Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN DIAGNOSA MEDIS


ISCHEMIC HEART DISEASE (IHD) DI RUANG SAKURA RSUD dr
DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Disusun oleh :

NAMA : FEBIYANTI
NIM : 2022-04-14901-020

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI POROFESI NERS
TA 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya untuk dapat menyelesaikan Laporan
pendahuluan dengan diagnosa medis Ischemic Heart Disease (IHD) di ruang
sakuran RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat
berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Ischemic
Heart Disease (IHD).
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan.Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-katayang kurang berkenan
dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

Palangka Raya, 10 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum ...............................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus...............................................................................
1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................
1.4.1 Untuk Mahasiswa...........................................................................
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga..............................................................
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)..............................
1.4.4 Untuk IPTEK..................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Penyakit......................................................................................
2.1.1 Definisi ...................................................................................................
2.1.2 Etiologi ...................................................................................................
2.1.3 Klasifikasi ...............................................................................................
2.1.4 Patofisiologi ...........................................................................................
2.1.5 Manisfestasi Klinis .................................................................................
2.1.6 Komplikasi .............................................................................................
2.1.7 Penatalaksanaan Medis ..........................................................................
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan..........................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian ..............................................................................................
3.1.1. Identitas Klien ........................................................................................
3.1.2. Riwayat Kesehatan/Perawatan ...............................................................
3.1.3. Pemeriksaan Fisik ..................................................................................
3.2 Tabel Analisa Data..................................................................................
3.3 Rencana Keperawatan ............................................................................
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan ..............................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Febiyanti
NIM : 2022 – 04 – 14901 – 020
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Medikal Pada Tn. S Diagnosa Medis IHD
Di Ruang Sakura RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangka Raya.

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui oleh :


Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Karmitasari Yanra K, Ners., M.Kep Dina Rusydiah , S. Kep., Ners


LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Febiyanti
NIM : 2022 – 04 – 14901 – 020
Program Studi : Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Medikal Pada Tn. S Diagnosa Medis IHD
Di Ruang Sakura RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk
menyelesaikan Praktik Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangka Raya.

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui oleh :


Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Karmitasari Yanra K, Ners., M.Kep Dina Rusydiah , S. Kep., Ners

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jantung merupakan pusat dari sistem peredaran darah mahluk hidup.Salah
satunya ada pada manusia yang berfungsi untuk memompakan darah ke berbagai
organ untuk metabolisme hidup manusia.Efisiensi jantung sebagai pemompa
bergantung pada nutrisi dan oksigen yang cukup pada otot jantung.Sirkulasi pada
arteri koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen yang
dibutuhkan oleh otot-otot jantung melalui cabang-cabang kecil intra-miokardial
(Muttaqin, 2014).
Menurut Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun 2015 menyebutkan,
lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh
darah. Atau sekira 31 persen dari seluruh kematian di dunia, sebagian besar atau
sekira 8,7 juta kematian disebabkan oleh karena penyakit jantung koroner.
Sedangkan di Indonesia Menurut Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat,
Kementerian Kesehatan RI dalam rilis yang diterbitkan 10 November 2018
menyebut, di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan
bahwa sebesar 1,5% atau 15 dari 1.000 penduduk Indonesia menderita penyakit
jantung koroner. Prevalensi penyakit jantung di Kalimantan Tengah Tahun 2018
sebanyak 1,5% pada penduduk semua umur.
Ischemic Heart Disease (IHD) atau penyakit jantung ischemik adalah
ketidakseimbangan antara kebutuhan perfusi jantung dan pasokan darah
teroksigenasi dari arteri koronaria. Hasilnya bisa berupa iskemia miokard
transien (angina) atau ischemia berkepanjangan yang mengakibatkan kerusakan
miosit (sindrom koroner akut) (American Heart Association, 2017). Ischemic
Heart Disease (IHD) ini biasanya disebabkan oleh terganggunya peredaran darah
ke miokardium akibat penimbunan plak arterosklerosis di arteri koroner.Adanya
penyempitan dan penyumbatan arteri koronaria inilah pemicu dari
ketidakseimbangan kebutuhan oksigen sehingga terjadi peningkatan metabolisme
anaerob yang memproduksi asam laktat dan menimbulkan nyeri dada yang
bersifat akut (Muttaqin, 2014).
Solusi yang dapat digunakan sebagai perawat adalah memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh pada pasien Ischemic Heart Disease (IHD)
dengan nyeri akut yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi. Sesuai hasil pengkajian dan diagnosa keperawatan
terhadap keluhan dan segera dalam memberikan implementasi yang sudah dalam
asuhan keperawatan untuk menangani Ischemic Heart Disease (IHD) dan
mengevaluasi hasil dari Asuhan keperawatan yang diberikan. Ischemic Heart
Disease (IHD) tidak hanya bisa diatasi hanya dengan tindakan farmakologis tanpa
melibatkan intervensi non Farmakologis. Intervensi non farmakologis ini
mencakup terapi agen fisik dan intervensi perilaku kognitif pasien yang ada dalam
asuhan keperawatan (Muttaqin, 2014).

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah
“Bagaimana Pemberian Asuhan Keperawatan Dengan Ischemic Heart Disease
(IHD).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa
Medis Ischemic Heart Disease (IHD).
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
diberikan.
b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan
yang diberikan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk Mahasiswa
Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu keperawatan khususnya
Ischemic Heart Disease (IHD) dan pengalaman langsung dalam
melakukan penelitian.
1.3.2 Untuk Klien dan Keluarga
Menambah informasi mengenai Ischemic Heart Disease (IHD) dan
pengobatannya sehingga dapat digunakan untuk membantu progam
pemerintah dalam pemberantasan Ischemic Heart Disease (IHD)
1.3.3 Untuk Institusi
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian
sejenis dan untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun
internasional.
1.3.4 Untuk IPTEK
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama
dalam keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada
masyarakat.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit Anemia


2.1.1 Definisi
Ischemia adalah suatu keadaan kekurangan oksigen pada jaringan yang
bersifat sementara dan reversibel. Ischemia yang lama akan menyebabkan
kematian otot atau nekrosis. (Muttagin.2019). Ischemia adalah suplai darah yang
tidak adekuat ke suatu daerah. Jika mengalami ischemia, jaringan tersebut akan
kehilangan suplai oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan.
Ischemic Heart Disease (IHD) atau penyakit jantung ischemik yaitu
keadaan berkurangnya pasokan darah pada otot jantung yang menyebabkan nyeri
di bagian tengah dada dengan intensitas yang beragam dan dapat menjalar ke
lengan serta rahang. Lumen pembuluh darah jantung biasanya menyempit karena
plak ateromatosa. Jika pengobatan dengan obat-obatan vasodilator tidak berhasil,
operasi bypass perlu dipertimbangkan.
Ischemic Heart Disease (IHD) atau penyakit jantung ischemik adalah
ketidakseimbangan antara kebutuhan perfusi jantung dan pasokan darah
teroksigenasi dari arteri koronaria. Hasilnya bisa berupa iskemia miokard
transien (angina) atau ischemia berkepanjangan yang mengakibatkan kerusakan
miosit (sindrom koroner akut) (American Heart Association, 2017).

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Jantung


Jantung merupakan organ yang terdiri dari otot jantung. Otot jantung
merupakan jaringan yang istimewa karena jika dilihat bentuk dan susunannya
sama dengan otot tentang (lurik) tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos di
luar kesadaran (dipengaruhi susunan saraf otonom. Bentuknya menyerupai
jantung pisang, bagian atasnya tumpul (pangkal jantung) yang disebut basis
cordis. Dibagian bawah agak runcing yang disebut apeks cordis.
Ukurannya kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya
±250-300 gr lapisan-lapisan :
1. Endokardium
Lapisan jantung paling dalam terdiri dari jaringan endotel/selaput lendir
2. Miokardium
Lapisan ini jantung terdiri dari otot-ototjantung
3. Perikardium
Lapisan jantung paling luar yang merupakan lapisan pembungkus terdiri
dari lapisan yaitu lapisan perieatal dan viseral.
Kerja jantung mempunyai 3 periode:
1. Periode konstriksi (periode sistolik)
Saat ventrikel menguncup. Katup bicus dan mikuspidal tertutup, vavula
semilunaris aorta dab semilunaris arteri pulmonal terbuka sehingga darah
dapat diedarkan keseluruh tubuh.
2. Periode dilatasi (periode diastolik)
Saat jantung mengembang. Katup bicus dan micuspidal membuka
3. Periode istirahat
Waktu antara periode konstriksi dan dilatasi dimana jantung berhenti kia-
kira 1/10 detik. Pada tiap-tiap konstriksi jantung, akan memindahkan darah
sebanyak 60-70 cc.

2.1.3 Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Ischemic Heart Disease (IHD)
atau penyakit jantung antara lain ;
2.1.3.1 Faktor resiko:
1) Suplay oksigen ke jantung berkurang, yang disebabkan oleh :
a) Faktor pembuluh darah, antara lain : aterosklerosis, spasme, arteritis
b) Faktor sirkulasi : hipertensi, stenosis aorta, insufisiensi
c) Faktor darah : anemia, hipokalsemia
2) Curah jantung yang meningkat
Aktivitas, emosi, makan terlalu banyak, anemia, hipertiroidisme,
kebutuhan oksigen ke jantung meningkat.
3) Diet Tidak Sehat
Diet lemak jenuh, dan kolesterol mengakibatkan penyakit jantung. Selain
itu, terlalu banyak garam (sodium) dalam makanan bisa menaikkan kadar
tekanan darah.
4) Kurang Aktivitas
Tidak cukup aktivitas fisik mengakibatkan penyakit jantung, hal ini juga
dapat meningkatkan kemungkinan memiliki kondisi medis lain yang
merupakan faktor resiko, termasuk obesitas, tekanan darah tinggi,
kolesterol tinggi, dan diabetes.
5) Obesitas
Obesitas adalah kelebihan lemak tubuh. Obesitas dikaitkan dengan kadar
kolesterol dan trigliserida yang lebih tinggi dan menurunkan kadar
kolesterol "baik". Selain penyakit jantung, obesitas juga bisa
menyebabkan tekanan darah tinggi dan diabetes.
6) Alkohol
Konsumsi alkohol bisa menaikkan kadar tekanan darah dan beresiko
terkena penyakit jantung. Ini juga meningkatkan kadar trigliserida, suatu
bentuk kolesterol, yang bisa mengeraskan arteri.
7) Merokok
Merokok dapat merusak jantung dan pembuluh darah, yang
meningkatkan resiko kondisi jantung seperti aterosklerosis dan serangan
jantung. Selain itu, nikotin meningkatkan tekanan darah, dan karbon
monoksida mengurangi jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Paparan
asap rokok orang lain dapat meningkatkan resiko penyakit jantung
bahkan untuk bukan perokok.
8) Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama penyakit jantung.
Ini adalah kondisi medis yang terjadi saat tekanan darah di arteri dan
pembuluh darah lainnya terlalu tinggi. Tekanan darah tinggi sering
disebut "silent killer" karena banyak orang tidak memperhatikan gejala
sinyal darah tinggi. Menurunkan tekanan darah dengan perubahan gaya
hidup atau dengan pengobatan bisa mengurangi resiko penyakit jantung
dan serangan jantung.
9) Kolesterol Tinggi Kolesterol adalah zat berlemak, seperti lemak yang
dibuat oleh hati atau ditemukan pada makanan tertentu. Jika
mengkonsumsi lebih banyak kolesterol daripada yang bisa digunakan
tubuh, kolesterol ekstra bisa terbentuk di dinding arteri, termasuk di
jantung. Hal ini menyebabkan penyempitan arteri dan bisa menurunkan
aliran darah ke jantung, otak, ginjal, dan bagian tubuh lainnya. Kolesterol
tinggi adalah istilah yang digunakan untuk kadar low-density lipoprotein,
atau LDL, yang dianggap "buruk" karena dapat menyebabkan penyakit
jantung. Kadar kolesterol lipoprotein high-density yang lebih tinggi, atau
HDL, dianggap "baik" karena memberikan perlindungan terhadap
penyakit jantung.
10) Diabetes
Diabetes mellitus juga meningkatkan resiko penyakit jantung. Tubuh
membutuhkan glukosa (gula) untuk energi. Insulin adalah hormon yang
dibuat di pankreas yang membantu memindahkan glukosa dari makanan
yang ke sel tubuh. Jika menderita diabetes, tubuh tidak cukup membuat
insulin, tidak dapat menggunakan insulin sendiri dengan baik. Diabetes
menyebabkan gula terbentuk di dalam darah. Resiko kematian akibat
penyakit jantung bagi orang dewasa dengan diabetes adalah dua sampai
empat kali lebih tinggi daripada orang dewasa yang tidak
menderitadiabetes.
11) Genetika dan Riwayat Keluarga
Faktor genetik kemungkinan berperan dalam tekanan darah tinggi,
penyakit jantung, dan kondisi terkait lainnya. Namun, kemungkinan juga
bahwa orangorang dengan riwayat penyakit jantung keluarga memiliki
lingkungan yang sama dan faktor potensial lainnya yang meningkatkan
resikonya. Resiko penyakit jantung bisa meningkat bahkan lebih bila
faktor keturunan dikombinasikan dengan pilihan gaya hidup yang tidak
sehat, seperti merokok dan makan makanan yang tidak sehat.
12) Usia,
Resiko penyakit jantung meningkat seiring bertambahnya usia. Faktor
pencetus : kelelahan dan stress emosional

2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan ada tidaknya infark pada miokardium, Riyanto (2011)
menjelaskan bahwa IHD dibagi menjadi dua:
2.1.3.1 Penyakit jantung iskemik tanpa infark
Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh
darah yang mengalami gangguan menyebabkan terjadinya iskemia
miokardium local. Iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan
perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan, dan menekan fungsi
miokardium. Manifestasi dari iskemia miokardium adalah nyeri dada
tetapi tak sehebat infark. Termasuk PJI tanpa infark adalah angina
pectoris, penyakit jantung iskemik kronik, penyakit jantung iskemik akut
lainnya.
2.1.3.2 Penyakit jantung iskemik dengan infark
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan menyebabkan
kerusakan sel irreversible serta nekrosis atau kematian otot. Selain itu,
terbentuknya thrombus dari rupture plak yang kemudian diikuti oleh
pembentukan thrombus oleh trombosit juga bisa menyebabkan infark
miokard. Bagian miokardium yang mengalami infark atau nekrosis akan
berhenti kontraksi secara permanen. Jaringan yang mengalami infark
dikelilingi oleh suatu daerah iskemik yang berpotensi dapat hidup bila
penanganan iskemia tepat dan cepat dilakukan. Termasuk PJI dengan
infark adalah infark miokard akut, kelanjutan infark miokard, beberapa
komplikasi yang mengikuti infark miokard akut.
2.1.4 Patofisiologi
Penyakit jantung iskemik bermula akibat dari arteriosklerosis atau
pengerasan pembuluh darah nadi (arteri). Dinding bagian dalam pembuluh darah
(intima) di dalam tubuh, terutama arteri tertutup lapisan sel-sel tipis, karena
melindungi jaringan elastic dan jaringan otot. Perkembangan arteriosklerosis
berawal dari sel-sel darah putih yang secara normal terdapat dalam sistem
peredaran darah dan mulai menyerang dinding arteri. Sel-sel darah putih ini
menembus lapisan dalam dan mulai menyerap tetes-tetes lemak, terutama
kolesterol. Ketika mati, sel-sel darah putih meninggalkan kolesterol di bagian
dasar dinding arteri, karena tidak mampu mencerna kolesterol yang diserap.
Akibatnya, lapisan di bawah garis pelindung arteri berangsur-angsur mulai
menebal dan jumlah sel otot meningkat. Jaringan parut yang menutupi bagian
tersebut terpengaruh oleh sklerosis. Apabila jaringan parut ini pecah, sel-sel darah
yang beredar mulai melekat ke bagian dalam yang terpengaruh.
Tahap berikutnya, gumpalan darah dengan cepat terbentuk pada permukaan
lapisan arteri yang robek. Kondisi dengan cepat mengakibatkan penyempitan dan
penyumbatan arteri secara total. Jika arteriosklerosis terjadi pada arteri otot
jantung (arteri koroner), maka otot-otot jantung akan kekurangan oksigen, karena
berkurangnya darah yang menuju ke otot-otot jantung. Padahal jantung berfungsi
memompa darah ke seluruh tubuh, serta mengangkut oksigen melalui arteri atau
pembuluh darah nadi ke seluruh bagian tubuh. Di seluruh bagian atau jaringan
tubuh inilah oksigen diserap. Tetapi akibat berkurangnya kadar oksigen
mendorong miokardium untuk mengubah metabolisme aerob menjadi
metabolisme anaerob. Hasil akhir metabolisme anaerob (yaitu asam laktat) akan
tertimbun sehingga menurunkan pH sel. Gabungan efek hipoksia, berkurangnya
energi yang tersedia, serta asidosis dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel
kiri. Kekuatan kontraksi daerahmiokardium yang terserang berkurang.
Otot-otot jantung sendiri pun memerlukan oksigen agar dapat berfungsi.
Oksigen ini dipasok oleh arteri koroner. Apabila salah satu cabang arteri ini
tersumbat akibat arteriosklerosis, bagian otot jantung yang dipasok oksigen oleh
arteri tersebut menjadi rusak, bahkan dapat rusak permanen (infark). Apabila
darah mengandung kolesterol secara berlebihan, ada kemungkinan kolesterol
tersebut mengendap dalam arteri yang memasok darah ke dalam jantung (arteri
koroner). Akibat yang terjadi, adabagian otot jantung (miocardium) yang mati dan
selanjutnya akan diganti dengan jaringan parut. Jaringan parut ini tidak dapat
berkontraksi seperti otot jantung (Price & Wilon, 2006).
Timbunan kolestrol lipid Penonjolan lumen
 Suplay oksigen ke jantung berkurang, yang disebabkan oleh : ( ateroma plaque) di intima pembuluh darah
a. Faktor pembuluh darah, antara lain : aterosklerosis, spasme, arteritis
b. Faktor sirkulasi : hipertensi, stenosis aorta, insufisiensi arteri besar
c. Faktor daraah : anemia, hipokalsemia
 Curah jantung yang meningkat. Gangguan penyerapan
 Diet Tidak Sehat.
 Kurang Aktivitas.
nutrisi sel sel endotel
Sel endotel nekrotik
 Obesitas Penyempitan lumen darah, lapisan dinding pemmbuluh
menjadi jaringan parut
 Alkohol pembekuan darah darah
 Merokok.
 Tekanan darah tinggi.
 Kolesterol Tinggi.
 Diabetes Penyumbatan aliran darah,
 Genetika dan Riwayat Keluarga penurunan suplai darah
 Kelelahan dan stress emosiona (tidak adekuat)

Ischemic Heart Disease (IHD)

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Kontraktilitas jantung Suplai darah Suplai darah Penurunan cardiac Kontraktilitas jantung
Infark miokard output dan saturasi
menurun kejaringan kurang kejaringan kurang menurun
O2

Penurunan cardiac Hipoksia Jaringan Metabolisme, Penurunan cardiac


Peningkatan tekanan Penurunan Suplay O2
output dan saturasi Anaerob output dan saturasi
hidrostaltik yang abnormal ke GIT menurun,
O2 O2
Kontraktilitas Jantung dijaringan perifer peristaltic usus
Pembentukan asam
Menurun menurun
laktat oleh
Dipsnea miokardium Oedema Hipotensi Orthostatik
Mual, Muntah,
MK : Pola Nafas COP menurun Nyeri dada dibagian Kembung, Anoreksia
Tidak Efektif bawah sternum dan
MK : Hipervolemia Kelemahan
perut atas secara
spontan > 30mnt
MK : Penurunan menetap dan tidak
MK : Defisit Nutrisi MK : Intoleransi
Curah Jantung hilang saat istirahat
Aktivitas

