Anda di halaman 1dari 19

GIZI DAN DIET

“PERAN PERAWAT DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


YANG MENGALAMI GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI”

Dosen Pengajar : Jumiyati, SKM., M.Gizi

Disusun Oleh:
KELOMPOK 3/ IIB
NO NAMA NIM
1 Bebby Aprilia Dewinta P05120219057
2 Dede Saputri P05120219058
3 Dewi Anggraini P05120219059
4 Dian Anantya P.P P05120219060
5 Yulia Adevia Winata P05120219090

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEPERAWATAN BENGKULU
TAHUN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas izinnya lah semata sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini tepat pada waktunya.
Tak lupa pula Salawat serta salam kita hanturkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa Umatnya keluar dari zaman
kegelapan menuju zaman terang menderang saat ini, semoga apa yang beliau
perjuangkan dapat kita tegakkan untuk pedoman kita umat manusia.
Syukur alhamdulilah kami mampu menyelesaikan Makalah ini yang telah
ditugaskan oleh Jumiyati, SKM., M.Gizi pada Mata kuliah Gizi dan Diet. Yang
semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang telah membacanya dan mampun
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Kami sadar di dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh kerena itu kami mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah yang akan kami buat pada berikutnya.

Bengkulu, 25 Januari 2021

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
1.1 Latar Belakang..............................................................................
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................
1.3 Tujuan Masalah............................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................
2.1 Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Diet.......................................
2.2 Identifikasi Kebutuhan Gizi .........................................................
2.3 Kolaborasi Perawat dan Tim Kesehatan.......................................
2.4 Perawat melaksanakan perannya sebagai motivator dalam
pelaksanaan diet pasien......................................................................
2.5 Hal yang harus perhatikan perawat dalam penyuluhan................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
3.1 Simpulan.......................................................................................
3.2 Saran.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang perawat akan selalu berhubungan dengan klien/pasien baik
dalam keadaan sehat maupun sakit. Tugas perawat mencakup bagaimana
meningkatkan status kesehatan pada semua klien/pasien yang sehat agar dapat
mencapai status kesehatan yang optimal, sedangkan bagi klien/pasien yang
sakit, perawat membantu pasien mencapai kesembuhannya. Aspek yang
paling penting untuk dapat meningkatkan kesehatan manusia serta
penyembuhan penyakit adalah dengan pemenuhan kebutuhan gizi.
Jadi, untuk dapat membantu klien/pasien memenuhi kebutuhan
gizinya, kita harus memahami ilmu gizi. Mempelajari ilmu gizi tidak hanya
bermanfaat bagi profesi perawat tetapi juga bagi kita sebagai pribadi. Apabila
kita tidak memahami makanan yang dimakan akan menyebabkan penyakit
atau memperlambat proses penyembuhan, sebaliknya memahami makanan
yang kita makan meningkatkan kesehatan atau membantu menyembuhkan
penyakit Bab ini akan membantu Anda memahami konsep dasar ilmu gizi
bagi perawat. Dasar ilmu gizi yang akan dijelaskan pada bab ini meliputi
pengantar ilmu gizi dan jenis-jenis zat gizi untuk mengenalkan konsep-
konsep dasar yang berkaitan dengan gizi,dan bagaimana perawat bisa
melakukan penilaian status gizi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Peran perawat dalam pelaksanaan diet
2. Identifikasi kebutuhan gizi
3. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
4. Motivasi pelaksanaan diet
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi dan diet

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk Mengetahui Peran perawat dalam pelaksanaan diet
2. Untuk Dapat Mengidentifikasi kebutuhan gizi
3. Untuk Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
4. Untuk Motivasi pelaksanaan diet
5. Untuk Memberikan pendidikan kesehatan tentang nutrisi dan diet

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Peran Perawat Dalam Pelaksanaan Diet
Peran perawat dalam pemberian nutrisi adalah perawat menjadi manager
dalam manajemen nutrisi pasien. Perawat melakukan pemeriksaan fisik untuk
identifikasi resiko malnutrisi, mengawasi waktu makan pasien, menyediakan
akses masuknya makanan dan mengevaluasi makanan yang diserap. First line
digambarkan sebagai kemandirian perawat dalam mengelola managemen
nutrisi sesuai dengan peran dan tanggungjawab profesional perawat.
Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari:
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, peran ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan. Pemberian asuhan
keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
Dalam peran ini perawat dapat membantu memberikan asuhan
keperawatan yang berkaitan dengan nutrisi dan metabolik pasien.
2. Sebagai advokat klien peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien
& keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan. Perawat juga berperan dalam mempertahankan &
melindungi hak-hak pasien. Perawat dapat membantu menjelaskan kepada
pasien mengenai diet atau kebutuhan gizinya.
3. Sebagai edukator peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan
tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien
setelah dilakukan pendidikan kesehatan,
4. Sebagai koordinator peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan,
merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim
kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuhan klien.
5. Sebagai kolaborator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui
tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi, perawat berkolaberasi
dengan ahli gizi dalam menangani masalah diet pasien, dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan.
6. Sebagai konsultan perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan
mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah
sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan,
7. Sebagai pembaharu, perawat mengadakan perencanaan, kerjasama,
perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.

2.2. Identifikasi Kebutuhan Gizi


Mengidentifikasi dan mencatat masalah gizi yang terjadi pada sasaran,
meskipun pada saat pendataan telah diketahui masalah gizi keluarga sasaran,
namun kader pendamping masih perlu melakukan identifikasi secara teliti
masalah gizi yang dihadapi pada saat kunjungan Identifikasi masalah gizi
dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang terkait dengan 5
perilaku KADARZI yang dapat dicatat pada formulir. Di samping itu
dilakukan pengamatan terhadap balita atau anggota keluarga lain yang
menderita sakit, kebersihan diri dan lingkungan rumah serta pemanfaatan air
bersih. Semua hasil identifikasi tersebut harus dicatat untuk setiap sasaran
agar dapat diberikan nasihat sesuai dengan masalahnya. Masalah gizi
keluarga sasaran dicatat pada kolom masalah pada formulir yang disesuaikan
dengan kunjungan yang ke berapa kali dan tanggal/bulan/tahun.

