Anda di halaman 1dari 11

RANGSANGAN PAPILLA MAMMAE MEMPERCEPAT PERSALINAN KALA III

DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN AFAH FAHMI


SURABAYA

Eny Astuti1
1
STIKes William Booth Surabaya. Jalan. Cimanuk No.20 Surabaya 60241
Email : enyastutiserang@gmail.com

ABSTRAK

Rangsangan papilla mammae adalah suatu tindakan atau perlakuan yang diberikan pada
kala III yang dapat mempercepat lahirnya plasenta dan dapat mengurangi resiko perdarahan
secara berlebihan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas rangsangan papilla
mammae terhadap percepatan waktu yang dibutuhkan pada persalinan kala III di Bidan Praktek
Mandiri Afah Fahmi Surabaya. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimen. Variabel
independen yaitu rangsangan papilla mammae ibu pada persalinan kala III dan variabel dependen
yaitu waktu kala III. Populasi penelitian adalah ibu bersalin di Bidan Praktek Mandiri Afah Fahmi
Surabaya sebanyak 24 ibu bersalin dengan jumlah sampel yang digunakan sebagai kelompok
eksperimental sebanyak 12 orang, sedangkan kelompok kontrol sebanyak 12 orang. Teknik
pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling. Instrument penelitian yang digunakan
adalah lembar observasi mengenai waktu keluar plasenta dengan menggunakan rangsangan
papilla mammae. Analisa data menggunakan uji Man-Whitney. Sebelum dilakukan tindakan
rangsangan papilla mammae, dari 12 responden didapatkan sebanyak 7 responden (58,83%) yang
memiliki keterangan waktu normal dan setelah dilakukan rangsangan papilla mammae
didapatkan sebanyak 5 responden (41,67%) yang memiliki keterangan waktu cepat diperoleh nilai
(p) sebesar 0,005 (p< 0,05) yang berarti terdapat efektivitas rangsangan papilla mammae dapat
mempercepat persalinan kala III. Dengan menerapkan teknik rangsangan papilla mammae dengan
benar diharapkan plasenta cepat keluar dan tidak terjadi perdarahan yang berlebihan.

Kata Kunci : persalinan, percepatan waktu kala III, rangsangan papilla mammae.

ABSTRACT

Mammary papilla stimulation is an action or treatment given in the third stage that can
the birth of the placenta and can reduce the risk of excessive bleeding. The purpose of this
research is to know the effectiveness of papilla mammae stimulation on the acceleration of time
required at the third stage of labor in the self employment midwife Afah Fahmi Surabaya. The
research is quasy experiment. Independent variable that is stimulation of mother mammae papilla
at third active management and dependent variable that is third active management. The
population of the study was the maternal wives in self employment midwife Afah Fahmi Surabaya
as many 24 maternity mothers with the number of samples used as experimental group as many
12 people, while the control group as many 12 people. Technique of sampling by consecutive
sampling. The research instrument used was an observation sheet about the time out of the
placenta by using a mammary papilla stimulus. Analysis data by using Man-Whitney test. Before
the action of stimulation of papilla mammae, from 12 respondents obtained as many as 10
respondents (58,83%) who have a description of normal time and after the stimulation of papilla

1
mammae obtained as many as respondents (41,67%) who have a description of the quick time
obtained value (p) of 0.005 (p <0.05), which means that the effectiveness of papilla mammary
stimulation can accelerate childhood labor third active management. By applying the technique
of mammae papilla stimulation properly expected the placenta quickly came out and no excessive
bleeding occurred.

Keywords: childbirth, acceleration of third active management, stimulation of papilla mammae.

PENDAHULUAN gejala pelepasan dalam waktu 30 menit


setelah bayi lahir, bila plasenta tidak
Persalinan adalah proses lahir maka harus dilakukan pelepasan
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta manual. Bila sampai pelepasan
uri) yang telah cukup bulan atau dapat plasenta secara manual ini dilakukan,
hidup di luar kandungan melalui jalan maka ibu harus menjalani insisi uterus
lahir atau melalui jalan lain, dengan atau kuretase uterus karena sebelumnya
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan plasenta menempel secara abnormal
sendiri). (Imelda Fitri, 2017). Persalinan pada uterus ibu. Rangsangan kontraksi
dapat dibagi menjadi dalam empat kala uterus antara lain dengan menggunakan
yaitu kala I atau kala pembukaan, pemberian suntikan oksitosin,
dimulai dari his persalinan yang pertama melakukan peregangan tali pusat secara
sampai pembukaan cervix menjadi terkendali, pemijatan atau masase fundus
lengkap. Kala II atau kala pengeluaran, uteri, dan rangsangan puting susu ibu
dimulai dari pembukaan lengkap sampai (payudara). Rangsangan papilla
lahirnya bayi. Kala III atau kala uri, mammae adalah suatu tindakan atau
dimulai dari lahirnya bayi sampai perlakuan yang diberikan pada papilla
lahirnya plasenta. Kala IV, masa 1 jam mammae, sehingga dapat menimbulkan
setelah plasenta lahir. Kala III (Kala respon tertentu.
pengeluaran plasenta) dimulai setelah Rangsangan yang diberikan dapat
bayi lahir berakhir dengan lahirnya berupa rangsangan pada papilla
seluruh plasenta dan selaput ketuban. mammae berupa rangsangan halus pada
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras daerah puting susu dengan bagian
dan fundus uteri di sekitar pusat. palmar jari-jari tangan yang dilakukan
Beberapa saat kemudian, uterus secara bergantian, serta isapan bayi.
berkontraksi lagi untuk melepaskan Beberapa pendapat mengatakan bahwa
plasenta dari dindingnya. Biasanya rangsangan puting susu akan
plesenta akan lepas dalam 6 sampai 15 mempercepat lahirnya plasenta. Terjadi
menit. Tetapi pada kenyataannya penulis rangsangan mekanisme ujung syaraf
pernah menemui ibu yang menjalani pada puting susu dan areola mammae,
persalinan dengan pemanjangan waktu rangsangan itu nantinya akan diteruskan
pada kala III selama 30 menit. His timbul ke bagian hipotalamus dan
setelah ibu melahirkan bayi, rangsangan menyebabkan hipofise posterior
lunak pada uterus untuk merangsang mensekresikan oksitosin ke dalam
kontraksi uterus, karena proses kala III peredaran darah antara lain miometrium
yang terlalu lama mengakibatkan (lapisan tengah dari uterus yang terdiri
terjadinya perdarahan hebat dan retensio dari sel-sel otot polos). Menurut Murray,
plasenta. Retensio plasenta ialah dkk (2003) reseptor membran oksitosin
plasenta yang belum memperlihatkan ini menyebabkan kontraksi otot polos

2
uterus yang bisa mempercepat proses dunia maupun negara berkembang
persalinan, sehingga digunakan dalam adalah perdarahan post partum (Homer
dosis farmakologik untuk persalinan Et Al, 2009). Menurut Laporan
pada manusia. Menurut Huliana (2003) Pembangunan Millenium (MDGs)
oksitosin dapat mempengaruhi jaringan Indonesia (2007). Kasus perdarahan
otot polos agar berkontraksi sehingga yang paling banyak ditemukan yaitu
mempercepat lepasnya plasenta dari perdarahan post partum sebesar 18, 4%.
dinding rahim serta membantu Penyebab perdarahan post partum nomor
mengurangi terjadinya perdarahan. Mary satu di Indonesia adalah retensio
Nolan (2003), mengatakan pemilinan plasenta, menurut World Health
(rangsangan) puting susu akan Organization (WHO, 2002) bahwa 15 –
merangsang tubuh untuk memproduksi 20 % kematian ibu karena retensio
lebih banyak oksitosin agar rahim plasenta dan insidennya adalah 0,8 – 1,2
berkontraksi dan mendorong plasenta % untuk setiap kelahiran. Perdarahan
lahir. Hasil perangsangan fisik ialah kehilangan darah secara abnormal,
menyebabkan impuls. Impuls ini pada rata-rata kehilangan darah selama
ujung saraf dikirim ke kelenjar pelahiran pervagina yang ditolong
hipotalamus di otak dimana secara dokter obstetrik tanpa komplikasi lebih
bergantian memberitahu kelenjar dari 500 ml; kehilangan darah rata-rata
pituitary yang juga berada di otak untuk selama seksio sesaria sekitar 1000 ml
menghasilkan hormon oksitosin. (Varney, 2008). Seorang ibu dengan
Oksitosin ini menyebabkan serat-serat perdarahan hebat akan cepat meninggal
otot rahim berkontraksi. Dengan apabila tidak mendapatkan penanganan
rangsangan puting susu menyebabkan segera. Pada kehamilan cukup bulan
pelepasan oksitosin, sehingga dapat aliran darah ke uterus sebanyak 500 –
mengurangi resiko perdarahan post 800 ml/menit. Jika uterus tidak
partum. Rangsangan puting susu akan berkontraksi dengan segera setelah
memacu timbulnya refleks prolaktin dan kelahiran plasenta, maka ibu dapat
oksitosin. Kedua refleks sangat mengalami perdarahan sekitar 350 – 500
dibutuhkan dalam proses menyusui. ml/menit dari bekas tempat melekatnya
Rangsangan puting susu ibu menurut plasenta. Kontraksi uterus akan menekan
(Marlyn, 2001) ialah dengan pembuluh darah uterus yang berjalan
menempatkan mulut bayi pada puting diantara anyaman serabut miometrium
susu ibu pada saat pemberian ASI. sehingga menghentikan darah yang
Dengan rangsangan puting susu ibu mengalir melalui ujung – ujung arteri di
dengan pengisapan merangsang tempat implantasi plasenta (Bobak &
pelepasan oksitosin dan hipofisis, Jensen, 2006). Dari studi pendahuluan
meningkatkan kontraksi miometrik dan yang dilakukan penulis dengan
menurunkan kehilangan darah. wawancara pada bidan di Bidan Praktek
Berdasarkan penjelasan tersebut penulis Mandiri Afah Fahmi Surabaya terdapat
tertarik meneliti pengaruh rangsangan kira – kira 20 ibu yang melahirkan secara
puting susu ibu bersalin dengan cara di normal.
pillin terhadap percepatan waktu kala III. Proses kala III menghabiskan
Setiap tahun diperkirakan 529.000 waktu 5 sampai 30 menit. Proses kala III
wanita meninggal dunia sebagai akibat dimulai beberapa saat bayi dilahirkan,
komplikasi yang timbul dari kehamilan uterus akan menyesuaikan dengan
dan persalinan (WHO, 2000). Salah satu keadaan tanpa janin kemudian memulai
penyebab utama kematian ibu baik di proses kontraksi dan retraksi. Plasenta

