Anda di halaman 1dari 81

PENUGASAN INDIVIDU III

STUDI KASUS 2: ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA

MAHASISWA:

Nur Muslimah IP Yawu

1490119092

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXIII

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

TA 2019/2020
I. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan
Nama : Nur Muslimah IP Yawu
Osteoartritis (OA) NIM : 1490119092

Definisi
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering dan merupakan salah satu penyebab
nyeri, disabilitas, dan kerugian ekonomi dalam populasi (Donald,et al., 2010). Kata “osteoartritis”
sendiri berasal dari Yunani dimana “osteo” yang berarti tulang, “arthro” yang berarti sendi, dan
“itis” yang berarti inflamasi, walaupun sebenarnya inflamasi pada osteoartritis tidak begitu
mencolok seperti yang ada pada remathoid dan autoimun arthritis (Arya,et al., 2013)
Osteoarthritis merupakan suatu kelainan degerasi sendi yang terjadi pada cartilage (tulang rawan)
yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan pada sendi yang terkena. Faktor
yang dapat mempemgaruhi terjadinya osteoarthritis yaitu genetika, usia lanjut, jenis kelamin
permpuan, dan obesitas (Zhang et al, 2016).

Etiologi
Menurut (Michael, Schluter-brust, & Eysel, 2010) etiologi dari osteoarthritis dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu
1. Osteoarthritis primer
Osteoarthritis primer merupakan osteoarthritis ideopatik atau osteoarthritis yang belum
diketahui penyebabnya.
2. Osteoarthritis sekunder
Osteoarthritis sekunder penyebabnya yaitu pasca trauma, genetik, mal posisi, pasca
operasi, metabolik, gangguan endokrin, osteonekrosis aseptik.
Menurut (heidari, 2011) osteoarthritis memiliki etiologi multifaktoral, yang terjadi karena karena
interaksi antara faktor sistemik dan lokal. Usia, jenis kelamin perempuan, berat badan, dan
obesitas, cedera lutut, penggunaan sendi berulang, kepadatan tulang, kelemahan otot, dan
kelemahan sendi memainkan peran dalam pengembangan OA sendi.

Tanda dan Gejala


1. Riwayat Penyakit
a. Nyeri
 Nyeri pada awal gerakan
 Nyeri selama bergerak
 Nyeri yang menetap atau nyeri nocturnal
 Membutuhkan analgesic
b. Hilangnya fungsi
 Kekakuan (stiffness)
 Keterbatasan gerakan
 Penurunan aktivitas sehari- hari
 Kebutuhan akan alat bantu ortopedi

c. Gejala lain
 Krepitasi
 Peningkatan senstivitas terhadap dingin dan atau lembab
 Progresi bertahap (Joern, 2010)
Definisi gangguan kognitif ringan
Mild Cognitive Impairment (MCI) merupakan stadium gangguan kognitif yang melebihi perubahan
normal yang terkait dengan penambahan usia, akan tetapi aktivitas fungsional masih normal dan
belum memenuhi kriteria demensia. Istilah MCI secara luas dapat diartikan sebagai stadium/
tahapan intermediate penurunan kognitif, terutama yang mengenai gangguan fungsi memori,
yang diduga merupakan prediktif demensia, terutama demensia Alzheimer. Fenomena MCI
terutama dipergunakan sebagai “peringatan” bahwa penyandangnya mempunyai resiko tinggi
untuk mengidap demensia Alzheimer dan merupakan fase transisi antara gangguan memori
fisiologis dan patologis..