MK : Nyeri Akut
2.1.5 Manifestasi Klinis (Tanda & Gejala)
Angina pertoris merupakan manifestasi klinik yang sering dijumpai.
Manifestasi klinik yang lain adalah Angina stabil, Angina prinzmetal, Angina tak
stabil. Infark miokard, Silent Myocardial Ischemic (SMI), gagal jantung, disritmia
cordis. Tanda dan gejala :
1) Tanda dan gejala
a. Wajah meringis, merintih, menangis
b. Peningkatan frekuensi nafas, pucat, maupun sianosis spontan
c. Takikardi
d. Gelisah, marah perilaku menyerang
e. EKG : ditemukan perubahan : gelombang di segmen 5-T gelombang T.
2) Gejala
a. Nyeri dada yang timbul mendadak dapat atau tidak berhubungan
dengan aktivitas tidak hilang dengan nitrogliserin atau istirahat
b. Lokasi : dada anterior, subternal, dapat menyebar ke tangan, rahang,
wajah atau tidak tentu lokasinya
c. Batuk dan atau tanpa produksi sputum
d. Pusing berdenyut selama tidur atau saat bangun
e. Kelebihan, kelemahan dan tidak dapat tidur
f. Takut mati
2.1.6 Komplikasi
2.2.6.1 Gagal Ginjal Kongestif
Merupakan kongestif sirkulatif akibat disfungsi miokardium.Infark
miokardium mengganggufungsi miokardium karena menyebabkan
pengurangan kontraktilitas, gerakan dinding yang abnormal, dan
menambah daya kembang ruang jantung.Dengan berkurangnya
kemampuan ventrikel kiri untuk mengosongkan ruang, volume kuncup
berkurang, sehingga tekanan ventrikel kiri meningkat.Akibatnya tekanan
vena pulmonalis meningkat dan dapat menyebabkan transudasi, hingga
udema paru sampai terjadi gagal jantung kiri.Gagal jantung kiri dapat
berkembang menjadi gagal jantung kanan.
2.2.6.2 Syok Kardiogenik
Diakibatkan karena disfungsi nyata ventrikel kiri sudah mengalami infark
yang massif. Timbul lingkaran setan hemodinamik progresif hebat yang
irreversible, yaitu : penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi coroner,
peningkatan kongesti paru
2.2.6.3 Disfungsi Otot Papilaris
Disfungsi iskemik atau ruptur nekrosis otot papilaris akan mengganggu
fungsi katub mikralis, memungkinakan eversi daun katub ke dalam atrium
selama sistolik.
2.2.6.4 Defek Septum Ventrikel
Nekrosis septum interventrikularis dapat menyebabkan ruptur dinding
septum sehingga terjadi defek septum ventrikel.Akibatnya curah jantung
sangat berkurang disertai peningkatan kerja ventrikel kanan dan kongesti.
2.2.6.5 Ruptur Jantung
Ruptur dinding ventrikel jantung yang bebas dapat terjadi pada awal
perjalanan infark selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum
pembentukan parut.
2.2.6.6 Tromboembolisme
Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi
kasar yang merupakan faktor predisposisi pembentukan thrombus.
Pecahan thrombus terlepas dan dapat terjadi embolisme sistemik.
2.2.6.7 Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung
kontak dengan pericardium menjadi besar sehingga merangsang
permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.Kadang
terjadi efusi perikardial.
2.2.6.8 Sindrom dressler
Sindrom pasea infark miokardium ini merupakan respon peradangan jinak
yang disertai nyeri pada pleura perikardial.Diperkirakan sindrom ini
merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap miokardium yang mengalami
nekrosis.
2.2.6.9 Aritmia
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologis sel-sel
miokardium.Perubahan ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
2.2.7.1 EKG (Elektrokardiografi)
Adanya gelombang patologik disertai peninggian S-T segmen yang
konveks dan diikuti gelombang T yang negative dan simetrik. Kelainan Q
menjadi lebar (lebih dari 0,04 sec) dan dalam (Q/R lebih dari ¼).
2.2.7.2 Laboratorium
1) Creatin fosfakinase (CPK). Iso enzim CKMB meningkat Hal ini
terjadi karena kerusakan otot, maka enzim intra sel dikeluarkan ke
dalam aliran darah. Normal 0-1 mU/mL.
2) SGOT (Serum Gluramic Oxalotransaminase Test) Nomal kurang dari
12 mU/mL. kadar enzim ini naik pada 12-24 jam setelah serangan.
3) LDH (Lactic De-Hydrogenase) Normal kurang dari 195 mU/mL.
kadar enzim biasanya baru mulai naik setelah 48 jam.
2.2.7.3 Pemeriksaan lain : Ditemukan peninggian LED, Lekositosis ringan, dan
kadang Hiperglikemi ringan.
2.2.7.4 Kateterisasi : Angiografi koroner untuk mengetahui derajat obstruksi.
2.2.7.5 Radiology : Pembesaran dari jantung.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
2.2.8.1 Medis
1) Pengelolaan segera
a) Analgetik
b) Oksigenasi
2) Reperfusi
a) Terapi trombolisa
b) PTCA
c) Bedah pintas koroner.
3) Mengurangi luasnya infark
a) Obat kelompok beta blocker
b) Obat anti koagulan dan anti platelet (Tjay & Rahardja, 2017)
2.2.8.2 Keperawatan
a) Mengajarkan teknik relaksasi untuk menurunkan nyeri
b) Memberikan posisi semi fowler untuk membantu pengembangan
ekspansi dada agar tidak terlalu sesak

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1) Secara klasik IHD digambarkan sebagai tekanan dada substernal atau rasa
berat yang menyebar di bahu dan lengan kiri, leher atau rahang, disertai
mual, diaphoresis, dan kesulitan bernafas. Biasanya diperburuk oleh
olahraga dan stress yang membaik dengan istirahat atau nitrogliserin
sublingual. Timbulnya gejala khas yang berlangsung 2 sampai 10 menit
dan jarang >30 menit. Manifestasi atipik dapat mencakup nyeri
epigastrium, nyeri lengan kanan, kepala terasa ringan, mual atau kesulitan
bernafas saja. Pada orang tua, gejala-gejala lain seperti kebingungan dan
pucat mungkin menunjukkan iskemia. Pada pemeriksaan fisik terdapat
irama derap (gallop S), sementara ditemukan selama satu episode dan
pasien mungkin menderita dispnea, diaphoresis atau terdapat bising
jantung baru.
2) Kebiasaan makan berlemak, tinggi karbohidrat menyebabkan peningkatan
kolesterol dan trigliserida dalam darah yang berperan untuk timbulnya
arterisklerosis (Graber, et all., 2016).
2.2.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons klien atau
pasien terhadap masalah-masalah kesehatan ataupun proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung secara aktual maupun potensial. Adapun
diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan IDH adalah Sebagai berikut
2.2.2.1 Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Hambatan Upaya Nafas
(SDKI 2017, D. 0005)
2.2.2.2 Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan Kontraktilitas
(SDKI 2017, D. 008)
2.2.2.3 Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (SDKI 2017,
D. 0077)
2.2.2.4 Hipervolemia berhubungan dengan Gangguan Mekanisme Regulasi
(SDKI 2017, D. 0022)
2.2.2.5 Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketikdakmampuan mencerna
makanan (SDKI 2017, D.0019)
2.2.2.6 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen (SDKI 2017, D.0056)