3
bukan merupakan jaringan otot, penelitian Prendville (1988), yaitu rata -
sehingga tidak dapat berkontraksi rata waktu kelahiran plasenta dengan
bersama uterus dan plasenta akan mulai manajemen aktif kala III adalah 4 menit.
terangkat dari dinding uterus. Apabila Manajemen aktif persalinan kala
plasenta terangkat maka pembuluh darah III merupakan intervensi yang
yang besar yang ada dalam uterus yang direncanakan untuk mempercepat
terletak di belakang plasenta akan plasenta dalam mencegah perdarahan
berdarah dan darah yang keluar akan post partum dengan meningkatkan
mengisi ruang retroplasental. Apabila kontraksi rahim sehingga menghindari
ruang sudah terisi oleh darah, perdarahan terjadinya atonia uteri. Manajemen
akan berhenti dan darah akan membeku. penanganan kala III antara lain
Kontraksi uterus lebih lanjut pemberian suntikan oksitosin (dalam
menyebabkan pelepasan plasenta dan satu menit pertama setelah bayi lahir)
perdarahan retroplasental yang disuntikkan oksitosin 10 IU secara IM
berikutnya sampai seluruh plasenta pada sepertiga bagian paha luar
benar-benar terlepas serta bergerak turun (aspektus lateralis). Oksitosin dapat
dan dengan bantuan tenaga volunter atau merangsang fundus uteri untuk
tenaga mengejan dari ibu, sehingga berkontraksi dengan kuat dan efektif,
plasenta akan lepas dari tempat sehingga dapat membantu pelepasan
implantasinya. Jika proses kala III plasenta dan mengurangi kehilangan
memanjang akan menyebabkan darah. Selain pemberian suntikan
perdarahan yang dialami oleh ibu tidak oksitosin, penanganan kala III dengan
berhenti. Jika perdarahan yang dialami melakukan penegangan tali pusat
oleh ibu tidak ditangani dengan tepat terkendali, setelah terjadi kontraksi
akan meyebabkan kematian pada ibu. kontraksi yang kuat, tali pusat
Dari hasil penelitian menurut Fresthy ditegangkan dengan satu tangan dan
Astrika Yunita, (2010) Manajemen Aktif tangan yang satunya (pada dinding
Kala III terhadap waktu kelahiran abdomen) menekan uterus ke arah
plasenta menunjukkan bahwa rata-rata lumbal dan kepala ibu (dorsokranial).
waktu kelahiran plasenta pada kelompok Hal ini dilakukan secara hati – hati untuk
subyek yang kala III diberikan mencegah terjadinya inversio uteri. Saat
rangsangan puting susu (payudara) mulai kontraksi (uterus menjadi bulat
adalah 4 menit, sedangkan pada atau tali pusat menjulur), tali pusat
kelompok subyek yang pada kala III diregangkan ke arah bawah, kemudian
tidak diberikan rangsangan puting susu dilakukan tekanan dorsokranial hingga
(payudara) adalah 7 menit. Hal tersebut tali pusat makin menjulur dan korpus
menunjukkan waktu kelahiran plasenta uteri bergerak ke atas yang menandakan
pada kedua kelompok ibu bersalin yang plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.
dilakukan manajemen aktif kala III saja Setelah plasenta terlepas, ibu dianjurkan
masih berada dalam batas normal yaitu 5 untuk meneran agar plasenta terdorong
- 10 menit (Hacker, 2001), tetapi pada keluar melalui introitus vagina. Tali
kelompok ibu bersalin yang dilakukan pusat tetap ditegangkan dengan arah
manajemen aktif kala III dengan sejajar lantai (mengikuti poros jalan
ransangan puting susu (payudara) waktu lahir). Lakukan penarikan dengan
kelahiran plasenta lebih cepat dari lembut dan perlahan – lahan untuk
normal yaitu 4 menit. Hasil penelitian ini melahirkan selaput ketuban. Selain
rata - rata waktu kelahiran plasentanya melakukan penegangan tali pusat
masih lebih lama jika dibandingkan hasil terkendali, penanganan kala III dapat

4
juga dengan melakukan masase fundus yang lembut dan merupakan sebuah
uteri. Dengan lembut tetapi mantap, jaringan yang tebal berupa urat saraf
tangan digerakkan dengan arah memutar berada di ujungnya. Rangsangan yang
pada fundus uteri agar uterus diberikan pada puting susu bisa
berkontaksi. Jika uterus tidak membantu proses kelahiran (Mayasara,
berkontraksi dalam waktu 15 detik, 2011). Apabila terjadi rangsangan
maka dilakukan penatalaksanaan atonia mekanisme ujung syaraf pada puting
uteri. Memeriksa plasenta sisi maternal susu dan areola mammae, rangsangan itu
(yang melekat pada dinding uterus) akan diteruskan kebagian hipotalamus
untuk memastikan bahwa semuanya dan menyebabkan hipofise posterior
lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang mensekresikan oksitosin ke dalam
hilang). Memasang bagian – bagian peredaran darah antara lain miometrium
plasenta yang robek atau terpisah untuk (Chapman, 2006). Sebagian besar
memastikan tidak ada bagian yang rangsangan papilla mammae telah
hilang. Memeriksa plasenta sisi fetal diselidiki kegunaannya sebagai alternatif
(yang menghadap ke bayi). oksitosin pada tes stres kontraksi (suatu
Mengevaluasi selaput untuk memastikan tes yang telah ditetapkan tampak tidak
kelengkapannya. Memeriksa kembali efektif dan berbahaya) dan efektifitasnya
uterus setelah 1 – 2 menit untuk dalam melunakkan serviks dan
memastikan uterus berkontraksi, jika menginduksi persalinan. Oksitosin dapat
uterus masih belum berkontraksi dengan mempengaruhi jaringan otot polos agar
baik, masase fundus uteri diulang. Ibu berkontraksi sehingga dapat pula
dan keluarganya diajarkan bagaimana mempercepat lepasnya plasenta dari
cara melakukan masase uterus sehingga dinding rahim serta membantu
mampu untuk segera mengetahui jika mengurangi terjadinya perdarahan
uterus tidak berkontraksi baik. (Simkin dan Acheta, 2005). Uji
Memeriksa kontraksi uterus setiap 15 rangsangan papilla mammae juga
menit selama 1 jam pertama dilakukan oleh wanita dengan mengusap
pascapersalinan dan setiap 30 menit – usap salah satu putingnya melalui
selama 1 jam kedua pascapersalinan. bajunya selama 2 menit atau sampai
Penanganan kala III yang paling sering kontraksi muncul kemudian mengulangi
digunakan ialah dengan melakukan tindakannya setelah 5 menit jika
merangsang puting susu ibu yang rangsangan papilla mammae pertama
bersalin pada saat memasuki kala III belum memicu 3 kali kontraksi dalam 10
merupakan salah satu cara untuk menit (Kenneth, 2004).
meningkatkan kontraksi uterus sehingga
waktu persalinan tidak berlangsung METODE
lama. Merangsang puting susu upaya
yang paling sering dilakukan untuk Rancangan penelitian yang
meningkatkan kontraksi pada kala III digunakan dalam penelitian ini bersifat
persalinan dengan cara rangsangan pra experimental yaitu menggunakan
puting susu ibu sesaat menjelang proses
Static Group Comparation yaitu
persalinan. Merangsang puting susu
menyebabkan keluarnya oksitosin yang bertujuan untuk menentukan pengaruh
menimbulkan kontraksi rahim. dari suatu Tindakan pada kelompok
Rangsangan yang diberikan pada puting subyek yang mendapat perlakuan,
susu bisa membantu proses kelahiran. kemuadian dibandingkan dengan
Puting susu disusun oleh urat-urat otot kelompok Subyek yang tidak mendapat

