Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MANDIRI

HUKUM ANTI KORUPSI


NAMA : ADE ANWAR RIDWANSYAH
NIM : 223020601230
KELAS : D 22

REFORMULASI HUKUM DALAM MENYIKAPI TINDAK PIDANA KORUPSI JASA KEUANGAN YAN
G MEMPENGARUHI STABILITAS PEREKONOMIAN NEGARA

Tindak Pidana Korupsi pada Sektor Jasa Keuangan

 Bantuan likuiditas bank indonesia (1997)

Bantuan likuiditas Bank Indonesia pada tahun 1997 terkait dengan krisis keuangan Asia yang
terjadi pada masa itu. Krisis tersebut memengaruhi beberapa negara di kawasan Asia, termasu
k Indonesia, dan menyebabkan goncangan ekonomi yang signifikan. Beberapa tindakan dan b
antuan likuiditas diberikan oleh Bank Indonesia (BI) untuk mengatasi masalah keuangan yan
g muncul selama periode tersebut. Berikut beberapa langkah yang diambil oleh BI pada tahun
1997. Penyediaan Dana Likuiditas bank Indonesia menyediakan dana likuiditas kepada bank-
bank di Indonesia yang mengalami kesulitan likuiditas sebagai dampak dari krisis. Penyediaa
n dana ini bertujuan untuk menjaga stabilitas sistem perbankan sebesar Rp218,3 triliun.

 Tindak Pidana Sektor Jasa Keuangan

Peraturan OJK nomor 16 tahun 2023 tentang penyidikan tindak pidana di sektor jasa keuanga
n, melingkupi:

1. Perbankan

2. Perbankan syariah

3. Pasar modal

4. Dana pensiun

5. Lembaga keuangan mikro

6. Perasuransian
7. Lembaga pembiayaan ekspor indonesia

8. Badan penyelenggara jaminan Sosial

9. Bank Indonesia

 Dasar Kewenangan Kejaksaan melakukan Penyidikan

Kejaksaan berwenang melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan un


dang-undang Pasal 30 ayat (1) huruf d UU 16/2004 Pasal 30 ayat (1) huruf d UU ini mengatu
r mengenai kewenangan Kejaksaan, yang meliputi penyidikan terhadap tindak pidana tertentu
Kejaksaan memiliki peran dalam penegakan hukum di Indonesia, termasuk melakukan penyi
dikan terhadap kasus-kasus pidana.

Hukum Pidana Ekonomi - Hukum Pidana Dengan Corak Khusus

Sifat TP. Ekonomi

1. Kalkulasi Perhitungan bisnis.


2. Memberikan Keuntungan yang besar.
3. Merugikan Kepentingan umum.

Pelanggaran berbagai ketentuan yang terdapat dalam atau berdasarkan berbagai peraturan dan
ordonansi (peraturan pemerintah) yang tercantum dalam pasal tersebut

Pasal 1 Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1995

Pengertian

 Denda Damai

Denda damai adalah pembayaran sejumlah uang kepada negara sebagai pengganti kerugian y
ang timbul akibat perbuatan tindak pidana ekonomi.

 Sejarah

Rechten Ordonantie diatur dalam Pasal 29 RO (Rechten Ordonanntie) yang diterjemahkan m


enjadi Ordonansi Bea (Staatsblad 1882 No. 240) yang mengatur tindak pidana penyelundupa
n.

 Denda Damai oleh Kejaksaan


Jaksa Agung mempunyai tugas wewenang mengangani tindak pidana yang menyebabkan ker
ugian perekonomian negara dan dapat menggunakan denda damai dalam tindak pidana ekono
mi berdasarkan peraturan perundang-undangan.

 Denda Damai Dalam Tindak Pidana Ekonomi

Dendam damai dapat menjadi alternatif dalam kasus-kasus tertentu, tetapi aplikasinya dapat b
ervariasi tergantung pada undang-undang yang berlaku di suatu negara atau yurisdiksi. Juga,
penting untuk diingat bahwa keputusan untuk mengikuti jalur dendam damai atau melanjutka
n proses hukum harus didasarkan pada pertimbangan hati-hati dan konsultasi dengan ahli huk
um.

Perekonomian

Pembangunan Nasional

1. Meningkatkan Perekonomian
Program-program pemberdayaan ekonomi, seperti bantuan kepada usaha kecil dan mi
kro serta pengembangan sektor pertanian, dapat meningkatkan pendapatan masyaraka
t, mengurangi kemiskinan, dan menciptakan basis konsumen yang lebih kuat.
2. Mencapai Tujuan Pembangunan Nasional
Pembangunan dan perbaikan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan ban
dara, dapat meningkatkan konektivitas dan efisiensi dalam distribusi barang dan jasa.
Hal ini mendukung pertumbuhan sektor ekonomi dan memperluas peluang investasi.

Reformulasi Peraturan Perundang-Undangan tentang Pelaksanaan Denda Damai dalam Tinda


k Pidana Ekonom

REFORMULASI HUKUM DALAM MENYIKAPI TINDAK PIDANA

KORUPSI JASA KEUANGAN YANG MEMPENGARUHI STABILITAS PEREKONOMI


AN NEGARA DALAM PERSPEKTIF PRAKTIS

Upaya Pemerintah Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Penguatan Kelembagaan

 Pengaturan Penguasa Darurat Militer (No. PRT/PM/06/1957)


 Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi (Keppres No. 228 tahun 1967)
 Operasi Tertib/OPSTIB (Inpres No. 9 Tahun 1977)
 Tim Optimalisasi penerimaan Negara dari sektor pajak (tahun 1987)
 Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi /TKPTPK (Tahun 1999)
 Timtas Tipikor (Tahun 2005)
 Pembentukan KPK (Tahun 2003)

Upaya Pemerintah Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Penguatan Regulas

 UU No. 24 Tahun 1960 tentang tentang Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan Tin
dak Pidana Korups
 UU No. 24 Tahun 1960 tentang tentang Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan Tin
dak Pidana Korups
 UU No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
 UU No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberant
asan Tindak Pidana Korupsi
 UU No. 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan UNCAC (Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa Anti Korupsi, 2003
 Intruksi Presiden No. 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan K
orupsi

Pendekatan Dalam Penindakan Tindak Pidana Korupsi

 Pendekatan “Follow The Suspect”


Orientasi penanganan perkara lebih pada mencari siapa yang bertanggung jawab secar
a pidana
 Pendekatan “Follow The Money”
Penanganan perkara melalui penelusuran harta yang dapat dijadikan alat bukti objek k
ejahatan dan hasil kejahatan dengan menggunakan instrumen TPPU.
 Pendekatan “Follow The Asset”
Dilakukan pencarian aset milik tersangka/ terdakwa/ terpidana untuk pembayaran uan
g pengganti, diantaranya melalui tindakan pemblokiran, penyitaan serta sita eksekusi.
 Pendekatan “Follow The Asset”
Dilakukan pencarian aset milik tersangka/ terdakwa/ terpidana untuk pembayaran uan
g pengganti, diantaranya melalui tindakan pemblokiran, penyitaan serta sita eksekusi.

PRAKTEK PENANGANAN PERKARA TPK PADA PT. ASURANSI JIWASRAYA


Ketentuan Pidana

Ps 91 UU Pasar Modal

 Setiap Pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak langsung, den
gan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan p
erdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek

Ps 92 UU Pasar Modal

 Setiap Pihak, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak lain,


 dilarang melakukan 2 (dua) transaksi Efek atau lebih, baik
 langsung maupun tidak langsung, sehingga menyebabkan harga Efek di Bursa Efek te
tap, naik, atau turun
 dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk membeli, menjual, atau menahan Efek

INTI MASALAH

 Memanipulasi keadaan pasar

INDIKASI

 Adanya kenaikan harga saham yang tidak wajar


 PT. AJS melakukan investasi saham terhadap saham yang sudah dimipulasi
 Saham yang dibeli PT. AJS menjadi tidak liquid
 PT. AJS gagal bayar

UPAYA HUKUM TINDAK PIDANA KORUPSI

Upaya Hukum Biasa terdiri dari

1. Banding

2. Kasasi

Inti dari upaya hukum biasa bagi penuntut umum adalah mempertahankan Surat Tuntutan dan
tidak sependapat dengan putusan.

Upaya Hukum Luar Biasa terdiri dari

1. Peninjauan Kembali (Jaksa Tidak Berhak mengajukan PK)


2. Kasasi Demi Kepentingan Hukum Inti dari Upaya hukum luar biasa adalah mempermasala
hkan putusan pengadilan yang inkracht adalah salah atau keliru.

EKSEKUSI PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

 Hukuman Badan
Hukuman badan merujuk pada sanksi pidana yang bersifat fisik atau mengenai tubuh
pelaku kejahatan. Bentuk hukuman badan ini telah kontroversial dan dianggap kontro
versial di berbagai sistem hukum karena menimbulkan pertanyaan etika dan hak asasi
manusia.
 Hukuman Denda
Hukuman denda bertujuan untuk mengenakan beban finansial pada pelaku kejahatan s
ebagai respons terhadap tindakan yang melanggar hukum. Selain itu, denda juga dapat
dianggap sebagai upaya mendapatkan ganti rugi atau memulihkan kerugian yang timb
ul akibat kejahatan.
 Hukuman Tambahan
Hukuman tambahan merujuk pada sanksi atau hukuman ekstra yang dapat diberikan s
ebagai bagian dari putusan pengadilan, selain dari hukuman pokok yang mungkin sud
ah dijatuhkan. Hukuman tambahan ini dapat bervariasi tergantung pada jenis kejahata
n, ketentuan hukum yang berlaku, dan kebijakan sistem peradilan pidana suatu negara.
 Barang Bukti
Barang bukti adalah barang atau benda yang disajikan atau diajukan dalam sidang pen
gadilan untuk mendukung fakta atau klaim yang diajukan oleh salah satu pihak. Baran
g bukti ini dapat berupa berbagai jenis barang atau informasi yang relevan dengan kas
us yang sedang diadili.
 Biaya Perkara
Barang bukti adalah barang atau benda yang disajikan atau diajukan dalam sidang pen
gadilan untuk mendukung fakta atau klaim yang diajukan oleh salah satu pihak. Baran
g bukti ini dapat berupa berbagai jenis barang atau informasi yang relevan dengan kas
us yang sedang diadili.

PARADIGMA NEGARA DALAM PENEGAKAN HUKUM

Indonesia negara hukum tetapi dalam prakteknya terlihat bahwa penegakan hukum belum me
njadi prioritas utama.

Hal itu terlihat misalnya politik anggaran pemerintah terkait pelaksanaan fungsi utama Aparat
Penegak Hukum.

Contoh:

Kejaksaan dianggarkan + Rp. 660 miliar untuk pelaksanaan tugas pokok penanganan perkara
dan pelayanan hukum meliputi Pidsus, Pidum, Datun, Intel, & Pidmil di seluruh Indonesia.

PARADIGMA TERHADAP PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN TINDAK PIDANA K


ORUPSI

Berdasarkan Perpres nomor 54 tahun 2018 tentang strategi nasional pencegahan korupsi deng
an

fokus, meliputi:

a. perizinan dan tata niaga

b. keuangan negara dan

c. penegakan hukum dan reformasi birokrasi

Secara faktual, ada kecenderungan persepsi bahwa metode pencegahan korupsi adalah yang

paling efektif dan utama, padahal metode penindakan adalah pencegahan tindak pidana korup
si

yang terbaik, baik secara:

• Prevensi Khusus, dimana tujuan pidana dalam penindakan TP. Korupsi agar terpidana tidak

mengulangi perbuatannya lagi.

• Prevensi Umum, dimana tujuan pidana dalam penindakan TP. Korupsi agar masyarakat pad
a

umumnya tidak melakukuan tindak pidana korupsi.


Bahwa penerapan sanksi pidana dalam pemberantasan TP. Korupsi bersifat Primum Remediu
m, bukan bersifat Ultimum Remedium, karena TP. Korupsi masuk dalam kategori tindak pida
na

ASAS DEFERENSIASI FUNGSIONAL DALAM HUKUM ACARA (KUHAP)

 Sistem penegakan hukum yang integral (Integrated Criminal Justice System).


 Di dalam penjelasan Pasal 132 KUHP Baru yangdimaksud dengan ’penuntutan' adala
h proses peradilan yang dimulai dari penyidikan

1). PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI TAHAP PENUNTUTAN

Penyidik atau jaksa penuntut umum dapat memutuskan untuk menghentikan penuntutan (dike
nal sebagai Surat Perintah Penghentian Penuntutan atau SP3) jika mereka menganggap tidak
cukup bukti atau tidak adanya dasar hukum yang cukup untuk melanjutkan proses hukum.

2). KARENA PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN ADALAH SATU KESATUAN MAKA


TIDAK PERLU ADA LEMBAGA PRA PENUNTUTAN

Dalam model ini, tugas penyidikan dan penuntutan dilakukan oleh lembaga yang sama. Nam
un, terdapat juga model dua tahap atau model terpisah, di mana terdapat lembaga penyidik ya
ng berbeda dengan lembaga penuntut umum.

3). PENYIDIKAN DAN PENUNTUTAN KARENA SATU KESATUAN DALAM KEKUA


SAAN EKSEKUTIF MAKA HANYA DAPAT DINILAI OLEH HAKIM (YUDIKATIF) SE
BAGAI PROSES CHECK AND BALANCES DALAM SETIAP TINDAKANNYA

Model pemisahan kekuasaan adalah dasar dari sistem pemerintahan demokratis yang bertujua
n untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan. Dalam konteks penyidikan dan penuntutan, fu
ngsi eksekutif (penyidikan dan penuntutan oleh penegak hukum) dan yudikatif (pengadilan) d
ijaga agar tetap independen.

Merugikan Perekonomian Negara

Perekonomian Negara Bersifat “Abstrak” lihat: Putusan MA atas nama Terdakwa Tony Goza
l perkara di Makassar, Sulsel Tahun 1984.

Dalam perkembangannya Kerugian Perekonomian Negara berdasarkan Ilmu Ekonomi denga


n Metode tertentu dapat dihitung secara riil terkait biaya social yang harus ditanggung Negara
akibat terjadinya Tindak Pidana Korupsi: Opportunity Cost dan Multyplayer Economic Impa
ct.

Apakah Kerugian Perekonomian Negara yang timbul dapat dibebankan kepada pelaku tindak
pidana karena konsep uang pengganti berdasarkan Pasal 18 ayat (1) huruf b. adalah sebanya
k- banyaknya sama dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi ?

Peryataan

Aapakah penyitan dalam tahap penyidikan/penuntutan hanya dapat di lakukan berdasarkan pa


sal 38 KUHP(Benda sabagai alat, hasil atau yang berhubungan langsung dengan tindak pidan
a)?

Pasal 39 Ayat (1) KUHP alat dan hasil tindak pidana di rampas.

Pasal 91 UUno.1/2023tentang KUHP: Alata, hasil dan keuntungan dari tindak pidana.

Secara factual penyitaan yang di lakukan oleh penyidik/penuntut umumttidak mencukupi pe


mulihan keuangan negara yang terjadi.

Dalam praktek sering kali penyidik melakukan penyitaan guna pembayaran uang pengganti s
ebagai mana ketentuan pasal 18 Ayat (1)huruf B UU 31/1999 JO UU 20/2001

Penyitaan

Dalam putusan pengadilan terkait barang bukti berdasarkan pasal 46 Ayat (2) KUHP sabagai
berikut:

Dikembalikan kepada orang yang disebutkan dalam putusan

Dirampas untuk negara

Dimusanahkan

Diperlukan sebagai barang bukti dalam perkara lain

Namun dalam prektek ditemukan putusan dalam pengadilan terkait barang bukti :

Dirampas untuk negara dan diperhitungkanuntuk membayar uang pengganti. Putusan ini
merupakan membangun pasal 39 Ayat (1) KUHP (terkait penyitaan di tahap penyidikkan/
penuntutan) dengan pasal 18 Ayat (1) huruf B UU31/1999 JO UU20/2001 terkait sita eks
ekusi .
Dirampas untuk negara CQ kepada pihak yang secara materil dirugikan

REFORMULASI INSTRUMEN UU TPK DAN TPPU DALAM PENAGGULANGAN TIN


DAK PIDANA KORUPSI

Bahaya tindak korupsi 2003

KORUPSI

Threat to the stability and security of societies

undermining the institutionsand values of democracy

undermining ethical /moral values and justice

undermining ethical /moral values and justice

threaten the political stability

kausa dan kondisi kriminogen multi dimensional :

di bidang moral, sosial, ekonomi, politik, budaya, birokrasi/administrasi dsb.

hakikat korupsi :

tidak hanya mengandung aspek ekonomis (yaitumerugikan keuangan/perekonomian negara),


tetapi juga mengandung korupsi nilai-nilai moral, korupsi jabatan/kekuasaan, korupsi politik
dan nilai-nilai demokrasi dsb

VIirus yang dapat masuk ke Seluruh jaringan SPP & Pembangunan

1. Penyidikan

2.Penuntutan

3.Pengadilan

4.Pelaksanaan/Eksekusi

Setrategi penanggulangan korupsi


Penanggulangan korupsi melibatkan berbagai strategi yang melibatkan tindakan pencegahan,
penegakan hukum, dan peningkatan kesadaran masyarakat.

Analisis strategi kebajikan


Karakteristik/dimensi/hakikat

Efforts to Combat Corruption(Pendekatan Integral)

 “law (legal and judicial) reform”


 social reform
 economic reform
 political reform
 cultural and moral reform
 administrative (civil service) reform
 management reform
 other institutional reforms
 international cooperation

Preventive measures

UN CONVENTION AGAINST CORRUPTION 2003

Antara lain :

 meningkatkan & mendiseminasikan pengetahuan tentang pencegahan korupsi


 meningkatkan Codes of conduct para pejabat publik
 meningkatkan transparansi administrasi publik

mencegah korupsi di sektor privat, a.l. dengan meningkatkan

1. kerjasama dgn. aparat penegak hukum


2. tandar & prosedur utk. menjamin integritas badan usaha privat
3. transparansi badan usaha privat
4. pencegahan penyalahgunaan prosedur & konflik kepentingan
5. pengawasan pemeriksaan keuangan internal

meningkatkan partisipasi masyarakat

Manila Declaration on the Prevention and Control of Transnational Crime 1998


 mengembangkan tindakan-tindakan pencegahan dan pengawasan untuk memajukan b
udaya tanggung-jawab dan transparansi ("a culture of accountability and transparenc
y")
 mengembangkan program-program anti-korupsi secara komprehensif, termasuk perat
uran hokum administrasi, hukum perdata, hukum acara dan hokum pidana
 mengefektifkan bermacam-macam ketentuan dari "International Code of Conduct for
Public Officials"

KEBIJAKAN FORMULASI

Merupakan bagian dar itahap tahap “penegakanHP” (operasionalisas i/fungsionalisasi/ ko


nkretisasi HP)

Kebijakan formulasi/legislasi merupakan tahap paling strategis → tahap planning Yang di


rancang →The Structure of the Penal System (Nils Jareborg) :

 criminalization
 sentencing
 execution of punishment

Anda mungkin juga menyukai