2.2.3 Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah tahap perencanaan kegiatan atau
tindakan yang akan dilakukan dalam asuhan keperawatan yang bertujuan untuk
meningkatkan status kesehatan pasien. Dalam penetapann intervensi dibutuhkan
data yang cukup jelas diikuti dengan diagnosis yang ditetapkan (Yeni & Ukur,
2019).Perencanaan keperawatan adalah suatu perawatan yang dilakukan
perawatan dengan didasarkan pada suatu penilaian klinis dan pengetahuan yang
dimiliki oleh perawat untuk meningkat outcome dari klien atau pasien (Bruno,
2019).
2.2.3.1 Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Kelemahan Otot
Pernafasan (SDKI 2017, D. 0005)
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengaturan Posisi
selama 1x24 menit diharapakan pola napas 1. Observasi
membaik dengan kriteria hasil:  Monitor status oksigenasi
1. Ventilasi semenit meningkat. sebelum dan sesudah
2. Penggunaan otot bantu napas menurun. mengubah posisi.
3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun 2. Terapeutik
4. Fekuensi napas membaik.  Tempatkan posisi yang
5. Kedalaman napas membaik. terapeutik.
(SLKI, L.01004 hal 95)  Atur posisi untuk mengurangi
sesak (semi-fowler).
 Tinggikan tempat tidur bagian
kepala.
 Berikan bantal yang tepat pada
leher.
 Hindari menempatkan pada
posisi yang dapat meningkatkan
nyeri.
3. Edukasi
 Ajarkan cara menggunakan
postur yang baik dan mekanika
tubuh yang baik selama
melakukan perubahan posisi.
(SIKI, I.01019 hal 293)

2.2.3.2 Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan


Kontraktilitas (SDKI 2017, D. 008)
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
selama 1x4 jam diharapkan dapat teratasi  Periksa sirkulasi perifer (mis.
dengan kriteria hasil:
Monitor tekanan darah
1. Kekuatan nadi perifer sedang
2. Lelah menurun  Monitor EKG 12 sadapan
3. Dispnea menurun
4. TTV dalam batas normalEkperesi  Monitor keluhan nyeri dada
5. Wajah meringis menurun Terapeutik
6. Keluhan nyeri berkurang menurun0-  Periksa tekanan darah dan
3
7. Tedengar suara jantung S1-S2 frekuensi nadi sebelum
(tnormal). pemberian obat Digoxin
8. Tidak terdapat edema di ekstrimitas
bawah ( pergelangan kaki) Edukasi
 Kolabrasi pemberian obat

2.2.3.3 Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis ( Iskemia)


(SDKI 2017, D. 0077)
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri
selama 3 kali pertemuan selama 30 menit
Observasi
diharapkan Tingkat nyeri menurun dengan
kriteria hasil:  Identifikasi lokasi,
1) Keluhan nyeri menurun
karakteristik, durasi,
2) Skala nyeri menurun
3) Gelisah menurun frekuensi, kualitas, intensitas
4) TTV dalam batas normal
nyeri.
5) Pola tidur membaik
4. (SLKI, L.08066 hal 145)  Identifikasi skala nyeri.
 Identifikasi respons nyeri non
verbal.
Terapeutik
 Berikan teknik non
farmakologisuntuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri. (SIKI,
I.09290 hal 201)

2.2.3.4 Hipervolemia berhubungan dengan Gangguan Mekanisme Regulasi


(SDKI 2017, D. 0022)
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Periksa tanda dan gejala
1x3 jam diharapkan status cairan dapat hypervolemia
membaik dengan kriteria hasil : 2. Monitor status
1) Ouput urine meningkat ( 5) ( 400-2000 hemodinamik
ml) 3. Monitor tanda
2) Turgor kulit meningkat (5) ( < 2 hemokonsetrasi ( kadar
detik ) natrium, BUN, hematocrit,
3) Perasaan lemah menurun (5) berat jenis urine
4) Tekanan nadi membaik (5) (60-100) 4. Monitor intake dan output
5) Tekanan darah membaik (5) ( 90/60
cairan
mmHg- 120/80 mmHg)
6) Pitting edema menurun 5. Timbang berat badan setiap
hari pada waktu yang sama
6. Batasi asupan cairan dan
garam
7. Anjurkan melapor haluaran
urine < 0,5 ml/kg/jam
dalam 6 jam
8. Anjurkan melapor jika BB
bertambah >1 kg dalam
sehari
9. Kolabrasi pemberian
diureticInj. Furosemide
10. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
diuretic

2.2.3.5 Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketikdakmampuan mencerna


makanan (SDKI 2017, D.0019)
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi (I.03119)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
diharapkan status nutrisi membaik  Identifikasi status nutrisi
(L.03030) Kriteria hasil :  Identifikasi alergi dan
1) Porsi makanan yang dihabiskan intoleransi makanan
meningkat  Identifikasi makanan yang
2) Kekuatan otot menelan meningkat disukai
3) Verbalisasi keinginan untuk  Identifikasi kebutuhan kalori
meningkatkan nutrisi meninngkat dan jenis nutrient
4) Pengetahuan tentang pilihan makanan  Monitor asupan makanan
yang sehat meningkat  Monitor berat badan
5) Pengetahuan tentang pilihan minuman
 Monitor hasil pemeriksaan
yang sehat meningkat
laboratorium
6) Pengetahuan tentang asupan nutrisi
Terapeutik :
yang tepat meningkat
 Lakukan oral hygiene sebelum
7) Penyiapan dan penyimpanan minuman
makan, jika perlu
yang aman meningkat Berat badan
indeks massa tubuh (IMT) membaik  Fasilitasi menentukan
8) Frekuensi makan membaik pedoman diet (mis. Piramida
9) Membran mukosa membaik makanan)
 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan,
jika perlu
Edukasi :
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
2.2.3.1 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen (SDKI 2017, D.0056)
Tujuan Intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi fungsi tubuh yang
diharapkan aktivitas klien dapat membaik
mengakibatkan kelelahan
dengan kriteria hasil :
1. Frekuensi nadi meningkat ( 60- 2. Monitor kelelahan fisik dan
100x/m)
emosionalKaji kemampuan
2. Keluhan lelah menurun
3. Dyspnea saat aktivitas menurun klien untuk melakukan
4. Dyspnea saat istirahat menurun
aktivitas normal
5. Perasaan lemah menurun
6. Tekanan darah membaik (90/60- 3. Catat laporan kelemahan,
120/80 mmHg)
keletihan
7. Frekuensi nafas membaik
(18-20x/mnt) 4. Monitor tanda tanda vital
5. Sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah stimulus
6. Anjurkan melakuan aktivitas
secara bertahap
7. Anjurkan tirah baring
8. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
9. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
10. Kolaborasi pemberian
suplemen zat besi jika perlu

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Menurut SIKI &Pokja(2018), implementasi keperawatan merupakan
tindakan atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan (rencana keperawatan).
Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan
tindakan keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi.
Implementasi merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan dalam
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat
(Sari, 2016). Implementasi keperawatan merupakan salah satu bagian dari lima
proses keperawatan yang dilakukan dalam bentuk tindakan yang dibutuhkan
untuk mencapai hasil dari tujuan yang diperkirakan dalam suatu asuhan
keperawatan (Bruno, 2019).
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah suatu penilaian hasil untuk menentukan
keberhasilan proses keperawatan yang telah dilakukan mulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, bahkan evaluasi dan
dokumentasi. Acuan evaluasi ini adalah hal-hal yang sudah diterapkan
sebelumnya (Yeni & Ukur, 2019). Evaluasi keperawatan disusun dengan
menggunakan SOAP yang operasional yaitu:
1) S (subjektif) adalah respon pasien yang berupa keluhan-keluhan atau
penyampaian perasaan oleh pasien atau ibu maupun keluarga setelah
dilakukannya suatu tindakan keperawatan.
2) O (objektif) adalah respon pasien atau ibu yang didapatkan melalui hasil
pengamatan tenaga kesehatan melalui sikap ibu setelah dilakukannya
tindakan keperawatan.
3) A (Assesment) adalah analisa yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
didapatkan setelah mengetahui respon subjektif dan objektif pasien atau
ibu yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ada pada
intervensi keperawatan.
4) P (Planning) adalah perencanaan yang dibuat untuk melakukan tindakan
selanjutnya setelah dilakukannya analisa atau assesment oleh tenaga
kesehatan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Febiyanti


NIM :2022-04-14901-020
Ruang Praktek : Ruang Sakura
Tanggal Praktek : 31 Oktober 2022
Tanggal& Jam Pengkajian : 31 Oktober 2022, Pukul 12.30

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tn. S
Umur :56 Tahun
Agama : Hindu
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Pendidikan :SD
Pekerjaan : Petani
Suku bangsa : Dayak/ Indonesia
Alamat : Petak Bahenda
Tanggal Masuk :28 Oktober 2022
Tanggal Pengkajian : 01 Oktober 2022
No. Register :40.90.18
Diagnose medis : IHD

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. P
Umur : 28 Tahun
Hub. Dengan pasien : Anak Pekerjaan :-
Alamat :Jl. Sanga buana I, no 35, Palangka Raya
2. Status Kesehatan
a. Status kesehatansaatini
1) Keluhan utama (saat MRS dan Saat ini)
Klien mengeluh nyeri pada pada ulu hati, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk
pada saat beraktivitas maupun pada saat beristirahat nyeri hilang timbul
dengan durasi kurang lebih 30 menit menumbus ke berakang dengan skala
nyeri 4.
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan saat ini
Klien mengatakan pada tanggal 28 oktober klien mengeluh nyeri perut dan
sesak nafas, klien kemudian langsung dibawa oleh anaknya ke IGD dr Doris
Sylvanus untuk segera dilakukan perawatan. Setelah sampai di IGD petugan
lansung melakukan pemeriksaan dengan hasil : Td :176/100 N: 80x/mnt,
RR: 22x/m, SPO2 : 99%. Oleh dokter klien di diagnosa IHD, klien
kemudian diobservasi,setelah diobservasi klien dipindahkan keruangan
ICVCU. Kemudian pada tgl 31 oktober 2022 klien dipindahkan ke Ruang
Sakura.
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Klien langsung dibawa ke IGD dr Doris Sylvanus untuk segera dilakukan
pengobatan
b. Status kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yg diderita
sebekumnya, klien mengatakan memiliki riwayat penyaki Hipertentsi.
2) Pernah dirawat
Klien mengatakan tidak pernah dirawat sebelumnya baik di rumah sakit
ataupun fasilitas kesehatan lainnya.
3) Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat ataupun alergi
makanan
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll)
Klien mengatakan memiliki kebiasaan merokok dan mengkonsumsi kopi.
c. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi dan tidak memiliki
riwayat penyakit DM, ASMA, TB dan lainnya.
d. Diagnose medis dan therapy
Klien didiagnosa mengalami IHD dan telah berikan perawatan di ruangan
ICVCU. Teraphy yang diberikan :IVFD NaCl 0,9%, Catopril, Bisoprolol, dan
Atorvastatin.

II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL(bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


1. Pola persepsi dan Pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit:
Sebelum sakit klien mengatkan penyakit yang diderita adalah penyakit ringan
sehingga klien berpikir lama-kelamaan akan sembuh.
Saat sakit:
Klien mengatkan dapat mengetahui penyakitnya setelah dirawat. Dan jika da
keluarga yang sakit akan dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat untuk
mengetahui penyakitnya.
2. Pola nutrisi dan
metabolic Sebelum sakit:
Klien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari/ 1 porsi dengan menu nasi,
sayur, ikan, tahu, tempe. Klien mengatakan sering mengkonsumsi kopi 3-4
gelas/hari
Saat sakit:
Klien mengatakan selama sakit klien makan 3x sehari/1 porsi dengan menu diet
oral : bubur lunak, susu dll.
3. Pola eliminasi
1) Eliminasi Feses
Sebelumsakit :
BAB: 1x/sehari
Saatsakit :
BAB: 1x/sehari
2) BAK
Sebelum sakit:
BAK: 3-4xSehari
Saat sakit:
BAK: 2-3 Sehari

4. Pola aktivitas dan latihan


1) Aktivitas
Kemampuan
0 1 2 3 Penilaian:
Perawatan diri 0: Mandiri
Makan dan minum 0 1: Kergantungan minimal
Mandi 0 2: Keteragntungan parsial
3: Ketergantungan total
Toileting 0
Berpakaian 0
Berpindah 1

Saat dikaji klien dapat melakukan perawatan diri seperti makan, minum,
mandi, ketoilet, dan berpakaian, namun untuk berpindah klien dibantu
keluarga karena takut klien jatuh dari bed.
2) Latihan
Klien mengatakan baik saat sehat maupun saat sakit klien tidak melakukan
latihan apapun.
5. Pola kognitif dan perceptual sensori
 Kognitif
Sebelum sakit: klien mengatakan tidak mengalami gangguan kognitif-
sensori seperti penglihatan, pendengarn, berbicara mengingat dan
sebagainya
Saat sakit:
Selama perawatan klien mengeluh nyeri di area perut.
 Persepsi
Sebelum sakit: Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya.
Saat sakit: klien mengatakan merasa lebih baik setelah dilakukan
perawatan, dan ingin segera pulang.
6. Pola persepsidiri dan Konsepdiri
 Persepsi diri :
Sebelum sakit: Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya.
Saat sakit: klien mengatakan merasa lebih baik setelah dilakukan
perawatan, dan ingin segera pulang.
 Konsep diri : klien mengatkan tidak merasa malu atau rendah diri dengan
kondisinya sekarang

