Anda di halaman 1dari 10

SURAT PERNYATAAN

Yang Bertanda Tangan Di Bawah Ini :


Nama : Yandri Nofyanti Y Otu
NIM : 181495
Program Studi : D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil penelitian saya dengan judul


“Asuhan Keperawatan Pada Neonatus Dengan Ikterus Neonatorum Di Ruang
PICU/NICU Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang”, telah disetujui untuk
dipublikasikan di Jurnal Keperawatan Malang dan Website Lembaga Penelitian,
serta Pengabdian kepada Masyarakat STIKes Panti Waluya Malang dengan
mencantumkan nama pembimbing, dan saya sebagai peneliti.

Malang, 28 Juli 2021


Yang membuat pernyataan,

Yandri Nofyanti Y Otu


NIM. 181495
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN IKTERUS NEONATORUM
DI RUANG PICU/NICU RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

NURSING CARE IN NEONATUS WITH NEONATORUM JAUDINCE IN PICU/NICU


HOSPITALS WALUYA SAWAHAN MALANG

Yandri Nofyanti Y Otu, Sr. Felisitas A Sri S, Misc. MAN


Prodi DIII Keperawatan STIKes Panti Waluya Malang
Email : otunofyanti@gmail.com

ABSTRAK
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai berusia empat minggu atau usia kurang dari 28 hari. Ikterus
Neonatorum adalah suatu gejala kuning pada kulit, sklera, dan mukosa akibat penumpukan
bilirubin. Tujuan penulisan adalah untuk memberikan asuhan keperawatan pada Neonatus yang
mengalami Ikterus Neonatorum yang bersifat fisiologis. Desain penelitian yang digunakan adalah
metode studi kasus dengan 2 pasien sebagai responden yang dilaksanakan pada pasien 1 tanggal
19-20 Mei 2021 di ruang Box Peristi dan pasien ke 2 tanggal 15-16 Juni 2021 di ruang Box Peristi
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Berdasarkan penelitian, didapatkan hasil pada kedua
pasien mengalami ikterus neonatus yang bersifat fisiologis, pada pasien 1 timbul pada hari ke 4
dan pada pasien ke 2 timbul pada hari ke 3 sehingga menyebabkan penumpukan bilirubin di dalam
darah dan hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien 1 kadar bilirubin total 11.10 mg/dl dan
pasien 2 kadar bilirubin total 12.64 mg/dl sehingga bayi terlihat menguning di beberapa daerah
seperti wajah, sklera mata serta mukosa bibir, sehingga dilakukan tindakan asuhan keperawatan
selama 2 hari dan hasil penelitian yang didapatkan pada pasien 1 dapat teratasi dibuktikan dengan
hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien 1 bilirubin total 6.26 mg/dl dan pasien 2 bilirubin total
7.43 mg/dl sehingga daerah wajah kembali normal, sklera tidak terlihat menguning serta mukosa
bibir tidak terlihat menguning. Oleh karena itu, dilakukan asuhan keperawatan yang bertujuan
untuk menghindari komplikasi serta memberikan edukasi guna mengatasi masalah ikterus
neonatus.
Kata Kunci : Neonatus, Ikterus Neonatorum
ABSTACT
Neonates are newborns up to the age of four weeks or less than 28 days. Neonatal jaundice is a
yellow symptom of the skin, sclera, and mucosa due to accumulation of bilirubin. The purpose of
writing is to provide nursing care to neonates who experience neonatal jaundice with a nursing
diagnosis of neonatal jaundice. The research design used is a case study method with 2 patients
as respondents which was carried out on patient 1 on 19-20 May 2021 in the Peristi Box room
and patient 2 on 15-16 June 2021 in the Peristi Box room of the Waluya Sawahan Panti RSUD
Malang. Based on the research, it was found that both patients had neonatal jaundice due to
accumulation of bilirubin in the blood and the results of laboratory examinations in patient 1
showed a total bilirubin level of 11.10 mg/dl and patient 2 a total bilirubin level of 12.64 mg/dl so
that the baby looked yellow in some cases. areas such as the face, eye sclera and lip mucosa, so
nursing care was carried out for 2 days and the research results obtained in patient 1 could be
resolved as evidenced by the results of laboratory tests in patient 1 total bilirubin 6.26 mg/dl and
patient 2 total bilirubin 7 ,43 mg/dl the facial area returned to normal, the sclera did not look
yellow and the lip mucosa did not look yellow. Therefore, nursing care is carried out which aims
to avoid complications and provide education to overcome the problem of neonatal jaundice.
Keywords: Neonate, Neonatal Jaundice

