak dapat menggunakan insulin sendiri dengan baik. Diabetes
menyebabkan gula terbentuk di dalam darah. Resiko kematian akibat
penyakit jantung bagi orang dewasa dengan diabetes adalah dua sampai
empat kali lebih tinggi daripada orang dewasa yang tidak
menderitadiabetes.
11) Genetika dan Riwayat Keluarga
Faktor genetik kemungkinan berperan dalam tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, dan kondisi terkait lainnya. Namun, kemungkinan juga
bahwa orangorang dengan riwayat penyakit jantung keluarga memiliki
lingkungan yang sama dan faktor potensial lainnya yang meningkatkan
resikonya. Resiko penyakit jantung bisa meningkat bahkan lebih bila
faktor keturunan dikombinasikan dengan pilihan gaya hidup yang tidak
sehat, seperti merokok dan makan makanan yang tidak sehat.
12) Usia,
Resiko penyakit jantung meningkat seiring bertambahnya usia. Faktor
pencetus : kelelahan dan stress emosional
2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan ada tidaknya infark pada miokardium, Riyanto (2011)
menjelaskan bahwa IHD dibagi menjadi dua:
2.1.3.1 Penyakit jantung iskemik tanpa infark
Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh
darah yang mengalami gangguan menyebabkan terjadinya iskemia
miokardium local. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan
perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan, dan menekan fungsi
miokardium. Manifestasi dari iskemia miokardium adalah nyeri dada
tetapi tak sehebat infark. Termasuk PJI tanpa infark adalah angina
pectoris, penyakit jantung iskemik kronik, penyakit jantung iskemik akut
lainnya.
2.1.3.2 Penyakit jantung iskemik dengan infark
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan
kerusakan sel irreversible serta nekrosis atau kematian otot. Selain itu,
terbentuknya thrombus dari rupture plak yang kemudian diikuti oleh
pembentukan thrombus oleh trombosit juga bisa menyebabkan infark
miokard. Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan
berhenti kontraksi secara permanen. Jaringan yang mengalami infark
dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup bila
penanganan iskemia tepat dan cepat dilakukan. Termasuk PJI dengan
infark adalah infark miokard akut, kelanjutan infark miokard, beberapa
komplikasi yang mengikuti infark miokard akut.
2.1.4 Patofisiologi
Penyakit jantung iskemik bermula akibat dari arteriosklerosis atau
pengerasan pembuluh darah nadi (arteri). Dinding bagian dalam pembuluh darah
(intima) di dalam tubuh, terutama arteri tertutup lapisan sel-sel tipis, karena
melindungi jaringan elastic dan jaringan otot. Perkembangan arteriosklerosis
berawal dari sel-sel darah putih yang secara normal terdapat dalam sistem
peredaran darah dan mulai menyerang dinding arteri. Sel-sel darah putih ini
menembus lapisan dalam dan mulai menyerap tetes-tetes lemak, terutama
kolesterol. Ketika mati, sel-sel darah putih meninggalkan kolesterol di bagian
dasar dinding arteri, karena tidak mampu mencerna kolesterol yang diserap.
Akibatnya, lapisan di bawah garis pelindung arteri berangsur-angsur mulai
menebal dan jumlah sel otot meningkat. Jaringan parut yang menutupi bagian
tersebut terpengaruh oleh sklerosis. Apabila jaringan parut ini pecah, sel-sel darah
yang beredar mulai melekat ke bagian dalam yang terpengaruh.
Tahap berikutnya, gumpalan darah dengan cepat terbentuk pada permukaan
lapisan arteri yang robek. Kondisi dengan cepat mengakibatkan penyempitan dan
penyumbatan arteri secara total. Jika arteriosklerosis terjadi pada arteri otot
jantung (arteri koroner), maka otot-otot jantung akan kekurangan oksigen, karena
berkurangnya darah yang menuju ke otot-otot jantung. Padahal jantung berfungsi
memompa darah ke seluruh tubuh, serta mengangkut oksigen melalui arteri atau
pembuluh darah nadi ke seluruh bagian tubuh. Di seluruh bagian atau jaringan
tubuh inilah oksigen diserap. Tetapi akibat berkurangnya kadar oksigen
mendorong miokardium untuk mengubah metabolisme aerob menjadi
metabolisme anaerob. Hasil akhir metabolisme anaerob (yaitu asam laktat) akan
tertimbun sehingga menurunkan pH sel. Gabungan efek hipoksia, berkurangnya
energi yang tersedia, serta asidosis dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel
kiri. Kekuatan kontraksi daerahmiokardium yang terserang berkurang.
Otot-otot jantung sendiri pun memerlukan oksigen agar dapat berfungsi.
Oksigen ini dipasok oleh arteri koroner. Apabila salah satu cabang arteri ini
tersumbat akibat arteriosklerosis, bagian otot jantung yang dipasok oksigen oleh
arteri tersebut menjadi rusak, bahkan dapat rusak permanen (infark). Apabila
darah mengandung kolesterol secara berlebihan, ada kemungkinan kolesterol
tersebut mengendap dalam arteri yang memasok darah ke dalam jantung (arteri
koroner). Akibat yang terjadi, adabagian otot jantung (miocardium) yang mati dan
selanjutnya akan diganti dengan jaringan parut. Jaringan parut ini tidak dapat
berkontraksi seperti otot jantung (Price & Wilon, 2006).
Timbunan kolestrol lipid Penonjolan lumen
Suplay oksigen ke jantung berkurang, yang disebabkan oleh : ( ateroma plaque) di intima pembuluh darah
a. Faktor pembuluh darah, antara lain : aterosklerosis, spasme, arteritis
b. Faktor sirkulasi : hipertensi, stenosis aorta, insufisiensi arteri besar
c. Faktor daraah : anemia, hipokalsemia
Curah jantung yang meningkat. Gangguan penyerapan
Diet Tidak Sehat.
Kurang Aktivitas.
nutrisi sel sel endotel
Sel endotel nekrotik
Obesitas Penyempitan lumen darah, lapisan dinding pemmbuluh
menjadi jaringan parut
Alkohol pembekuan darah darah
Merokok.
Tekanan darah tinggi.
Kolesterol Tinggi.
Diabetes Penyumbatan aliran darah,
Genetika dan Riwayat Keluarga penurunan suplai darah
Kelelahan dan stress emosiona (tidak adekuat)
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Kontraktilitas jantung Suplai darah Suplai darah Penurunan cardiac Kontraktilitas jantung
Infark miokard output dan saturasi
menurun kejaringan kurang kejaringan kurang menurun
O2
MK : Nyeri Akut
2.1.5 Manifestasi Klinis (Tanda & Gejala)
Angina pertoris merupakan manifestasi klinik yang sering dijumpai.
Manifestasi klinik yang lain adalah Angina stabil, Angina prinzmetal, Angina tak
stabil. Infark miokard, Silent Myocardial Ischemic (SMI), gagal jantung, disritmia
cordis. Tanda dan gejala :
1) Tanda dan gejala
a. Wajah meringis, merintih, menangis
b. Peningkatan frekuensi nafas, pucat, maupun sianosis spontan
c. Takikardi
d. Gelisah, marah perilaku menyerang
e. EKG : ditemukan perubahan : gelombang di segmen 5-T gelombang T.
2) Gejala
a. Nyeri dada yang timbul mendadak dapat atau tidak berhubungan
dengan aktivitas tidak hilang dengan nitrogliserin atau istirahat
b. Lokasi : dada anterior, subternal, dapat menyebar ke tangan, rahang,
wajah atau tidak tentu lokasinya
c. Batuk dan atau tanpa produksi sputum
d. Pusing berdenyut selama tidur atau saat bangun
e. Kelebihan, kelemahan dan tidak dapat tidur
f. Takut mati
2.1.6 Komplikasi
2.2.6.1 Gagal Ginjal Kongestif
Merupakan kongestif sirkulatif akibat disfungsi miokardium.Infark
miokardium mengganggufungsi miokardium karena menyebabkan
pengurangan kontraktilitas, gerakan dinding yang abnormal, dan
menambah daya kembang ruang jantung.Dengan berkurangnya
kemampuan ventrikel kiri untuk mengosongkan ruang, volume kuncup
berkurang, sehingga tekanan ventrikel kiri meningkat.Akibatnya tekanan
vena pulmonalis meningkat dan dapat menyebabkan transudasi, hingga
udema paru sampai terjadi gagal jantung kiri.Gagal jantung kiri dapat
berkembang menjadi gagal jantung kanan.
2.2.6.2 Syok Kardiogenik
Diakibatkan karena disfungsi nyata ventrikel kiri sudah mengalami infark
yang massif. Timbul lingkaran setan hemodinamik progresif hebat yang
irreversible, yaitu : penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi coroner,
peningkatan kongesti paru
2.2.6.3 Disfungsi Otot Papilaris
Disfungsi iskemik atau ruptur nekrosis otot papilaris akan mengganggu
fungsi katub mikralis, memungkinakan eversi daun katub ke dalam atrium
selama sistolik.
2.2.6.4 Defek Septum Ventrikel
Nekrosis septum interventrikularis dapat menyebabkan ruptur dinding
septum sehingga terjadi defek septum ventrikel.Akibatnya curah jantung
sangat berkurang disertai peningkatan kerja ventrikel kanan dan kongesti.
2.2.6.5 Ruptur Jantung
Ruptur dinding ventrikel jantung yang bebas dapat terjadi pada awal
perjalanan infark selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum
pembentukan parut.
2.2.6.6 Tromboembolisme
Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi
kasar yang merupakan faktor predisposisi pembentukan thrombus.
Pecahan thrombus terlepas dan dapat terjadi embolisme sistemik.
2.2.6.7 Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung
kontak dengan pericardium menjadi besar sehingga merangsang
permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.Kadang
terjadi efusi perikardial.
2.2.6.8 Sindrom dressler
Sindrom pasea infark miokardium ini merupakan respon peradangan jinak
yang disertai nyeri pada pleura perikardial.Diperkirakan sindrom ini
merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap miokardium yang mengalami
nekrosis.
2.2.6.9 Aritmia
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologis sel-sel
miokardium.Perubahan ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
2.2.7.1 EKG (Elektrokardiografi)
Adanya gelombang patologik disertai peninggian S-T segmen yang
konveks dan diikuti gelombang T yang negative dan simetrik. Kelainan Q
menjadi lebar (lebih dari 0,04 sec) dan dalam (Q/R lebih dari ¼).
2.2.7.2 Laboratorium
1) Creatin fosfakinase (CPK). Iso enzim CKMB meningkat Hal ini
terjadi karena kerusakan otot, maka enzim intra sel dikeluarkan ke
dalam aliran darah. Normal 0-1 mU/mL.
2) SGOT (Serum Gluramic Oxalotransaminase Test) Nomal kurang dari
12 mU/mL. kadar enzim ini naik pada 12-24 jam setelah serangan.
3) LDH (Lactic De-Hydrogenase) Normal kurang dari 195 mU/mL.
kadar enzim biasanya baru mulai naik setelah 48 jam.
2.2.7.3 Pemeriksaan lain : Ditemukan peninggian LED, Lekositosis ringan, dan
kadang Hiperglikemi ringan.
2.2.7.4 Kateterisasi : Angiografi koroner untuk mengetahui derajat obstruksi.
2.2.7.5 Radiology : Pembesaran dari jantung.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
2.2.8.1 Medis
1) Pengelolaan segera
a) Analgetik
b) Oksigenasi
2) Reperfusi
a) Terapi trombolisa
b) PTCA
c) Bedah pintas koroner.
3) Mengurangi luasnya infark
a) Obat kelompok beta blocker
b) Obat anti koagulan dan anti platelet (Tjay & Rahardja, 2017)
2.2.8.2 Keperawatan
a) Mengajarkan teknik relaksasi untuk menurunkan nyeri
b) Memberikan posisi semi fowler untuk membantu pengembangan
ekspansi dada agar tidak terlalu sesak
2.2.3 Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah tahap perencanaan kegiatan atau
tindakan yang akan dilakukan dalam asuhan keperawatan yang bertujuan untuk
meningkatkan status kesehatan pasien. Dalam penetapann intervensi dibutuhkan
data yang cukup jelas diikuti dengan diagnosis yang ditetapkan (Yeni & Ukur,
2019).Perencanaan keperawatan adalah suatu perawatan yang dilakukan
perawatan dengan didasarkan pada suatu penilaian klinis dan pengetahuan yang
dimiliki oleh perawat untuk meningkat outcome dari klien atau pasien (Bruno,
2019).
2.2.3.1 Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Kelemahan Otot
Pernafasan (SDKI 2017, D. 0005)
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengaturan Posisi
selama 1x24 menit diharapakan pola napas 1. Observasi
membaik dengan kriteria hasil: Monitor status oksigenasi
1. Ventilasi semenit meningkat. sebelum dan sesudah
2. Penggunaan otot bantu napas menurun. mengubah posisi.
3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun 2. Terapeutik
4. Fekuensi napas membaik. Tempatkan posisi yang
5. Kedalaman napas membaik. terapeutik.
(SLKI, L.01004 hal 95) Atur posisi untuk mengurangi
sesak (semi-fowler).
Tinggikan tempat tidur bagian
kepala.
Berikan bantal yang tepat pada
leher.
Hindari menempatkan pada
posisi yang dapat meningkatkan
nyeri.
3. Edukasi
Ajarkan cara menggunakan
postur yang baik dan mekanika
tubuh yang baik selama
melakukan perubahan posisi.
(SIKI, I.01019 hal 293)
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. S
Umur :56 Tahun
Agama : Hindu
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Pendidikan :SD
Pekerjaan : Petani
Suku bangsa : Dayak/ Indonesia
Alamat : Petak Bahenda
Tanggal Masuk :28 Oktober 2022
Tanggal Pengkajian : 01 Oktober 2022
No. Register :40.90.18
Diagnose medis : IHD
Saat dikaji klien dapat melakukan perawatan diri seperti makan, minum,
mandi, ketoilet, dan berpakaian, namun untuk berpindah klien dibantu
keluarga karena takut klien jatuh dari bed.
2) Latihan
Klien mengatakan baik saat sehat maupun saat sakit klien tidak melakukan
latihan apapun.
5. Pola kognitif dan perceptual sensori
Kognitif
Sebelum sakit: klien mengatakan tidak mengalami gangguan kognitif-
sensori seperti penglihatan, pendengarn, berbicara mengingat dan
sebagainya
Saat sakit:
Selama perawatan klien mengeluh nyeri di area perut.
Persepsi
Sebelum sakit: Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya.
Saat sakit: klien mengatakan merasa lebih baik setelah dilakukan
perawatan, dan ingin segera pulang.
6. Pola persepsidiri dan Konsepdiri
Persepsi diri :
Sebelum sakit: Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya.
Saat sakit: klien mengatakan merasa lebih baik setelah dilakukan
perawatan, dan ingin segera pulang.
Konsep diri : klien mengatkan tidak merasa malu atau rendah diri dengan
kondisinya sekarang
7. Pola istirahat
tidur Sebelum
sakit:
Klien mengatakan sebelum sakit tidur siang selama 1 jam dan tidur malam
selama 8 jam
Saat sakit:
Saat sakit klien mengeluh susah tidur dan istirahat karena perut terasa sakit dan
kadang sesak. Tidur malam hanya 1-2 jam saja.
8. Pola peran hubungan dengan orang lain
Sebelum sakit:
Sebelum sakit klien bekerja sebagai petani, klien memiliki hubungan yang baik
dengan keluarga, tetanggan dan teman nya.
Saat sakit:
Selama sakit klien juga memiliki hubungan yang baik dengan petugas
kesehatan, keluarga, maupun keluarga pasien lainnya.
9. Pola seksual-reproduksi:
Klien memiliki 6 orang anak, klien mengatakan selama sakit tisak melakukan
hubungan suami istri.
10. Pola mekanis mekoping:
Klien nampak tenang dan berharap untuk kesembuhan penakitnya dan berusaha
untuk sembuh dari penyakit yang diderita.
