T DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA IKTERIK NEONATUS PADA PASIEN
HIPERBILIRUBIN DI RUANG ASTER RSUD Prof. Dr. MARGONO
SOEKARJO
Disusun Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Stase
Keperawatan Anak Profesi Ners
Disusun Oleh:
Istiana Puspitasari
2021030036
Mahasiswa
(Istiana Puspitasari)
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Ikterik Neonatus merupakan kulit dan membran mukosa menguning
setelah 24 jam kelahiran akibat bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam
sirkulasi (SDKI, 2017).
Ikterik neonatus adalah keadaan dimana bilirubin terbentuk lebih
cepat daripada kemampuan hati bayi yang baru lahir (neonatus) untuk dapat
memecahnya dan mengeluarkannya dari tubuh, Ikterik adalah warna kuning
yang dapat terlihat pada sklera, selaput lender, kulit atau organ lain akibat
penumpukan bilirubin (Marmi, 2015).
Ikterik neonatus atau penyakit kuning adaalah kondisi umum pada
neonatus yang mengacu pada warna kuning pada kulit dan sklera yang
disebabkan terlalu banyaknya bilirubin dalam darah (Mendri, 2017)
Dari beberapa pengertian dapat diambil kesimpulan bahwa ikterik
neonatus adalah keadaan dimana kulit, membran mukosa, maupun sklera
menguning akibat terlalu banyak kadar bilirubin didalam darah yang tidak
terkonjugasi masuk kedalam sirkulasi.
B. Etiologi
Menurut SIKI (2017) penyebab dari ikterik neonatus antara lain:
1. Penurunan berat badan abnormal (>7-8% pada bayi baru lahir yang
menyusu ASI, >15% pada bayi cukup bulan).
2. Pola makan tidak ditetapkan dengan baik
3. Kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin
4. Usia kurang dari 7 hari
5. Keterlambatan pengeluaran feses (mekonium)
C. Batasan Karakteristik
Menurut SIKI (2017) tanda dan gejala dari ikterik neonatus antara lain:
1. Tanda dan gejala mayor
a) Objektif
1) Profil darah abnormal (hemolisis, bilirubin serum total >2mg/dL,
bilirubin serum total pada rentang risiko tinggi menurut usia pada
normogram spesifik waktu).
2) Membran mukosa kuning
3) Kulit kuning
4) Sklera kuning
D. Fokus Pengkajian
Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, dan alamat.
b. Identitas Penanggung jawab (orang tua): Nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama yang dapat dilihat pada pasien.
b. Riwayat penyakit sekarang
Profil darah abnormal (hemolisis, bilirubin serum total 10 mg/dl,
bilirubin serum total pada rentang resiko tinggi menurut usia pada
normogram spesifik waktu, membran mukosa kuning, kulit kuning,
sklera kuning.
c. Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat penyakit mental.
d. Pemeriksaan fisik dan fungsional
Pemerikasaan abdomen terjadi bentuk perut yang membuncit,
terjadi pembesaran hati, feses berwarna kuning dan pemeriksaan
neurologis
3. Riwayat Anak
a. Perawatan anak dalam masa kandungan
b. Perawatan pada waktu kelahiran
4. Pengawasan Kesehatan
a. Status Imunisasi Anak (1-5 tahun) Status imunisasi anak adalah
dimana anak pernah mendapatkan imunisasi seperti BCG, difteri,
pertussis, tetanus, polio dan campak atau tambahan imunisasi lainnya
yang di anjurkan oleh petugas.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum yang meliputi suhu, nadi, pernafasan, warna kulit,
tonus otot, dan turgor kulit.
b. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala : kaji mengenai bentuk kepala, ada tidaknya lesi,
kebersihan kulit kepala, jenis rambut, tekstur rambut, warna
rambut dan pertumbuhan rambut.
2) Mata : kaji bentuk bola mata, pergerakan, keadaan pupil,
konjungtiva, keadaan kornea, sclera, bulu mata, ketajaman
penglihatan, dan reflex kelopak mata.
3) Hidung : kaji mengenai kebersihan, adanya secret, warna mukosa
hidung, pergerakan/nafas cuping hidung, juga adanya gangguan
lain
4) Telinga : Kaji kebersihan, keadaan alat pendengaran, dan kelainan
yang mungkin ada.
5) Mulut, terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering
dan pecah pecah. Lidah tertutup selaput kotor yang biasanya
berwarna putih, sementara ujung tepi lidah berwarna kemerahan.
6) Leher : kaji adanya pembesaran kelenjar/pembuluh darah, kaku
kuduk, pergerakan leher.
7) Thoraks : kaji mengenai bentuk dada, irama pernafasan, tarikan
otot bantu pernafasan, serta adanya suara nafas tambahan.
8) Jantung : kaji bunyi serta pembesaran jantung pada anak.
9) Persarafan : kaji reflek fisiologis atau reflek patologis yang
dilakukan oleh anak.
10) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisanya
terjadi konstipasi, atau diare dan bahkan bisa saja normal, kulit
teraba hangat dan kekuningan.
11) Ekstremitas : kaji tentang pergerakan, kelainan bentuk, reflex lutut
dan adanya edema.
12) Pemeriksaan Genetalia
1). Alat kelamin : kaji mengenai kebersihan dan adanya lesi
2). Anus : kaji mengenai keadaan dan kebersihan, ada tidaknya lesi
dan ada tidaknya infeksi
13) Antropometri (ukuran pertumbuhan)
Pengukuran antopometri meliputi berat badan, tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar lengan.
14) Pemeriksaan Penunjang
a) Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal.
b) Pemeriksaan widal. Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan
yang diperlukan adalah titer zat anti terhadap antigen O. titer
yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang
progresif.
E. Patofisiologi Dan Pathway Keperawatan
1. Patofisiologi
Hyperbilirubinemia adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir
dimana kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg/dl pada 24 jam
pertama kehidupan dengan ditandai adanya ikterik, keadaan ini terjadi
pada bayi baru lahir yang disebut ikterik neonatus yang bersifat patologis
atau yang lebih dikenal dengan hyperbilirubinemia yang merupakan suatu
keadaan meningkatnya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstra vaskuler
sehingga konjungtiva, kulit, dan mukosa akan berwarna kuning. Keadaan
tersebut juga berpotensi besar terjadi kern ikterus yang merupakan
kerusakan otak akibat perlekatan bilirubin indirek pada otak.
Ikterus pada neonatus disebabkan oleh stadium maturase
fungsional (fisiologis) atau manifestasi dari suatu penyakit (patologik).
Tujuh puluh lima persen dari bilirubin yang ada pada neonatus berasal dari
penghancuran hemoglobin dan dari myoglobin sitokorm, katalase dan
triptofan pirolase. Satu gram hemoglobin yang hancur akan menghasilkan
35 mg bilirubin. Bayi cukup bulan akan menghancurkan eritrosit sebanyak
1 gram /hari dalam bentuk bentuk bilirubin indirek yang terikat dengan
albumin bebas (1 gram albumin akan mengikat 16 mg Bilirubin).
Bilirubin indirek dalam lemak dan bila sawar otak terbuka ,
bilirubin akan masuk ke dalam otak dan terjadi Kern Ikterus. Yang
memudahkan terjadinya hal tersebut adalah imaturitas, asfiksia/ hipoksia,
trauma lahir, BBLR (kurang dari 9 2000 g), Infeksi, hipoglikemia,
hiperkarbia, dan lain- lain, di dalam hepar bilirubin akan diikat oleh enzim
glucuronil transverase menjadi bilirubin direk yang larut dalam air,
kemudian diekskresi ke system empedu selanjutnya masuk ke dalam usus
dan menjadi sterkobilin. Sebagian diserap kembali dan keluar melalui
urine urobilinogen. Pada Neonatus bilirubin direk dapat diubah menjadi
bilirubin indirek di dalam usus karena disini terdapat beta-glukoronidase
yang berperan penting terhadap perubahan tersebut. Bilirubin indirek ini
diserap kembali ke hati yang disebut siklus Intrahepatik (Mendri, 2017).
2. Pathway
Bilirubin indirek
Hiperbilirubin Dilakukan Fototerapi
meningkat
Ikterik Neonatus
Mempengaruhi
pembuluh darah Resiko Jatuh
Kurang pengetahuan
bayi
orang tua
Penguapan tubuh
menurun
Defisit pengetahuan
Hipertermi
Dibawah 3 tahun 4
>13tahun 1
Diagnosis lain 1
Lupa keterbatasan 2 3
Gangguan kognitif
Mengetahui kemampuan diri 1
Dalam 24 jam 3
>48 jam 1
Pengobatan lain 1
16
TOTAL (resiko jatuh
tinggi)
Resiko jatuh
Defisit pengetahuan
J. Intervensi
SLKI SIKI Rasional
L. Evaluasi
Bayi T merupakan bayi dari ibu P4A0, usia ibu 42 tahun, usia kehamilan
38 minggu + 6 hari, jenis persalinan Spontan Di RS, antigen negatif. Bayi lahir
pada tanggal 29/08/2021 dengan jenis kelamin perempuan. Pada tanggal 8
Oktober 2021 pasien datang ke Poli RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dengan
orang tuanya untuk memeriksakan keadaan bayi T. Pasien dari poli anak masuk
keruang aster pada pukul 11.00 dengan digendong oleh ibunya rujukan dari RS
Elizabet dengan suspek hipotiroid kongenital dan hiperbilirubin berulang ditandai
dengan infeksi CMV. Pasien memiliki riwayat dilakukan fototerapi 1x24 jam di
RS Elizabet pada usianya yang ke 7 hari.
Pada pasien tersebut muncul diagnosa ikterik neonatus, kemudian
dilakukan implementasi melakukan terapi fototerapi 36x2 jam. Ikterik neonatus
adalah keadaan dimana bilirubin terbentuk lebih cepat daripada kemampuan hati
bayi yang baru lahir (neonatus) untuk dapat memecahnya dan mengeluarkannya
dari tubuh, Ikterik adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput
lender, kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin (Marmi, 2015). Ikterik
neonatus atau penyakit kuning adaalah kondisi umum pada neonatus yang
mengacu pada warna kuning pada kulit dan sklera yang disebabkan terlalu
banyaknya bilirubin dalam darah (Mendri, 2017)
Fototerapi diberikan jika kadar bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang
sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air, dan
dikeluarkan melalui urine, tinja, sehingga kadar bilirubin menurun. Akan tetapi
tindakan fototerapi pada pasien hiperbilirubin memiliki banyak efek samping,
seperti : terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu dan mengakibatkan
peningkatan Insensible Water Loss (penguapan cairan). Pada BBLR kehilangan
cairan dapat meningkat 2-3 kali lebih besar, frekuensi defekasi meningkat sebagai
akibat meningkatnya bilirubin indirek dalam cairan empedu dan meningkatkan
peristaltic usus, timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang terkena sinar
(berupa kulit kemerahan) tetapi akan hilang jika fototerapi selesai, gangguan pada
retina jika mata tidak ditutup, kenaikan suhu akibat sinar lampu, jika hal ini terjadi
sebagian lampu dimatikan, tetapi diteruskan dan jika suhu terus naik, lampu
semua dimatikan sementara, dan berikan ekstra minum kepada bayi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Indrayana, dkk (2019) melakukan
penelitian tentang hubungan fototerapi dengan penurunan kadar bilirubin total
pada bayi baru lahir di RS Aulia Jagakarsa Jakarta Selatan Tahun 2019,
didapatkan hasil terdapat hubungan yang signifikan dari fototerapi dengan
penurunan kadar bilirubin total pada bayi baru lahir yang mengalami
hiperbilirubin dengan nilai p = 0,039 di RS Aulia Jagakarsa Jakarta Selatan pada
tahun 2019 yang dilakukan pada sampel berjumlah 30 responden (Indrayana dkk,
2019).
DAFTAR PUSTAKA