Pendahuluan
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai adalah adanya produksi bilirubin yang
berusia empat minggu atau usia kurang dari berlebih. Menurut Kemenkes RI (2016)
28 hari. Pada periode ini bayi masih rentan angka kematian neonatus dengan ikterus di
dalam menyempurnakan berbagai Indonesia sebesar 51,47%. Menurut Dinas
penyesuaian fisiologis akibat perubahan Kesehatan Kota Malang jumlah kematian
kehidupan dari kehidupan intrauterine ke neonatal pada tahun 2016 sebesar 82 kasus
kehidupan ekstrauterin (Fitrianda, 2017). yang terdiri dari 60 kasus terjadi pada
neonatus usia 0-7 hari, serta kasus yang
Ikterus neonatorum adalah keadaan terjadi pada neonatus 8-28 hari. Penyebab
perubahan kulit dan sklera yang berwarna kematian neonatus salah satunya adalah
kuning pada Neonatus akibat akumulasi Ikterus (Dinkes Kota Malang, 2016).
bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.
Ikterus secara klinis akan mulai tampak pada Di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
Neonatus bila kadar bilirubin darah 10 Malang terdapat Neonatus dengan masalah
mg/dL. Neonatus mengalami ikterus ikterus neonatorum yang terjadi pada bulan
disebabkan karena belum matangnya fungsi Januari hingga Oktober 2019 terdapat 46
hati bayi untuk memproses eritrosit. Neonatus dengan masalah ikterus
(Maulina, 2013) . neonatorum yang terdiri dari 17 laki-laki dan
29 perempuan dari total Neonatus 294
Ikterus neonatorum yang bersifat (Rekam Medik Rumah Sakit Panti Waluya
Fisiologis biasanya timbul pada hari kedua Malang, 2019).
atau ketiga setelah bayi lahir, dengan kadar
bilirubin indirek 12,5 mg/dl (M. Shole, Angka kejadian Ikterus Neonatorum di RS
2017). Neonatus mempunyai risiko terjadi Panti Waluya Sawahan Malang tahun 2019
ikterus neonatorum mencapai 60%, ikterus terdapat 46 Neonatus. Mengingat angka
terjadi pada bayi kecil atau bayi dengan kejadian dalam satu tahun cukup tinggi
berat lahir <2500 gram atau usia kehamilan sehingga harus waspada terhadap komplikasi
<37 minggu, mengalami ikterus pada minggu yang ditimbulkan apabila bayi dengan ikterus
pertama kehidupannya (Anggelia, Sasmito, tidak segera ditangani dan kadar bilirubinnya
& Purwaningrum, 2018). semakin tinggi, maka dapat menyebabkan
kern ikterus dimana bayi dengan keadaan
Menurut World Health Organization ikterus mempunyai risiko terhadap kematian.
(2017) di seluruh dunia terdapat Neonatus
dengan ikterus terbesar 10.000. 000 jiwa per Ikterus neonatorum pada Neonatus
tahun yang terjadi ikterus penyebabnya disebabkan karena saat lahir hati bayi belum
cukup baik untuk melakukan tugasnya. Sisa daerah wajah, sklera mata dan mukosa
pemecahan eritrosit yang disebut bilirubin bibir berwarna kuning.
menyebabkan kuning pada bayi dan apabila
jumlah bilirubin semakin menumpuk di Penelitian ini dilakukan selama 2 hari
tubuh menyebabkan bayi terlihat berwarna terhadap masing-masing pasien dengan
kuning. Keadaan ini timbul akibat akumulasi menggunakan data sekunder dari rekam
pigmen bilirubin yang berwarna ikterus pada medis pasien dan data melalui pembimbing
sklera dan kulit. Keadaan ikterus neonatorum klinik karena mengingat bahwa masih adanya
jika tidak ditangani dengan cepat,maka covid-19. Dicantumkan etika yang mendasari
bilirubin tetap tinggi sehingga menyebabkan penyusunan studi kasus, terdiri dari :
dampak pada bayi tidak mau menghisap,leher 1. Informed Consent (persetujuan menjadi
kaku,tonus otot meningkat, dan terjadi klien)
Kernicterus (kerusakan otak pada bayi). 2. Anonymity (tanpa nama)

