Anda di halaman 1dari 16

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN

TINDAK PIDANA DI BIDANG EKONOMI DI INDONESIA*

Yoserwan**

Abstract

In order to overcome crime in economy, there have been several related statues. The success of a statue to
reach the goals, it really depends on the criminal law policy contained in the statues. In fact criminal law
policy in the statues relates to economic crime is not consistent, synchronized and harmonized with each
others. It is proved in the formulating a crime, elements of crime, criminal liability and the punishment.
Inconsistency and inharmonic also exist in formulating of its criminal law procedure such as coordination
among related law enforcement agencies. In order to support the success of law enforcement of economic
criminal law, there should be consistency synchronization and harmonization of regulation related to
economic crime.

Kata kunci: Kebijakan Hukum Pidana, tindak Pidana Ekonomi

Pembangunan di bidang hukum merupakan salah berbagai negara.3


satu bidang yang sangat menentukan bagi Berbagai persoalan dalam tindak pidana
terlaksananya pembangunan bidang lainnya. Salah sebanarnya bukan merupakan persoalan baru,
satu bidang yang berdampak luas adalah tindak karena aktivitas perekonomian sangat sarat dengan
pidana ekonomi karena berdampak luas bagi upaya berbagai terjadinya pelanggaran. Oleh sebab itu,
pembangunan ekonomi oleh pemerintah. Di bidang negara sebenarnya telah berupaya untuk melakukan
perbakan misalnya, selama tahun 2006 total kerugian t i nd ak an atau k eb ij ak an dalam upaya
akibat tindak pidana perbankan mencapai Rp.5,3 penanggulangannya, khususnya melalui sarana
trilliun dan 52 juta dollar. Dalam kurun waktu tersebut hukum pidana. Kebijakan hukum pidana di bidang
terjadi 130 kasus. Dari jumlah tersebut baru 19 kasus ekonomi itu sebenarnya sudah dimulai dengan
yang diselesaikan penyidikannya.1 dikeluarkannya Undang-Undang No.7 /drt/ tahun
Fenomena yang sama juga terjadi secara 1955. Undang-undang ini dibuat untuk membantuk
internasional. Rekayasa laporan keuangan negara dalam mengatasi berbagai persoalan
(accounting fraud) oleh perusahaan Enron Corp dam ekonomi padasaat itu
World Com Inc. misalnya telah merugikan masyarakat Dalam perkembangan selanjutnya, sejalan
secara luas di Amerika Serikat. Hal yang sama juga dengan berkembangnya aktivitas perekonomian,
terjadi di negara lain seperti di Belanda, yang semakin berkembang pula bentuk dan modus
dilakukan oleh Royal Ahold NV.2 Kasus terakhir yang operandi perbuatan yang merugikan kebijakan
sangat fenomena! dalam kejahatan ekonomi adalah pemerintah di bidang ekonomi. Oleh sebab itu,
terungkapnya penipuan di bidang investasi yang berbagai peraturan pidana di bidang ekonomi
dilakukan oleh Benard Madoff, mantan CEO Nasdak, kemudian dikeluarkan lagi dalam berbagai sektor
sebuah perusahaan sekuritas terbesar di Amerika perekonomi. Walaupun berbagai peraturan
serikat, yang merugikan milyaran dollar investor di perundang-undangan di bidang ekonomi
sudah

* Penelitian ini dibiayai oleh Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai dengan Prioritas Nasional Dirjen Dikti 2009 **
Yoserwan adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang
1 http://www.tempointeraktif/com.irK]/ekbis, diakses tanggal 5 Maret 2009
2 Lihat http://www.cbs.newa.com
3 Harian Kompas, 17 Maret 2009, him. 11
4 Undang-undang yang pertama dikeluarfcan untuk mengatasi masalah ekonomi adalah UU No.7 /drt. Tahun 1955 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Ekonomi. Setelah itu dikeluarkan berbagai undang-undang di bidang ekonomi yang memuat sanksi pidana seperti UU Perpajakan, Pasar Modal, Perbankan,
Kepabeanan dan UU lainnya yang terus lahir.

123
Yoserwan, Hukum Pidana Dalam Tindak Pidana Ekonomi

berbagai negara.9 penyidik umum yakni kepolisian dan penyidik khusus


Walaupun berbagai peraturan yakni Pegawai Negeri Sipil (PNS) tertentu yang diberi
perundang-undangan di bidang ekonomi sudah wewenang penyidikan. Hal ini di satu pihak dapat
ditetapkan10, terdapat berbagai permasalahan mengakibatkan rivalitas dalam pelaksanaan tugas
d a l a m pembentukan dan dalam substansi dan dipihak lain dapat mengakibatkan tumpang
peraturan tersebut yang selanjutnya berdampak tindihnya penyidikan aterhadap suatu tindak pidana di
kepada penegakan hukumnya. Permasalahan bidang ekonomi.
pertama adalah kebijakan perundang-undangan Kebijakan hukum Pidana {penalpolicy) merupkan
dalam mengatur tindak pidana di bidang ekonomi. suatu upaya untuk mewujudkan peraturan hukum
Lahirnya hukum pidana ekonomi diawali pidana dirumuskan lebih baik untuk memberi
dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat pedoman tidak hanya bagi masyarakat/warga negara
yakni NU No.7/PNPS/1955 tentang Pemberantasan melainkan juga penegak hukum untuk menerapkan
Tindak Pidana Ekonomi (UUTPE). Undang-undang aturan hukum pidana.13 Menurut Sudarto, Politik
ini pada dasamya hanya merupakan saduran dari di hukum pidana mencakup:
Belanda yakni Wet op de Economische Delicten. a. Kebijakan negara melalui badan yang berwenang
Undang-undang ini sebenamya menjadi wadah untuk menetapkan peraturan yang dikehendaki
hukum pidana di bidang ekonomi dengan yang diperkirakan bisa digunakan
mengakomodasi perkembangan yang terjadi. Di untuk
Belanda, semua tindak pidana di bidang ekonomi mengekspresikan apa yang terkandung dalam
diakomodasikan ke dalam Wet op de Economische mencapai apa yang dicita-citakan.
Delicten.11 Namun di Indonesia hal itu tidak ditempuh, b. Usaha untuk mewujudkan peraturan yang baik
karena tindak pidana ekonomi yang lahir berikutnya sesaui dengan keadaan dan sistuasi pada waktu
dimuat dalam berbagai undang-undang. Akibatnya tertentu.14
berbagai kebijakan hukum pidana yang diambil tidak Selanjutnya A Mulder menyatakan bahwa kebijakan
kosisten. hukum pidana merupakan garis kebijakan untuk
Permasalahan berikutnya berkaitan dengan menentukan15.
kebijakan dalam peraturan di bidang pidana ekonomi a. Sejauh mana ketentuan hukum pidana yang
dalam kaitannya dengan fungsi hukum pidana. berlaku perlu diubah dan diperbarui.
Secara umum hukum pidana dalam sistem hukum b. Apa yang diperbuat untuk mencegah terjadinya
mempunyai fungsi sekunder artinya hukum pidana tindak pidana.
merupakan upaya hukum terakhir dalam c. Cara bagaimana penyidikan,
penanggulangan terhadap berbagai permasalahan penuntutan
dalam masyarakat. Fungsi ini disebut juga dengan peradilan dan pelaksanaan pidana
Ultimum Remediumn Namun dalam berbagai harus
peraturan perundang-undangan tidak begitu jelas dan dilaksanakan.
konsisten pengaturan fungsi hokum pidana tersebut,
sehinggasering melahirkan kontroversi. Dari pengertian di atas dapat dikemukakan
Aturan penegakan hukum khususnya dalam bahwa kebijakan hukum pidana merupakan upaya
penyidikan yang terdapat dalam berbagai ketentuan untuk memilihnorma f/aw c^oos/ngfjhukum/substansi
hukum pidana ekonomi juga tidak konsisten. Di satu hukum pidana, menetapkan (law-making) dan
pihak terdapat undang-undang yang penyidiknya melaksanakan norma (law enforcing) hukum pidana.
adalah penyidik khusus. Di pihak lain terdapat Kebijakan hukum pidana yang dilakukan dalam suatu
undang-undang pindana ekonomi yang penyididiknya negara tentu saja harus sesuai dengan dasarfilosifi,
sosial dan yuridis suatu masyarakat. Dengan
demikian Masalah utamanya adalah bagaimana
mengintegrasikan dan
mengharmonisasikan

9 Harian Kompas, 17 Maret 2009, him. 11


10 Undang-undang yang pertama dikeluarkan untuk mengatasi masalah ekonomi adalah UU No.7 /drt. Tahun 1955 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Ekonomi. Setelah itu dikeluarkan berbagai undang-undang di bidang ekonomi yang memuat sanksi pidana seperti UU Perpajakan, Pasar Modal, Perbankan,
Kepaabeanaan dan UU lainnya yang terus lahir.
11 A.Z.Abidinfarid, danAndi hamzah, 2006, Bentuk-BentukKhususPerwujudanDelik, Jakarta: Rajawali, hlm.1
12 Soedarto, 1986, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, hlm.30.
13 M. Hamdan, 1997, Politik Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali. Hkm.19
14 Soedarto, 1986, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, him. 151
15 Hamdan, op df,hlm.2O
125
Yoserwan, Hukum Pidana Dalam Tmdak Pidana Ekonomi

been descired as a funnel or sieve that sorts out pembatasan konsep, maka yang dimaksud di sini
cases".24 adalah peraturan yang terkait dengan tindak pidana di
Upaya pencegahan tindak pidana di bidang bidang ekonomi yang terdapat di luar kodifikasi atau
ekonomi membutuhkan integrasi dari berbagai KUHP.
sub-sistem peradilan pidana terdiri dari berbagai Untuk membahas kebijakan hukum pidana tentu
sub-sistem yang idealnya harus merupakan satu harus dibahas terlebih dahulu kebijakan legislasi atau
kesatuan (integrated)25 pengaturan dalam perundang-undangan terkait
Kalautidak,sistemtersebuttidakakan berjalan dengan dengan tindak pidana ekonomi. Selanjutnya untuk
baik. Selanjutnya upaya penegakkan hukum tidak melakukan pengkajian kebijakan tersebut dapat
akan berjalan secara maksimal.26 dilihat kebijakan hukum pidana. Untuk melakukan
Untuk meneliti permasalahan dalam penelitian ini anaslisis tentang kebijakan hukum pidana terlebih
digunakan pendekatan penelitian hukum normatif dahulu dengan melakukan inaventarisasi aturan
(legal research) dan pendekatan penelitian hukum hukum pidana dalam hal ini undang-undang terkait
sosiologis (socio-legal research). Pendekatan hukum dengan tindak pidana ekonomi.
normatif ini terutama ditujukan untuk metakukan Dari hasil inventarisasi yang dilakukan dapat
inventarisais hukum, kajian sinkronisasi dan dihimpun aturan-aturan terkait dengan tindak pidana
koordinasi, serta pencarian asas-asas hukum dalam di bidang ekonomi seperti di bawah ini:
hukum pidana di bidang ekonomi." 1. Undang-undang No. 7/drt/Tahun 1955 tentang
Dalam penelitian yang bersifat yuridis normatif Undang-Undang Tindak Pidana Ekonomi
data yang dikumpulkan adalah data sekunder, yakni 2. Undang-Undang No.5 Tahun 1983 tentang Zona
berbagai bahan hukum yang berkaitan dengan Ekonomi Eksklusif
kebijakan pidana dari berbagai aturan dalam tindak 3. Undang-Undang No. 6 tahun 1983 jo Undang-
pidana di bidang ekonomi. Bahan-bahan hukum yang Undang no. 16 Tahun 2000 jo Undang-Undang
dimaksud baik yang bersifat primer yakni peraturan No.28 Tahun 2007 Tahun 2000 tentang Ketentuan
perundang-undangan khususnya undang-undang. Umum dan tata cara Perpajakan
Penelitian untuk mengumpulkan data sekunder 4. Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Jo Undang-
dilakukan dengan studi dokumentasi, khususnya Undang No.10Tahun 1998 tentang Perbankan.
peraturan perundang-undangan dan kebijakan 5. Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
internal yang berkaitan dengan kebijakan hukum Modal
pidana dalam berbagai aturan terkait dengan tindak 6. Undang-Undang No. 10 tahun 1995 jo Undang-
pidana di bidang ekonomi. Undang No.17Tahun 2006 tentang Kepabeanan
Analisis data digunakan dengan metode kualitatif 7. Undang-Undang No.23 tahun 1997
dan (content analysis) terhadap peraturan tentang
perundang-undangan yang dikumpulkan. Langkah LingkunganHidup
pertama adalah dengan melakukan inventarisi 8. Undang-undang No.5 Tahun 1999 Anti Monopoli
peraturan yang berkaitan dengan bidang dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
perekonomian. 9. Undang-Undang No.41 Tahun 1999
tentang
Inventarisasi undang-undang terkait dengan Kehutanan
Tindak Pidana di Bidang Ekonomi 10. Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Kebijakan hukum pidana tertuang dalam Indonesia jo Undang-Undang No.3 Tahun 2004
kebijakan legislasi dan pebijakan bidang penegakan 11. Undang-undang No. 24 Tahun 1999 tentang lalu
hukum suatu aturan di dalam negara. Tindak pidana di Lintas Devisa
bidang ekonomi sebagai suatu bentuk hukum yang 12. Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak
berkembang dan dinamis terdapat dalam berbagai Cipta
peraturan perundang-undangan. Sesuai 13. Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Hak
dengan Paten

24 Conklin, op cit. him. 391


25 Mardjono Reksodiputro, 1994, Kemajuan Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan. Jakarta: Pusat Pelayanan keadilan dan Pengabdian Hukum, Universitas
Indonesia, him. 85
26 Ronald Jay Allen, et al. 2001, Comprehensive Criminal Procedure,NewYo(\<.:AspenLaw& Business., hlm.31
27 Satjipto Rahardjo, 1934, op tit, him. 66.
127
Yoserwan, Hukum Pidana Dalam Tindak Pidana Ekonomi

Unang-Undang Lingkungan Hidup menyebutkan Ternyata pengaturannya sangat beragam. Terdapat 7


dengan tegas tindak pidana/pertanggungjawaban perturan yang menggunakan kumulasi stelse atau
korporasi. Sebaliknya dalam tindak pidana perbankan penggabunagn dua pidana pokok. Tiga peraturan
dan perpajakan t i d a k d i a t u r t e n t a n g laiinya menganut kumulasi tidak murni atau terserah
pertanggungjawaban korporasi. Hal ini tentu akan kepa hakim untuk menggunakan alternatif atau
menimbufkan pertanyaan, karena dalam kedua tindak kumulatif. Terdapat dua peraturan yanga masih
pidana itu ada kemungkinan keterlibatan sebuah menggunakan sistem alternatif. Tindak Pidana
korporasi. Ekonomi misalnya masih mengngunakan sistem
alternantif, sedangkan tindak pidana perpajakan dan
5. Pembedaan Kejahatan dan Pelanggaran pasar modal menggunakan sistem kumulasi.
Klasifikasi tindak pidana atas kejahatan dan Sebaliknya Undang-Undang Kepabeanan dan
pelanggar sangat menentukan pengaturan lembaga Undang-Undang Hak Kekayaan Intelektual) HaKI
hukum lain dalam hukum pidana seperti perbuatan menggunakan kumulasi tidak murni
percobaan dan melakan. Namun dalam tindak pidana (alternatif-kumulatif).
ekonomi tidak semua undang-undang khusus
tersebut mengatur dengan tegas perbuatan yang 8. Sanksi Pidana (Strafmaat)
digolongkan sebagai kejahatan dan pelanggaran. Dihubungkan dengan lamanya atau besarnya
Hanya terdapat enam aturan yang mengatur tentang pidana, undang-undang pidana khususnya
adanya perbedaan antara kejahatan dan sebenarnya menghendaki agas sanksinya lebih berat
pelanggaran. Undang-Undangan Lingkungan Hidup dengan sedikit membatasi kebebasan hakim dalam
dan Pencucian uang mengatur pembedaan antara menentukan lamanya pidana. Hal itu dilakukan
delik kejahatan dan pelanggaran. Sedangkan dalam dengan menerapkan stelsel minimum khusus.
undang-undang Hak kekayaan Intelektual dan Ternyata dari penelitian terlihat bahwa tidak satupun
Undang-Undang Perpajakan tidak diatur apakah aturan yang menerapkan minimum khusus yang
suatu delik adalah kejahatan atau pelanggaran. murni. Hanya terdapat lima aturan yang
menggunakan minimum dan maksimum khusus
6. Pengaturan Percobaan dan artinya pilihan hakim masih antara minimim dan
membantu masksimul lamanya/besarnya pidana yang dapat
melakukan dijatuhkan. Sedangkan enam aturan masih
Berhubungan dengan pengaturan lembaga menggunakan maksimum khusus, artinya terdapat
hukum percobaan dan membantu melakukan, hanya luasnya kebebasan hamin menjatuhkan
terdapat lima peraturan yang mengatur mengenai lama/besarnya pidana. Undang-Undang Perbankan
percobaan 6 lainya tidak mengatur. Terdapat hanya dan perpajakan masih mennggunakan. Tidak ada
dua peraturan yang mengatur lembaga membantu satu aturanpun yang menerapkan minimum khusus.
meakukan sedangkan 9 lainnya tidak mengatur. Undang-Undang Pasar Modal dan Perpajakan masih
Dalam UUTPE misalnya diatur baik mengenai menggunakan stelsel maksimal khusus.
percobaan an membantu melakukan. Sedangkan Undang-Undang Perbankan dan HaKI menggunakan
dalam tindak pidana Perbankan tidak diatur sama minimal khusus dan maksimal khusus.
sekali tentang percobaan dan membantu melakukan.
Sedangkan dalam Tindak Perikanana hanya diatur 9. Hubungan sanksi Administratif dan Pidana
tentang percobaan, tetapi tidak mengatur mengenai Berkaitan dengan pengaturan sanksi administratif
membantu melakukan. dan pidana, ternyata tidak semua undang-undang
yang memuat hubungan antara sanksi administratif
7. Perumusan sanksi Pidana/jenis pidana dengan sanksi pidana. Memanga terdapat delapan
Sanksi pidana merupakan suatu aturan yang mengatur sanksi pidana dan terdapat tiga
dasar aturan yang tidak memuat dengan tegas. Namun dari
pembentukan hukum pidna khusus khususnya di undang-undang yang dibahas hanya terdapat satu
bidang ekonomi karena kebijakan pidanan dan aturan yang tegas menyatakan bahwa pengenaan
pemidanaan yang ada tidak sejalan lagi dengan sanksi administratif tidak mengahapuskan
kebutuhan dan perkembangan. Oleh sebab itu aturan pertanggungjawaban pidana. Hanya undang-undang
pidana dan pemidanaan dibuat menyimpang dari
aturan khusus dengan menggunakan asas kumulasi.

129
Yoserwan, Hukum Pidana Dalam Tmdak Pidana Ekonomi

dan di sebagian lagi menggunakan pidana umum yakni Kitab Undang-Undang


sistem kumulasitidakmumi. Hukum Acara Pidana dan mengacu kepada
4. Berbagai aturan yang ada dalam tindak pidana Sistem Peradilan Pidana Terpadu (Integrated
ekonomi tidak memperlihatkan
adanya
sinkronisasi dalam berbagai konsep hukum
seperti perumusan delik, penetapan unsur delik,
pertanggungjawaban pidana, penetapan sistem
pidana dan pemidanaan dan, aturan acara dan
peradilan pidana.
5. Kordinasi berbagai aparat hukum terkait dalam
bebagai aturan hukum pidana di bidang ekonomi
tidak memperlihatkan konsistensi, Di sebagian
undang-undang ada koordisansi antara penyidik
PNS dengan penyidik Polri, di sebagian lain tidak
mengharuskan adanya koordinasi. Di sebagian
undang-undang terdapat penyidik khusus dan di
sebagian lain terdapat beberapa instansi yangt
berwenang melakukan penyidikan

Saran
1. Penyusunan berbagai aturan hukum pidana di
bidang ekonomi oleh lembaga
legislatif
hendaknya memperhatikan prinsip sinkronisasi
dan harmonisasi antar berbagai aturan hukum
yang ada, sehinga pengekan hukum akan lebih
mudahdanpasti.
2. Undang-undang hukum pidana di
bidang
ekonomi seharusnya tetap menempatkan hukum
pidana dalam fungsi sekundernya. Artinya
penegakan hukum harus lebih memprioritaskan
penegakan hukum melalui mekanisme hukum
administrasi dan keperdataan.
3. Kebijakan sistem pidana dan
pemidanaan
seharusnya lebih konsisten dengan mengunakan
sistem alternatif murni serta menggunakan stelsel
minumum khusus sehinga akan mengurangi
keleluasaan hakim dan lebih
menjamin
pengembalian kerugian negaraatau masyarakat.
4. Berabagai aturan hukum pidana hendaknya lebih
memperhatikan sinkronisasi dalam penggunaan
konsep hukum seperti dalam
penyidikan,
penuntutan, peradilan, unsur
dan
pertangungajawaban pidana sehing
aturan
hukum yang ada lebih sistematis dan terpadu.
5. Koordinasi antara berbagai penegak hukum
terkait dalam tindak pidana di bidang ekonomi
hendaknya mengacu kepada ketentuan hukum
Criminal Justice System) sehingga akan lebih Jurnal Legislasi Indonesia, Vo.3 No.4,
memudahkan kepada bekerjanya sub sistem Desember 2006, Jakarta: Departemen
peradilan pidana dan penegakan hukum pidana. KehakimanRI.
Fitzgerald, Jack D dan Cox Steven M., 1992,
DAFTAR PUSTAKA Research Methode in Criminal Justice
System, An Introduction, Chicago:
Adhi Wibowo, 2007 Anaiisis kejahatan Perbakan Nelson-Hall.
Perspektif hukum Pidana, dalam Jurnal Mardjono Reksodiputro, 1994, Kemajuan
Hukum Respublika, Vol,7, No.Pekanbaru: Pembangunan Ekonomi dan Kejahatan.
Universitas Lancang Kuning. Jakarta: Pusat Pelayanan keadilan dan
Andi Hamzah, 1986, Hukum Pidana Ekonomi. Pengabdian Hukum, Universitas Indonesia
Jakarta: Erlangga. __________ , 1994, Hak Asasi Manusia
___________ , 2007, Pemberantasa Korupsi
Dalam
Sistem Peradilan Pidana, Jakarta:
Meialui
Universitas Indonesia,
Hukum Pidana Nasionaf dan International,
M. Hamdan, 1997, Politik Hukum Pidana, Jakarta:
Jakarta: Rajagrafindo.
Rajawali.
___________ , Reformasi Penegakan Hukum,
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1992, Teori-Teori dan
1998,
Kebijakan Pidana, Bandung: Alumni.
Pidato Pengukuhan Guru Besar pada
PAF.Lamintang dan Djisman Samosir, 1995,
Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Jakarta.
Delik-delik Khusus: Kejahatan Yang
A.Z. Abidin Farid, dan Andi hamzah, 2006,
Ditujukan Terhadap Hak Milik dan Lain-lain
Bentuk-Bentuk Khusus Perwujudan Delik,
Hak Yang TimbuldariHakMilik. Bandung:
Jakarta: Rajawali.
Tarsito.
Conklin, John E., 1994, Criminology, Fouth Edition,
Purnadi Purbacaraka, Halim A.Ridwan, 1982, Filsafat
New York: Macmillian Publishing Company.
Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali Pers.
Fuad Bawazier, 2006, Tindak Pidana Kepabeanan,
RizalAlif, 2008, Penyalahgunaan Dana BLBI sebagai

131
MMH,Jilid40 No. 2 April 2011

dibuat,4 namun dalam banyak hal terdapat berbagai 4. Untuk mengetahui sinkronisasi berbagai aturan
permasalahan dalam pembentukan dan dalam hukum pidana di bidang ekonomi.
substansi peraturan tersebut yang selanjutnya 5. Untuk mengetahui koordinasi antara penegak
berdampak kepada penegakan hukumnya. hukum terkait dalam pemberantasan
Permasalahan tersebut pertama, terkait dengan tindak
fungsi hukum pidana ekonomi sebagai fungsi primer pidana di bidang ekonomi.
atau sekunder. Kedua, kebijakan dalam pidana dan Pembangunan di bidang hukum merupakan salah
pemidanaan, dan ketiga kebijakan dalam penyidikan satu bidang yang sangat menentukan bagi
dan koordinasi penyidikan. Keempat kebijakan dalam terlaksananya pembangunan bidang lainnya seperti
upaya pengembalian kerugian yang ditimbulkan oleh bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya.
tindak pidana tersebut. Pembangunan di bidang hukum harus ditujukan
Dari uraian tentang kondisi tindak pidana di kepada penegakan hukum atau rule of law dalam
bidang ekonomi yang terjadi di Indonesia seperti rangka penghormatan dan pelaksanaan hak asasi
dikemukakan sebelumnya dapat dirumuskan manusia serta peningkatan harkat dan martabat
permasalahan sebagai berikut: manusia.
1. Bagaimana kebijakan hukum pidana dalam Salah satu bidang hukum pidana yang selalu
pengaturan tindak pidana di bidang ekonomi oleh berkembang adalah hukum pidana di bidang
lembaga legisfatif? ekonomi. Perkembangan aktivitas perekonomian
2. Bagaimana kebijakan hukum pidana telah pula melahirkan bentuk kejahatan yang
dalam merugikan dan membahayakan kehidupan. Kalau
hubungannya dengan fungsi hukum sebelumnya orang tidak mengenal cyber crime,
pidana kejahatan perbankan, pasar modal, lingkungan hidup,
dalam penangulangan tindak pidana di bidang dan berbagai kejahatan di bidang perekonomian
ekonomi? iainnya, sekarang kejahatan itu sudah sangat
3. Bagaimana kebijakan sistem pidana merisaukan, bahkan secara kuantitas ataupun
dan kualitas jauh lebih tinggi dari pada kejahatan
pemidanaan yang terdapat berbagai peraturan konvensional5. Salah satunya adalah kejahatan atau
perundang-undangan di bidang pidana ekonomi? tindak pidana yang terjadi di bidang perbakan.
4. Bagaimana sinkronisaisi aturan tugas dan Selama tahun 2006 total kerugian akibat tindak
wewenang aparat penegak hukum terkait dalam pidana perbankan mencapai Rp.5,3 trilliun dan 52 juta
berbagai aturan pidana di bidang ekonomi? dollar. Dalam kurun waktu tersebut terjadi 130 kasus.
5. Bagaimana koordinasi pelaksanaan tugas dan Dari jumlah tersebut baru 19 kasus yang diselesaikan
wewenang aparat penegak hukum terkait dalam penyidikannya6.
penegakan hukum pidana di bidang ekonomi? Di samping itu bidang Iain yang tingkat
kejahatannya mengkuatirkan adalah di bidang
Dari permasalahan seperti dikemukakan kepabeanan,7 Fenomena yang sama juga terjadi
sebelumnya, maka dirumuskan tujuan-tujuan khusus secara internasional. Rekayasa laporan keuangan
yang hendakdicapai dalam penelitian ini yakni: (accounting fraud) oleh perusahaan Enron Corp dam
1. Untuk mengetahui kebijakan hukum World Com Inc. misalnya telah merugikan masyarakat
pidana secara luas di Amerika Serikat.8 Kasus terakhir yang
dalam pembentukan hukum pidana di bidang sangat fenomenal dalam kejahatan ekonomi adalah
ekonomi oleh lembaga legislatif. terungkapnya penipuan di bidang investasi yang
2. Untuk mengetahui kebijakan hukum pidana dalam dilakukan oleh Benard Madoff, mantan CEO Nasdak,
penempatan fungsi hukum pidana dalam fungsi sebuah perusahaan sekuritas terbesar di Amerika
primer atau sekunder. serikat, yang merugikan milyaran dollar investor di
3. Untuk mengetahui kebijakan pidana
dan
pemidanaan dalam Hukum Pidana di Bidang
Ekonomi.

5 Kejahtan konvensional diartikan sebagai kejahatan yang sudah umum terjadi masyarakat seperti pembunuhan, penganiayaan, pencurian. perampokan Di samping
kejahatan konvensional, berkembang bentuk baru kejahatan dalam masyarakat yang disebut dengan white collar crime atau kejahatan kerah putih yang dilakukan
oleh mereka yang punyai kedudukan terhormat dalam masyarakat. salah satu bentuknya adalah terjadi dalam aktivitas perekonomi yang disebut kejahatan ekonomi
(economic crime) Lihat: Conklin. John E., 1994, Criminology, Fouth Edition, New York: Macmillian Publishing Company, him. 29.
6 http://www.tempointeraktif/com.inq/ekbis, diakses tanggal 5 Maret 2009
7 Fuad Bawazier, 2006, TmdakPidana Kepabeanan, Jumal Legislasi Indonesia, Vo.3 No.4, Desember2006, Jakarta: Departemen Kehakiman Rl.
8 Lihat http://www.cbs.newa.com

124
MMH,Jilid40 No. 2 April 2011

kegiatan atau kebijakan non-penal dan penal kearah tertentu memang dimungkinkan, seperti yang
penegakkan dan pengurangan faktor-faktor yang dikemukakan oleh H.G. de Bunt yakni dengan alasan:
potensial tumbuh suburkan kejahatan.16 korban yang sangat besar, terdakwa residivis dan
Dalam pembentukannya, selanjutnya suatu kerugian tidak dapat dipulihkan(irreperable).21
peraturan perundang-undangan hams memuat Di samping itu, penggunaan sarana penal atau
asas-asas seperti demokratis, partisipatif, sanksi pidana yang merupakan ciri dominan dalam
sustainability. Kesemuanya itu sangat sistem hukum pidana konvesional dirasakan kurang
menentukan dalam efektivitas dari segi tepat. Sanksi pidana sebagai upaya pencegahan
pencapaian tujuan (doeltreffendheia), (prevensi) dan penjeraan (detterance) tidak
keterlaksanaan {uitvoerbaarheid) dan ketertegakkan sepenuhnya didukung oleh suatu fakta empiris.
(handhaafbaarheid) dari semua aturan tersebut.17 Malahan terdapat kajian empiris yang membuktikan
Tindak pidana ekonomi sebagai suatu bentuk sebaliknya:
tindak pidana yang melanggar berbagai aturan di "An altrnative hypothesis holds that variation in
bidang ekonomi jelas mempunyai kerakter sendiri. A the certainty and sevirity of punishment do not
Mulder mengatakan bahwa hukum pidana ekonomi significantly deter the criminal. Rather crime is a result
mempunyai kekhususan yakni: of a complex set of socioeconomic factors or
b. Sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan possibility biological factor. The appropriate way ti
atau pasar; minimize the social cost of the crime is to attct the root
c. Bersifat elastis dan tidak ditepatkan di causes of crime, and programs designed to alleviate
bawah sociual, economi, and biological causes of crime."22
Strictainterpretatio;
d. Sanksi dapat diperhitung oleh mereka yang Keseluruhan upaya penanggulangan kejahatan
bersangkutan.18 termasuk tindak pidana ekonomi yang melalui jalur
represif atau penegakan hukum pada dasarnya
Tindak pidana ekonomi seperti yang berada dalam satu sistem atau satu kesatuan yang
dikemukakan di atas bersifat elastis dan tergantung disebut dengan Sistem Peradilan Pidana (Criminal
pasar dan adanya kemungkinanan para pihak yang Justice System). Di samping melalui jalur repressif,
bersangkutan menetukan sanskinya, namun dari penanggulangan kejahatan juga dapat dilakukan
aspek makro, tindak pidana di bidang ekonomi melalui jalur preventif yang merupakan setiap usaha
berdampak sangat luas yakni dapat merusak bahkan untuk mencegah terjadinya suatu tindak pidana atau
menghancurkan stabilitas dan pembangunan kejahatan.23
ekonomi itu sendiri. Penegakkan hukum pidana membutuhkan aturan
Pengendalian ekonomi yang semata-mata prosedural yang mempunyai cakupan yang luas dan
menggunakan hukum pidana dapat mengakibat berada dalam suatu kerangka Sistem Peradilan
overcriminnalization dan sekaligus dapat Pidana. Sebagai suatu sistem, Sistem Peradilan
menimbulkan dampak negatif juga bagi Pidana pada dasarnya merupakan satu kesatuan
perekonomian.19 Adanya sanksi pidana dalam yang terdiri dari sub-sistem yang tidak dapat
berbagai undang-undang di bidang ekonomi mestinya dipisahkan satu sama lain yakni untuk melakukan
hanya berfungsi sebagai pengawal agar aturan yang penegakan hukum pidana (Criminal Law
adaditaati.20 Enforcement). Dari kesemua mata rantai tersebut
Walaupun secara hukum fungsi hukum pidana akhirnya akan bermuara pada penegakan hukum
sebagi uftimu remidium (upaya terakhir) namun ada secara konkrit dalam suatu kasus tertentu. Conklin
kecendrungan untuk menggunakan pidana sebagai menggambarkan: "The Criminal justice system has
upaya yang pertama [premium remedium). Dalam hal

16 MuladidanBardaNawawiArief, 1992.7eori-7eoridanKeJ)//'a/(af)Pidana.Bandung:Alumni, him. 161


17 Yuliandri, 2007, Asas-Asas Pembentukan Peraturan Pemndang-Undangan yang baik dalam rangka Pembuatan Undang-Undang Berkelanjutan, Ringkasan
Disertasi, Surabaya: Univ. Airlannga. Him. 62
18 Andi Hamzah, 1986, Hukum Pidana Ekonomi. Jakarta: Eriangga, hlm.2
19 Soedarto,opcit.hl.m.23
20 20Q7,PemberantasaKorupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Intemasional, Jakarta: Rajagrafindo, him. 25.
21 RomliAtmasasmita,opcit, .hlm.79
22 RoberttCooterdanThomasUlen, 2004, Law and Economics, Boston: Pearson, hlm.484
23 Andi Hamzah, 1988, op cit. him. 2
MMH,Jitid40 No. 2 April 2011

14. Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Hak bisa diserahkan kepada penyidik.
Merek
15. Undang-Undang No 15 Tahun 2002 jo Undang- 2. Perumusan delik
Undang No.25 tahun 2003 tentang Pencucian Dari analisis yang dilakaukan ternyata model
Uang. perumusan delik tidak konsisten. Terdapat 3 bidang
16. Undang-Undang No 31 tahun 2004 tentang yang nggunakan perumusan delik dengan mengacu
Perikanan kepda rumusan perbuatan yang sudang dilarang
17. Undang-Undang No.21 tahun 2007 sebelumnya. Terdapat 4 bidang yang perumusan
tentang deliknya dengan menciptakan delik sendiri dalam
Pemberantasan Yindak Pidana Perdagangan perbuatan yang dilarang. Sedangkan 4 bidang lainnya
Orang menggunakan model penggabungan perumusan
18. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 delik dengan yang mengacu kepada rumusan yang
tentang sebelumnya dan menciptakan sendiri rumusan delik
Transaksi Informasi Elektronik. baru. Namun dalam sebagian undng-undang tersebut
ada yang menggabungkan antara mengacu kepada
Dari analisis yuridis yang dilakukan terhadap perbuatan yang dilarang sebelumnya dengan
berapa undang-undang yang mengatur tindak pidana menciptakan delik yang baru.
di biang ekonomi seperti yang dikemukakan di atas,
telah dilakukan pembahasan terhadap kebijakan 3. Unsur Pidana dan
hukum pidana yang terdapat dalam undang-undang Pertanggungjawaban
tersebut, Kebijkan hukum pidana itu terlihat dalam Pidana (unsur kesalahan)
pengaturan baik hukum pidana materil ataupun Tidak semua aturan pidana khusus di bidang
hukum pidanformil. ekonomi yang memuat dengan jelas unsur kesalahan
Kebijakan yang termuat dalam hukum pidana baik itu kesengajaan atau kealpaan yakni sebanyak 6
materil mengatur prinsip-prinsip yang berkaitan aturan pidana khusus. Sebanyak 7 aturan pidana
dengan; ruang lingkup pengaturan, perumusan delik, khusus memuat aturan tentang sengaja dan yang
unsur pidana dan pertanggungjawaban pidana, lainnya menyebut unsul kealpaan. UUTPE misanya
perumusan pidana dan pemidanaan serta hubungan menyebutkan delik dengan unsur kesengajaan dan
sanksi administratif dan sanksi pidana. kelalaian. Namun dalam sebagian perumusannya
Kebijakan yang termasuk ke dalam hukum pidana tidak disebutkan unsur kesengajaan. Demikian juga
formil adalah; pengaturan tentang penyidik, Undang-Undang Perpajakan menyebutkan unsur
pengaturan tentang penuntutan, koordinasi antara kesengajaan atau kealpaan dalam rumusan deliknya.
penyidik dengan penyidik dan penyidik dengan Sebaliknya dalam Undang-Undang Anti Monopoli
penuntut umum serta pengaturan tentang peradilan tidak disebutkan unsur kesengajaan atau kelalaian
atau pemeriksaan di persidangan. dalam rumusan deliknya. Secara praktis tentu ini akan
berdampak pada pembuktian unsur tindak pidana di
1. Ruang lingkup pengaturan sidangpengadilan.
Dari penelitian yang dilakukan dapatdiungkapkan
bahwa bahwa semua undang-undang yang ada 4. PertanggungjawabKorporasi
dalam bidang-bidang ekonmi yang disebutkan itu (11 Pertanggungjawaban korporasi merupakan
bidang) memuat aturan tentang hukum pidana materil s ebuah mek anis me u n t u k memperluas
sedangkan untuk hukum pidana formi! hanya 9 pertanggunjawaban pidana tidak hanya terhadap
peraturan yang memuatnya, yakni Undang-Undang orang (natuurlij persoon), melainkan juga kepada
Anti monopoli dan Persaingan Usaha tidak sehat dan badan hukum. Mengingat aktivitas ekonomi banyak
Undang-Undang tentang Pencucian uang. Artinya dilakukan oleh korporasi, dan kadang kala sulit
tidak semua kebijakan hukum pidana dalam minjadi pelaku materilnya, maka pertannggung
menetapkan hukum pidana formil termuat dalam jawaban diperluas samapai ke badan hukum. Namun
undang-undang terkait dengan tindak pidana dalam kebijakan hukum pidana yang terdapapt di
ekonomi. Walaupun demikian sebenarnya bidang perbankan hanya 7 undang-undang yang
undang-undang tersebut tetap memuat tentang memuat aturan tentang pertanggungjawaban
hukum acara pidana. Misalnya dalam korporasi dan 4 lainnya tidak mengatur. UUTPE dan
undang-undang Anti Monopoli diatur kapan
pelanggran undnag-undang itu
MMH,Jiiid40 No. 2April2011

perbankan yang dengan jelas menyebutkan bahwa 13. Pengadilan khusus


penjatuhan sanksi administratif tidak menghilangkan Berkaitan lembaga peradilan, terdpat 9 peraturan
pertanggungjawaban pelakunya. Terdapat yang menentukan bahwa peradilan yang
undang-undang yang mengatur hukum administrasi menyidangkan perkara pidana tetap melalui peradilan
berkaitan dengan sanski pidana, namun tidak umum. Sedangkan 2 undang-undang amenetapkan
disebutkan ahubungan antara kedua sanksi abahwa terapat peradilan akahusus yang menang.
tersebut, misalnya dalam undang-undang Anti Yang mengatur tentang adanya peradilan khusus
Monopoli dan Undang-UndangPerpajakan. hanya UUTPE dan Undang-Undang Perikanan.

10. Penyidikan 14. Aturan Persidangan


Salah satu kekhasan dalam hukum pidana Walaupun sebagian besar pengadilan dalam
khusua adalah aturan tentang penyidik dan tindak pidana ekonomi tetapa diadili peradilan umum,
penyidikan yang bersifat khusus pula. Dari penelitian namun ternyata juga terdapat beberapa pengaturan
ternyata diketahui bahwa masih terdapat tiga yang memuat aturan tentang hukum acara, seperti
undang-undang yang menetapkan tidak adanya aturan tentang peradilan in absentai, aturan tentang,
penyidik khusus, misalnya Undang-Undang aturan tentang hakim putusan dan sebagainya.
Perbankan dan Pencucian Uang. Dengan demikian Undang-Undang yang mengaturcukupbanyak aturan
penyidiknya adalah penyidik umum. Terdapat tiga persidangan adalah UUTPE dan Undang-Undang
peraturan yang menyatakan bahwa penyidiknya Perikanan. Sedangkan dalam Undang-Undang
hanya penyidik khusus jadi tidak dibolehkan tentang Pencucian Uang dan dalam Undang-Undang
dilakukan oleh penyidik umum, misalnya dalam Antimonopoli juga terdapat aturan pemeriksaan di
tindak pidana kepabeanan dan Pasar Modal. pengadilan, walaupun tidak diatur adanya peradilan
Namun terdapat juga 5 peraturan yang menetapkan khusus.
penyidik lebih dari satu, seperti UUTPE dan
Undang-Undang Perikanan. Kesimpulan
Dari uraian tentang kondisi pengaturan tentang
11. Koordinasi Penegak hukum kebijakan hukum pidana di bidang ekonomi
Koordinasi penegakan hukum khususnya di sebelumnya dapat dirumuskan kesimpulan sebagai
bidang penyidikan terlihat bahwa terdapat 4 peraturan berikutberikut:
yang harus ada koordinasi anatar penyidik khusus 1. Kebijakan hukum pidana dalam tindak pidana di
dengan penyidik Polri, misalnya dalam bidang ekonomi yang dilakukan oleh lembaga
undang-undang Kehutanan dan HaKI. Terdapat 5 legislatif tidak memperlihatkan
aturan yang hanya mengatur koordinasi antara adanya
penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dengan konsistensi, sinkronisasi dan harmonisasi anatara
penuntut umum, seperti undnag-undang berbagai aturan yang ada baik berkaitan asas-
perpajakan dan kepabeanan. Terdapat 7 asas hukum pidana materil ataupun hukum
peraturan yang menetapkan bahwa koordinasi pidana formif.
dengan penunut umum harus melalui penyidik Polri, 2. Fungsi hukum pidana dalam berbagai aturan
seperti undang-undang perbankan dan Pencucian hukum pidana di bidang ekonomi
Uang. tidak
memperlihatkan adanya konsistensi. Di sebagian
12. PengaturanPenuntutan peraturan perundang-undangan hukum pidana
Berkaitan dengan jaksa//penuntut umum, dijadikan hukum dalam fungsi yang primer dan di
sebagian besar undang-udang (9 undang-undang) sebagian lagi menggunakan fungsi
menetapkan bahwa penuntut umum tetap hukum
berdasarkan aturan pidana umum. Namun 2 sekunderyang lebih mengutamakan pendekatan
undang-undang menetapkan adanya jaksa khusus, hukum lain seperti hukum perdata
walaupun secara kelembagaan tetap dalam dan
lembaga kejaksaan. Hal itu ditemukan dalam administratif.
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana 3. Kebijakan sistem pidana dan pemidanaan juga
Ekonomi dan Undang-Undang Perikanan. tidak memperlihatkan adanya konsistensi dan
keseragaman. Di sebagian peraturan perundang-
undangan di gunakan sistem
alternatif,
disebagian lagi menggunakan sistem kumulasi
130
MMH,JHid40 No.2April2011

Kejahatan Kerah Putuih di Indonesia, dalam Soedarto, 1986, Hukum dan Hukum
Jurnal Hukum Bisnis, Vol.27 No.2 tahun Pidana,
2008. Romli Atmasasmita, 2003, Bandung:Alumni.
Pengantar Hukum __________, 1983, Hukum Pidana
Kejahatan Bisnis, Jakarta, Kencana. Robert dan
Cooter dan Thomas Ulen, 2004, Law and Perkembangan Msyarakat, Bandung: Sinar
Economics, Boston: Pearson. Ronald Jay Baru. Yuliandri, 2007, Asas-Asas
Allen, et al. 2001, Comprehensive Pembentukan Peraturan
Criminal Procedure, New York: Aspen Law & Perundang-Undangan yang baik dalam
Business. Satjipto Rahardjo, 1984, Masalah rangka Pembuatan
Penegakan Hukum, Undang-Undang
Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional. Berkeianjutan, Ringkasan
Disertasi,
Surabaya: Univ. Airlannga. Zulkarnain
Sitompul, 2005, Problematika Perbankan,
Bandung: Books Terrance&Library.
132

Anda mungkin juga menyukai