DISUSUN OLEH :
Novita Juniarti
SNR 19214047
PROGRAM STUDI NERS REGULER B KHUSUS
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2021
SOP PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
N Prosedur Skor
o Ya Tida
k
1 PERSIAPAN ALAT
a. Stetoskop
b. Jam tangan
c. Kasa / kapas
d. Pen light
e. Optalmoskop
f. Otoskop
g. Spekulum vagina
h. Garpu tala
i. Snellen card
j. Spatel lidah
k. Kaca laring
l. Handscoon
m. Bengkok
n. Timbangan berat badan
o. Reflek hammer
PERSIAPAN KLIEN
Informed consent
Menjaga privasi
Komunikasi terapeutik
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Kepala
- Inspeksi:
a. Bentuk kepala (bulat / lonjong / benjol, besar / kecil, simetris /
tidak)
b. Posisi kepala terhadap tubuh (tegak lurus dan digaris tengah
tubuh / tidak)
c. Kulit kepala (ada luka / tidak, bersih / kotor, berbau / tidak, ada
ketombe / tidak, ada kutu / tidak)
d. Rambut pasien
e. Penyebaran / pertumbuhan (rata / tidak)
f. Keadaan rambut (rontok, pecah-pecah, kusam)
g. Warna rambut (hitam, merah, beruban, atau menggunakan cat
rambut)
h. Bau rambut (berbau / tidak). Bila berbau apa penyebabnya.
i. Wajah pasien a. Warna kulit wajah (pucat, kemerahan, kebiruan)
j. Struktur wajah (simetris / tidak, ada luka / tidak, ada ruam dan
pembengkakan / tidak, ada kesan sembab / tidak, ada
kelumpuhan otot-otot fasialis / tidak)
- Palpasi
a. Ubun-ubun (datar / cekung / cembung)
b. Raba dan rasakan (ada / tidak) : nyeri tekan, benjolan, tumor
c. Palpasi apakah ubun-ubun sudah menutup / belum
b. Pemeriksaan Mata:
- Inspeksi
Inspeksi Kelopak Mata:
a) Menganjurkan klien untuk menatap lurus ke depan
b) Membandingkan mata kiri dan kanan, inspeksi posisi dan
warna kelopak mata
c) Menganjurkan klien memejamkan matanya
d) Mengamati bentuk dan keadaan kulit kelopak mata serta
pada pinggir kelopak mata dan mencatat setiap kelainan
e) Mengamati pertumbuhan rambut pada kelopak mata dan
posisi bulu mata
f) Untuk menginspeksi kelopak mata bawah minta klien untuk
membuka mata. Perhatikan frekuensi refleks berkedip mata.
- Inspeksi Konjungtiva dan Sklera
a) Menganjurkan klien untuk melihat lurus ke depan
b) Menarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan
menggunakan ibu jari.
c) Menggunakan sarung tangan jika ada sekret di tepi kelopak
mata
d) Mengamati keadaan konjungtivaa dan kantung konjungtiva
bagian bawah. Catat bila ada infeksi, pus atau warnanya
tidak normal/anemis
e) Bila diperlukan amati konjungtiva bagian atas dengan yaitu
membuka atau membalik kelopak mata atas dengan
pemeriksa berdiri di belakang klien
f) Mengamati warna sklera waktu membuka konjungtiva.
Inspeksi Kornea:
a) Berdiri di sisi klien, dengan menggunakan cahaya tak
langsung, inspeksi kejernihan dan tekstur kornea
b) Uji sensitifitas kornea dengan menyentuh gulungan kapas
steril untuk melihat reaksi berkedip.
Inspeksi Pupil
a) Mengatur cahaya kamar menjadi kuraang tenang
b) Memegang kepala dan dagu klien agar tidak bergerak-gerak
c) Inspeksi ukuran, bentuk, keselarasan pupil dan reaksi
terhadaap cahaya.
d) Menguji reflek pupil terhadap cahaya
e) Pupil klien disinari cahaya dari samping
f) Amati mengecilnya pupil yang sedang disinari
g) Lakukan pada pupil lainnya
h) Memeriksa reflek akomodasi
i) Anjurkan klien menatap benda yang jauh
j) Menatap objek yang diletakkan 10 cm di depan hidung
k) Mengamati perubahan pupil
Inspeksi Pergerakan Bola Mata
a) Menganjurkan klien melihat ke depan
b) Mengamati bola mata, jika nistagmus catat
c) Apakah kedua bola mata lurus atau salah satu deviasi
d) Meluruskan jari telunjuk dan mendekatkan ke klien dengan
jarak 15-30 cm
e) Instruksikan klien mengikuti pergerakan jari telunjuk
f) Jaga jari tetap pada lapang pandang normal
Inspeksi Medan Penglihatan
a) Pemeriksa berdiri di depan kira-kira 60 cm
b) Mata yang tidak diperiksa ditutup
c) Instruksikan klien menatap lurus ke depan dan memfokuskan
dalam satu titik
d) Menggerakkan jari sepanjang 1 lengan dari luar lapang
pandang klien
e) Minta klien mengatakan jika melihat jari tersebut
f) Perlahan tarik jari mendekat dan tepat ditengah antara klien
dan perawat.
g) Mengkaji mata sebelahnya
Pengkajian Ketajaman Penglihatan
a) Pastikan cahaya ruang cukup terang
b) Minta klien membaca surat kabar dengan keras
c) Jika klien berkaca mata, anjurkan untuk dipakai
d) Perhatikan jarak klien memegang lembaran koran dengan
matanya
e) Jika masih kesulitan lanjutkan dengan tahap:
f) Menyiapkan kartu Snellen/kartu E
g) Atur klien dengan jarak 5-6 meter dari kartu
h) Atur klien menutup mata kiri
i) Periksa mata kanan dengan disuruh membaca huruf yang
paling besar menuju yang paling kecil
j) Lakukan pada mata sebelah kiri dengan menutup mata kiri.