11. Pola nilai dan kepercayaan:
Klien beragama hindu, klien mengatakan bahwa Tuhan akan meberikan
kesebuhan padanya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum:
Tingkat kesadaran: Composmethis
GCS:15 Mata: 4 Verbal: 5 Motorik:6
b. Tanda-tanda vital
Nadi :81x/mnt
Suhu : 36,4
TD : 140/110
RR : 24x/mnt
Spirometri : tidak dikaji.
c. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher: (kepala,rambut,hidung,telinga,mata,mulut dan
leher) Inspeksi :
Kepala: bentuk kepala simetris, rambut bersih beruban dan tidak ada
ketombe.
Mata : sclera tidak ikterik, konjung tiva tidak anemis, pupil isokor, reflek
cahaya positif, mata cekung.
Hidung : tidak ada gerakan cuping hidung, fungsi dan struktur normal,tidak
ada gangguan penciuman
Mulut : nampak kering
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi: tidak ada benjolan ataupun edema, dan tidak ada nyeri tekan.
2) Dada:
1. Paru:
Suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan, terdapat dispnea
dan takipnea. RR: 24x/mnt, SPO2: 99%
2. Jantung: Iktus cordis tidak teraba, bunyi jantung normal, S1 S2,lub dub.
3) Payudara dan ketiak:
Tidak terdapat nyeri ataupun benjolan diarea payudara dan ketiak.
4) Abdomen:
Inspeksi : Saat dikaji didapatkan hasil: tidak ada benjolan, kulit nampak
bersih
Auskultasi : Pada saat dikaji didapatkan hasil : bising usus 10x/ menit
Palpasi : Saat dikaji didapatkan nyeri tekan diatas
umbilikus Perkusi : saat dikaji didapatkan hasil suara tympani.
5) Genetalia :
Inspeksi : tidak dikaji
Palpasi : tidak dikaji
6) Integument:
Pada saat dikaji didapatkan hasil : turgor kulit lembab, elastisitas kulit < 3
detik, tidak ada sianosis, tidak ada ikterik.
7) Ektremitas :
1. Atas :
Pada saat dikaji didapatkan hasil : turgor kulit lembab, tidak ada
clubbing finger, elastisitas kulit < 3 detik, tidak terdapat edema di
eketermitas atas, kekuatan otot 5/5. Terpasang infus ditangan kiri.
2. Bawah :
Pada saat dikaji didapatkan hasil : turgor kulit lembab, elastisitas kulit <
3 detik, tidak terdapat edema di eketermitas bawah, kekuatan otot 5/5
8) Neurologis:
1. Status mental dan emosi: (tingkat kesadaran, orientasi, memori, suasana
hati dan afek nyeri,intelektual, bahasa).
Pada saat dikaji kien dalam kondisi sadar penuh, klien mengetahui
bahwa dirinya sedang dirawat di rumah sakit, klien mampu
membedakan waktu pagi, siang dan malam. klien mampu
berkomunikasi dengan baik mengunakan bahasa dayak dan indonesia
dan mampu menjawab pertanyaan dari perawat, raut wajah meringis.
2. Pengkajian saraf cranial:
Setelah dilakukan pengkajian didapatkan hasil : Nervus I- XII tidak
mengalami gangguan.
3. Pemeriksaan reflek:
4. Pemeriksaan Sensorik :
Pada saat dikaji kelima panca indera klien tidak megalami gangguan.
5. Pemeriksaan motorik :
6. Pemeriksaan rangsangan meningeal
Pada saat dikaji didapatkan hasil : kaku duduk (-),brudzinski I(-)
,brudzinski II (-), Kernig (-)
B. ANALISA DATA
2. Ds : Gangguan Pola
Klien mengeluh susah tidur dan Tidur
sering terjaga terutama pada
malam hari.
