Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN JIWA PASIEN TN.Y DENGAN ISOLASI


SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI

Disusun Oleh :
Fredrick Immanuel
NIM : 2022-04-14901-024

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA


RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PROGRAM STUDI PROFESI
NERS TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Nama : Fredrick Immanuel
NIM : 2022-04-14901-024
Program Studi : Profesi Ners
Judul : “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada
Tn.Y dengan diagnosa Isolasi Sosial di Ruang Benuas RSJ
Kalawa Atei”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Stase Keperawatan Jiwa Pada Program Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disahkan oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Suryagustina., Ners, M.Kep Khairina Liyiny Hilma, S.Kep., Ners

ii
iii

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.Y
dengan diagnosa Isolasi Sosial di Ruang Benuas RSJ Kalawa Atei”. Laporan
pendahuluan asuhan keperawatan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik
klinik Program Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa.
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Profesi
Ners STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Isna Wiranti, S.Kep., Ners selaku Koordinator Praktik Klinik Program
Profesi Ners.
4. Ibu Khairina Liyiny Hilma, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Lahan Ruang
Benuas RSJ Kalawa Atei yang telah banyak memberikan saran dan
bimbingannya dalam menyelesaikan asuhan keperawatan.
5. Ibu Suryagustina., Ners, M.Kep. selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan
asuhan keperawatan ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan asuhan keperawatan ini
mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan
mudah-mudahan laporan pendahuluan asuhan keperawatam ini dapat mencapai
sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 6 Maret 2023

Fredrick Immanuel

iii
iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................1
1.1 Konsep Isolasi Sosial: Menarik Diri.................................................................1
1.1.1 Definisi Isolasi Sosial: Menarik Diri.....................................................1
1.1.2 Rentang Respon....................................................................................2
1.1.3 Penyebab............................................................................................... 2
1.1.4 Tanda dan gejala...................................................................................3
1.1.5 Mekanisme Koping............................................................................... 4
1.1.6 Akibat yang ditimbulkan.......................................................................4
1.1.7 Pohon Masalah...................................................................................... 5
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien dengan Gangguan Konsep
Diri: Isolasi Sosial (Menarik Diri)................................................................... 6
1.2.1 Pengkajian............................................................................................. 6
1.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................10
1.2.3 Rencana Tindakan Keperawatan.........................................................11
1.2.4 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial...............12
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN JIWA......................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

iv
1

BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Isolasi Sosial: Menarik Diri


1.1.1 Definisi Isolasi Sosial: Menarik Diri
Isolasi social adalah suatu sikap individu menghindari diri dari interaksi
dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilanngan hubungan akrab dan
tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau
kegagalan (Yosep, 2009, hlm.229).
Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain (Townsend
M.C. dalam Muhith A, 2015). Sedangkan, penarikan diri atau withdrawal
merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya
terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau
menetap (Depkes RI, dalam Muhith A, 2015). Jadi menarik diri adalah keadaan
dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan dan
menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat
sementara atau menetap.
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain. (Yusuf, Fitryasari and Endang
Nihayati, 2015)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Isolasi Sosial: Menarik Diri merupakan
keaadaan seseorang yang mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain karena mungkin merasa ditolak, kesepian dan tidak
mampu membina hubungan yang baik antar sesama dan oranglain disekitarnya
2

1.1.2 Rentang Respon


Menurut (Ah Yusuf dkk, 2015) Suatu hubungan antarmanusia akan berada
pada rentang respons adaptif dan maladaptif seperti tergambar di bawah ini.

Respons Adaptif Respons Maladaptif

 Menyendiri  Manipulasi
 Merasa sendiri
 Otonomi  Impulsif
 Menarik diri
 Bekerjasama  Narsisme
 Ketergantungan
 Saling bergantung

1.1.3 Penyebab
A. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pendukung yang dapat menyebabkan isolasi sosial
adalah :
a) Faktor Perkembangan
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu /
pengasuh kepada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya.
b) Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku. Sikap bermusuhan / hostilitas.
Sikap mengancam dan menjelek – jelekkan anak. Ekspresi emosi yang
tinggi. Orang tua atau anggota keluarga sering berteriak, marah untuk
persoalan kecil / spele, sering menggunakan kekerasan fisik untuk
mengatasi masalah, selalu mengkritik, mengkhayalkan, anak tidak
diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tidak memberi
pujian atas keberhasilan anak .
c) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Contoh : Individu yang
berpenyakit kronis, terminal, menyandang cacat atau lanjut usia.
Demikianlah kebudayaan yang mengizinkan seseorang untuk tidak
keluar ruman (pingit) dapat menyebabkan isolasi sosial.
3

d) Faktor biologi
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden
tertinggi skizofrenia di temukan pada keluarganya yang anggota
keluarga menderita skizofrenia.

B. Faktor Presipitasi
Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor

a) Stressor sosial budaya


Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti: perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai kehilangan pasangan pada usia tua,
kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara .
b) Stressor Giokimic
Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus
saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia
c) Stressor biologic dan lingkungan sosial
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering
terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan, maupun biologis.
d) Stressor psikologis
Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Ego pada klien psikotik
mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stres. Hal ini
berkaitan dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak
pada fase sinibiotik sehingga perkembangan psikologis individu
terhambat.

1.1.4 Tanda dan gejala


a) Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b) Menghidar dari orang lain (menyendiri)
c) Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya pada saat
makan.
4

d) Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.


e) Komunikasi kurang / tidak ada.
f) Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.
g) Tidak ada kontak mata : klienlebih sering menunduk.
h) Mengurung diri di kamar / tempat terpisah, klien kurang dalam
mobilitas.
i) Menolak berhubungan dengan orang lain.
j) Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan
kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.

1.1.5 Mekanisme Koping


Individu yang mengalami respon sosial maladiptif menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan
dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik (gall,W Stuart 2006). Koping
yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial antara lain proyeksi,
spliting dan merendahkan orang lain, koping yang berhubungan dengan gangguan
kepribadian ambang spliting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi, idealisasi orang
lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyektif.
Menurut Gall W. Stuart (2006), sumber koping yaang berhubungan dengan
respon sosial maladaptif meliputi keterlibatan dalam hubungan keluarga yang
luasan teman, hubungan dengan hewan peliharaan dan penggunaan kreatifitas
untuk mengekspresikan stress interpersonal misalnya kesenian, musik atau tulisan.

1.1.6 Akibat yang ditimbulkan


Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan
persepsi sensori halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi
sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang
tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau
mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada.

Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari panca


indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat
disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.Halusinasi
merupakan pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus
5

sensori eksternal yang meliputi lima perasaan (pengelihatan, pendengaran,


pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah
halusinasi pendengaran.

1.1.7 Pohon Masalah


Menurut Stuart and Sundeen (2007) dalam Ernawati (2009). Salah satu
gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial
yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang bisa di alami klien dengan
latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewan, dan
kecemasan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan klien semakin sulit dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi
atau mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian
terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam
perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitive antara lain
pembicaraan yang austistic dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan,
sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi (Ernawati, 2009).
1. Risiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
2. Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Akibat (Efek) Risiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Masalah (Core) Isolasi Sosial : Menarik Diri


Problem

Penyebab (Causa) Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Koping Individu tidak efektif

Sumber: (Keliat, 2006)


6

1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien dengan


GangguanKonsep Diri: Isolasi Sosial (Menarik Diri)
1.2.1 Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, status mental, suku bangsa, alamat, nomor rekam medis,
ruang rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosis
medis.Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat.
b. Alasan Masuk
1. Apa penyebab klien datang ke RSJ?
2. Apa yang sudah dilakukan keluarga?
3. Bagaimana hasilnya?
Data Subjektif: Pasien mengatakan malas bergaul dengan orang lain,
tidak ingin ditemani perawat dan minta untuk sendirian, tidak mau
berbicara dengan orang lain, tidak mau berkomunikasi, data tentang
pasien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui keterbatasan
pasien (suami, istri, anak, ibu, ayah, atau teman dekat.
Data Objektif: Kurang spontan, apatis (acuh terhadap lingkungan),
ekspresi wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan kebersihan diri, tidak ada atau kurang komunikasi
verbal, mengisolasi diri, tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan
sekitarnya, asupan makanan dan minuman terganggu, retensi urin dan
feses, aktivitas menurun, kurang berenergi atau bertenaga, rendah diri,
postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (khususnya pada
posisi tidur).
c. Faktor Predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orangtua, harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya;
perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus
dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu
karena sesuatu yang terjadi (korban perkosaan, dituduh
7

KKN, dipenjara tiba-tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai


Klien/perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
d. Fisik
Pemeriksaan fisik mencakup semua sistem yang ada hubungannya
dengan klien depresi berat didapatkan pada sistem integumen klien
tampak kotor, kulit lengket di karenakan kurang perhatian terhadap
perawatan dirinya bahkan gangguan aspek dan kondisi klien
e. Psikososial Konsp Diri:
1) Gambaran Diri : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh
yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan
tubuh, persepsi negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian
tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus asaan,
mengungkapkan ketakutan.
2) Ideal Diri : Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya:
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
3) Harga Diri : Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri
4) Penampilan Peran : Berubah atau berhenti fungsi peran yang
disebabkan penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK
5) Identitas Personal : Ketidakpastian memandang diri, sukar
menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan
f. Hubungan Sosial
Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubungan
sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang
diikuti dalam masyarakat
g. Spiritual
Nilai dan keyakinan klien, pandangan dan keyakian klien terhadapap
gangguan jiwa sesuai dengan norma dan agama yang dianut pandangan
masyarakat setempat tentang gangguan jiwa. Kegiatan ibadah : kegiatan
di rumah secara individu atau kelompok
8

h. Status Mental
Kontak mata klien kurang/tidak dapat mempertahankan kontak mata,
kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup.
1) Penampilan
Biasanya pada Klien menarik diri klien tidak terlalu
memperhatikan penampilan, biasanya penampilan tidak rapi, cara
berpakaian tidak seperti biasanya (tidak tepat)
2) Pembicaraan
Cara berpakaian biasanya di gambarkan dalam frekuensi, volume
dan karakteristik. Frekuansi merujuk pada kecepatan Klien
berbicara dan volume di ukur dengan berapa keras klien berbicara.
Observasi frekuensi cepat atau lambat, volume keras atau lambat,
jumlah sedikit, membisu, dan di tekan, karakteristik gagap atau
kata-kata bersambungan.
3) Aktifitas Motorik
Aktifitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik klien. Tingkat
aktifitas
: letargik, tegang, gelisah atau agitasi. Jenis aktifitas : seringai atau
tremor. Gerakan tubuh yang berlebihan mungkin ada hubunganya
dengan ansietas, mania atau penyalahgunaan stimulan. Gerakan
motorik yang berulang atau kompulsif bisa merupakan kelainan
obsesif kompulsif
4) Alam Perasaan
Alam perasaan merupakan laporan diri klien tentang status
emosional dan cerminan situasi kehidupan klien. Alam perasaan

dapat di evaluasi dengan menanyakan pertanyaan yang sederhana


dan tidak mengarah
seperti “bagaimana perasaan anda hari ini” apakah klien
menjawab bahwa ia merasa sedih, takut, putus asa, sangat gembira
atau ansietas.
9

5) Afek
Afek adalah nada emosi yang kuat pada klien yang dapat di
observasi oleh perawat selama wawancara. Afek dapat di
gambarkan dalam istilah sebagai berikut : batasan, durasi,
intensitas, dan ketepatan. Afek yang labil sering terlihat pada
mania, dan afek yang datar,tidak selaras sering tampak pada
skizofrenia
6) Persepsi
Ada dua jenis utama masalah perseptual : halusinasi dan ilusi.
Halusinasi di definisikan sebagai kesan atau pengalaman sensori
yang salah. Ilusi adalah persepsi atau respon yang salah terhadap
stimulus sensori. Halusinasi perintah adalah yang menyuruh klien
melakukan sesuatu seperti membunuh dirinya sendiri, dan melukai
diri sendiri.
7) Interaksi Selama Wawancara
Interaksi menguraikan bagaimana klien berhubungan dengan
perawat. Apakah klien bersikap bermusuhan,tidak kooperatif,
mudah tersinggung, berhati-hati, apatis, defensive,curiga atau
sedatif
8) Proses Pikir
Proses pikir merujuk “ bagaimana” ekspresi diri klien proses diri
klien diobservasi melalui kemampuan berbicaranya. Pengkajian
dilakukan lebih pada pola atas bentuk verbalisasi dari pada isinya
9) Isi Pikir
Isi pikir mengacu pada arti spesifik yang diekspresikan dalam
komunikasi klien. Merujuk pada apa yang dipikirkan klien
walaupun klien mungkin berbicara mengenai berbagai subjek
selama wawancara, beberapa area isi harus dicatat dalam
pemeriksaan status mental. Mungkin bersifat kompleks dan sering
disembunyikan oleh klien.
10) Tingkat Kesadaran
Pemeriksaan status mental secara rutin mengkaji orientasi klien
10

terhadap situasi terakhir. Berbagai istilah dapat digunakan untuk


menguraikan tingkat kesadaran klien seperti bingung, tersedasi
atau stupor
11) Memori
Pemeriksaan status mental dapat memberikan saringan yang cepat
tehadap masalah-masalah memori yang potensial tetapi bukan
merupakan jawaban definitif apakah terdapat kerusakan yang
spesifik. Pengkajian neurologis diperlukan untuk menguraikan
sifat dan keparahan kerusakan memori. Memori didefinisikan
sebagai kemampuan untuk mengingat pengalaman lalu.
12) Tingkat Konsentrasi dan Kalkulasi
Konsentrasi adalah kemampuan klien untuk memperhatikan
selama jalannya wawancara.Kalkulasi adalah kemampuan klien
untuk mengerjakan hitungan sederhana
13) Penilaian
Penilaian melibatkan perbuatan keputusan yang konstruktif dan
adaptif termasuk kemampuan untuk mengerti fakta dan menarik
kesimpulan dari hubungan
14) Daya Titik Diri
Penting bagi perawat untuk menetapkan apakah klien menerima
atau mengingkari penyakitnya
i. Kebutuhan Persiapan Pulang
Pengkajian diarahkan pada klien dan keluarga klien tentang
persiapan keluarga, lingkungan dalam menerima kepulangan klien.
Untuk menjaga klien tidak kambuh kembali diperlukan adanya
penjelasan atau pemberian pengetahuan terhadap keluarga yang
mendukung pengobatan secara rutin dan teratur.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial


1.2.2.1 Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
1.2.2.2 Risiko perubahan sensori persepsi: halusinasi berhubungan dengan
menarik diri.
11

1.2.3 Rencana Tindakan Keperawatan : melaksanakan SP Isolasi sosial


Tujuan Tindakan pada pasien mampu
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Menyadari penyebab isolasi sosial.
c. Berinteraksi dengan orang lain
Tujuan Tindakan pada keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial
dirumah
a. Melatih keluarga merawat pasien isolasi sosial.
b. Memperagakan cara berkomunikasi dengan pasien.
c. Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara
berkomunikasi dengan pasien.
12

1.2.4 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) Isolasi Sosial

SP Pasien SP Keluarga
Pertemuan 1 Pertemuan 1
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi pasien : siapa yang 1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
serumah, siapa yang dekat, yang tidak dekat, dan apa merawat pasien
adanya 2. Jelaskan pengertian isolasi sosial, tanda dan gejala serta
2. Mendiskusikan dengan pasien tentang keuntungan proses terjadinya isolasi sosial (gunakan booklet)
punya teman dan bercakap-cakap 3. Jelaskan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
3. Mendiskusikan denga pasien tentang kerugian tidak 4. Latih dua cara merawat : cara berkenalan, berbicara saat
punya teman dan tidak bercakap-cakap melakukan kegiatan harian
4. Latih cara berkenalan dengan pasien dan perawat atau 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan
teman pujian saat besuk
5. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
berkenalan
Pertemuan 2 Pertemuan 2
1. Evaluasi kegiatan berkenalan (beberapa orang beri 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat / melatih pasien
pujian) berkenalan dan berbicara saat melakukan kegiatan harian.
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian Beri pujian
(latih 2 kegiatan) 2. Jelaskan kegiatan rumah tangga yamg dapat melibatkan
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan pasien berbicara (makan, sholat bersama) di rumah
berkenalan 2-3 orang pasien, perawat dan tamu, 3. Latih cara membimbing pasien berbicara dan memberi
berbicara saat melakukan kegiatan harian pujian
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal saat besuk
Pertemuan 3 Pertemuan 3
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (beberapa orang) 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat / melatih
dan berbicara saat melakukan dua kegiatan harian. Beri berkenalan, bebicara pasien saat melakukan kegiatan
pujian harian. Beri pujian
2. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 2. Jelaskan cara melatih pasien melakukan termasuk minum
kegiatan baru) obat (discharge planning)
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan 3. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
berkenalan 4-5 orang berbicara saat melakukan 4
kegiatan harian
Pertemuan 4 Pertemuan 4
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicarar saat 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien
melakukan empat kegiatan harian. Beri pujian berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian / RT,
2. Latih cara bicara sosial : meminta sesuatu, menjawab berbelanja. Beri pujian
pertanyaan 2. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM, tanda kambuh dan
3. Masukan pada jadwal kegiatan latiha berkenalan > 5 rujukan
orang, orang baru, berbicara saat melakukan kegiatan 3. Anjurkan membantu pasien sesuia jadwal kegiatan dan
harian dan sosialisasi memberikan pujian
Pertemuan 5 sd 12 Pertemuan 5 sd 12
1. Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat / melatih pasien
melakukan kegiatan harian dan sosialisasi. Beri pujian berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian, RT,
2. Latih kegiatan harian berbelanja dan kegiatan lain, follow up. Beri pujian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri 2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
4. Nilai apakah isolasi sosial teratasi 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ /
PKM

Sumber : (Ramdhani, Aris dkk. 2020)


13

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No. 110 Palangka Raya Telp/Fax.(0536) 3227707
E-Mail : stikesekaharap110@yahoo.com

BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN


KESEHATAN JIWA

Ruangan Rawat : Benuas


Tanggal Dirawat : 1 Maret 2023

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : .Tn.Y (L)
Umur : 24 tahun
Tanggal Pengkajian : 7 Maret 2023
Informan : Perawat Ruangan dan Pasien

II. ALASAN MASUK DAN FAKTOR PENCETUS


Pasien diantar oleh keluarganya ke RSJ Kalawa Atei pada tanggal 26 Februari 2023 datang
dengan keluhan ± 5 bulan putus obat dan kontrol. 3 hari sebelum masuk rumah sakit, keluarga
mengatakan pasien jalan-jalan telanjang didalam dan diluar rumah, sering menyendiri
didalam rumah dan menangis, diajak bicara tidak nyambung, dan banyak diam setiap ditanya.
Setelah makan tempat makan dibuang dan pakaiannya dibuang sendiri. Keluarga kewalahan
mengurus Tn.Y lalu memutuskan untuk diantar ke RSJ Kalawa Atei.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu:
Ya, pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu sejak berdirinya RSJ Kalawa Atei
Bukit Rawi.
2. Pengobatan sebelumnya: kurang berhasil
Pasien mengatakan pernah mendapat pengobatan tetapi kurang berhasil
3. a. Aniaya fisik : Pasien tidak pernah mengalami aniaya fisik
b. Aniaya seksual : Pasien tidak pernah mengalami aniaya seksual
c. Penolakan : Pasien tidak pernah mengalami penolakkan
d. Kekerasan dalam : Pasien tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarga
sebagai pelaku
e. Tindakan criminal : Pasien tidak pernah melakukan tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 : Pasien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa
lalu sejak berdirinya RSJ Kalawa Atei Bukit Rawi, keluarga mengatakan Tn.Y pernah
diberikan pengobatan sebelumnya, namun putus obat ±5 bulan dan kurang berhasil.
14

Pasien tidak mengalami aniaya fisik, seksual, penolakan, kekerasan, dalam keluarga
maupun tindakan kriminal lainnya.
Masalah Keperawatan : Regimen Terapi Inefektif

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Hubungan keluarga : Efektif


Gejala : Tidak ada gejala apapun
Riwayat pengobatan/perawatan : Pasien pernah melakukan
pengobatan sebelumnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Pasien mengatakan ibunya tidak menganggap dirinya ada dirumah dan tidak berarti.
Masalah Keperawatan : Respon Pasca Trauma

IV. FISIK
1. Tanda Vital
TD : 110/75 N : 85x/menit
S : 36,5 RR : 20 x/menit
2. Ukur
TB : 165cm BB : 55 kg
3. Keluhan fisik : Ya / Tidak
Jelaskan : Tidak ada masalah
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram
15

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis Keturunan
: Tinggal 1 rumah
: Pasien (Tn. Y)
: meninggal dunia

Jelaskan :
Pasien tinggal dikota palangka raya, ayah dan ibu masih hidup dan lengkap, pasien anak
ke 3 dari 7 bersaudara dan tinggal serumah.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah

2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Pasien menyatakan menyukai anggota tubuhnya dan
tidak ada yang cacat
b. Identitas : Pasien anak ke-3 dari 7 bersaudara dan lulusan SMP
c. Peran : Pasien dirumah merasa dirinya tidak dianggap
keberadaannya.
d. Ideal diri : Pasien ingin cepat pulang kerumah
e. Harga diri : Pasien mengatakan lebih senang sendiri dan tidur,
tidak suka dan malas berinteraksi dengan orang lain,
sering dikamar.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah: Situasional
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang : Tidak ada
berarti
b. Peran serta : Tidak pernah
dalam kegiatan
kelompok /
masyarakat
c. Hambatan dalam : Tampak diam ketika ditanya dan malasa berinteraksi
berhubungan dengan orang lain
dengan orang
lain
Masalah Keperawatan : Kerusakan Interaksi Sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan : Islam
keyakinan
b. Kegiatan ibadah : Tidak pernah
Masalah Keperawatan : -
16

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Penampilan pasien selama dirawat dirumah sakit kurang rapi.
2. Pembicaraan
Pasien tidak mampu memulai pembicaraan, berbicara tidak jelas, apatis, banyak
diam, sering kali ketika di tanya hanya menjawab ”iya”
Masalah Keperawatan : Kerusakan Komunikasi Verbal
3. Aktivitas Motorik:
Pasien tampak lesu dan ketika berjabat tangan untuk berkenalan tampak
tremor Masalah Keperawatan : -
4. Alam perasaaan
Perasaan pasien sedih karena tidak dianggap orangtuanya sehingga dia sering
keluyuran
Masalah Keperawatan : -
5. Afek
Pada saat perawat menanyakan bagaimana perasan Tn. Y setelah bercerita awal mula
pasien dibawa ke RSJ Kalawa Atei, pasien tidak menjawab. hanya bereaksi saat ada
kegiatan aktivitas diruangan
Masalah Keperawatan : -
6. lnteraksi selama wawancara
Saat dilakukan pengkajian kontak mata kurang, lesu, ditanya geleng-geleng saja dan
banyak diam, bicara sebatasnya saja
Masalah Keperawatan : Kerusakan Komunikasi Verbal
7. Presepsi
Pasien mengatakan tidak ada mendengar suara bisikan lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Proses Pikir
Tidak ada respon.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalsh keperawatan
9. Isi Pikir
Pasien mengatakan ingin pulang
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
Pada saat pengkajian dilakukan kesadaran Pasien Apatis, dan saat ditanya hari apa ini
Pasien tidak menjawab dengan benar Pasien mengetahui bahwa dirinya sedang
dirawat di Rumah Sakit Jiwa kalawa Atei.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
17

11. Memori
Saat dilakukan pengkajian Pasien dapat mengingat masa lalu dan sekarang, saat
dibawa berobat diantar oleh keluarganya ke RSJ Kalawa Atei
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung
Pasien tampak mudah beralih konsentrasinya dan selalu ingin kekamar untuk
tidur Masalah Keperawatan : -
13. Kemampuan Penilaian
Saat melakukan pengkajian tidak ada respon penilaian pada
pasien Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya Tilik Diri
Pada saat pengkajian pasien Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
yaitu menyalahkan orang lain termasuk ibunya karena tidak mengganggapnya yang
menyebabkan kondisinya saat ini.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Pasien mampu makan secara mandiri dan selalu ikut serta untuk makan bersama
dalam 3x1 hari bersama dengan klien yang lain, namun makanan sering tidak
dihabiskan yang diberi oleh ahli gizi.
2. BAB/BAK
Pasien mampu melakukan BAK/BAB secara mandiri pada saat ingin BAK/BAB klien
segera pergi ke toilet.
3. Mandi
Pasien mampu mandi secara mandiri.
4. Berpakaian/Berhias
Pasien mempu berpakaian secara mandiri menggunakan pakaiannya dengan benar,
sesuai, dan tidak terbalik.
5. Istirahat dan Tidur
Tidur siang 12.00 WIB – 17.00 WIB, tidur malam 19.30 WIB – 05.00 WIB.
6. Penggunaan Obat
Pasien mampu minum obat secara mandiri dengan motivasi oleh perawat.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Pasien disarankan rawat inap untuk penanganan lebih lanjut.
18

8. Kegiatan di Dalam Rumah


Pasien harus mampu mempersiapkan makanannya, menjaga kerapihan rumah,
mencuci pakaian sendiri, dan tidak telanjang lagi.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
9. Kegiatan di Luar Rumah
Pasien disarankan untuk tidak keluyuran keluar rumah lagi dan tidak telanjang
lagi Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

VIII. Mekanisme Koping


1. Adaptif :-
2. Maladaptif : Pada saat pengkajian reaksi pasien lambatt, selalu menghindar, dan
menarik diri.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:


Masalah dengan : Tidak mampu berinteraksi dengan orang lain, pasien juga tidak
dukungan kelompok, dianggap oleh ibunya.
spesifik
Masalah berhubungan : Pasien selalu ingin menyendiri dan ingin tidur saja
dengan lingkungan,
spesifik
Masalah dengan : Pasien mengatakan pendidikan terakhirnya hanya sampai SMP
pendidikan, spesifik
Masalah dengan : Tidak bekerja
pekerjaan, spesifik
Masalah dengan : Pasien mengatakan tinggal serumah dengan keluarga, pasien
perumahan, spesifik tidak dianggap dilingkungan keluarganya.
Masalah ekonomi, : Pasien tidak memiliki masalah ekonomi
spesifik
Masalah dengan : Putus obat ±5 bulan dan tidak kontrol
pelayanan kesehatan,
spesifik
Masalah lainnya, : Pasien menganggap bahwa dirinya tidak dianggap ada
spesifik keberadaannya dirumah, oleh karena itu pasien sering keluyuran
jalan-jalan kaki telanjang diluar rumah
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

X. Pengetahuan Kurang Tentang :

 Penyakit jiwa 
system pendukung

 Faktor presipitasi  penyakit fisik

 obat-obatan
 Koping

Lainnya :
19

ANALISA DATA

No Data Masalah
DS : Pasien mengatakan lebih senang sendiri dan tidur, tidak suka
berinteraksi dengan orang lain.
1. Isolasi Sosial : Menarik Diri
DO :
- Tampak lesu, terkadang diam, saat ditanya tampak
menggelengkan kepala saja
- Bicara sebatasnya
- Apatis, menghindar dari orang lain
- Kontak mata kurang
- Penampilan kurang rapi
- Tangan tampak Tremor
- Afek tumpul
- Tampak menghabiskan waktunya untuk tidur

DS : Pasien merasa dirinya tidak dianggap keberadaannya oleh ibunya


Harga Diri Rendah: Situasional
2. DO :
- Tampak ekspresi datar
- Kontak mata kurang
- Tampak menunduk

DS : Keluarga Mengatakan klien putus obat dan tidak kontrol rutin ± 5


Bulan.
Regimen Terapi Inefektif
3. DO :
- Pasien tampak minum obat dibantu dengan motivasi perawat
- Pernah masuk RSJ pada tahun 2014 sejak RSJ Kalawa Atei
Bukit Rawi Berdiri
-

XI. Aspek Medik


Diagnosa Medik :
Skizofrenia Katatonik (F20.2)

Terapi Medik : 1. Risperidon 2 mg 3x1


2. Fluoxetin 20 mg 1-0-0
20

XII. Daftar Masalah Keperawatan

1. Isolasi Sosial: Menarik Diri


2. Gangguan Konsep Diri : HDR Situasional
3. Regimen Terapi Inefektif
4. Respon Pasca Trauma
5. Kerusakan Komunikasi Verbal
6. Kerusakan Interaksi Sosial

XIII. Pohon Masalah

EFEK Risiko Persepsi Sensori : Halusinasi

Kekambuhan

Regimen terapi inefektif

Di rujuk ke RSJKA

PROBLEM Isolasi Sosial : Menarik Diri

Harga diri rendah

Koping individu inefektif


CAUSA Orangtua tidak mengganggap dirinya
berarti

XIV. Daftar Diagnosis Keperawatan ( sesuai urutan prioritas )

1. Isolasi Sosial : Menarik Diri

Bukit Rawi, 7 Maret 2023


Mahasiswa,

Fredrick Immanuel
NIM. 2022-04-14901-024
21

CATATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI RSJ

Nama :Tn.Y RM No.: 00.16.00

DIAGNOSIS TINDAKAN
EVALUASI
KEPERAWATAN
Isolasi Sosial : SP 1 ISOLASI SOSIAL S : - Pasien menyebutkan namanya
Menarik Diri 1. Membina hubungan saling percaya Tn.Y tidak ada dekat dengan siapa-
- Menyapa pasien dengan ramah baik verbal siapa, tidak dianggap keberadaan ku
Pertemuan ke -1 dan non verbal oleh ibu
Selasa, 7 Maret 2023 - Perkenalkan diri dengan sopan dan berjabat O:
Pukul : 09.00 WIB tangan. - Tampak mau berjabat tangan
- Menanyakan nama lengkap dan panggilan - Kontak mata (-)
pasien - Pasien tampak kooperatif ketika
- Menjelaskan tujuan interaksi. ditanyakan dan diajarkan
berkenalan dengan 1 orang teman
- Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat
yaitu dengan Tn.T teman sekamar
setiap kali bertemu pasien dan berkenalan dengan Ners Muda
- Beri perhatian kepada pasien yaitu F
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi pasien : - Tampak ekspresi datar dan afek
siapa yang serumah, siapa yang dekat, yang tumpul
tidak dekat, dan apa adanya - Tampak tangan tremor
3. Mendiskusikandenganpasiententang - TTV:
keuntungan punya teman dan bercakap-cakap TD : 110/75 mmhg
4. Mendiskusikan denga pasien tentang kerugian N : 85x/menit
tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap RR : 20x/menit
5. Latih cara berkenalan dengan pasien dan S : 36,50 C
perawat atau teman
6. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk A : SP 1 Isolasi Sosial teratasi
latihan berkenalan
- teman kamar 3x sehari (10:00 WIB, 14:00 P :
WIB dan 19:00 WIB) - Pertahankan BHSP
- perawat 2x sehari (09:00 dan 17:00) - Masukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian latihan
berkenalan/bercakap cakap
dengan 2-3 orang
- Pertahankan SP 1
- Kontrak waktu lanjutkan
intervensi SP 2, mengikutsertkan
pasien dalam aktivitas fisik yang
membutuhkan perhatian sebagai
pengisi waktu luang.
22

CATATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI RSJ

Nama :Tn.Y RM No.: 00.16.00

DIAGNOSIS TINDAKAN
EVALUASI
KEPERAWATAN
Isolasi Sosial : SP 2 ISOLASI SOSIAL S : Pasien mengatakan belum ada
Menarik Diri 1. Mengevaluasi kegiatan berkenalan (beberapa berkenalan lagi dengan perawat
orang beri pujian) lain karena malas dan mau tidur
Pertemuan ke -2 2. Melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan saja.
harian (latih 2 kegiatan) O:
Rabu, 8 Maret 2023 3. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk
Pukul : 08.30 WIB latihan berkenalan 2-3 orang pasien, perawat - Tampak mengantuk, menghindar
dan tamu, berbicara saat melakukan kegiatan untuk diajak berbincang
harian - Kegiatan senam pagi bersama
pasien juga tampak tidak mau
berinteraksi dengan orang lain
- Kontak mata (-) , menunduk
- Pasien tidak kooperatif sesuai
kontrak waktu yang disampaikan
sebelumnya
- Tampak ekspresi datar dan afek
tumpul
- TTV:
TD : 100/80 mmhg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
0
S : 36,6 C
A : SP 2 Isolasi Sosial belum teratasi

P :
- Pertahankan BHSP
- Masukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian latihan
berkenalan/bercakap cakap
dengan 2-3 orang
- Pertahankan SP 2
- Kontrak waktu lanjutkan
intervensi SP 2, mengikutsertkan
pasien dalam aktivitas fisik yang
membutuhkan perhatian sebagai
pengisi waktu luang.
23

CATATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI RSJ

Nama :Tn.Y RM No.: 00.16.00

DIAGNOSIS TINDAKAN
EVALUASI
KEPERAWATAN
Isolasi Sosial : SP 2 ISOLASI SOSIAL S : Pasien mengatakan ada
Menarik Diri 1. Mengevaluasi kegiatan berkenalan (beberapa berkenalan dengan 2 orang teman
orang beri pujian) sekamar Pak S dan Pak R dan
Pertemuan ke -3 2. Melatih cara berbicara saat melakukan kegiatan perawat
harian (latih 2 kegiatan) O:
Kamis, 9 Maret 2023 3. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk
Pukul : 13.00 WIB latihan berkenalan 2-3 orang pasien, perawat - Kontak mata (-), menunduk
dan tamu, berbicara saat melakukan kegiatan - Pasien tampak berkenalan
harian dengan teman sekamar dan ners
muda sambil di dampingi
- Mau berjabat tangan, namun
hanya berkenalan saja tidak
berbicara hal lain
- Pasien kooperatif sesuai kontrak
waktu yang disampaikan
sebelumnya
- Tampak ekspresi datar dan afek
tumpul
- TTV:
TD : 120/80 mmhg
N : 75x/menit
RR : 20x/menit
0
S : 36,6 C

A : SP 2 Isolasi Sosial teratasi sebagian

P :
- Pertahankan BHSP
- Masukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian latihan bercakap
cakap dengan 2-3 orang
- Pertahankan SP 2
- Mengikutsertkan pasien dalam
aktivitas fisik yang membutuhkan
perhatian sebagai pengisi waktu
luang.
24
CATATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI RSJ

Nama :Tn.Y RM No.: 00.16.00

DIAGNOSIS TINDAKAN
EVALUASI
KEPERAWATAN
Regimen Terapi 1. Mengidentifikasi kepatuhan menjalani S: -
Inefektif program pengobatan
2. Membuat komitmen menjalani program O:
Pertemuan ke -4 pengobatan dengan baik 1. Pasien tampak minum obat secara
Jumat, 10 Maret 2023 3. Membuat jadwal pendampingan keluarga teratur selama dirumah sakit
Pukul : 12.00 WIB untuk bergantian menemani pasien selama 2. Pasien minum obat didampingi
menjalani program pengobatan oleh perawat
4. Mendampingi pasien selama minum obat
A: Regimen terapi inefektif
5. Menginformasikan manfaat yang akan
diperoleh jika teratur menjalanai program P: Masalah teratasi sebagian lanjutkan
pengobatan Intervensi 2-4
6. Berkolaborasi pemberian obat dengan 1. Membuat
komitmen menjalani program
dokter Risperidon 2 mg 1x1 (Siang) pengobatan dengan baik
2. Membuat jadwal pendampingan
keluarga untuk bergantian menemani
pasien selama menjalani program
pengobatan
3. Mendampingi pasien selama minum
obat
25

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, Direktorat Kesehatan Jiwa. 1998. Buku Standar Keperawatan


Kesehatan Jiwa dan Penerapan Standar Asuhan Keperawatan pada Kasus di
RSJ dan RS Ketergantungan Obat. Jakarta.
Marlindawani, Jeney, 2002, Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
Psikososial dengan gangguan jiwa. Jakarta: EGC.
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar & Aplikasi Laporan Pendahuluan & Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosa
Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S1 Keperawatan.. Jakarta :
Salemba Medika

Farida Kusumawati. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba


Medika.
Keliat, Budi A. 2011. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A., Akemat, Helena, N.C.D., dan Nurhaeni, H. 2007. Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Courese). Jakarta: EGC.

Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa.


Jogjakarta: Nuha Medika Press.

Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Elektroconvulsive Therapy. Philadelphia: Wolters


Kluwer, 2015: 982 – 8.
Ramdhani, Aris dkk. 2020. Buku Saku Praktik Klinik Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Stuart, GW. 2002. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Stuart, G. W. 2016. Principles and Practice of Psychiatric Nursing 10 Edition.


Elsevier
Stuart, G. W. dan Sundeen, S. J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Yusuf, A. ., Fitryasari, R. and Endang Nihayati, H. (2015) ‘Keperawatan
Kesehatan Jiwa’, Jakarta : Salemba medika, pp. 1–366.

Anda mungkin juga menyukai