Kernicterus terjadi apabila kadar bilirubin 3. Confidentiality (kerahasiaan)


tidak ditangani. Kernicterus ditandai dengan Hasil
adanya kerusakan otak berupa mata
berputar,letargi, kejang, tonus otot Pada studi kasus ini didapatkan hasil
meningkat, leher kaku, epistotonus, dan sebagai berikut :
sianosis, serta dapat diikuti dengan ketulian, 1. Pengkajian. Pada tanggal 19/05/2021 pukul
gangguan berbicara,dan retardasi mental 10:44 WIB bayi dibawah ke RS. Panti
dikemudian hari,jika tidak tertolong bayi Waluya Sawahan Malang oleh kedua orang
akan meninggal (Dewi, 2010). Berdasarkan tuanya dengan keluhan bayi terlihat kuning
latar belakang diatas, maka penulis tertarik sejak kurang lebih 2 hari yang lalu dan makin
untuk melakukan studi kasus dengan judul menguning pagi hari. Lalu dilakukan
“Asuhan Keperawatan Pada Neonatus pemeriksaan laboratorium dan hasil
dengan masalah Ikterus Neonatorum di laboratorium bilirubin total pada bayi 11.10
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan mg/dl sehingga pasien mengalami Ikterus
Malang”. Metode Penelitian Neonatorum yang menyebakan pasien
terlihat kuning sejak 2 hari yang.
1. Penelitian ini menggunakan desain studi
kasus yang bertujuan untuk Didapatkan hasil pengakajian :
mengekplorasi masalah asuhan TTV : N : 158 x/menit , R : 40x/menit, S :
keperawatan pada Neonatus dengan 36℃, Sat O2 : 99%. Hasil Pemeriksaan
masalah Ikterus Neonatorum di Rumah Laboratorium, Bilirubin Total : 11.10 mg/dl,
Sakit Panti Waluya Malang, maka Bilirubin Direk : 1.12 mg/dl, Bilirubin
Batasan istilah yang digunakan peneliti Indirek : 9.98 mg/dl.
yaitu : Pada Neonatus cukup bulan dengan
kadar bilirubin total >10 mg/dl Pada tanggal 15/06/2021 pukul 18:16 WIB
2. Pada Neonatus yang mengalami Ikterus bayi dibawah oleh kedua orang tuanya ke RS.
Neonatorum dengan derajat ikterus 3 Panti Waluya Sawahan Malang dengan
3. Tidak terbukti mempunyai hubungan keluhan bayi kuning setelah kurang lebih 4
dengan keadaan patologis hari keluar dari rumah sakit sesudah
Timbul pada hari kedua atau hari ketiga melahirkan. Lalu dilakukan pemeriksaan
setelah bayi lahir dengan tanda dan gelaja laboratorium dan hasil laboratorium bilirubin
total 12.64 mg/dl yang menyebabkan pasien
mengalami Ikterus Neonatorum.
Didapatkan hasil pengakajian : TTV : N : didapatkan masalah ikterus neonatus dapat
138x/menit, RR : 40x/menit, S : 37℃, Sat O2 teratasi dibuktikkan mencapai 5 kriteria hasil
: 99%. Hasil Pemeriksaan Laboratorium yang telah ditetapkan.
Bilirubin Total : 12.64 mg/dl, Bilirubin Direk
: 0.96 mg/dl
Pembahasan
Bilirubin Indirek : 11.68 mg/dl 1. Pengkajian. Menurut penulis, berdasarkan
hasil laboratorium kadar bilirubin pada
2. Diagnosa Keperawatan. Berdasarkan hasil
pasien 1 dan 2 mengalami peningkatan dari
pengkajian pada pasien 1 dapat ditegakkan
angka normal yaitu pada pasien 1 kadar
diagnosa ikterus neonatus berhubungan
bilirubin total 11.10 mg/dl, sedangkan pada
dengan kesulitan transisi ke kehidupan ekstra
pasien 2 kadar bilirubin totalnya 12.64 mg/dl.
uterin. Diagnosa pada pasien 1 dapat
Data pengkajian yang didapatkan penulis
dibuktikan dengan bayi berumur 8 hari, kulit
pada pasien 1 dan 2 mengalami Ikterus
pada wajah berwarna kuning, sklera
Neonatorum yang bersifat fisiologis pada
berwarna kuning, dan mukosa berwarna
neonatus akibat produksi bilirubin tinggi dan
kuning serta hasil laboratorium yang
pengeluaran bilirubin yang terhambat
menunjukan kadar bilirubin total 11.10 10
sehingga menyebabkan bayi tampak terlihat
mg/dl dan pengkajian pada pasien 2 dapat
kuning pada sklera dan kulit. Pada pasien 1
ditegakkan diagnosa ikterus neonatus
dan pasien 2 memiliki persamaan pada
berhungan dengan kesulitan transisi
keluhan ikterus yang muncul seperti sklera
kekehidupan ekstra uterin. Diagnosa pada
dan kulit berwarna kuning. Perbedaan dari
pasien dapat dibuktikan dengan bayi berumur
pasien 1 mengalami keluhan ikterus karena
8 hari, kulit pada wajah berwarna kuning,
ibu pasien mengeluh bayinya berwarna
sklera berwarna kuning, dan mukosa
kuning sejak 2 hari yang lalu terlihat lebih
berwarna kuning serta hasil laboratorium
jelas warna kuningnya pada saat pagi hari,
yang menunjukan kadar bilirubin total 12.64
sedangkan pasien ke 2 memiliki keluhan
mg/dl.
ikterus pada saat 4 hari yang lalu keluar dari
rumah sakit sesudah dilahirkan. Pengkajian
pasien 1dan pasien 2 ikterus neonatorum
3. Rencana Keperawatan. Pada pasien 1 dan 2 merupakan suatu gejala disklorasi kuning
ditetapkan tujuan yaitu setelah dilakukan pada kulit wajah, sklera dan mukosa akibat
asuhan keperawatan kadar bilirubin kembali penumpukan bilirubin. Bilirubin ini
normal dengan melakukan fototerapi. menyebabkan kuning pada bayi dan apabila
jumlah bilirubin semakin menumpuk ditubuh
maka bayi semakin bertambah
4. Implementasi Keperawatan. Pada pasien 1 kuning(Rohani &Wahyuni, 2017). Menurut
dan 2 berdasarkan diagnosa keperawatan L. Fajria Maulina (2014) Ikterus Neonatorum
ikterus neonatorum peneliti melakukan 15 yang terjadinya pada neonatus diakibatkan
implementasi sesuai dengan kondisi pasien. oleh tingginya produksi bilirubin yang lebih
dari 10mg/dl dan rendahnya ekskresi
bilirubin sehingga terjadinya penumpukan
5. Evaluasi Keperawatan. bilirubin selama masa transisi pada neonatus
sehingga menyebabkan bayi terlihat
Pada kedua pasien telah dilakukan berwarna kuning pada bagian wajah pada
perawatan selama 2 hari serta berdasarkan sklera dan mukosa.
hasil evaluasi yang dilakukan, pasien 1 dan 2
membaik. Dalam kriteria hasil pada pasien 1
dan 2 sesuai dengan teori PPNI (2016) yaitu
2. Diagnosa Keperawatan. Menurut penulis Membran mukosa kuning menurun, kulit
berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil kuning menurun , sklera kuning menurun,
laboratorium pada pasien 1 dan 2 dapat aktivitas ekstremitas membaik, dan respon
ditegakkan diagnosa keperawatan ikterus strehadap stimulus membaik.
neonatus berhubungan dengan kesulitan 4. Implementasi Keperawatan. Pada pasien 1
transisi ke kehidupan ekstra uterin. Pada dan 2 telah dilakukan tindakan keperawatan
pasien 1 dan 2 penyebab bayi terlihat kuning sesuai dengan intervensi keperawatan 1-15
dibagian wajah dibuktikan dengan produksi sesuia dengan kondisi pasien.
kadar bilirubin direk 1.12 mg/dl, bilirubin Implemetasi merupakan tindakan yang
indirek 9.98 mg/dl untuk pasien 1 dan pada dilakukan sesuai dengan yang telah
pasien 2 kadar bilirubin direk 0.96mg/dl dan direncanakan sebelumnya ynag mencakup
bilirubin indirek 11.68 mg/dl yang tinggi tindakan mandiri dan kolaboratif (Debora,
didalam darah sehingga rendahnya ekskresi 2013). Menurut Setiadi (2012) implementasi
bilirubin selama masa transisi pada neonatus merupakan wujud dari rencana keperawatan
sehingga menyebabkan kulit pada bagian yang telah disusun pada tahap perencanaan.
wajah, mukosa dan sklera berwarna kuning. Implemetasi merupakan realisasi tindakan
Dari diagnosa yang telah ditetapkan pada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
kedua pasien hal ini sesuai dengan teori Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
menurut PPNI (2016) yang mengatakan pengumpulan data berkelanjtkan.
bahwa salah satu diagnosa keperawatan Mengobservasi dan sesudah pelasanaan
pasien ikterus neonatorum yaitu ikterus tindakan dan menilai data yang baru
neonatus yang berhungan dengan kesulitan (Nimatur dan Walid, 2017).
transisi ke kehidupan ekstra uterin. Dengan
Batasan karakteristik yaitu :
1). Batasan Karakteristik Mayor :
a) Subjektif : - 5. Evaluasi Keperawatan. Setelah dilakukan
b) Objektif : tindakan keperawatan selama 2 hari, masalah
1. Profil darah abnormal (hemolisis, ikterus neonatus pada pasien 1 dan 2 teratasi
bilirubin serum total >2mg/dl, bilirubin dengan memenuhi 5 kriteria hasil yang ada.
serum total pada rentang risiko tinggi Menurut Setiadi (2012) Tahap penilaian atau
menurut usia pada normogram spesifik evaluasi adalah perbadingan yang sistematis
waktu) dan terencana tentang kesehatan pasien
2. Membran mukosa kuning dengan tujuan yang telah ditetapkan,
3. Kulit kuning dilakukan dengan cara berkesinambungan
4. Sklera kuning yang melibatkan pasien, keluarga, serta
2). Gejala dan Tanda Minor (-) tenaga medis lainnya. Tujuan dalam evaluasi
adalah untuk melibatkan kemampuan pasien
dalam mencapau tujuan yang disesuaikan
dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan.
3. Rencana Keperawatan. Menurut penulis, Kriteria hasil yang dapat dicapai pada pasien
pada pasien 1 dan 2 ditemukan kriteria seperti yang mengalami ikterus neonatorukm dengan
diatas karena sesuai dengan kondisi. Pada masalah ikterus neonatus menurut PPNI
pasien 1 dan 2 dinyatakan membran mukosa (2016) yaitu:
menurun, kulit pada wajah kuning menurun, 1. Membran mukosa kuning menurun
sklera kuning menurun, aktivitas ektremitas 2. Kulit kuning menurun
membaik, respons terhadap stimulus sensorik
3. Sklera kuning menurun ilmiah.
4. Aktivitas ekstremitas membaik
5. Respons terhadap stimulus membaik Titik Maga Anggelia1 , Lulut Sasmito1, Y. P.
(2018). Risiko Kejadian Ikterus
Neonatorum Pada Neonatus Dengan
Riwayat Asfiksia Neonatus DI RSD dr .
6. Kesimpulan. Asuhan Keperawatan Pada 4(2), 154–164.
Neonatus Dengan Ikterus Neonatorum di
Ruang PICU/NICU di Rumah Sakit Panti Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2016.
Waluya Sawahan Malang telah dilaksanakan Profil kesehatan provinsi Jawa Timur
selama 2 hari pada pasien 1 dan pasien 2. Tahun 2016. Malang: Dinkes Malang
Asuhan dilakukan dalam bentuk pengkajian,
Dewi.2016. Penatalaksanaan Hiperbilirubin
analisa data, penetapan diagnosa
Dengan Fototerapi. Jakarta Fakultasi
keperawatan, penyusunan intervensi
Kedokteran Universitas Indonesia.
keperawatan, melakukan implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan Anggelia, T. M., Sasmito, L., &
selama 2 hari pada klien yang dibuktikan Purwaningrum, Y. (2018). (The Risk Of
melalui kriteria hasil yang ditetapkakan The Neonatory Interest In The Neonatus
tercapai. With The History Of Asfiksia Baby New
Born. Jurnal Terapan, 4(2), 154–164.
Daftar Pustaka Fajri, L. (2014). Icterus Neonatorum. Ikterus
Neonatorum, 114(3), 457.
Listiawati, A. (2016). Asuhan Kebidanan
https://doi.org/10.1097/00000441-
Pada Bayi Patologi Ny.S Umur 1 Hari
191209000-00058
Dengan Ikterus Derajat II di RSU
Assalam Gemolog Sragen. Karya Tulis Fitrianda, M. I. (2013). Digital Digital
Ilmiah. Repository Repository Universitas
Universitas Jember
Fitrianda, M. I. (2017). Digital Digital
Repository Repository Universitas Heriyanti, A., Widiasih, R., & Murtiningsih,
Universitas Jember Jember Digital M. (2020). Efektifitas Terapi Caring
Digital Repository Repository Support Neobil terhadap Perubahan
Universitas Universitas Jember. Kadar Bilirubin Serum Total
Hyperbilirubinemia pada Neonatus Di
Maulina, L. F. M. (2013). Gambaran Faktor
Rumah Sakit Dustira Cimahi. Health
Risiko Ikterus Neonatorum pada
Information : Jurnal Penelitian, 12(1),
Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD
30–37.
Raden Mattaher Jambi Tahun 2013.
https://doi.org/10.36990/hijp.vi.154
Rohani, S., & Wahyuni, R. (2017). Faktor-
Listiawati, A. (2016). ASUHAN
Faktor yang Berhubungan dengan
KEBIDANAN PADA BAYI
Kejadian Ikterus pada Neonatus. Jurnal
PATOLOGI Ny.S UMUR 1 HARI
Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(1),
DENGAN IKTERUS DERAJAT II DI
75–80.
RSU ASSALAM GEMOLONG
https://doi.org/10.30604/jika.v2i1.35
SRAGEN. Karya Tulis Ilmiah.
Susantini. (2015). Asuhan kebidanan
Maulina, L. F. M. (2013). Gambaran Faktor
Neonatus pada bayi ny. t dengan asfiksia
Risiko Ikterus Neonatorum pada
sedang di rsud surakarta karya tulis
PADA IKTERUS NEONATORUM Yard, W. N. (2014). PERATURAN MENTERI
FISIOLOGIS. Angewandte Chemie KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
International Edition, 6(11), 951–952. TAHUN 2016. 1–11.
Ridha, N. (2017). Proses Penelitian, Masalah, Saputra,
Variabel, dan Paradigma Penelitian.
Jurnal Hikmah, 14(1), 62–70. Retrieved (Yard, 2016)
from http://jurnalhikmah.staisumatera- Tim SDKI DPP PPNI.2016. Standar
medan.ac.id/index.php/hikmah/article/d Diagnosa Keperawatan Indonesia.
ownload/10/13 Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Perawat
Rohani, S., & Wahyuni, R. (2017). Faktor- Nasional Indonesia
Faktor yang Berhubungan dengan Tim SLKI DPP PPNI.2016. Standar Luaran
Kejadian Ikterus pada Neonatus. Jurnal Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(1), Pengurus Pusat Perawat Nasional
75–80. Indonesia
https://doi.org/10.30604/jika.v2i1.35
Tim SIKI DPP PPNI.2016. Standar Intervensi
Susantini. Sondakh. (2015). Asuhan Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
kebidanan bayi baru lahir pada bayi ny. Pengurus Pusat Perawat Nasional
t dengan asfiksia sedang di rsud Indonesia.
surakarta.

Anda mungkin juga menyukai