Etiologi
Tidak ada satu penyebab yang menyebabkan MCI. Relatif sedikit yang diketahui tentang penyebab
dari penurunan kognitif ringan ini, tetapi sejumlah kondisi neurologis dan medis mungkin
berkontribusi terhadap gejala ini. Dalam beberapa kasus yang diteliti di otopsi, patolog telah
mengamati perubahan struktur otak dan akumulasi peningkatan protein membentuk plak amiloid.
Prediktor perkembangan amnestik MCI ke demensia yaitu:
 Adanya gen apolipoprotein epsilon 4 (Gen ApoE4)
 Volume hipokampus kurang dari 25 % yang diketahui dengan MRI
 Pencitraan PET ( Positron Eemission Tomography) menunjukkan hipometabolisme
temporal dan parietal otak
 Uji cairan serebrospinal menunjukkan rendahnya beta amiloid 42 dan peningkatan protein
tau
 Plak otak amiloid yang terdeteksi pada pencitraan PET ( Positron Emission Tomography)
menggunakan Pittsburgh senyawa B
Factor resiko MCI adalah
 Meningkatnya usia
 Diabetes Melitus
 Merokok
 Depresi
 Hipertensi
 Peningkatan kadar kolesterol darah
 Kurangnya aktifitas fisik

Tanda dan gejala


Gejala berupa penurunan fungsi kognitif, diantaranya
 Sering lupa. Misalnya penderita lupa akan even-even penting yang akan dilakukannya,
penderita mulai lupa jalan yang sering dilalui di lingkungannya, lupa nomor telepon
keluarganya.
 Sering menanyakan pertanyaan yang sama, menceritakan hal yang sama, dan memberikan
informasi yang sama berulang-ulang
 Tidak mampu melakukan suatu pekerjaan dengan banyak petunjuk
 Kurang focus dalam pembicaraan
 Selain itu, penderita dapat juga akan mengalami depresi, cemas, dan apatis
Pathway
Factor metabolic, Reaksi Perdangan
infeksi
kecenderungan
virus

Nyeri Kurang Informasi tentang Sinovial Menebal


proses penyakit

Deformitas sendi Gangguan


Defisiensi Pengetahuan citra tubuh

Infiltrasi kedalam os
subcondria

Hambatan nutrisi
pada kartilago
artikularis

Kerusakan Kartilago Nekrosis


kartilago tulang

Tendon & ligament Erosi kartilago


melemah

Adhesi pd permukaan
Hilangnya kekuatan Mudah lukasi & subluksasi sendi
otot

Ankilosis fibrosa ankilosis


tulang
Resiko Cedera

Kekuatan Sendi
Hambatan
Terbatasnya gerakan sendi
mobilitas fisik

Deficit perawatan diri

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. Data Subjektif: Reaksi faktor Ig, antibodi, Nyeri
- faktor metabolic, infeksi
Data Objektif: dengan kecenderungan
- Nyeri pada persendian virus
lutut kirinya
- Lutut kiri kemerahan Reaksi Peradangan
- Lutut kiri bengkak
- Ekspresi wajah meringis Perubahan fungsi sendi

Hipertrofi

Distensi cairan

Spasme otot

Nyeri
2. Data Subjektif: Reaksi peradangan Hambatan
Data Objektif: Mobilitas Fisik
Sinovial menebal
- Klien lemah
- Lutut kiri tampak Deformitas sendi
kemerahan
- Lutut kiri sedikit Infiltrasi kedalam tulang
bengkak
- TD : 150/100 mmHg Kerusakan kartilago dan
- TB : 163 Cm tulang
- BB : 72 Kg
- MMSE : 20 Tendon dan ligamen
- 94x/menit melemah
- Time up and Go test
21 detik Mudah luksasi dan
- Barthel indeks 20 subluksasi

Kekakuan sendi

Hambatan mobilitas Fisik

No Data Etiologi Masalah


3. Data Subjektif: Resiko peradangan Defisit perwatan
Data Objektif: diri
- Klien adalah pasien Sinovial menebal
day care
- Klien lemah Deformitas sendi
- TD : 150/100 mmHg
- TB : 163 Cm Infiltrasi kedalam os
- BB : 72 Kg subcondria
- MMSE : 20
- 94x/menit Hambatan nutrisi
- Time up and Go test
21 detik Kartilago nekrosis
- Barthel indeks 20
Erosis kartilago

Adhesi pada permukaan


sendi

Ambilosis fibrosa, ankilosis


tulang

Terbatasnya gerakan sendi

Defisit perawatan diri

No Data Etiologi Masalah


4. Data Subjektif: Reaksi faktor Ig, antibodi, Resiko cedera
Data Objektif: faktor metabolic, infeksi jatuh
- Klien jatuh di rumah dengan kecenderungan
- Klien meringis virus
skala nyeri 4 (0-10)
- Klien sulit Reaksi peradangan
berkonsentrasi
- Klien sering
mengulangi Sinoviasi menebal
pertanyaan yang
sama Deformitas sendi
- Lutut kiri tampak
kemerahan Infiltrasi kedalam os
- Lutut kiri sedikit subcondria
bengkak
- TD : 150/100 mmHg Hambatan nutrisi
- TB : 163 Cm
- BB : 72 Kg Kerusakan kartilago
- MMSE : 20
- 94x/menit tendon dan ligamen
- Time up and Go test melemah
21 detik
- Barthel indeks 20 hilangnya kekuatan otot
- Kekuatan otot
5 5 Resiko Cedera
5 4

Ringkasan Diagnosa Keperawatan

Dx Keperawatan Nyeri akut


Definisi Pengalman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang timbul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial atau dijelaskan dengan istilah
kerusakan tersebut (International association study of pain)
; awitan tiba-tiba atau lambat dengan berbagai intensitas
dari ringan hingga berat dengan akhir yang diantisipasi
atau dapat diprediksi dan durasi kurang dari 6 bulan
Batasan karakteristik Subjektif
- Laporan verbal tentang nyeri ; laporan dengan
kode (mungkin kurang dari klien yang berusia
kurang dari 40 tahun, pria, dan beberapa
kelompok budaya)
- Perubahan nafsu makan

Objektif
Tanda nyeri yang di observasi
- Perilaku berhati-hati ; gestur protektif ;
mengatur posisi untuk menghindari nyeri
- Menutupi wajah ; gangguan tidur (kilauan mata
berkurang, pandangan terpukul, gerakan kaku
atau gerakan yang jarang, menyeringai)
- Perilaku ekspresif (misal, gelisah, merintih,
menangis, kewaspadaan, iritabilitas, mengeluh)
- Perilaku distraksi (misal, melangkah, mencari
orang lain dan / atau aktifitas, aktifitas
berulang)
- Perubahan tonus otot (dapat memiliki rentang
dari lesuh (flaksid) hingga kaku)
- Diavoresis ; perubahan tekanan darah,
freakuensi jantung, atau frekuensi pernapasan ;
dilatasi pupil
- Fokus pada diri sendiri ; fokus menyempit
(perubahan persepsi waktu, gangguan proses
pikir, mengurangi interaksi dengan orang lain
dan lingkungan)

Pengkajian - Temuan pengkajian individu, termasuk


penjelasan klien tentang respon terhadap nyeri
seluk beluk berventarisai nyeri, harapan
manajemen nyeri, dan tingkat nyeri yang dapat
diterima.
- Lokus kontrol dan kepercayaan budaya yang
mempengaruhi respon terhadap nyeri.
- Penggunaan obat sebelumnya ;
penyalahgunaan zat
Faktor yg berhubungan Agen perusak (biologis, kimia, fisik, psikologis)
Alternatif Dx (Saran
Penggunaan)
Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
di harapkan Nyeri teratasi .

Tujuan Jangka Pendek (SMART):


Setelah dilakukan tindakan keperawataan selama 1x24 jam
diharapkan :
- Tingkat Nyeri: keparahan nyeri yang di
observasi atau di laporkan
- Pengendalian nyeri: tindakan personal untuk
menyelesaikan nyeri
- Nyeri: respon simpang psikologis: keparahan
respon simpang kognitif dan emosional yang di
observasi atau dilaporkan terhadap nyeri fisik

Kriteria Hasil (minimal 4 kriteria)


- Melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol
- Mengikuti program farmakologis yang di
resepkan
- Menyatakan metode yang memberi Pereda
nyeri
- Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan
relaksasi dan aktivitas pengalihan sesuai
indikasi dan sesuai situasi individu
Intervensi (NIC) - Manajemen nyeri: meredakan nyeri atau
mengurangi nyeri ke tingkat ke nyamanan yang
dapat di terima klien
- Pemberian analgesic: menggunakan agen
farmakologis untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri
- Manajemen lingkungan: kenyamanan:
memanipulasi lingkungan klien untuk
meningkatkan kenyamanan yang optimal

Dx Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik


Definisi Keterbatasan gerakan fisik tubuh atausatu ekstremitas atau
lebih dengan maksud tertentu dan mandiri
Batasan karakteristik
Subjektif:

- [Laporan tentang nyeri atau ketidaknyamanan pada


saat melakukan gerakan, keengganan untuk bergerak]

Objektif

- Kesehatan rentang gerak; keterbatasan kemampuan


untuk melakukanketerampilan motorik halus atau
kasar; kesulitan untuk berputar
- Gerakan lambat, gerakan tersentak-sentak atau tidak
terkoordinasi, tremor disebabkan oleh gerakan;
penurunan reaksi [lebih lambat]
- Ketidakstabilan postural; perubahan gaya berjalan
Memulai perubahan gerakan (mis., peningkatan
perhatian pada aktivitas lain, perilaku pengendalian,
fokus pada disabilitaas/aktivitas sebelum mengalami
penyakit)

Pengkajian Temuan individu, termasuk tingkat fungsi dan kemampuan


untuk berpartisipasi, kreativitas yang spesifik atau
diinginkan.
Faktor yg berhubungan - Gaya hidup kurang gerak; intoleransi aktivitas; keadaan
tidak digunakan; dekondisi; penurunan daya tahan;
penurunan daya tahan kardiovaskular;
- Penurunan kekuatan otot atau masa pengendalian;
kekakuan sendi; kontraktur; kehilangan integritas
struktur tulang
- Nyeri; ketidaknyamanan
- Gangguan neuromuskular atau musluloskletal
- Gangguan sensori persepsi atau kognitif; keterlambatan
perkembangan
- Kondisi mood tertekan; ansietas
- Malnutrisi; perubahan metabolisme selular; indeks
massa ubuh (body mass index, BMI) diatas persentil 75
sesuai usia
- Defisiensi pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik;
kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia;
kurang dukungan lingkungan (mis., fisik atau sosial)
- Restrriksi gerakan yang dianjurkan; otot Ketegangan
untuk memulai gerakan

Alternatif Dx (Saran - Intoleransi aktivitas


Penggunaan) - Nyeri, ketidaknyamanan
- Gangguan sensori persepsi
- Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
- Defisit perawatan diri
- Defisiensi pengetahuan
Nursing Outcome (NOC) Tujuan Jangka Panjang::
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan hambatan mobilitas fisik dapat teratasi
Tujuan Jangka Pendek (SMART):
Kriteria Hasil (minimal 4 kriteria)

Intervensi (NIC)
No Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri Tujuan jangka Panjang: Pain Management
Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk menganalisis intervensi
keperawatan selama 3x24 omprehensif termasuk lokasi, yang tepat dalam menurunkan,

jam karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri dan menentukan

diharapkan nyeri kualitas dan faktor presipitasi intervensi selanjutnya

berkurang/terkontrol 2. Observasi reaksi nonverbal dari 2. Untuk mengetahui reaksi


tingkat nyeri lewat ekspresi
Tujuan jangka pendek: ketidaknyamanan
klien
Setelah dilakukan tindakn 3. Evaluasi pengalaman nyeri masa
3. Untuk mengetahui bagaimana
keperawatan selama 2x24 lampau
cara klien mengatasi nyeri
jam nyeri teratasi 4. Kurangi faktor presipitasi nyeri
4. Mengurangi factor
5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
memperberat nyeri
kriteria hasil : (farmakologi, non farmakologi dan
5. Intervnsi yang tepat dapat
 Mampu mengontrol nyeri inter personal)
membantu mengurangi nyeri
(tahu penyebab nyeri, 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
6. Untuk menentukan intervensi
mampu menggunakan 7. Ajarkan tentang teknik non
7. Relaksasi tarik napas dalam
tehnik nonfarmakologi farmakologi
dapat membantu mengurangi
untuk mengurangi nyeri, 8. