HIPERTENSI
KOMUNITAS
LATAR BELAKANG
Hipertensi disebut penyakit silent killer dimana gejalanya bermacam-macam tiap individu
sangat serupa dengan penyakit lainnya. Diakatakan hipertensi apabila terjadi meningkatnya tensi
baik sistolik dan diastolik yang menetap dengan pengukuran >140/90 mmHg. Menurut American
Heart Association {AHA}, hasil survey pada usia >20 tahun di Amerika sangat tinggi mencapai
74,5 juta jiwa, dan tidak diketahui penyebabnya dengan persentase 90-95% (Infodatin, 2014).
Bukan hanya di Amerika hipertensi menjadi masalah besar, di Indonesia juga demikian.
Hipertensi adalah situasi demikian selalu ada di pelayanan kesehatan tingkat pertama. Masalah
kesehatan tersebut dengan angka kejadian yang tinggi sebesar 25,8% (Infodatin, 2014).
Tingginya angka prevalensi hipertensi diatas di pengaruhi oleh multi faktor resiko
diantaranya adalah, riwayat hipertensi keluarga, usia, jenis kelamin dan etnik termasuk faktor
resiko yang tidak dapat diubahi, sedangkan faktor resiko yang dapat diubah yaitu stress,
Balitbang Kemenkes RI 2013 berdasarkan umur, persentase lansia yang mengalami hipertensi
lebih banyak dari pada usia muda sebesar 45,9% (Infodatin, 2014), jika melihat besarnya populasi
lansia berdasarkan Infodatin 2016, pada tahun 2004 - 2015 di Indonesia terjadi peningkatan usia
harapan hidup dari 68,6 tahun menjadi 70,8 tahun mencapai 72,2 tahun pada 2030-2035. Dilihat
dari Struktur aging population merupakan panduan dari meningkatnya harapan hidup (UHH)
penduduk Indonesia. Tingginya UHH merupakan titik keberhasilan pada bidang kesehatan dalam
pembangunan nasional.
Keberhasilan pencapaian pembangunan nasional selain dilihat dari UHH harus merujuk
pada penurunan angka kesakitan, jika dilihat mobiditas penduduk lansia sebesar 25,05% di tahun
2014 artinya terdapat 25 orang yang mengalami sakit dari setiap 100 orang lansia. Hasil Riskesdas
2013, Penyakit tidak menular (PTM) yang sering dialami lanjut usia adalah antara lain darah
tinggi, rematik, stroke, darah rendah, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Diabetes
Mellitus (DM). Angka hipertensi menduduki peringkat pertama 57,4% dari populasi lansia di
Peringkat angka hipertensi pada lansia dapat juga disebabkan oleh penurunan fisiologis
jantung, secara anatomi fisiologi pembuluh darah pada lansia mengalami perubahan baik struktural
maupun fungsional. Untuk ukuran jantung pada lansia tetap proposional dengan berat badan.
Adanya suatu hiperterofi atau atrofi yang terlihat jelas, namun ukuran ruang-ruangan jantung tidak
berubah dengan penuaan hanya ketebalan dinding ventrikel kiri cenderung sedikit meningkat, hal
tersebut menyebabkan tekanan darah lansia meningkat (Stockslager, 2008), dengan kondisi
antara lain stroke, gagal ginjal, gagal jantung, dan retinopati oleh karena itu dibutuhkan
penanganan sesegera mungkin untuk melakukan upaya pencegahan, contohnya dengan rutin
kontrol tekanan darah, berusaha menghindari faktor pencetus dengan menjaga pola makan dan
Pijat sebagai tindakan yang memberikan relaksasi dikarenakan system saraf simpatif
mengalami penurunan aktifitas sehingga mengakibatkan penurunan tekanan darah serta pijit
merupakan suatu bentuklatihan fisik yang mampu meningkatkan sirkulasi darah pada tubuh
(safitri, 2009). Rangsangan yang ditimbulkan terhadap reseptor saraf juga mengakibatkan pembulu
darah melebar secara refleka sehingga melancarkan aliran darah ( hadibroto, 2006). Dengan
rangsagan yang diberikan mampu memperlancar aliran darah dan cairan tubuh. Hasilnya, sirkulasi
penyaluran dan oksigen ke sel-sel tubuh menjadi lancer tampa ada hambatan. Sirkulasi darah yang
lancer akan memberikan efek relaksasi dan kesegaran pada seluruh anggota tubuh sehingga tubuh