Pemeriksaan Penglihatan Warna
a) Siapkan kartu Ichihara
b) Pastikan ruangan cukup penerangan
c) Instruksikan klien untuk menyebutkan gambar dan angka
yang terdapat dalam kartu
- Palpasi
a) Anjurkan klien memejamkan mata
b) Melakukan palpasi mata kanan dan kiri dengan jari telunjuk
c) Dengan menekan-nekan, menilai konsistensi dan nyeri tekan
c. Pemeriksaan Hidung
- Inspeksi:
a) Bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi (adakah
pembengkokan / tidak)
b) Lubang hidung, kalau perlu gunakan spekulum hidung dan sumber
cahaya yang kuat yang diarahkan dengan lampu kepala : ― Ada
sekret / tidak ― Ada sumbatan / tidak 6 ― Ada inflamasi / tidak
― Selaput lendir : kering / basah / lembab
- Palpasi
a) Palpasi hidung dengan lembut, batang dan jaringan lunak hidung
dan adakah massa atau nyeri tekan
b) Letakkan jari pada sisi arkus nasal dan palpasi lembut dari pangkal
ke ujung hidung
c) Menekan hidung secara ringan untuk mengevaluasikan hidung dan
amati lubang hidung
d. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi
a) Bantu klien duduk jika mungkin
b) Posisi perawat menghadap telinga yang akan dikaji
c) Mengatur pencahayaan
d) Inspeksi telinga terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, hygiene,
adanya lesi atau kesimetrisan.
e) Periksa adanya peradangan, perdarahan dan pada liang telinga
f) Periksa Pendengaran:
- Pemeriksaan menggunakan Arloji/Jam Tangan
a) Atur suasana tenang
b) Pegang arloji dekat telinga klien
c) Menyuruh klien apakah mendengar detak arloji
d) Pindahkan arloji perlahan menjauhi telinga dan suruh klien
mendengarkan
- Pemeriksaan Garpu Tala
a) Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan pada tangan atau
buku jari
b) Letakkan tangkai garpu tala pada processus mastoideus klien
c) Anjurkan klien memberitahu jika tidak merasakan getaran
d) Kemudian dengan cepat tempatkan garpu tala pada depan lubang
telinga
e) Instruksikan klien apa masih mendengar suara atau tidak
Dengan Cara :
Pemeriksaan Rinne:
- Pemeriksaan Rinne merupakan pemeriksaan pendengaran
menggunakan garpu tala untuk membandingkan hantaran
melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang
diperiksa. Vibrasikan garpu tala, letakkan garpu tala pada
mastoid kanan pasien, anjurkan pasien untuk memberi tahu
sewaktu tidak merasakan getaran lagi. Angkat garpu tala dan
pegang di depan telinga kanan pasien, anjurkan pasien untuk
memberi tahu apakah masih mendengar suara getaran atau
tidak. Normalnya suara getaran masih dapat didengar karena
konduksi udara lebih baik daripada konduksi tulang.
Pemeriksaan Weber:
- Pemeriksaan Weber merupakan pemeriksaan pendengaran
menggunakan garpu tala untuk membandingkan hantaran tulang
telinga kiri dengan telinga kanan. Vibrasikan garpu tala,
letakkan garpu tala di tengah-tengah puncak kepala pasien.
Tanya pasien tentang telinga yang mendengar suara getaran
lebih keras. Normalnya kedua telinga dapat mendengar secara
seimbang sehingga getaran dirasakan ditengah-tengah kepala.
Pemeriksaan Schwabach:
- Pemeriksaan Schwabach merupakan pemeriksaan pendengaran
menggunakan garpu tala untuk membandingkan hantaran tulang
orang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya
normal. Syarat utama dilakukannya pemeriksaan ini adalah
pemeriksa harus dipastikan terlebih dahulu memiliki
pendengaran yang normal. Dalam persiapan pasien,
instruksikan pada pasien untuk memberikan isyarat ketika dia
tidak merasakan getaran dari garpu tala. Vibrasikan Garpu tala,
letakkan tangkai garpu tala pada Processus Mastoideus O. P.
sampai pasien tidak merasakan getaran lagi. Setelah pasien
tidak merasakan getaran, segera pindahkan garpu tala ke area
Processus Mastoideus O. P. pemeriksa yang memiliki
pendengaran normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar/
merasakan getaran, maka pemeriksaan Schwabach memendek.
Bila pemeriksa tidak mendengar maka pemeriksaan diulang
dengan cara sebaliknya. Ketika dilakukan pemeriksaan
sebaliknya, bila pasien masih merasakan getaran, maka
pemeriksaan Schwabach mengalami perpanjangan.
Palpasi
a) Lakukan palpasi dengan jari telunjuk dan jempol
b) Bandingkan telinga kiri dan kanan
g. Pemeriksaan Leher
Inspeksi:
a. Bentuk leher (simetris / tidak). Periksa (ada / tidak) : lesi,
peradangan, massa
b. Periksa kemampuan pergerakan leher secara antefleksi-dorsifleksi,
rotasi kanan-kiri, lateral fleksi kanan-kiri
c. Ada pembesaran kelenjar tiroid / tidak.
Palpasi:
a. Letakkan tangan pemeriksa pada leher pasien, palpasi pada fossa
suprasternal dengan jari telunjuk dan jari tengah, pasien diminta
untuk menelan. Bila teraba kelenjar tiroid, tentukan menurut
bentuk, ukuran, konsistensi, dan permukaannya.
b. Ada pembesaran kelenjar limfe / tidak (terutama pada leher,
submandibula, dan sekitar telinga)
c. Ada pembesaran vena jugularis / tidak. Nilai normal Jugular
Venous Pressure (JVP) adalah 2 – 5 cmHg
d. Kaji kemampuan menelan pasien dengan kepala sedikit
mendongak
e. Perhatikan adakah perubahan suara dan cari penyebabnya
Gambar Pemeriksaan Fisik pada Leher:
h. Pemeriksaan Thorax
1. Inspeksi:
a) Posisi pasien duduk
b) Perhatikan secara keseluruhan : ― Bentuk thorax : normal /
ada kelainan ― Ukuran dinding dada, kesimetrisan ―
Keadaan kulit, ada luka atau tidak ― Klavikula, fossa supra
dan infraklavikula, lokasi costa dan intercosta pada kedua sisi
― Ada bendungan vena atau tidak ― Pemeriksaan dari
belakang perhatikan bentuk atau jalannya vertebra, bentuk
scapula
-
Untuk memeriksa gerakan diafragma dan sensasi rasa
nyeri dada
- Letakan kedua telapak tangan pemeriksa dengan
merenggangkan jari-jari pada dinding dada depan bagian
bawah pasien. Kedua ujung ibu jari pemeriksa bertemu di
ujung costa depan bagian bawah
- Pasien diminta bernapas dalam dan kuat
- Gerakan diafragma normal bila costa depan bagian bawah
terangkat pada waktu inspirasi
- Tentukan daerah asal nyeri (jika ada). Dengan
menggunakan ujung ibu jari tangan kanan tekanlah
dengan perlahan costa atau ICS dari luar menuju tempat
asal nyeri
- Rasa nyeri akan bertambah akibat tekanan ibu jari. Nyeri
dapat disebabkan fraktur tulang iga, fibrosis otot antar iga,
pleuritis local dan iritasi akar syaraf
b. Palpasi posisi costa
- Lakukan palpasi dengan memakai jari telunjuk dan jari
tengah tangan kanan
- Palpasi mulai dari fossa suprasternalis ke bawah
sepanjang sternum
- Carilah bagian yang paling menonjol (angulus lodovisi)
kira- kira 5 cm dibawah fossa suprasternalis yaitu sudut
pertemuan antara manubrium sterni dan korpus sterni
dimana ujung costa kedua melekat.
- Dari angulus lodovisi, tentukan pula letak costa pertama
kearah superior dan untuk costa ketiga dan seterusnya
kearah inferior.
c. Palpasi Vertebra.
- Posisi pasien duduk dengan kedua tangan dipaha atau
dipinggang sambil menundukkan kepala dan pemeriksa
dibelakang pasien.
- Pemeriksa melakukan palpasi dengan jari tangan kedua
dan ketiga sepanjang tulang belakang bagian atas (leher
bawah)
- Rasakanlah bagian yang paling menonjol pada leher
bagian bawah (prosesus spinosus servikalis ketujuh)
- Dari prosesus servikalis spinosus ketujuh (C7), kearah
superior yaitu prosesus spinosus servikalis keenam dan
seterusnya. Bila kearah inferior yaitu prosesus spinosus
thorakalis pertama, kedua dan seterusnya.
d. Palpasi getaran suara paru (Traktil / Vokal Fremitus)
- Posisi pasien duduk dan pemeriksa dibelakang pasien
- Letakkan kedua telapak tangan pemeriksa pada punggung
pasien
- Untuk menilai getaran suara (VOKAL FREMITUS),
Minta pasien mengucapkan kata-kata seperti “1-2-3” atau
“tujuh puluh tujuh” berulang- ulang.
- Perhatikan intensitas getaran suara sambil telapak tangan
digeser ke bawah, bandingkan getarannya dan bandingkan
kanan dan kiri. Jika lebih bergetar : terjadi pemadatan
dinding dada, jika getaran kurang : pneumothorax.
- Normal getaran kedua sisi sama, kecuali apeks kanan
karena letaknya dekat dengan bronkus
3. Perkusi
Perkusi paru-paru
- Posisi pasien terlentang. Lakukan perkusi paru-paru anterior.
Perkusi mulai dari supraklavikula ke bawah pada setiap
spasium intercosta sampai batas atas abdomen. Bandingkan sisi
kanan dan kiri
- Posisi pasien duduk. Mintalah pasien untuk mengangkat kedua
lengan untuk melakukan perkusi aksila dari atas kebawah di
kanan dan kiri
- Lakukan perkusi paru-paru posterior. Perkusi mulai dari
supraskapula ke bawah sampai batas atas abdomen. Bandingkan
sisi kanan dan kiri
- Batas paru Atas : Supraskapularis (seluas 3-4 jari di pundak)
Bawah : Setinggi vertebra torakal X di garis skapula Kiri : ICS
VII – VIII Kanan : ICS IV – V 12
- Suara perkusi:
a. Paru-paru normal: resonan (“dug dug dug”)
b. Tumor paru: pekak/dullness (“bleg bleg bleg”) → bagian
padat lebih banyak dari bagian udara
c. Pneumothoraks: hiperresonan (“deng deng deng”) → udara
lebih banyak dari padat
d. Daerah yang berongga: timpani (“dang dang dang”)
e. Jaringan padat (jantung, hati): pekak/datar
4. Auskultasi
a. Posisi pasien duduk.
Pemeriksa menghadap ke pasien:
- Auskultasi paru-paru
- Minta pasien bernafas secara normal dan mulai auskultasi
dengan pertama kali meletakkan diafragma stetoskop pada
trakea, dengar bunyi nafas secara teliti, serta bandingkan
sisi kanan dan kiri
- Dengarkan suara nafas :
a. Bronchial / tubular : pada trachea/leher
b. Bronco Vesikuler : pada daerah percabangan bronkus
trachea ( sekitar sternum)
c. Vesikuler : pada semua lapang paru
- Dengarkan ada tidaknya suara tambahan nafas :
a. Rales : bunyi merintik halus, tidak hilang setelah klien
disuruh batuk
b. Ronchi : nada rendah, sangat kasar, akibat dari
terkumpulnya mucus pada trachea/bronkus besar.