5
perlakuan. Metode penelitian ini Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan
diajukan untuk memberikan informasi Usia Responden
No Usia f-1 f-2
atau pengetahuan yang bermanfaat 1 <18 th 0 (0%) 0(0%)
kepada perawat dan bidan dalam 2 19 – 27 th 8(30%) 3(13 %)
memberikan tindakan dengan 3 28 – 35 th 3(12,5%) 7(29%)
4 >35 th 1(8%) 2(8%)
merangsangan papilla mammae pada
Total 12 12
kala III Persalinan untuk mempercepat
Sumber Data : Kuesioner Penelitian
pengeluaran plasenta agar tidak terjadi
perdarahan yang berlebihan. Populasi Ket.f-1: Responden yang diberi rangsangan
dalam penelitian ini yaitu ibu yang f-2: Res.yang tidak diberi rangsangan
melahirkan dengan persalinan normal di
Bidan Praktek Mandiri Afah Fahmi Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui
bahwa terbanyak adalah responden yang
Surabaya sebanyak N= 24, dan
diberikan rangsangan dengan Usia 19-27
kemudian ditentukan sampel sebanyak th dan responden yang tidak diberikan
24 orang. dengan menggunakan Total rangsanga/Kelompok kontro terbanyak
sampling yaitu seluruh Populasi diambil Usia 28-35 tahun.
sebagai sampel penelitian. Sebelum
melakukan penelitian, peneliti 2. Karakteristik Responden berdasarkan
Paritas
memberikan inform consent kepada ibu
bersalin dengan kriteria sampel bersedia Tabe1 2. Karakteristik Responden
untuk diteliti, tingkat kesadaran baik dan Berdasarkan Paritas
sesuai dengan kriteria sampel untuk No Hamil ke.. f-1 f-2
1 1 7(29%) 3(11 %)
penelitian. Instrumen pengambilan data 2 2 3(11%) 2(9 %)
dengan menggunakan Observasi. Untuk 3 3 1(5%0 5(21%)
mengetahui pengaruh rangsangan 4 4 1(5%) 2(9 %)
Total 12(50%) 12(50%)
papilla mamae terhadap pengeluaran Sumber Data : Kuesioner Penelitian
Plasenta pada kala III Persalinan.
Berdasarakan Tabel 2. di atas
HASIL PENELITIAN menunjukkan sebagian besar responden
yang diberikan rangsangan papilla
mammae merupakan hamil anak pertama
Hasil pengumpulan data tentang
(1) dengan jumlah responden 7 (29%),
Efektifitas rangsangan papilla Mammae sedangkan pada responden yang tidak
terhadap percepatan Persalinan kala III diberikan rangsangan papilla mammae
di Praktik Mandiri Bidan Afah Fahmi dengan hamil anak ketiga (3) jumlah
Surabaya. responden 5 (21%).

1. Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia Responden.

6
3. Karakteristik Responden berdasarkan 5. Karakteristik Responden berdasarkan
Pendidikan Kontrol Kehamilan.

Tabe1 3. Karakteristik Responden Tabe1 5. Karakteristik Responden


Berdasarkan Pendidikan. Berdasarkan Kontrol Kehamilan.

No Pendidikan f-1 f-2 No Kontrol Keh. f-1 f-2


1 SD 1(5%) 1(5%) 1 Ya 12(50%) 12(50%)
2 SMP 1(5%) 0(0%) 2 Tidak 0(0%) 0(0%)
3 SMA 10(40%) 6(25%) Total 12(50%) 12(50%)
4 D3 0(0%) 2(8%)
5 S1 0(0%) 3(12%) Sumber Data : Kuesioner Penelitian
Total 12(50%) 12(50%)
Sumber Data : Kuesioner Penelitian Berdasarkan tabel 5. dapat diketahui
bahwa sebagian responden rajin kontrol
Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui kehamilan dengan 12 responden (50%)
bahwa sebagian besar responden yang yang diberikan rangsangan papilla
diberikan rangsangan papilla mammae mammae dan 12 responden (50%) yang
dengan pendidikan terakhir SMA jumlah tidak diberikan rangsangan papilla
responden 10 (40%), sedangkan pada mammae.
responden yang tidak diberikan
rangsangan papilla mammae dengan 6. Efektivitas Rangsangan Papilla
pendidikan terakhir SMA jumlah Mammae
responden 6 (25%). Tabel 6. Distribusi Percepatan waktu pada
ibu bersalin yang diberikan rangsangan
4. Karakteristik Responden berdasarkan dan tidak diberikan rangsangan Papilla
Pekerjaan. Mammae di Bidan Praktek Mandiri Afah
Fahmi Surabaya
Tabe1 4. Karakteristik Responden
Berdasarkan Pekerjaan. Rangsangan Papila
Mama
No Pekerjaan f-1 f-2 No Waktu
1 IRT 10(40%) 6(24%) f-1 f-2
2 Wirausaha 1(5%) 1(5%)
3 Peg.Swasta 1. <4 mt (Cepat) 5(41,67%) 0(0%)
1(5%) 5(21%)
4 Peg Negeri 2. 5- 7(58.33%) 12(100%)
0(0%) 0(0%)
Total 12(50%) 30mt(Normal)
12(50%) 3 >30 0 (0%) 0(0%)
Sumber Data : Kuesioner Penelitian mt(Lambat)
Jumlah 12 (50%) 12(50%)
Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui Hasil Uji Statistik Mann-Whitney : p=0,005 yang
bahwa terbanyak responden yang menunjukkan p<0,05
diberikan rangsangan papilla mammae
dengan bekerja sebagai ibu rumah
tangga dengan jumlah responden 10 Berdasarkan tabel 6. dapat
(40%), sedangkan pada responden yang diketahui bahwa responden yang
tidak diberikan rangsangan papilla diberikan rangsangan saat proses
mammae dengan bekerja sebagai ibu persalinan kala III di Bidan Praktek
rumah tangga dengan jumlah responden Mandiri Afah Fahmi Surabaya
6 (24%). menunjukkan skala waktu cepat
sebanyak 5 responden. Sedangkan
responden yang tidak diberikan

7
rangsangan sebanyak 12 responden yang (Manuaba, 2010). Usia sangat
memiliki skala waktu normal. Kemudian berpengaruh terhadap proses reproduksi
data di analisa menggunakan uji statistik terutama untuk usia 20-35 tahun
Mann-Whitney melaluiprogram SPSS merupakan usia yang baik untuk hamil
dengan derajat kemaknaan p< 0,05. dan bersalin (Wiknjosastro, 2007). Usia
Hasil yang diperoleh yaitu signifikan 20-35 tahun merupakan usia yang subur
sebesar 0,00 karena p< 0,05 maka Ho karena susunan anatomi alat reproduksi
ditolak dan H1 diterima, dimana wanita pada usia tersebut masih sangat
kesimpulannya ada efektivitas reproduktif untuk memiliki keturunan.
rangsangan papilla mammae terhadap Usia <20 tahun alat reproduksinya masih
percepatan kala III di Bidan Praktek belum matang sehingga dapat
Mandiri Afah Fahmi Surabaya. menimbulkan terjadinya penyulit pada
. saat kehamilan maupun persalinan,
sedangkan usia >35 tahun organ
PEMBAHASAN reproduksinya sudah tidak bisa bekerja
secara optimal. Usia 20-35 tahun
1. Waktu Yang Dibutuhkan merupakan usia yang matang, sehingga
Persalinan Kala III Pada Ibu Yang ibu lebih kooperatif dengan tenaga
Tidak Diberikan Rangsangan kesehatan jika diinformasikan tentang
Papilla Mammae. proses persalinannya dan organ
reproduksinya dapat bekerja secara
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan optimal untuk mendukung proses
bahwa dari 12 responden yang tidak kelahiran karena terdapat stimulasi
diberikan rangsangan papilla mammae papilla mammae yang dapat
di Bidan Praktek Mandiri Afah Fahmi meningkatkan kontraksi uterus.
Surabaya yaitu sebesar 100%. Menurut Sedangkan pada usia <20 tahun dan >35
Mary Nolan (2003) pemilinan papilla tahun termasuk dalam faktor resiko
mammae akan merangsang tubuh tinggi karena di setiap tindakan
sehingga memproduksi lebih banyak persalinan normal harus melakukan
oksitosin agar rahim berkontraksi dan observasi ketat untuk menurunkan
mendorong plasenta keluar. Stimulasi kejadian persalinan yang lama, semakin
papilla mammae akan menyebabkan tua umur seseorang maka semakin
ereksi dan ujung saraf peraba yang berkurang fungsi reproduksinya yang
terdapat pada papilla mammae akan rata-rata dijumpai pada usia >35 tahun
terangsang. Reseptor membran untuk dan telah melahirkan lebih dari satu kali.
oksitosin ditemukan dalam jaringan Berdasarkan tabel 2. menunjukkan
uterus maupun mammae, hormon bahwa dari 7 responden (29%) yang
oksitosin ini menyebabkan kontraksi melahirkan anak pertama, yang
otot polos uterus sehingga mempercepat diberikan rangsangan papilla mammae
proses persalinan. di Bidan Praktek Mandiri Afah Fahmi
Berdasarkan tabel 1. menunjukkan Surabaya. Menurut Sarwono, 2007
bahwa dari 8 responden (30%) yang terdapat perbedaan mekanisme
berusia 19-27 tahun, yang diberikan persalinan antara primigravida dengan
rangsangan papilla mammae di Bidan multigravida. Kontraksi uterus pada
Praktek Mandiri Afah Fahmi Surabaya. multigravida lebih kuat daripada
Perangsangan stimulasi papilla mammae primigravida. Terdapat perbedaan proses
lebih cepat mengalami peningkatan pembukaan seviks uteri antara
kontraksi pada usia 20-35 tahun primigravida dan multigravida. Pada

8
primigravida terjadi perlunakan, multigravida. Risiko perdarahan
penipisan dan selanjutnya diikuti meningkat apabila kala III lebih dari 30
pembukaan serviks uteri, pada menit, terutama antara 30-60 menit
multigravida terjadinya perlunakan tidak (Sumarah, 2009). Tetapi pada
diikuti oleh perlunakan karena terdapat kenyataannya, responden yang tidak
jaringan ikat akibat persalinan terdahulu. diberikan rangsangan papilla mammae
Tetapi pada kenyataannya 7 responden kontraksi uterus tidak meningkat
yang mengalami primigravida, pada sehingga kepala bayi tidak cepat turun ke
primigravida serviks semakin tipis bawah karena serviks belum menipis dan
karena jaringan ikat di sekitarnya masih tidak ada rangsangan yang membuat
belum pernah dilalui oleh bayi. Sehingga uterus semakin berkontraksi. Oleh
kontraksi uterus akan semakin karena itu pemberian rangsangan papilla
meningkat setelah dilakukan stimulasi mammae mempunyai manfaat yang
rangsangan papilla mammae. Sedangkan sangat besar, selain dapat memberikan
3 responden yang melahirkan anak rangsangan oksitosin alamiah juga dapat
kedua, 1 responden yang melahirkan membantu dalam pengeluaran plasenta
anak ketiga, dan 1 responden yang dengan cepat dan mengurangi
melahirkan anak keempat. Semakin perdarahan pada ibu bersalin.
banyak jumlah anak maka proses
peregangan otot dan tingkat 3. Efektivitas Rangsangan Papilla
elastisitasnya akan berkurang. Mammae Terhadap Percepatan
Persalinan Kala III.
2. Waktu Yang Dibutuhkan
Persalinan Kala III Pada Ibu Yang Pada tabel 6. dapat dilihat bahwa
Diberikan Rangsangan Papilla sebanyak 7 responden (58,33%) dari 12
Mammae responden yang diberikan rangsangan
papilla mammae dengan skala waktu
Berdasarkan tabel 6. dapat dilihat normal, sedangkan sebanyak 5
sebanyak 12 responden, 7 responden responden (41,67%) yang diberikan
yang diberikan rangsangan papilla rangsangan papilla mammae dengan
mammae dengan skala waktu normal skala waktu cepat. Sedangkan yang tidak
sebesar 58,33%. Rangsangan papilla diberikan rangsangan papilla mammae
mammae akan menambah intensitas dengan skala waktu normal sebanyak 12
kontraksi uterus karena merangsang responden (100%). Hasil uji statistik
pelepasan oksitosin dari hipofisis Man-Whitney didapatkan tingkat
posterior sehingga membantu proses signifikasi sebesar p=0,00 dimana
kelahiran. Kontraksi uterus akan p<0,05 yang menunjukkan bahwa H1
menyebabkan pelepasan plasenta dan diterima, dimana kesimpulannya bahwa
perdarahan retroplasental dengan ada efektivitas rangsangan papilla
bantuan tenaga mengejan dari ibu, mammae dapat mempercepat persalinan
sehingga plasenta akan lepas dari tempat kala III di Bidan Praktek Mandiri Afah
implantasinya (Bobak, 2005). Proses Fahmi Surabaya. Kenyataan yang
kelahiran plasenta dapat menghabiskan diperoleh dari hasil penelitian dapat
waktu 5 menit hingga 30 menit dengan dilihat bahwa waktu kelahiran plasenta
kontraksi uterus setiap dan sampai tiga lebih cepat pada kelompok subjek yang
menit sekali (Prawirohardjo, 2002). kala III diberikan rangsangan dengan
Rata-rata lama kala III berkisar 15-30 pemilinan papilla mammae
menit, pada primigravida maupun dibandingkan dengan kelompok yang