2.3 Kolaborasi Perawat dan Tim Kesehatan


Saat kegiatan berlangsung, perawat berkolaborasi dengan bekerjasama
dengan tenaga kesehatan yang sedang mengikuti Posyandu dil apangan.
Berikut adalah gambaran informasi yang didapatkan dari riset
informan.“Tugas yang diberikan merata. Maksudnya merata itu adalah
petugas yang ditugaskan untuk memberikan pelayanan mendapatkan tugas
semua, ada yang di bagian. Berdasarkan penuturan tersebut dijelaskan bahwa
dalam kegiatan Posyandu yang dilaksanakan rutin setiap bulan di setiap Desa
di wilayah kerja Puskesmas Jetak, perawat bekerjasama dengan tim kesehatan
lain dalam meningkatkan status kesehatan gizi balita.
Informasi yang didapatkan dari riset informan dalam pelaksanaan
pelayanan di Posyandu adalah perawat bekerja sama dengan tenaga kesehatan
yang berada di lapangan meskipun dalam jumlah terbatas. Kerjasama
dilakukan dalam bentuk pembagian tugas yang merata. Contoh tugas merata
yang didapatkan perawat dan tenaga kesehatan lain yakni perawat
mendapatkan tugas sebagai pemeriksa dan memberikan
penyuluhan/pendidikan kesehatan, sedangkan ahli gizi melakukan pendataan
dan konsultasi, serta bidan mendapatkan tugas melakukan pemeriksaan ibu
hamil dan penimbangan balita. Namun kenyataanya terkadang perawat lebih
banyak mendapatkan beban tambahan tugas antara lain konsultasi gizi dan
pelayanan imunisasi. Perawat sebagai tenaga profesional bertanggung jawab
dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri atau
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (Werdati, 2005). Perawat juga
berfungsi sebagai penghubung antara pasien dengan tim kesehatan lain dalam
upaya pemenuhan kebutuhan pasien dan membantu pasien dalam memahami
semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan
(Dwidiyanti, 2007). Hubungan kerjasama antara perawat dengan tenaga
kesehatan yang lain sangatlah penting dalam meningkatkan mutu kesehatan.
Anggarawati (2016) menyatakan bahwa hubungan antara perawat dengan
dokter maupun tenaga kesehatan lain dapat menentukan kualitas dalam
melakukan kolaborasi. Efektifitas kolaborasi membutuhkan mutual respek
baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi dengan pasien
dalam mencapai upaya peyembuhan (Anggarawati, 2016).
Penelitian Sri (2011) menyatakan bahwa perawat dapat berkolaborasi
dengan ahli gizi maupun tim kesehatan lain dalam upaya pencegahan gizi
buruk pada balita.
Secara mandiri, perawat di Posyandu berperan sebagai koordinator dalam
pencegahan gizi buruk pada balita dengan cara melakukan koordinasi dan
penjadwalan kegiatan yang akan dilaksanakan. Selain itu, perawat dapat
berperan sebagai advokat dalam pencegahan gizi buruk pada balita dengan
melakukan pendekatan dan memberikan pengertian kepada orang tua
mengenai pentingnya perbaikan gizi atau peningkatan gizi bagi balita (Sri,
2011).
Perawat di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Jetak dapat berkolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya dalam upaya meningkatkan mutu kesehatan
gizi balita dalam memberikan pelayanan yang semaksimal mungkin. Tema 2:
Upaya Peningkatkan Status Gizi Balita dengan Pendidikan Kesehatan,
Pemeriksaan Fisik, dan Pemberian Asuhan Keperawatan Saat kegiatan
Posyandu berlangsung, perawat selalu memberikan pendidikan kesehatan
kepada orangtua balita dengan tujuan meningkatkan pengetahuan orangtua
sehingga status gizi anak menjadi meningkat. Berikut adalah gambaran
informasi yang didapatkan dari riset informan. “Pendidikan yang tepat yaitu
dengan merubah pola status gizi keluarga dengan perlahan diseimbangkan
dengan pola konsumsi gizi pada keluarga, menjelaskan manajemen
meningkatkan status gizi balita dengan baik bagaimana agar tidak terjadi gizi
buruk pada balita serta memberi informasi kepada ibu balita untuk mengikuti
posyandu karena sangat bermanfaat untuk memeriksakan kesehatan balita.
Yang biasa melakukan kegiatan penyuluhan tersebut yaitu perawat dan
karena yang sering langsung mengikuti posyandu”.
Dari penuturan diatas dapat dijelaskan adanya dukungan perawat dalam
upaya meningkatkan status gizi balita melalui pemberian pendidikan
kesehatan kepada orangtua balita serta membagikan makanan tambahan
berupa susu dan biskuit. Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setiap bulan.
Orangtua balita memberikan respon positif dan mendukung pelaksanaan
kegiatan tersebut. Informasi kedua yang didapatkan dari riset informan terkait
upaya perawat untuk meningkatkan dan memperbaiki status gizi balita yaitu
memberikan pendidikan kesehatan melalui pemberian informasi terkait pola
makan keluarga, pemberian informasi kepada orangtua balita mengenai cara
pencegahan gizi buruk pada usia balita, serta turut memberikan makanan
tambahan seperti susu dan biskuit yang sudah disediakan oleh Puskesmas
Jetak. Perbaikan masalah kesehatan gizi dapat dilakukan dengan berbagai
langkah yaitu meningkatkan pendidikan kesehatan tentang gizi, pemeriksaan
kesehatan, dan PMT (Ditjen & Depkes, 2004). PMT merupakan
program/kegiatan melalui pemberian zat gizi yang bertujuan untuk
meningkatkan status kesehatan gizi pada balita (Almatsier, 2009). Status gizi
yang seimbang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita
yang berasal dari aspek pengetahuan orangtua. Pendidikan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan dapat mempengaruhi pengetahuan orangtua
balita dalam mendukung kesehatan gizi. Tingkat pengetahuan ibu
berpengaruh terhadap status gizi balita, sehingga upaya tenaga kesehatan
dalam memberikan informasi kepada ibu balita menjadi salah satu faktor
pendukung peningkatan gizi balita (Erni, 2011).
Pengetahuan dan sikap ibu yang mendapatkan pendidikan kesehatan
tentang gizi dapat mempengaruhi status gizi dan pertumbuhan balita
(Nikmawati, 2009).
Selain melakukan memberikan pendidikan kesehatan, dukungan perawat
dalam meningkatkan status gizi balita yaitu dengan melakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik, serta pengukuran BB dan TB kepada
balita yang mengikuti posyandu setiap bulannya. Berikut adalah gambaran
informasi yang didapatkan dari riset informan. “Saya sebagai perawat dalam
memberi dukungan meningkatkan kecukupan gizi balita dengan melakukan
pemeriksaan tanda vital tanda, melihat perubahan nutrisi pada balita melihat
turgor, nafsu makan, kemampuan absorpsi bising usus, pengukuran TB dan
BB. Karena ahli gizi terbatas maka yang sering memberikan informasi
tentang gizi adalah perawat”
Berdasarkan penuturan di atas dijelaskan adanya dukungan perawat
dalam meningkatkan status gizi balita melalui kegiatan Posyandu seperti
pemeriksaan kesehatan setiap bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Jetak. Hasil
pemeriksaan tersebut dituliskan di buku KMS (Kartu Menuju Sehat) pada
setiap balita, sehingga dapat dilihat perkembangan dan pertumbuhan balita
(Hidayat et al., 2008). Upaya penjaringan dapat mencegah terjadinya gizi
buruk pada balita. Penelitian yang dilakukan Susanti (2017) di Wilayah Kerja
Puskesmas Cilacap Utara menyatakan bahwa penatalaksanaan penanganan
dan penanggulangan kasus gizi buruk mencangkup kegiatan yang
berdasarkan pada pedoman pelayanan, yakni pendataan, penimbangan rutin,
pemeriksaan antropometri, dan pemeriksaan klinis oleh tenaga kesehatan
(Susanti 2017). Andriwasti (2014) menyatakan bahwa penemuan dan
penentuan status anak gizi buruk dapat menggunakan data rutin hasil
penimbangan di Posyandu, menggunakan hasil pemeriksaan di fasilitas
kesehatan, kemudian menentukan status gizi melalui hasil penimbangan yang
didapatkan serta dilakukan pemeriksaan antropometri, pemeriksaan fisik, dan
tanda gejala klinis (Andriwasti et al., 2014). Melalui upaya pemeriksaan fisik,
pemeriksaan antropometri, serta pemeriksaan tanda gejala klinis pada balita
di setiap Posyandu yang ada di Puskesmas Jetak dapat meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan balita serta kesehatan gizi balita.Tema 3:
Pemberian Asuhan keperawatan Perawat sudah melakukan asuhan
keperawatan kepada balita saat pelayanan di Posyandu dengan menggunakan
asuhan keparawatan singkat yaitu metode SOAP (subjective, Objective,
Assessment, Planning). Berikut adalah gambaran informasi yang didapatkan
dari riset informan.“Ketika kami melakukan pemeriksaan, kami tetap
melakukan asuhan keperawatan di Posyandu. Asuhan keperawatan yang
diberikan secara singkat untuk balita gizi buruk maupun penyakit patologis
oleh perawat yang bertugas, asuhan keperawatan singkat yang digunakan
dengan metode SOAP dan melakukan anamnesa/Metode SOAP merupakan
pengkajian dari S (subjective); O (Objective); A (Assessment); P (Planning)”.
Dari penuturan diatas dapat dijelaskan bahwa dalam kegiatan Posyandu
dengan waktu yang singkat dan jumlah perawat yang terbatas, tetap
memberikan asuhan keparawatan kepada balita menggunakan metode singkat
yaitu SOAP. Informasi ketiga yang didapatkan dari riset informan dalam
pelayanan di posyandu adalah perawat tetap memberikan asuhan keperawatan
secara singkat, mengingat jumlah perawat saat pelayanan hanya 1 orang,
waktu yang terbatas, dan jumlah masyarakat yang datang membawa balita
cukup banyak, sehingga perawat menggunakan metode SOAP sebagai bagian
dari asuhan keperawatannya. Pengkajian SOAP meliputi S (subjective) yakni
mengkaji apa saja yang menjadi keluhan-keluhan pasien; O (Objective) yakni
pemeriksaan TTV, pemeriksaan fisik, dan melihat keadaan pasien lainnya; A
(Assessment) yakni diagnosa keperawatan yang diberikan kepada pasien agar
sesuai dan tepat; P (Planning) yakni rencana dan tindakan terapi, edukasi dan
rencana penunjang lainnya yang diberikan.
Diagnosa yang diberikan dalam asuhan keperawatan harus sesuai dan
tepat karena diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada tahapan pengkajian. Data tersebut terdiri dari masalah
keperawatan yang akan dikaitkan dengan penyebab yang berasal dari
pengkajian (Padila, 2012). Asuhan keperawatan yang bermutu merupakan
asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi standar dan
kriteria profesi keperawatan, sesuai dengan standar kualitas yang diharapkan,
serta mampu mencapai tingkat kepuasan dan memenuhi harapan pasien
(Rina, 2006). Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam
pencegahan gizi buruk pada balita meliputi pengkajian (penimbangan,
pengukuran tinggi badan anak, dan pemantauan secara rutin setiap bulan di
Posyandu), diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan
keperawatan, dan evaluasi (Sri, 2011).
Perawat dalam menjalankan profesinya harus memenuhi standar profesi
dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan
keperawatan, serta evaluasi keperawatan (Efa, 2011). Melalui asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat di setiap Posyandu dengan
pemeriksaan fisik, antropometri, pemeriksaan tanda gejala klinis, serta
pemberian diagnosa yang tepat dapat membantu penanganan lebih dini
masalah kesehatan yang terjadi pada balita terkhusus masalah kesehatan gizi.
2.4 Perawat melaksanakan perannya sebagai motivator dalam pelaksanaan
diet pasien
Pasien yang melaksanakan diet biasanya merasa tidak senang dengan
makanannya karena makanannya dibatasi dalam jumlah, rasa, dan waktu
pemberiannya., untuk itu perawat harus memberi motivasi kepada pasien
untuk mau menjalankan dietnya dengan baik dengan cara :
- Menyajikan makanan dengan cara menarik, hangat
- Menemani pasien pada saat waktu makan
- Memberi semangat kepada pasien untuk dapat menikmati makanannya
dengan nikmat
- Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
- Menjaga privacy pasien
- Memberikan motivasi juga pada keluarga untuk dapat
membantu/memotivasi pasien.

2.5 Hal yang harus perhatikan perawat dalam penyuluhan


Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat, sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung
manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam
penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode dan media untuk
mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran.
Ciri-ciri penyuluhan gizi terdiri dari :
1. Penyuluhan kesehatan perlu direncanakan dimulai dari penemuan data
atau masalah yg dihadapi, penetapan tujuan, hingga evaluasi dan
pengembangan.
2. Penyuluhan merupakan suatu proses dalam suatu rangkaian kegiatan. Satu
kegiatan disusul dengan kegiatan lain. Artinya lebih dari satu kegiatan.
3. Penyuluhan menggunakan kombinasi pengalaman belajar. Hal ini berarti
bukan hanya satu metode
4. Penyuluhan disampaikan kepada individu, kelompok maupun massa
5. Tujuan penyuluhan adalah adanya perubahan perilaku hidup sehat.
Perubahan perilaku yg berarti pengetahuan, sikap dan ketrampilan.
Perilaku hidup sehat meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
6. Bila Anda ingin melakukan penyuluhan ada baiknya Anda melakukan
persiapan, adapun Langkah-langkah persiapan penyuluhan yang pertama
mengenal masalah, masyarakat & wilayah tempat perawat akan
melaksanakan penyuluhan. Mengenal masalah dapat dilakukan melalui :
a. Mengenal program yang akan akan ditunjang dengan penyuluhan.
b. Mengenal masalah yang akan ditanggulangi,
c. Dasar pertimbangan untuk menentukan masalah.
d. Mempelajari masalah tersebut meliputi pengertian, sikap, dan
perilaku.
Mengenal masyarakat dengan mengetahui jumlah penduduk khususnya
golongan rawan, sosial dan ekonomi masyarakat, pola konsumsi di
masyarakat, sumber daya, pengalaman masyarakat terhadap program, dan
pengalaman masyarakat di masa lalu.
Mengenal wilayah dapat dilakukan dengan mempelajari lokasi
penyuluhan, memperhatikan apakah lokasi terpencil, pegunungan atau datar,
jalur transportasi. memperhatikan kapan musim hujan dan kemarau, daerah
kering atau cukup air, banjir, daerah perbatasan. Selanjutnya menentukan
prioritas kegiatan penyuluhan dilanjutkan dengan menentukan tujuan. Tujuan
penyuluhan sebaiknya meliputi tujuan jangka pendek yaitu terciptanya
pengertian, sikap, norma, tujuan jangka menengah yaitu prilaku sehat dan
tujuan jangka panjang yaitu status kesehatan yang optimal. Langkah
berikutnya menentukan sasaran yang harus diperhatikan penyuluh dari segi
sasaran antara lain tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap sasaran sosial
budaya masyarakat setempat dan jumlah sasaran.
Marilah kita lanjutkan dengan hal penting lainnya yaitu pemilihan metode
penyuluhan dan menentukan teknik-teknik penyuluhannya. Metode
penyuluhan yang dapat digunakan antara lain :
Metode Ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan
suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran
sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan. , metode diskusi
kelompok adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan
tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta (sasaran) dengan
seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk, metode curah pendapat adalah
suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap anggota mengusulkan semua
kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh peserta, dan evaluasi
atas pendapat tadi dilakukan kemudian, metode panel adalah pembicaraan
yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah
topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin,
metode bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan
manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih
untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
Metode demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide
dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk
memperlihatkan bagaimana ara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan
menggunakan alat peraga. metode ini digunakan terhadap kelompok yang
tidak terlalu besar jumlahnya, dan metode simposium adalah serangkaian
ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan
tetapi saling berhubungan erat, metode seminar adalah suatu cara di mana
sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah
bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya.
Berikutnya mengenai media penyuluhan. Media penyuluhan kesehatan
adalah media yang digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan karena
alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan
bagi masyarakat yang dituju.
Menurut Notoatmodjo , media penyuluhan didasarkan cara produksinya
dapat dikelompokkan menjadi :
1. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan
visual. Media cetak terdiri dari :
a. Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan
dalam bentuk buku, baik tulisan ataupun gambar.
b. Leaflet adalah suatu bentuk penyampaian informasi melalui lembar
yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat maupun gambar.
c. Selebaran adalah suatu bentuk informasi yang berupa kalimat maupun
kombinasi.
d. Flip chart adalah media penyampaian pesan atau informasi kesehatan
dalam bentuk lembar balik berisi gambar dan dibaliknya berisi pesan
yang berkaitan dengan gambar tersebut.
e. Rubrik atau tulisan pada surat kabar mengenai bahasan suatu masalah
f. kesehatan.
g. Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan kesehatan yang
biasanya ditempel di tempat umum.
h. Foto yang mengungkap informasi kesehatan yang berfungsi untuk
memberi informasi dan menghibur.
2. Media Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat
dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu
elektronika. Adapun macam media elektronik meliputi :
a. Televisi
b. Radio
c. Video,
d. Slide
e. Film .
3. Luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan
secara umum melalui media cetak dan elektronika secara statis, misalnya :
a. Pameran
b. Banner
c. TV Layar Lebar
d. Spanduk
e. Papan Reklame.
Sekarang untuk menjalankan peran sebagai konsultan yang berhubungan
dengan masalah gizi Anda perlu memahami maksud pemberian konsultasi
gizi yaitu untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit, meningkatkan
pengetahuan penderita dan keluarga tentang asupan gizi yang diperlukan
untuk mempercepat penyembuhan penyakit yang diderita. Selain itu
konsultasi gizi juga dimaksudkan untuk meningkatkan status gizi penderita
melalui bimbingan penyusunan menu makanan dan melakukan evaluasi
terhadap peningkatan status gizi melalui pemantauan kenaikan berat badan.
Perlu diperhatikan tidak semua masalah gizi bisa diintervensi perawat,
sebagian besar masalah gizi yang spesifik harus dikolaberasikan dengan ahli
gizi. Misalnya perawat dapat berkolaberasi dengan ahli gizi untuk
menentukan diet pasien yang tepat, untuk mengatasi masalah berat badan
pasien, dll.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peran perawat dalam pemberian nutrisi adalah perawat menjadi manager
dalam manajemen nutrisi pasien. Perawat melakukan pemeriksaan fisik untuk
identifikasi resiko malnutrisi, mengawasi waktu makan pasien, menyediakan
akses masuknya makanan dan mengevaluasi makanan yang diserap. First line
digambarkan sebagai kemandirian perawat dalam mengelola managemen
nutrisi sesuai dengan peran dan tanggungjawab profesional perawat.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepanya
penulis akan lebih fokus dan dtails dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat di
pertanggungjawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menaggapi terhadap kesimpulan dari bahsan makalah yang telah di
jelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_
Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pd

https://books.google.co.id/books?
id=5PG_DwAAQBAJ&pg=PA10&dq=Identifikasi+gizi&hl=id&sa=X&ved=2ah
UKEwj9puWzpbbuAhWUF3IKHXfeA2EQ6AEwAXoECAAQAg#v=onepage&q
=Identifikasi%20gizi&f=false

https://books.google.co.id/books?
id=sd94CAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Motivator+pelaksana+diet&hl=id
&sa=X&ved=2ahUKEwi9n6T-
srbuAhXC_XMBHQfSCbI4FBDoATABegQICRAC#v=onepage&q&f=false

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Ilmu-Gizi-
Keperawatan-Komprehensif.pdf

https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/jikk/article/download/480/381

Anda mungkin juga menyukai