OLEH
NI WAYAN EVY AYUDIA PRATIWI
209012441
1.1.2 Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab rheumatoid arthritis, yaitu (Nurarif & Kusuma,
2015):
1. Infeksi
Banyaknya penelitian mengaitkan adanya infeksi Epstein Barr virus (EBV)
karena virus tersebut sering ditemukan dalam jaringan synovial pada pasien
RA. Selain itu juga adanya parvovirus B19, Mycoplasma pneumoniae,
Proteus, Bartonella, dan Chlamydia juga memingkatkan risiko RA.
2. Faktor genetic serta faktor pemicu lingkungan
Faktor genetic berperan 50% hingga 60% dalam perkembangan RA. Gen
yang berkaitan kuat adalah HLA-DRB1.
3. Usia
Rhematoid arthritis (RA) biasanya timbul antara usia 40-60 tahun, namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (Rheumatoid
Arthritis Juvenil). Dari semua faktor risiko untuk timbulnya RA, Faktor
lanjut usia (lansia) adalah yang terkuat. Prevalensi beratnya RA semakin
meningkat dengan bertambahnya usia.
1.1.3 Epidemiologi
World Health Organization (WHO) tahun 2016 memperkirakan bahwa 335
juta penduduk seluruh dunia mengalami RA. Prevalensi dan insiden penyakit ini
bervariasi antara populasi satu dengan lainnya, di Amerika Serikat dan beberapa
daerah di Eropa prevalensi RA sekitar 1% pada kaukasia dewasa, Perancis sekitar
0,3%, Inggris dan Finlandia sekitar 0,8% dan Amerika Serikat 1,1% sedangkan di
Cina sekitar 0,28%. Jepang sekitar 1,7% dan India 0,75%. Insiden di Amerika dan
Eropa Utara mencapai 20-50/100000 dan Eropa Selatan hanya 9-24/100000.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Nasional tahun 2018 proporsi tingkat
ketergantungan lansia usia 60 tahun ke atas dengan penyakit RA di Indonesia
sebanyak 67,4% lansia mandiri, 28,4% lansia ketergantungan ringan, 1,5% lansia
ketergantungan sedang, 1,1% lansia ketergantungan berat dan 1,5% lansia
ketergantungan total (Daryanti, 2020)
1.1.4 Patofisiologi
Pada Rhematoid arthritis (RA) reaksi autoimun terutama terjadi pada
jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, poliferasi
membran sinovial, dan akhirnya membentuk pannus. Pannus merupakan jaringan
ikat yang terbentuk di dalam membrane sinovial sendi. Panus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya
menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Serabut
otot akan mengalami perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas otot
dan kekuatan kontraksi otot. Pada RA kronis terjadi kerusakan menyeluruh dari
tulang rawan, ligament, tendon dan tulang. Kerusakan ini akibat dua efek yaitu
kehancuran oleh cairan sendi yang mengandung zat penghancur dan akibat
jaringan granulasi serta dipercepat karena adanya Pannus (Putra, 2013).
Pathway
Infeksi (Epstein Barr virus (EBV)), Faktor genetic serta
faktor pemicu lingkungan, Usia
Mengekspresikan
Nodul Infiltrasi dalam os. Defisit pengetahuan kekhawatiran
subcondria
2) Pengkajian kognitif
- Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental
Status Questioner (SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan
berdasarkan 10 pertanyaan
Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Berapa nomor telepon Anda?
Dimana alamat Anda?
(tanyakan bila tidak memiliki
telepon)
5 Berapa umur Anda?
6 Kapan Anda lahir?
7 Siapa Presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa Presiden sebelumnya?
9 Siapa nama Ibu Anda?
10 Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu
seterusnya sampai bilangan terkecil)
Keterangan
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Tgl
Jam
No Item Penilaian
I 1 2 3 4
Skor
A
1 Usia
a. Kurang dari 60 0
b. Lebih dari 60 1
c. Lebih dari 80 2
2 Defisit Sensoris
a. Kacamata bukan bifokal 0
b. Kacamata bifokal 1
c. Gangguan pendengaran 1
d. Kacamata multifokal 2
e. Katarak/ glaukoma 2
f. Hamper tidak melihat/ buta 3
3 Aktivitas
a. Mandiri 0
b. ADL dibantu sebagian 2
c. ADL dibantu penuh 3
4 Riwayat Jatuh
a. Tidak pernah 0
b. Jatuh< 1 tahun 1
c. Jatuh < 1bulan 2
d. Jatuh pada saat dirawat 3
sekarang
5 Kognisi
a. Orientasi baik 0
b. Kesulitan mengerti perintah 2
c. Gangguan memori 2
d. Kebingungan 3
e. Disorientasi 3
6 Pengobatan dan Penggunaan
Alat Kesehatan
a. >4 jenis pengobatan 1
b. Antihipertensi/ hipoglikemik/ 2
antidepresan 2
c. Sedative/ 2
psikotropika/narkotika
d. Infuse/ epidural/ spinal/
dower catheter/ traksi
7 Mobilitas
a. Mandiri 0
b. Menggunakan alat bantu 1
berpindah 2
c. Kordinasi/ keseimbangan 3
memburuk 4
d. Dibantu sebagian 4
e. Dibantu penuh/bedrest/nirse
assist
f. Lingkungan dengan banyak
furniture
8 Pola BAB/BAK
a. Teratur 0
b. Inkotinensia urine/feses 1
c. Nokturia 2
d. Urgensi/frekuensi 3
9 Komorbiditas
a. Diabetes/ penyakit jantung/ 2
stroke/ ISK 2
b. Gangguan saraf pusat/ 3
Parkinson
c. Pasca bedah 0-24 jam
Total skor
Keterangan
Risiko Rendah 0-7
Risiko Tinggi 8-13
Risiko Sangat Tinggi ≥ 14
Nama/ paraf
8) APGAR keluarga
KADANG - TIDAK
ITEMS
NO SELALU (2) KADANG PERNAH
PENILAIAN
(1) (0)
1 A: Adaptasi
Saya puas bisa
kembali pada
keluarga (teman-
teman) saya untuk
membantu apabila
saya mengalami
kesulitan (adaptasi)
2 P: Partnership
Saya puas dengan
cara keluarga
(teman-teman) saya
membicarakan
sesuatu dan
mengungapkan
masalah dengan
saya (hubungan)
3 G: Growth
Saya puas bahwa
keluarga(teman-
teman) saya
menerima dan
mendukung
keinginan saya
untuk melakukan
aktivitas
(pertumbuhan)
4 A: Afek
Saya puas dengan
cara keluarga
(teman-teman)
saya
mengekspresikan
afek dan berespons
terhadap emosi
saya, seperti
marah, sedih atau
mencintai
5 R: Resolve
Saya puas dengan
cara teman atau
keluarga saya dan
saya menyediakan
waktu bersama-
sama
mengekspresikan
afek dan berespon
JUMLAH
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019 . Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS RHEUMATOID ARTHRITIS DI
DESA PESAGI
TANGGAL 1 – 3 MARET 2021
OLEH
NI WAYAN EVY AYUDIA PRATIWI
209012441
I. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS/DATA BIOGRAFIS KLIEN
1. Nama : Lansia. S
2. No. Rekam Medis :-
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tempat Tanggal Lahir : Rejasa, 27 Juni 1953
5. Umur : 67 tahun
6. Agama : Hindu
7. Status Perkawinan : Menikah
8. Pekerjaan : Tidak Bekerja
9. Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah
10. Alamat Rumah : Desa. Pesagi, Br. Dinas
Mundukjuwet, Tabanan
11. Orang yang dekat dihubungi : Tn. A
12. Hubungan dengan klien : Anak Kandung
13. Tanggal masuk ke RS :-
B. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh nyeri pada kaki kanan, Semua sendi kaki terasa kaku, nyeri
dirasa saat beraktifitas terutama saat berjalan dan naik tangga, rasa nyeri
seperti ditusuk-tusuk dan ditarik dengan skala nyeri 4 (sedang) dan biasanya
muncul paling sering pagi hari.
C. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
Klien mengatakan penyakitnya memang sering kambuh, kurang lebih sudah
seminggu kambuh, jadi sendinya terasa kaku dan sulit untuk berjalan,
biasanya saat nyerinya kambuh klien hanya duduk diam, apabila sudah tidak
kuat klien memeriksakan diri ke dokter. Klien tidak rutin berkunjung ke
fasilitas kesehatan, hanya bila sakit saja memeriksakan diri ke dokter.
E. GENOGRAM
Lansia S 67 tahun
Ket : : Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah
G. RIWAYAT PEKERJAAN
- Status pekerjaan saat ini : Petani
- Pekerjaan sebelumnya :-
- Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan thd kebutuhan : Hasil panen
I. RIWAYAT REKREASI
Klien jarang bepergian jauh, namun jika ada acara keluarga klien akan
datang berkunjung..
J. SISTEM PENDUKUNG
Klien mengatakan apabila sakit biasanya klien sering berobat di Puskemas
atau memeriksakan diri ke dokter.
K. SPIRITUAL/KULTURAL
- Pelaksanaan ibadah
Klien mengatakan setiap pagi selalu mebanten saiban (ngejot) dan
mebanten canang pada sore harinya.
- Keyakinan tentang kesehatan
Klien mengatakan sehat saat merasa segar dan tidak merasa sakit atau
lemas.
L. PEMERIKSAAN FISIK
Tinjauan Sistem
1. Keadaan umum
Klien tampak meringis
2. Tingkat kesadaran
(Composmetis)
Glasgow Coma Scale (GCS): : E4, M5, V6
3. Tanda-Tanda Vital
- Suhu : 36,3 0C
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 88x/menit
- Respirasi : 20x/menit
4. Tinggi badan : 150 cm
5. Berat badan : 45 kg
6. IMT (Indeks Massa Tubuh)
BB (kg) : TB (m2)
45: 1,50 = 30
7. Sistem Kardiovaskuler
- Inspeksi
Apex cordis tidak tampak.
- Palpasi
Kardiomegali (-), apex cordis tidak teraba, tidak terdapat nyeri
tekan pada dada, CRT < 2 detik.
- Perkusi
Suara perkusi jantung dullness.
- Auskultasi
Terdengar bunyi jantung I dan II (+), gallop (-), murmur (-), irama
regular.
8. Sistem Pernafasan
- Inspeksi
Tidak ada pernapasan cuping hidung, pergerakan dinding dada
simetris, Tidak ada otot bantu pernafasan
- Palpasi
tidak terdapat nyeri tekan pada dada, fremitus taktil (+), RR: 20
kali/menit, irama napas regular, gerakan dada simetris kanan-kiri.
- Perkusi
Suara perkusi paru sonor
- Auskultasi
Suara nafas vesikuler.
9. Sistem Integument
- Inspeksi
Tidak adanya lesi, tidak ada sianosis, tidak ada pembengkakan,
tidak ada nodul rheumatoid.
- Palpasi
Turgor kulit elastis, tidak ada nyeri tekan
10. Sistem Perkemihan
- Inspeksi
Tidak ditemukan perubahan pola kemih dan distensi kandung
kemih. Urine berwarna kuning jernih. Tidak ada Keluhan sakit
pinggang dan nyeri
11. Sistem Musculoskeletal
- Ekstremitas atas: Klien mengatakan kedua tangannya tidak ada
masalah seperti kaki, masih bisa melakukan aktivitas seperti
biasanya hanya terkadang pegal sedikit.
- Ekstremitas bawah: Klien mengeluh sulit menggerakkan kaki
kanan, merasa nyeri saat berjalan dan naik tangga, klien
bergerak/berjalan lambat, Sendi kaku gerakan terbatas
Kekuatan otot menurun
5555 5555
4444 5555
12. Sistem Gastrointestinal
- Inspeksi
tidak ada lesi. Tidak ditemukan stomatitis pada mulut pasien tidak
ada distensi abdomen
- Auskultasi
Bising usus 5 kali/menit.
- Perkusi
Normal (timpani)
- Palpasi
Lunak pada seluruh abdomen, tidak terdapat nyeri tekan.
Kesimpulan: tidak terdapat pembesaran hati dan pembesaran
spleen.
M. PENGKAJIAN FUNGSIONAL
1. MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS
Termasuk yang manakah klien?
Item yang
NO Skor Nilai
dinilai
1 Makan 0 = Tidak mampu
(Feeding) 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles
2
mentega, dll
2 = Mandiri
2 Mandi 0 = Tergantung dengan orang lain
1
(Bathing) 1 = Mandiri
3 Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka, 1
rambut, gigi, dan bercukur
4 Berpakaian 0 = Tergantung dengan orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (missal mengancing
2
baju)
2 = Mandiri
5 Buang air 0= Inkontinensia atau pakai kateter dan
kecil tidak terkontrol
(Bladder) 1 = Kadang inkotinensia (maks, 1x 24
2
jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7
hari)
6 Buang air 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu
besar (Bowel) enema)
2
1 = Kadang inkotinensia (sekali seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang lain
toilet 1= Membutuhkan bantuan, tapi dapat
2
melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang) 3
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = Imobilitas (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantan satu orang 3
3= Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti tongkat)
10 Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu) 1
2 = Mandiri
19
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
Kesimpulan: Klien berada pada skor 19 yaitu ketergantungan ringan
N. PENGKAJIAN KOGNITIF
1. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status
Questioner (SPMSQ)
Keterangan
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat
Keterangan
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya
kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut
P. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan masih biasa bersosialisasi dengan lingkungan di sekitar
Q. PENGKAJIAN SPIRITUAL
Klien beragama hindu, klien sembahyang setiap sore hari. Menurut klien
Kematian sudah di atur oleh yang di atas kita hanya bisa berpasrah.
R. PENGKAJIAN DEPRESI
Menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS)
NO ITEM PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah Bapak/ Ibu sekarang ini merasa Ya
puas dengan kehidupannya?
2 Apakah Bapak/ Ibu telah meninggalkan Tidak
banyak kegiatan atau kesenangan akhir-
akhir ini?
3 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa hampa/ Tidak
kosong di dalam hidup ini?
4 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa bosan? Tidak
5 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai Ya
harapan yang baik di masa depan?
6 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai Tidak
pikiran jelek yang mengganggu terus
menerus?
7 Apakah Bapak/ Ibu memiliki semangat Ya
yang baik setiap saat?
8 Apakah Bapak/ Ibu takut bahwa sesuatu Tidak
yang buruk akan terjadi pada Anda?
9 Apakah Bapak/ Ibu merasa bahagia Ya
sebagian besar waktu?
10 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa tidak Tidak
mampu berbuat apa- apa?
11 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa resah Tidak
dan gelisah?
12 Apakah Bapak/ Ibu lebih senang tinggal Tidak
dirumah daripada keluar dan mengerjakan
sesuatu?
13 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir Tidak
tentang masa depan?
14 Apakah Bapak/ Ibu akhir – akhir ini Ya
sering pelupa? (1)
15 Apakah Bapak/ Ibu pikir bahwa hidup Ya
Bapak/ Ibu sekarang ini menyenangkan?
16 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa sedih Tidak
dan putus asa?
17 Apakah Bapak/ Ibu merasa tidak berharga Tidak
akhir-akhir ini?
18 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa Tidak
khawatir tentang masa lalu?
19 Apakah Bapak/ Ibu merasa hidup ini Ya
mengembirakan?
20 Apakah sulit bagi Bapak/ Ibu untuk Tidak
memulai kegiatan yang baru?
21 Apakah Bapak/ Ibu merasa penuh Ya
semangat?
22 Apakah Bapak/ Ibu merasa situasi Tidak
sekarang ini tidak ada harapan?
23 Apakah Bapak/ Ibu berpikir bahwa orang Tidak
lain lebih baik keadaanya daripada Bapak/
Ibu?
24 Apakah Bapak/ Ibu sering marah karena Tidak
hal- hal yang sepele?
25 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa ingin Tidak (1)
menangis?
26 Apakah Bapak/ Ibu sulit berkonsentrasi? Tidak
27 Apakah Bapak/ Ibu merasa senang waktu Ya
bangun tidur di pagi hari?
28 Apakah Bapak/ Ibu tidak suka berkumpul Tidak
di pertemuan sosial?
29 Apakah mudah bagi Bapak/ Ibu membuat Ya
suatu keputusan?
30 Apakah pikiran Bapak/ Ibu masih tetap Tidak
mudah dalam memikirkan sesuatu seperti
dulu?
T. APGAR keluarga
KADANG -
SELALU TIDAK
NO ITEMS PENILAIAN KADANG
(2) PERNAH (0)
(1)
1 A: Adaptasi
Saya puas bisa kembali
pada keluarga (teman-
teman) saya untuk 2
membantu apabila saya
mengalami kesulitan
(adaptasi)
2 P: Partnership
Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
saya membicarakan 1
sesuatu dan
mengungapkan masalah
dengan saya (hubungan)
3 G: Growth
Saya puas bahwa
keluarga(teman-teman)
saya menerima dan 2
mendukung keinginan
saya untuk melakukan
aktivitas (pertumbuhan)
4 A: Afek
Saya puas dengan cara
keluarga (teman-teman)
saya mengekspresikan
2
afek dan berespons
terhadap emosi saya,
seperti marah, sedih atau
mencintai
5 R: Resolve
Saya puas dengan cara
teman atau keluarga saya
dan saya menyediakan 2
waktu bersama-sama
mengekspresikan afek
dan berespon
JUMLAH 9
Penilaian:
Total nilai <3 : disfungsi keluarga yang sangat tinggi
Total nilai 4-6 : disfungsi keluarga sedang
Total nilai 7-10: tidak ada disfungsi keluarga
Masalah Kolaboratif /
Data Etiologi
Keperawatan
DS: Infeksi (Epstein Barr Nyeri kronis
Klien mengeluh nyeri virus (EBV)), Faktor
genetic serta faktor
P: Klien mengatakan sudah
pemicu lingkungan,
sekitar 4 tahun menderita Usia
rematik. Semua sendi kaki ↓
Rheumatoid Arthritis
terasa kaku. ↓
Q: Rasa nyeri seperti Pannus
↓
ditusuk-tusuk dan ditarik
Infiltrasi dalam os.
R: Merasa nyeri pada kedua Subcondria
kaki ↓
Kartilago nekrosis
S: Skala nyeri 4 (sedang) (1-
↓
10) Erosi kartilago
T:Nyeri dirasa saat ↓
Adhesi pada
beraktifitas terutama saat
permukaan sendi
berjalan dan naik tangga dan ↓
biasanya muncul paling Ankilosis fibrosis
sering pagi hari. ↓
Kekakuan sendi
↓
DO: Kondisi
Klien tampak meringis musculoskeletal kronis
4444 5555
DS: Klien mengatakan sulit Infeksi (Epstein Barr Resiko Jatuh
menggerakkan kaki kanan virus (EBV)), Faktor
genetic serta faktor
dan kiri, merasa nyeri saat
pemicu lingkungan,
berjalan dan naik tangga. Usia
↓
Rheumatoid Arthritis
DO: Klien berusia 68 tahun,
↓
sulit menggerakkan kedua Pannus
kakinya, gerakan terbatas, ↓
Infiltrasi dalam os.
Kekuatan otot menurun,
Subcondria
hasil pengukuran resiko ↓
jatuh dengan TUG: resiko Kerusakan kartilago dan
tulang
jatuh rendah
↓
Tendon dan ligament
melemah
↓
Hilangnya kekuatan otot
5555 5555
4444 5555
1 3 Maret 2021 1 S: Klien mengatakan merasa lebih enak saat dikompres air hangat, kakinya
12.00 wita tidak begitu kaku seperti sebelumnya, nyerinya mulai menghilang sedikit S:
Skala nyeri 2 (ringan) (1-10) Evy
O: Pasien masih tampak sedikit meringis.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi dengan Berikan Health Education agar pasien rutin
mengompres kaki dengan air hangat saat sendi terasa mulai kaku dan nyeri
2 3 Maret 2021 2 S: Klien mengatakan sedikit sakit saat menggeser kaki untuk duduk/berpindah
12.00 wita ke kursi namun kaki sudah lebih mudah digerakkan
O: Klien masih tampak meringis saat menggeser atau berjalan, gerakan masih Evy
terbatas, klien masih berjalan lambat/perlahan, Kekuatan otot kaki tetap
5555 5555
4444 5555
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019 . Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pusat Pengurus Pusat PPNI