9
kala III tanpa pemilinan. Oleh karena itu, KESIMPULAN
pemberian rangsangan papilla mammae
dengan pemilinan pada Manajemen Berdasarkan penelitian yang telah
Aktif Kala III persalinan diperlukan agar dilakukan maka dapat disimpulkan
waktu kelahiran plasenta lebih cepat. sebagai berikut :
Menurut Mary Nolan, 2003
mengatakan pemilinan rangsangan 1. Waktu yang dibutuhkan persalinan
papilla mammae pada Manajemen Aktif kala III pada ibu yang diberikan
Kala III berpengaruh secara signifikan rangsangan papilla mammae di Bidan
terhadap waktu kelahiran plasenta Praktek Mandiri Afah Fahmi
plasenta dibandingkan dengan waktu Surabaya dengan kategori cepat yaitu
kelahiran plasenta pada Manajemen sebesar 41,67%.
Aktif Kala III tanpa pemilinan papilla 2. Waktu yang dibutuhkan persalinan
mammae. Rangsangan yang diberikan kala III pada ibu yang tidak diberikan
pada papilla mammae bisa membantu rangsangan papilla mammae di Bidan
proses kelahiran. Papilla mammae ini Praktek Mandiri Afah Fahmi
disusun oleh urat-urat otot yang lembut Surabaya dengan kategori normal
dan merupakan sebuah jaringan tebal yaitu sebesar 100%.
berupa urat saraf berada di ujungnya, 3. Rangsangan papilla mammae efektif
rangsangan yang diberikan yang terhadap percepatan persalinan kala
diberikan pada papilla mammae bisa III di Bidan Praktek Mandiri Afah
membantu proses kelahiran. Proses Fahmi Surabaya, dibuktikan dengan
kelahiran plasenta ini dapat hasil uji statistik Man Whitney
menghabiskan waktu 5 menit hingga 30 dengan nilai p < 0,05.
menit dengan kontraksi uterus setiap dan
SARAN
sampai tiga menit sekali (Prawirohardjo,
1. Bagi STIKES William Booth
2002).
Oleh karena itu untuk Dengan adanya penelitian ini, maka
meningkatkan kontraksi uterus pada kala diharapkan institusi pendidikan mampu
III persalinan salah satu upaya yang memberikan penyuluhan tentang
dapat dilakukan adalah dengan efektivitas rangsangan papilla mammae
dilakukan rangsangan papilla mammae terhadap percepatan Persalinan kala III
karena papilla mammae merupakan sehingga mahasiswa dapat mengenal
jaringan lembut yang peka terhadap serta memahami metode rangsangan
rangsangan perabaan karena terdapat papilla mammae dengan baik dan benar
saraf-saraf sensorik jika dilakukan serta dapat mengaplikasikannya saat
stimulasi dapat melepaskan oksitosin praktik di lapangan.
yang dikeluarkan oleh hipofisis posterior
kemudian merangsang peningakatan 2. Bagi Tempat Penelitian
kontraksi uterus, persalinan berlangsung
lebih cepat, dan membantu mengurangi Diharapkan Bidan Praktek Mandiri
terjadinya perdarahan. Afah Fahmi Surabaya dapat
menggunakan rangsangan papilla
mammae sebagai alternatif dalam
pengeluaran plasenta agar tidak terjadi
perdarahan yang berlebihan dan plasenta
cepat keluar.

10
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan pada
Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka
Diharapkan penelitian ini dapat Pelajar.
digunakan sebagai referensi untuk
meneruskan penelitian tentang Nurasiah Ai. 2012. Asuhan Persalinan
Efektivitas Rangsangan Papilla Normal Bagi Bidan. Bandung: PT.
Mammae Terhadap Percepatan Refika Aditama.
Persalinan Kala III serta
mengembangkan penelitian ini dengan Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu
mencari teknik lain yang lebih efisien Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
untuk mempercepat pengeluaran Pustaka.
plasenta pada kala III.
Rohani, dkk, 2014. Asuhan Kebidanan
pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba
DAFTAR PUSTAKA Medika.

Aryanti, Wardiyah, dan Rilayani. 2016. Simkin, P dan Ancheta. 2005. Buku Saku
Sistem Reproduksi. Jakarta: Salemba Persalinan. Jakarta: EGC.
Medika.
Wirakusumah, Firman. 2011. Obstetri
Benson dan Pernoll. 2009. Buku Saku Fisiologi (Ilmu Kesehatan Reproduksi).
Obstetri dan Ginekologi. Edisi 9. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Fakultas
Jakarta: EGC. Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Yunita FA. 2010. Pengaruh Pemberian
Maternitas. Jakarta: EGC. Rangsangan Puting Susu dengan
Pemilinan pada Manajemen Aktif Kala
C. Ralph Benson. 2009. Buku Saku III Terhadap Waktu Kelahiran Plasenta.
Obstetri & Ginekologi. Edisi 9. Jakarta: Surakarta: Jurnal Mahasiswa Kebidanan
EGC. 1(I): 40-47.

Imelda, Fitri. 2017. Lebih dekat dengan


sistem Reproduksi Wanita. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.

Indriyani Diyan. 2013. Keperawatan


Maternitas pada Area Perawatan
Antenatal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

J. S. Jenny Sondak. 2013. Asuhan


Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir. Jakarta: Erlangga.

Lailayana, dkk, 2011. Buku Ajar Asuhan


Kebidanan Persalinan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai