Anda di halaman 1dari 2

Nama : Vanny Elvahira

NPM : 211000090
Kelas :R
Dosen Pengampu : Maman Budiman, S.H., M.H.
Mata Kuliah : Kejahatan Bisnis

Soal :

Berikan Pendapatnya mengapa kejahatan yang ada di PPT (Lihat PPT yang sudah diupload)
termasuk kategori kejahatan bisnis dalam hukum pidana di Indonesia

Jawaban :

1. Pemalsuan

Pemalsuan termasuk kedalam kategori kejahatan bisnis dalam hukum pidana di Indonesia karena
melanggar prinsip-prinsip dasar perlindungan hukum terhadap bisnis dan masyarakat. Dasar
hukumnya dapat ditemukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), khususnya
pasal-pasal yang berkaitan dengan pemalsuan seperti Pasal 263 hingga Pasal 276 KUHP.

Pemalsuan dianggap sebagai kategori kejahatan bisnis dalam hukum pidana di Indonesia karena
tindakan tersebut melibatkan manipulasi, penipuan, dan pelanggaran terhadap integritas dalam
ranah bisnis. Pemalsuan seringkali berdampak langsung pada kerugian keuangan perusahaan dan
merugikan konsumen. Selain itu, pemalsuan dapat merusak reputasi suatu bisnis dan memengaruhi
kepercayaan publik terhadap produk atau layanan yang disediakan.

Dalam konteks bisnis, pemalsuan mencakup berbagai bentuk seperti pemalsuan merek dagang,
produk palsu, dokumen palsu, dan lainnya. Tindakan ini merugikan tidak hanya pihak bisnis yang
menjadi korban, tetapi juga mengancam stabilitas pasar dan persaingan yang sehat. Oleh karena
itu, penegakan hukum terhadap pemalsuan dianggap penting untuk menjaga integritas ekonomi
dan memberikan sinyal bahwa tindakan manipulatif dalam dunia bisnis tidak dapat diterima serta
akan mendapatkan sanksi sesuai hukum.

2. Penipuan

Penipuan dianggap sebagai kategori kejahatan bisnis dalam hukum pidana di Indonesia karena
menyerang inti kepercayaan dan integritas dalam transaksi bisnis. Dasar hukumnya dapat
ditemukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), terutama Pasal 378 yang
mengatur tentang penipuan.

Dalam konteks bisnis, tindakan penipuan dapat melibatkan informasi yang salah, pengelabuan,
atau manipulasi data dengan niat untuk mendapatkan keuntungan atau merugikan pihak lain.
Kehadiran undang-undang yang mengatur penipuan mencerminkan pentingnya melindungi
keadilan dalam hubungan bisnis, mencegah praktik-praktik yang merugikan, dan menjaga
kepercayaan pelaku bisnis terhadap lingkungan bisnisnya.

Penerapan hukum pidana terhadap penipuan di bisnis bertujuan untuk memberikan sanksi yang
tegas terhadap tindakan yang dapat merusak keberlanjutan bisnis dan mengancam stabilitas pasar.
Ini juga membantu menciptakan lingkungan bisnis yang adil, transparan, dan dapat dipercaya,
yang merupakan fondasi utama bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

3. Penggelapan

Penggelapan termasuk dalam kategori kejahatan bisnis dalam hukum pidana di Indonesia karena
menyangkut tindakan manipulatif terhadap keuangan dan harta perusahaan. Dasar hukumnya
dapat ditemukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), terutama Pasal 372 yang
mengatur tentang penggelapan.

Dalam konteks bisnis, penggelapan mencakup perbuatan mengambil, menyembunyikan, atau


menggunakan harta perusahaan tanpa izin, dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain. Tindakan ini merugikan pemilik bisnis dan dapat mengancam kelangsungan usaha.
Keberadaan hukum pidana yang mengatur penggelapan mencerminkan upaya hukum untuk
melindungi keuangan perusahaan, mencegah praktik pencurian internal, dan menjaga integritas
bisnis.

Penerapan hukum pidana terhadap penggelapan di dunia bisnis tidak hanya bertujuan untuk
memberikan sanksi terhadap pelaku, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman,
adil, dan dapat diandalkan. Ini mendukung keberlanjutan usaha dan menjaga kepercayaan pelaku
bisnis terhadap sistem hukum serta mempromosikan integritas dalam dunia bisnis.

4. Perjudian

Perjudian termasuk kategori kejahatan bisnis dalam hukum pidana di Indonesia karena berpotensi
merugikan masyarakat, menimbulkan dampak sosial negatif, dan merongrong stabilitas ekonomi.
Dasar hukumnya terdapat dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban
Perjudian.

Praktik perjudian dianggap dapat merugikan bisnis dan masyarakat karena sering kali terkait
dengan praktik ilegal, penipuan, dan pencucian uang. Selain itu, dampak sosial dari perjudian,
seperti ketidakstabilan keuangan keluarga, potensi kecanduan, dan potensi konflik sosial,
membuatnya dianggap sebagai kejahatan bisnis.

Hukum pidana terhadap perjudian bertujuan untuk melindungi masyarakat dari risiko ekonomi dan
sosial yang terkait dengan praktik perjudian. Dengan mengategorikan perjudian sebagai kejahatan
bisnis, pemerintah berupaya untuk menjaga ketertiban sosial, melindungi keuangan masyarakat,
serta mengendalikan dampak negatif terhadap moral dan kesejahteraan umum.

Anda mungkin juga menyukai