DO:
- Klien nampak gelisah
- Pola tidur sesudah sakit :
Malam hari 1-2 jam
- TD: 140/110 mmHg
- N : 71x/mnt
- S:
- RR : 24x
- Spo2 : 99
B. Diagnosa keperawatan
No Tanggal/ Diagnosakeperawatan
Jam ditemukan
31 Oktober 2022 Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencidera
1 Pukul 16.30 fisiologis (Iskemik) di tandai dengan Klien mengeluh
nyeri pada ulu hati tembus kebelakang, nyeri terasa
seperti ditusuk- tusuk, nyeri hilang timbul dengan durasi
kurang lebih 30 menit, skala nyeri 4, Klien nampak
meringis, Klien nampak gelisah, TD: 140/110 mmHg,
N : 71x/mnt, S : 36,4 ℃, RR : 24x, Spo2 : 99
RencanaPerawatan
No
Hari/ tgl Ttd
Diagno
Tujuan dan
Intervensi
kriteriahasil
1 Dx 1 Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
tindakan keperawatan
nyeri.
selama 1x7 jam
diharapkan Tingkat 2. Identifikasi skala nyeri.
nyeri menurun dengan
3. Identifikasi respons nyeri non verbal.
kriteria hasil:
1) Keluhan nyeri 4. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
menurun
5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
2) Skala nyeri
6. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
menurun
3) Gelisah menurun
4) TTV dalam batas
normal
5) Pola tidur
membaik
(SLKI, L.08066 hal
145)
2. Dx 3 Setelah dilakukan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
tindakan keperawatan 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
selama 1x7 jam ( fisik atau psikologis)
diharapakan pola tidur 3. Modifikasi lingkungan (mis. pecahayaan,
membaik dengan kebisingan, suhu, matras dan tempat
kriteria hasil: tidur)
1. Keluhan sulit 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
tidur menurun 5. Sesuaikan jadwal pemberian obat atau
2. Keluhan sering tindakan untuk menunjang siklus tidur-
terjaga menurun terjaga
3. Keluhan pola 6. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
tidur berubah sakit
Menurun 7. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
4. Keluhan istirahat 8. Kolabolaborasi pemberian obat tidur, jika
tidak cukup perlu
menurun
5. Kemampuan
beraktivitas
meningkat.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/ No
No Tindakan Keperawatan Ttd
Jam Dx
1 31 oktober 2022 DX 1 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri.
3. Identifikasi respons nyeri non verbal.
4. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
6. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
2 1 November 2022 DX 2 1. Mengdentifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Mengdentifikasi faktor pengganggu tidur ( fisik atau psikologis)
3. Memodifikasi lingkungan (mis. pecahayaan, kebisingan, suhu, matras
dan tempat tidur)
4. Menyesuaikan jadwal pemberian obat atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
5. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
6. Berkolaborasi pemberian obat tidur, jika perlu
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/
No No Dx Evaluasi Ttd
Jam
1 31 oktober 2022 Dx 1 S : Klien nyeri sedikit berkurang.
Pukul 14.20 wib
O:
- Meringis nampak berkurang,
- Gelisah berkurang
- TD : 100/90
- N :70
- S :36,4
- RR : 22
- Skala nyeri 3
A : Masalah teratasi sebangian,
P : Lanjutkan intervensi 1, 2 dan 6
2. 2 November 2022 S : klien mengatakan masih susah tidur malam dan sering terjaga
Pukul 07.30 wib O:
- TD : 110/90
- N :81
- S :36,6
- RR : 22
- Lama tidur malam 2-3 jam
- Klien nampak lelah
O:
- Meringis nampak berkurang,
- Gelisah berkurang
- TD : 100/90
- N :70
- S :36,4
- RR : 22
- Skala nyeri 2
A : Masalah teratasi sebangian,
P : Lanjutkan intervensi 1, 2 dan 6
2 2 November 2022 S:
klien mengatakan
sudah dapat tidur
namun masih sering
terjaga
O:
- TD : 120/90
- N :81
- S :36,6
- RR : 22
- Lama tidur malam 2-3 jam
- Klien masih nampak lelah
O:
- Meringis nampak berkurang,
- Gelisah berkurang
- TD : 110/87
- N :70
- S :36,2
- RR : 22
- Skala nyeri 2
A : Masalah teratasi sebangian,
P : Lanjutkan intervensi 6
2 3 November 2022 S:
klien mengatakan
sudah dapat tidur
namun masih sering
terjaga
O:
- TD : 120/90
- N :76
- S :36,2
- RR : 20
- Lama tidur malam 5-6 jam
- Klien masih nampak lelah