Terdengar pada fase inspirasi dan ekspirasi. Suara
menghilang setelah klien batuk
c. Wheezing : bunyi ngiiikkkk…..ngiiikkkk. terjadi
karena eksudat lengket tertiup aliran udara atau
penyempitan bronkus. Terdengar pada fase inspirasi
dan ekspirasi
d. Pleural friction rub : bunyi yang terdengar “kering”
seperti suara gosokan amplas pada kayu
- Pemeriksaan PRECORDIUM
1. Inspeksi dan Palpasi:
a. Posisi telentang dengan kepala diangkat 30-40 derajat
b. Letakkan tangan pada ruang intercostae II (area aorta
dan pulmonal), lalu amati ada tidaknya pulsasi.
Normalnya tidak ada
c. Geser tangan ke ruang intercostae V parasternal
sinister (area ventrikel kanan/tricuspid). Amati adanya
pulsasi, normalnya tidak ada
d. Dari area tricuspid, geser tangan ke area midclavicula
sinister (area apical/point of maximal impulse)
e. Tentukan letak ictus cordis di ICS V garis
midklavikula kiri. Untuk mempertajam getaran
gunakan jari ke-2 dan ke-3 tangan kanan
f. Ictus cordis disebabkan karena denyutan dinding
thorax karena pukulan pada ventrikel kiri, normalnya
berada ICS V midclavicula sinister sebesar 1 cm.
2. Perkusi
a. Untuk memeriksa batas jantung:
- ICS II (area aorta pada sebelah kanan dan
pulmonal pada sebelah kiri)
- ICS V Mid Sternalis kiri (area katup trikuspid atau
ventrikel kanan)
- ICS V Mid Clavikula kiri (area katup mitral)
- Untuk mengetahui batas, ukuran dan bentuk
jantung secara kasar. Batas-batas jantung normal
adalah : Batas atas : ICS II Mid sternalis Batas
bawah : ICS V Batas Kiri : ICS V Midclavikula
Kiri Batas Kanan: ICS IV MidSternalis Kanan
3. Auskultasi
a. Dengarkan BJ I pada : ― ICS V garis midsternalis kiri
(area katup trikuspid) ― ICS V garis midklavicula kiri
(area katup mitral): terdengar LUB lebih keras akibat
penutupan katub mitral dan trikuspid
b. Dengarkan BJ II pada : ― ICS II garis sternalis kanan
(area katup aorta) ― ICS II garis sternalis kiri (area
katup pulmonal): terdengar DUB akibat penutupan
katup aorta dan pulmonal.
c. Dengarkan adanya suara tambahan (BJ III) pada fase
sistolik-diastolik, BJ IIIterdengar setelah BJ II dengan
jarak cukup jauh tapi tidak melebihi separuh dari fase
diastolic
d. BJ III normal pada anak dan dewasa muda
e. BJ III pada decompensasi kiri disebut Gallop Rhythm,
yaitu suara yang timbul akibat getaran derasnya
pengisian diastolic dari atrium kiri ke ventrikel kiri
yang sudah membesar
f. Dengarkan adanya Murmur (bising jantung), yaitu
suara tambahan pada fase sistolik, diastolic, maupun
keduanya yang disebabkan karena adanya
fibrasi/getaran dalam jantung atau pembuluh darah
besar yang disebabkan karena arus turbulensi darah.
Derajat murmur : ― I : hampir tidak terdengar ― II :
Lemah ― III : Agak keras ― IV : Keras ― V : sangat
keras ― VI : masih terdengar jelas ketika stetoskop
diangkat sedikit
- Pemeriksaan aksila dan payudara
1. Inspeksi:
a. Ukuran payudara, bentuk, kesimetrisan, dan adakah
pembengkakan. Normalnya melingkar dan simetris dengan
ukuran kecil, sedang atau besar.
b. Kulit payudara, warna, lesi, vaskularisasi,oedema.
c. Areola : Adakah perubahan warna, pada wanita hamil lebih
gelap.
d. Putting : Adakah cairan yang keluar, ulkus, pembengkakan
e. Adakah pembesaran pada kelenjar limfe axillar dan clavikula
2. Palpasi
a. Adakah nyeri, adakah nyeri tekan, dan kekenyalan
b. Adakah benjolan massa atau tidak
6. Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi
a. Permukaan perut
Perhatikan kulit perut : apakah tegang, licin, tipis (bila ada
pembesaran organ dalam perut) atau kasar, keriput (bila
mengalami distensi). Apakah terdapat luka jahit atau luka
bakar. Perhatikan warna kulit perut : apakah kuning / tidak
(pada pasien ikterus), apakah tampak pelebaran pembuluh
darah vena / tidak ― Perhatikan adanya striae (tanda
peregangan pada ibu hamil)
b. Bentuk perut
Perhatikan : kesimetrisan (baik pada orang yang
gemuk/kurus). Pembesaran perut secara simetris disebabkan
penimbunan cairan di rongga peritonium, penimbunan udara
di dalam usus dan orang terlampau gemuk. Pembesaran perut
asimetris ditemukan pada kehamilan, tumor di dalam rongga
perut, tumor ovarium atau kandung kencing. Pembesaran
setempat : dijumpai pada pembesaran hepar, limpa, ginjal,
kandung empedu, dan tumor pada organ-organ tersebut
c. Gerakan dinding perut
Minta pasien untuk nafas dalam dan perhatikan gerakan perut
saat inspirasi dan ekspirasi. Normal perut mengempis pada
ekspirasi dan mengembang pada inspirasi. Pada kelumpuhan
diafragma terdapat gerakan dinding perut yang berlawanan.
Amati adanya gerakan peristaltik. Pada orang yang sangat
kurus kadang peristaltik normal terlihat
2. Auskultasi
a. Sumber suara abdomen : suara dari struktur vaskuler, dan
peristaltik usus
b. Dengarkan di setiap kuadran dengan stetoskop selama 1 menit
dan perhatikan : intensitas, frekuensi, dan nada. Normal
frekuensi peristaltik 5-35 x/menit
c. Dengarkan suara vaskuler dari : aorta (di epigastrium), arteri
hepatika (di hipokondrium kanan), arteri renalis : di
hipokondrium kiri
3. Perkusi
a. Dengan perkusi abdomen dapat ditentukan : pembesaran
organ, adanya udara bebas, cairan bebas di dalam rongga perut
b. Perhatikan bunyi dan resistensinya:
- Lakukan pada tiap kuadran untuk memperkirakan
distribusi suara timpani dan redup,
- Biasanya suara timpani yang dominan karena adanya gas
pada saluran pencernaan,
- Cairan dan feses memberikan suara redup,
- Perkusi di daerah epigastrium dan hipokondrium kiri
menimbulkan timpani.
c. Perkusi Hepar:
- Lakukan perkusi pada garis midklavikula kanan, mulai
dari bawah umbilikus (di daerah suara timpani) ke atas,
sampai terdengar suara pekak yang merupakan batas
bawah hepar
- Lakukan perkusi dari daerah paru ke bawah untuk
menentukan batas atas hepar yaitu dari perpindahan suara
resonan sampai pekak
d. Perkusi Limpa
Pekak limpa seringkali ditemukan diantara ICS 9 dan ICS 11
di garis aksila anterior kiri.
e. Perkusi Renal
Area costovertebra. Normal tidak terdengar bunyi, dan
dullness bila ada massa.
4. Palpasi
a. Tahap awal palpasi dengan menggunakan satu tangan
- Letakkan tangan kanan di atas perut, telapak tangan dan
jari-jari menekan dinding perut dengan tekanan ringan.
Dengan perlahan, rasakan di tiap kuadran
- Rasakan : adanya ketegangan otot atau tidak, nyeri tekan
atau tidak
- Tahap berikutnya lakukan palpasi dalam untuk memeriksa
massa di abdomen
- Rasakan konsistensinya : apakah padat keras (seperti
tulang), padat kenyal (seperti meraba hidung), lunak
(seperti pangkal pertemuan jempol dan telunjuk), atau
kista (ditekan mudah berpindah seperti balon berisi air,
berisi cairan
- Jika dirasakan adanya massa, maka ukuran massa
ditentukan dengan meteran / jangka sorong panjang, lebar,
tebal (kalau tidak ada peralatan, bisa dengan ukuran jari
penderita)
b. Palpasi Hepar
- Letakkan tangan kiri pemeriksa di belakang pasien,
menyangga costa ke 11 dan costa ke 12 sebelah kanan
pasien dengan posisi sejajar. Anjurkan pasien menekuk
kakinya. Pasien dalam keadaan rileks
- Tempatkan tangan kanan pemeriksa pada abdomen pasien
sebelah kanan bawah, dengan ujung jari ditempatkan di
batas bawah daerah redup hepar. Dengan posisi jari
tangan mengarah ke atas.
- Anjurkan pasien menarik nafas. Pada akhir inspirasi,
lakukan perabaan pada hepar dengan cara : tangan naik
mengikuti irama nafas dan gembungan perut kemudian
tekan secara lembut dan dalam. Normal hepar tidak teraba
c. Palpasi Limpa
- Palpasi lien dimulai dari hipogastrium ke hipokondrium
kiri
- Dengan teknik palpasi bimanual : letakkan telapak tangan
kanan pemeriksa di daerah hipokondrium kiri pasien,
dengan jari-jari mengarah ke samping atas. Tangan kiri
pemeriksa diletakkan dipinggang kiri pasien. Dengan
tangan kanan pemeriksa menekan sambil menggerakkan
tangan itu sedikit demi sedikit ke bawah tulang-tulang iga.
Pasien diminta menarik nafas dalam, dan penekanan
dilakukan pada puncak inspirasi. Tangan kiri pemeriksa
merupakan landasan bagi tekanan yang dilakukan oleh
tangan kanan
- Dengan palpasi bimanual ini kita memeriksa tepi,
konsistensi dan permukaan lien yang membesar. Normal
limpa tidak teraba. Hati-hati terjadi rupture lien
d. Palpasi Ginjal
- Dengan teknik bimanual : tangan kiri mengangkat ginjal
ke anterior pada area lumbal posterior, tangan kanan
diletakan pada bawah arcus costae, kemudian lakukan
palpasi dan deskripsikan adakah nyeri tekan, bentuk dan
ukuran. Normal ginjal tidak teraba. Palpasi pada ginjal
ada 2 cara yaitu:
1) Palpasi dangkal
2) Palpasi Dalam
a) Digunakan untuk menentukan ukuran organ dan
juga massa tumor/jaringan.
b) Telapak tangan diletakkan di abdomen kemudian
tekan dengan lembut tetapi kuat.
c) Pasien diminta bernafas dalam melalui mulut dan
lengan pasien berada disamping tubuh.
d) Pemeriksa menggunakan jari telunjuk, jari tengah
dan jari manis yang saling menyatu, secara
perlahan dan bertahap palpasi organ atau massa
abdomen seluruh lapang abdomen (atas, bawah,
kanan, kiri) .
e) Digunakan untuk memeriksa massa pada abdomen
yang letaknya dalam atau lesi pada organ
gastrointestinal .
2. Palpasi
Palpasi pada setiap ekstremitas dan rasakan :
a) Kekuatan / kualitas nadi perifer
b) Adanya nyeri tekan atau tidak
c) Adanya krepitasi atau tidak
d) Konsistensi otot (lembek / keras)
Pemeriksaan verterbra:
1. Vertebra cervicalis:
Prinsip pemeriksaan:
- Pasien duduk
- Pemeriksa berdiri didepan, disamping dan di belakang pasien
- Area yang dipaparka meliputi regio leher, dada, anggota gerak
atas dan anggota gerak bawah (mengenakan pakaian dalam)
a) Inspeksi
Anterior:
- Leher dan kepala: adakah tortikolis, apakah miring ke satu
arah (karena prolaps diskus servikalis atau spasme otot),
adakah simetrisan wajah (biasanya karena neglected
tortikolis)
- Pembengkakan di bagian anterior leher pada thoracic
outlet karena tumor
- Perubahan kulit: adakah inflamasi, sikatriks, sinus
Lateral:
- Lordosis
- Pembengkakan
- Perubahan kulit: adakah inflamasi, sikatriks, sinus c
- Promlinent procesus spinalis
b) Palpasi
- Untuk identifikasi level colluma vertabralis, palpaso
processus spinal T1
- Meraba suhu kulit (hangat/dingin)
- Adanya nyeri tekan: anterior, posterior
- Adanya spase otot (penderita diminta menengok ke kiri-
kanan, pemeriksa dibelakang pasien)
3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Mengidentifikasi masalah keperawatan/diagnosa keperawatan Berdasarkan
SDKI yang terkait dengan prosedur pemeriksaan fisik
4 PERENCANAAN
Menentukan tujuan dan menyusun rencana tindakan keperawatan SLKI dan
SIKI
5 EVALUASI
Lakukan pemeriksaan tindak lanjut yang rinci pada sistem lain
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang menyimpang dari yang diharapkan
atau normal bagi klen.
Hubungkan hasil pemeriksaan dengan data pengkajian sebelumnya jika
tersedia
Kaji kenyamanan dan respon klien terhadap tindakan
6 DOKUMENTASI
Mendokumentasikan melalui lembar dokumentasi yang tersedia hasil
pemeriksaan yang dilakukan
7 SIKAP
Melakukan tindakan dengan sistematis
Komunikatif dengan klien dan Percaya diri
8 KOMUNIKASI
Komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan
9 PENILAIAN : PARAF
SOP PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN
No Prosedur Nilai
Ya Tidak
1 PERSIAPAN ALAT
- Stetoskop
- Handscoon
- Masker Medis
PERSIAPAN KLIEN
Informed consent
Menjaga privasi
Komunikasi terapeutik
a. Inspeksi :
Posisi pasien supine , periksa abdomen, catat ukuran ,
kesimetrisan dan adanya kembung
Perhatikan tanda radang hebat, trauma (luka lecet/gores),
benjolan di regio costo-vertebralis (RCV)/lateral abdomen
yang ikut pergerakan napas
b. Palpasi :
Posisi pasien supinasi
Periksa adanya nyeri saat palpasi dan konsistensi ginjal
Ginjal Kanan
Posisikan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang
iga dan lengkung iliaka, tangan kanan dibagian atas.
Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan
sementara tangan kiri mendorong keatas. Pada puncak
inspirasi tekan tangan kanan dalam-dalam dibawah arcus
aorta untuk menangkap ginjal diantara kedua tangan
(tentukan ukuran, nyeri tekan).
Ginjal Kiri
Lakukan disisi seberang tubuh pasien dan letakkan tangan
kiri pemeriksa dibawah panggul kemudian lakukan
Tindakan seperti pada palpasi ginjal kanan (normalnya
jarang teraba).
c. Perkusi :
Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa
Letakkan tangan kiri diatas CVA dan lakukan perkusi
diatas tangan kiri dengan menggunakan kepalan tangan.
Ulangi prosedur untuk ginjal sebelah kanan.
Pada kasus trauma ginjal : tentukan perluasan dan
progresivitas daerah pekak (dullness) dinding lateral
abdomen
Pada kasus perdarahan retroperitoneal : pekak pada
perkusi tidak berubah dengan perubahan posisi.
Jika tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan
indikasi glomerulonephritis atau glomerulonefrosis
d. Auskultasi :
gunakan diagfragma/bel stetoskop untuk mengauskultasi
bagian atas sudut kostovertebral dan kuadran atas abdomen.
Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan
arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke
ginjal (stenosis arteri ginjal).
b. Palpasi :
Nyeri tekan supra pubis → sistitis
Tumor buli-buli, uterus, ovarium yg besar dan seminoma
teraba di supra pubis
c. Perkusi :
Buli-buli kosong → tidak dapat diidentifikasi dgn perkusi
Perkusi area diatas kandung keih, dimulai 5cm diatas
simfisi, kemudian perkusi kearah dasar kandung kemih
Bila kandung kemih penuh maka akan terdengan bunyi
dullness/redup
PEMERIKSAAN GENITALIA EKSTERNA LAKI-LAKI
A. PENIS
a. Inspeksi :
Perhatikan dari ujung penis sampai pangkal
Inspeksi kulit dan rambut disekitar genetalia, lihat warna,
bercak kemerahan maupun lainnya.
Apakah sudah disirkumsisi atau belum.
Apakah adanya lesi, bentuk penis (phimosis)
Meatus uretra : Letak muara eksternal (normalnya terletak
gland penis), apakah adanya cairan abnormal yang keluar
dari muara (discharge)
b. Palpasi
7) Gunakan jempol dan tiga jari pertama, palpasi tiap testis
dan perhatikan ukuran, konsistensi, bentuk dan
kelicinannya, normal teraba lunak, elastic,licin tidak ada
benjolan atau massa, berukuran 2-4 cm.
8) Raba jumlah testis, monorchidism/anorchidism,
kriptokismus uni/ bilateral
9) Testis teraba keras sekali,tidak nyeri tekan → seminoma
10) Hydrocele → testis tidak teraba, fluktuasi, tes
transluminasi (+)
11) Hernia skrotalis → teraba usus/massa dari skrotum
sampai kanalis inguinalis
12) Varicocele → seperti meraba cacing dalam kantung (bag
of worm)
13) Torsio testis → teraba horisontal dan nyeri, diangkat ke
atas lewat sympisis os pubis nyeri tetap/bertambah
(Prehn's sign)
Vas deferens teraba seperti benang besar dan keras
dalam skrotum. Tidak teraba → agenesis vas deferens;
TBC → teraba seperti tasbih
3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Mengidentifikasi masalah keperawatan/diagnosa keperawatan
Berdasarkan SDKI yang terkait dengan prosedur pemeriksaan fisik
4 PERENCANAAN
Menentukan tujuan dan menyusun rencana tindakan keperawatan
SLKI dan SIKI
5 EVALUASI
Lakukan pemeriksaan tindak lanjut yang rinci pada sistem lain
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang menyimpang dari yang
diharapkan atau normal bagi klen.
Hubungkan hasil pemeriksaan dengan data pengkajian
sebelumnya jika tersedia
Kaji kenyamanan dan respon klien terhadap tindakan
6 DOKUMENTASI
Mendokumentasikan melalui lembar dokumentasi yang tersedia
hasil pemeriksaan yang dilakukan
7 SIKAP
Melakukan tindakan dengan sistematis
Komunikatif dengan klien dan Percaya diri
8 KOMUNIKASI
Komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan
9 PENILAIAN : PARAF
SOP PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERSARAFAN
No Prosedur Nilai
Ya Tidak
1 PERSIAPAN ALAT
- Refleks hammer
- Garputala
- Kapas dan lidi
- Penlight atau senter kecil
- Opthalmoskop
- Jarum steril
- Spatel tongue
- 2 tabung berisi air hangat dan air dingin
- Objek yang dapat disentuh seperti peniti atau uang receh
- Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, vanilla, parfum
aroma jeruk.
- Sarung tangan
- Masker
- Scot
PERSIAPAN KLIEN
Informed consent
Menjaga privasi
Komunikasi terapeutik
Verbal
Orientasi baik, berorientasi baik terhadap tempat, waktu dan orang =
5
Gelisah (confused), jawaban yang kacau terhadap pertanyaan = 4
Kata tak jelas (inappropriate), seperti berteriak dan
tidak menanggapi pembicaraan orang lain = 3
Suara yang tidak jelas artinya (unintelligible‐sounds),
selalu ada suara rintihan dan erangan = 2
Tak ada suara = 1
CATATAN :
Nilai maksimum E4M6V5 = 15, nilai minimum E1MV1 = 3
Hati- hati bila ada disfasia (untuk menilai verbal)
dan kelumpuhan motorik (untuk menilai
motorik)
Penilaian GCS untuk anak-anak berumur < 5
tahun berbeda nilainya dari dewasa, terutama
untuk penilaian verbal dan motorik, mengingat
fungsi otak belum maksimum.
PEMERIKSAAN FUNDUSKOPI
Pemeriksa memegang oftalmaskop dengan tangan kanan.
Tangan kiri pemeriksa memfiksasi dahi pasien.
Pemeriksa menyandarkan dahinya pd darsum
manus tangan kiri yang memegang dahi pasien.
Mata kanan pasien diperiksa dengan mata kanan
pemeriksa,begitu sebaliknya.
Pemeriksa menilai retina & papil nervi optisi.
Dengan kapas dan jarum dapat diperiksa rasa nyeri dan suhu,
kemudian lakukan pemeriksaan pada dahi, pipi dan rahang bawah.
Normal : gangguan sensibilitas (-)
Reflek Trigeminal
PEMERIKSAAN N. VESTIBULARIS
PEMERIKSAAN DENGAN TEST KALORI: Bila telinga kiri
didinginkan ( diberi air dingin ) timbul nystagmus kekanan. Bila
telinga kiri dipanaskan ( diberi air panas ) timbul nystagmus kekiri.
Nystagmus ini disebut sesuai dengan fasenya yaitu : fase cepat dan
fase pelan, misalnya nystagmus kekiri berarti fase cepat kekiri. Bila
ada gangguan keseimbangan maka perubahan temperatur dingin dan
panas memberikan reaksi.
Gerakan volunter:
– Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu.
– Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti.
– Mengepal dan membuka jari-jari tangan.
– Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul.
– Fleksi dan ekstensi artikulus genu.
– Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki.
– Gerakan jari- jari kaki.
3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Mengidentifikasi masalah keperawatan/diagnosa keperawatan
Berdasarkan SDKI yang terkait dengan prosedur pemeriksaan fisik
4 PERENCANAAN
Menentukan tujuan dan menyusun rencana tindakan keperawatan
SLKI dan SIKI
5 EVALUASI
Lakukan pemeriksaan tindak lanjut yang rinci pada sistem lain
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang menyimpang dari yang
diharapkan atau normal bagi klen.
Hubungkan hasil pemeriksaan dengan data pengkajian
sebelumnya jika tersedia
Kaji kenyamanan dan respon klien terhadap tindakan
6 DOKUMENTASI
Mendokumentasikan melalui lembar dokumentasi yang tersedia
hasil pemeriksaan yang dilakukan
7 SIKAP
Melakukan tindakan dengan sistematis
Komunikatif dengan klien dan Percaya diri
8 KOMUNIKASI
Komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan
9 PENILAIAN : PARAF
SOP PEMERIKSAAN FISIK SISTEM KARDIOVASKULER
No Prosedur Nilai
Ya Tidak
1 PERSIAPAN ALAT
- Stetoskop
- Handscoon
- Masker Medis
PERSIAPAN KLIEN
Informed consent
Menjaga privasi
Komunikasi terapeutik
Pulsasi vena dapat terlihat terutama pada vena jugularis eksterna dan
interna. Karena tekanannya yang rendah, pulsasi ini tak teraba
namun dapat terlihat pada bagian atas dari kolom darah yang
mengisinya. Seperti juga pulsus atrium, terdapat tiga komponen dari
pulsus vena yaitu gelombang a disebabkan karena aktivitas atrium,
gelombang c karena menutupnya katup trikuspid, serta gelombang v
yang merupakandesakan katup waktu akhir sistol ventrikel.
PEMERIKSAAN JANTUNG
Inspeksi
- Sianosis
- Clubbing finger
- Edema perifer bilateral / unilateral
- Asimetris bentuk dada
Palpasi
Denyut nadi : Denyut jantung <60 atau >100, teratur/tidak,
TD : 120–139 atau 80–89mmHg, <140/90mmhg, <130/80mmhg,
<120/80mmhg
Palpasi-Dada & Perut: Denyut yang paling teraba secara inferolateral
dengan pasien terlentang dan pada posisi lateral kiri adalah denyut apeks
atau impuls. Biasanya di atau medial ke garis midclavicular kiri di ruang
interkostal keempat atau kelima.
Palpasi Iktus Kordis (posisi left lateral decubitus):
Perkusi
Perkusi batas kiri redam jantung (LBCD - left border of cardiac
dullness) dilakukan dari lateral ke medial dimulai dari sela iga 5,4
dan 3. LBCD terdapat kurang lebih 1-2 cm disebelah medial linea
midklavikularis kiri dan bergeser 1 cm ke medial pada sela iga 4 dan
3. Batas kanan redam jantung (RBCD - right border of cardiac
dullness) dilakukan dengan perkusi bagian lateral kanan dari
sternum. Pada keadaan normal RBCD akan berada di medial batas
dalam sternum. Kepekakan RBCD diluar batas kanan sternum
mencerminkan adanya bagian jantung yang membesar atau bergeser
kekanan.
Auskultasi
1) BJ1: disebabkan karena getaran menutupnya katup
atrioventrikuler terutama katup mitral, getaran karena kontraksi
otot miokard serta aliran cepat saat katup semiluner mulai
terbuka. Pada keadaan normal terdengar tunggal.
2) BJ2: disebabkan karena getaran menutupnya katup semilunaris
aorta maupun pulmonalis. Pada keadaan normal terdengar
pemisahan (splitting) dari kedua komponen yang bervariasi
dengan pernafasan pada anak-anak atau orang muda.
3) BJ3: disebabkan karena getaran cepat dari aliran darah saat
pengisian cepat (rapid filling phase) dari ventrikel. Hanya
terdengar pada anak-anak atau orang dewasa muda (fisiologis)
atau keadaan dimana komplians otot ventrikel menurun
(hipertrofi/ dilatasi).
4) BJ4: disebabkan kontraksi atrium yang mengalirkan darah ke
ventrikel yang kompliansnya menurun. Jika atrium tak
berkontraksi dengan efisien misalnya fibrilasi atrium maka bunyi
jantung 4 tak terdengar.
Teknik Auskultasipada Posisi Left Lateral Teknik Auskultasi dengan Posisi Duduk
Decubitus dengan Sedikit Membungkuk ke
Depan
3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Mengidentifikasi masalah keperawatan/diagnosa keperawatan
Berdasarkan SDKI yang terkait dengan prosedur pemeriksaan fisik
4 PERENCANAAN
Menentukan tujuan dan menyusun rencana tindakan keperawatan
SLKI dan SIKI
5 EVALUASI
Lakukan pemeriksaan tindak lanjut yang rinci pada sistem lain
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang menyimpang dari yang
diharapkan atau normal bagi klen.
Hubungkan hasil pemeriksaan dengan data pengkajian
sebelumnya jika tersedia
Kaji kenyamanan dan respon klien terhadap tindakan
6 DOKUMENTASI
Mendokumentasikan melalui lembar dokumentasi yang tersedia
hasil pemeriksaan yang dilakukan
7 SIKAP
Melakukan tindakan dengan sistematis
Komunikatif dengan klien dan Percaya diri
8 KOMUNIKASI
Komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan
9 PENILAIAN : PARAF
SOP PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERNAPASAN
No Prosedur Nilai
Ya Tidak
1 PERSIAPAN ALAT
- Stetoskop
- Penlight
- Handscoon
- Masker Medis
PERSIAPAN KLIEN
Informed consent
Menjaga privasi
Komunikasi terapeutik
2. Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Mengidentifikasi masalah keperawatan/diagnosa keperawatan
Berdasarkan SDKI yang terkait dengan prosedur pemeriksaan fisik
4 PERENCANAAN
Menentukan tujuan dan menyusun rencana tindakan keperawatan
SLKI dan SIKI
5 EVALUASI
Lakukan pemeriksaan tindak lanjut yang rinci pada sistem lain
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang menyimpang dari yang
diharapkan atau normal bagi klen.
Hubungkan hasil pemeriksaan dengan data pengkajian
sebelumnya jika tersedia
Kaji kenyamanan dan respon klien terhadap tindakan
6 DOKUMENTASI
Mendokumentasikan melalui lembar dokumentasi yang tersedia
hasil pemeriksaan yang dilakukan
7 SIKAP
Melakukan tindakan dengan sistematis
Komunikatif dengan klien dan Percaya diri
8 KOMUNIKASI
Komunikasi sebelum, selama dan sesudah tindakan
9 PENILAIAN : PARAF