7. Pola istirahat
tidur Sebelum
sakit:
Klien mengatakan sebelum sakit tidur siang selama 1 jam dan tidur malam
selama 8 jam
Saat sakit:
Saat sakit klien mengeluh susah tidur dan istirahat karena perut terasa sakit dan
kadang sesak. Tidur malam hanya 1-2 jam saja.
8. Pola peran hubungan dengan orang lain
Sebelum sakit:
Sebelum sakit klien bekerja sebagai petani, klien memiliki hubungan yang baik
dengan keluarga, tetanggan dan teman nya.
Saat sakit:
Selama sakit klien juga memiliki hubungan yang baik dengan petugas
kesehatan, keluarga, maupun keluarga pasien lainnya.
9. Pola seksual-reproduksi:
Klien memiliki 6 orang anak, klien mengatakan selama sakit tisak melakukan
hubungan suami istri.
10. Pola mekanis mekoping:
Klien nampak tenang dan berharap untuk kesembuhan penakitnya dan berusaha
untuk sembuh dari penyakit yang diderita.
11. Pola nilai dan kepercayaan:
Klien beragama hindu, klien mengatakan bahwa Tuhan akan meberikan
kesebuhan padanya.
III. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum:
Tingkat kesadaran: Composmethis
GCS:15 Mata: 4 Verbal: 5 Motorik:6
b. Tanda-tanda vital
Nadi :81x/mnt
Suhu : 36,4
TD : 140/110
RR : 24x/mnt
Spirometri : tidak dikaji.

c. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher: (kepala,rambut,hidung,telinga,mata,mulut dan
leher) Inspeksi :
Kepala: bentuk kepala simetris, rambut bersih beruban dan tidak ada
ketombe.
Mata : sclera tidak ikterik, konjung tiva tidak anemis, pupil isokor, reflek
cahaya positif, mata cekung.
Hidung : tidak ada gerakan cuping hidung, fungsi dan struktur normal,tidak
ada gangguan penciuman
Mulut : nampak kering
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi: tidak ada benjolan ataupun edema, dan tidak ada nyeri tekan.

2) Dada:
1. Paru:
Suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan, terdapat dispnea
dan takipnea. RR: 24x/mnt, SPO2: 99%
2. Jantung: Iktus cordis tidak teraba, bunyi jantung normal, S1 S2,lub dub.
3) Payudara dan ketiak:
Tidak terdapat nyeri ataupun benjolan diarea payudara dan ketiak.
4) Abdomen:
Inspeksi : Saat dikaji didapatkan hasil: tidak ada benjolan, kulit nampak
bersih
Auskultasi : Pada saat dikaji didapatkan hasil : bising usus 10x/ menit
Palpasi : Saat dikaji didapatkan nyeri tekan diatas
umbilikus Perkusi : saat dikaji didapatkan hasil suara tympani.

5) Genetalia :
Inspeksi : tidak dikaji
Palpasi : tidak dikaji

6) Integument:
Pada saat dikaji didapatkan hasil : turgor kulit lembab, elastisitas kulit < 3
detik, tidak ada sianosis, tidak ada ikterik.
7) Ektremitas :
1. Atas :
Pada saat dikaji didapatkan hasil : turgor kulit lembab, tidak ada
clubbing finger, elastisitas kulit < 3 detik, tidak terdapat edema di
eketermitas atas, kekuatan otot 5/5. Terpasang infus ditangan kiri.
2. Bawah :
Pada saat dikaji didapatkan hasil : turgor kulit lembab, elastisitas kulit <
3 detik, tidak terdapat edema di eketermitas bawah, kekuatan otot 5/5

8) Neurologis:
1. Status mental dan emosi: (tingkat kesadaran, orientasi, memori, suasana
hati dan afek nyeri,intelektual, bahasa).
Pada saat dikaji kien dalam kondisi sadar penuh, klien mengetahui
bahwa dirinya sedang dirawat di rumah sakit, klien mampu
membedakan waktu pagi, siang dan malam. klien mampu
berkomunikasi dengan baik mengunakan bahasa dayak dan indonesia
dan mampu menjawab pertanyaan dari perawat, raut wajah meringis.
2. Pengkajian saraf cranial:
Setelah dilakukan pengkajian didapatkan hasil : Nervus I- XII tidak
mengalami gangguan.
3. Pemeriksaan reflek:
4. Pemeriksaan Sensorik :
Pada saat dikaji kelima panca indera klien tidak megalami gangguan.
5. Pemeriksaan motorik :
6. Pemeriksaan rangsangan meningeal
Pada saat dikaji didapatkan hasil : kaku duduk (-),brudzinski I(-)
,brudzinski II (-), Kernig (-)

IV. DATA PENUNJANG


1) Data laboratorium yang berhubungan:

No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


1 Hgb 12,7 g/dL (13.00-16,00 g/dL
2) Pemeriksaan radiologi
-.
3) Hasil konsultasi:
-
4) Terapi farmakologi:

No Teraphy Dosis Rute Indikasi


1. Inf. NaCl 0,9% IV Untuk pemenuhan kebutuhan cairan
2. Aspillet 1x80 mg Digunkan untuk mencegah dan
menangani angina pectoris dan
infark miokard
3 Alprazolam 1x 0,5 Oral Untuk mengatasasi gangguan
mg kecemasan dangangguan panik
4 Clopidogrel Untuk pencegahan gangguan
tromboemboli dan sindrom koroner
Akut
5. Oksigen nasal 2L Untuk memenuhi kebutuhan
oksigen

5) Pemeriksaan penunjang diagnostik lain :


- CT Abdomen ( kontras), Hasil :
1. Aorta abdominal dilatasi bentuk fusiform sepanjang+/- 8,3 cm pada level diameter
proksimal +/- 4,7 cm. diameter distal +/-4,9 cm, diameter terbesar +/-6.2 cm disertai
thrombus pada a, iliaca kiri.
2. Tampak thrombus pada a, iliaca kiri.
3. Ginjal kanan : bentuk, ukuran dan densitas parenkim dalam batas normal.
4. Ginjal kiri: bentuk, ukuran dan densitas parenkim dalam batas normal.
5. Hepar, Gallbladder, Pancreas, Lien, Vesica Urinaria : dalam batas normal
6. Tidak ada pembesaran KGB paraaorta abdominalis
7. Tidak ada densitas cairan pada cavum peritoneum
8. Osteofit CV Lumbalis, Degenratif dics disease CV 2-3,3-4, 4-5.

B. ANALISA DATA

No Data Interpretasi Masalah


1. DS : Nyeri Akut
Klien mengeluh nyeri pada ulu
hati tembus kebelakang, nyeri
terasa seperti ditusuk- tusuk
,nyeri hilang timbul dengan
durasi kurang lebih 30 menit,
skala nyeri 4.
DO:
- Klien nampak meringis
- Klien nampak gelisah
- TD: 140/110 mmHg
- N : 71x/mnt
- S:
- RR : 24x
- Spo2 : 99

2. Ds : Gangguan Pola
Klien mengeluh susah tidur dan Tidur
sering terjaga terutama pada
malam hari.
DO:
- Klien nampak gelisah
- Pola tidur sesudah sakit :
Malam hari 1-2 jam
- TD: 140/110 mmHg
- N : 71x/mnt
- S:
- RR : 24x
- Spo2 : 99
B. Diagnosa keperawatan
No Tanggal/ Diagnosakeperawatan
Jam ditemukan
31 Oktober 2022 Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencidera
1 Pukul 16.30 fisiologis (Iskemik) di tandai dengan Klien mengeluh
nyeri pada ulu hati tembus kebelakang, nyeri terasa
seperti ditusuk- tusuk, nyeri hilang timbul dengan durasi
kurang lebih 30 menit, skala nyeri 4, Klien nampak
meringis, Klien nampak gelisah, TD: 140/110 mmHg,
N : 71x/mnt, S : 36,4 ℃, RR : 24x, Spo2 : 99

2 01 Oktober 2022 Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Kurangnya


Pukul 11.00 Kontrol tidur ditandai dengan Klien mengeluh susah
tidur dan sering terjaga terutama pada malam hari, Klien
nampak gelisah, Pola tidur sesudah sakit : Malam hari 1-
2 jam, TD: 140/110 mmHg, N : 71x/mnt S : 36,4, RR :
24x, Spo2 : 99.
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

RencanaPerawatan
No
Hari/ tgl Ttd
Diagno
Tujuan dan
Intervensi
kriteriahasil
1 Dx 1 Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
tindakan keperawatan
nyeri.
selama 1x7 jam
diharapkan Tingkat 2. Identifikasi skala nyeri.
nyeri menurun dengan
3. Identifikasi respons nyeri non verbal.
kriteria hasil:
1) Keluhan nyeri 4. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
menurun
5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
2) Skala nyeri
6. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
menurun
3) Gelisah menurun
4) TTV dalam batas
normal
5) Pola tidur
membaik
(SLKI, L.08066 hal
145)
2. Dx 3 Setelah dilakukan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
tindakan keperawatan 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
selama 1x7 jam ( fisik atau psikologis)
diharapakan pola tidur 3. Modifikasi lingkungan (mis. pecahayaan,
membaik dengan kebisingan, suhu, matras dan tempat
kriteria hasil: tidur)
1. Keluhan sulit 4. Tetapkan jadwal tidur rutin
tidur menurun 5. Sesuaikan jadwal pemberian obat atau
2. Keluhan sering tindakan untuk menunjang siklus tidur-
terjaga menurun terjaga
3. Keluhan pola 6. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
tidur berubah sakit
Menurun 7. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
4. Keluhan istirahat 8. Kolabolaborasi pemberian obat tidur, jika
tidak cukup perlu
menurun
5. Kemampuan
beraktivitas
meningkat.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/tgl/ No
No Tindakan Keperawatan Ttd
Jam Dx
1 31 oktober 2022 DX 1 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri.
3. Identifikasi respons nyeri non verbal.
4. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
5. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
6. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
2 1 November 2022 DX 2 1. Mengdentifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Mengdentifikasi faktor pengganggu tidur ( fisik atau psikologis)
3. Memodifikasi lingkungan (mis. pecahayaan, kebisingan, suhu, matras
dan tempat tidur)
4. Menyesuaikan jadwal pemberian obat atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur-terjaga
5. Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
6. Berkolaborasi pemberian obat tidur, jika perlu

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/tgl/
No No Dx Evaluasi Ttd
Jam
1 31 oktober 2022 Dx 1 S : Klien nyeri sedikit berkurang.
Pukul 14.20 wib
O:
- Meringis nampak berkurang,
- Gelisah berkurang
- TD : 100/90
- N :70
- S :36,4
- RR : 22
- Skala nyeri 3
A : Masalah teratasi sebangian,
P : Lanjutkan intervensi 1, 2 dan 6
2. 2 November 2022 S : klien mengatakan masih susah tidur malam dan sering terjaga
Pukul 07.30 wib O:
- TD : 110/90
- N :81
- S :36,6
- RR : 22
- Lama tidur malam 2-3 jam
- Klien nampak lelah

A : Masalah belum teratasi,


P : Lanjutkan Intervensi no 5 dan 8.
CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/ Tanggal Evaluasi


1 2 November 2022 S : Klien nyeri berkurang.

O:
- Meringis nampak berkurang,
- Gelisah berkurang
- TD : 100/90
- N :70
- S :36,4
- RR : 22
- Skala nyeri 2
A : Masalah teratasi sebangian,
P : Lanjutkan intervensi 1, 2 dan 6
2 2 November 2022 S:
klien mengatakan
sudah dapat tidur
namun masih sering
terjaga
O:
- TD : 120/90
- N :81
- S :36,6
- RR : 22
- Lama tidur malam 2-3 jam
- Klien masih nampak lelah

A : Masalah belum teratasi,


P : Lanjutkan Intervensi no 5 dan 8.
CATATAN PERKEMBANGAN

No Hari/ Tanggal Evaluasi


1 3 November 2022 S : Klien nyeri berkurang.

O:
- Meringis nampak berkurang,
- Gelisah berkurang
- TD : 110/87
- N :70
- S :36,2
- RR : 22
- Skala nyeri 2
A : Masalah teratasi sebangian,
P : Lanjutkan intervensi 6
2 3 November 2022 S:
klien mengatakan
sudah dapat tidur
namun masih sering
terjaga
O:
- TD : 120/90
- N :76
- S :36,2
- RR : 20
- Lama tidur malam 5-6 jam
- Klien masih nampak lelah

A : Masalah belum teratasi,


P : Lanjutkan Intervensi no 5 dan 8.
DAFTAR PUSTAKA

Asikin & Nuralamsyah. 2016. Keperawatan Bedah Sistem Kardiovaskular.


Parepare: Erlangga. Aspiani, Reny Y. 2014. Asuhan Keperawatan
Gerontik Jilid 1. Jakarta: CV. Trans Info.
Hariyanto, Awan & Rini, S. 2015. Keperawatan Medikal Bedah 1 dengan
Diagnosis Nanda Internasional. Jogjakarta: AR-RUZZ Media.
Kasron. 2016. Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Nugroho, Taufan, Bunga, T.P & Dara, K.P, 2016. Teori Asuhan Keperawatan
Gawat Darurat. 2016. Jogjakarta: Nuha Medika.
Padila. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta: Nuha Medika. Tim Pokja
SDKI DPP
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai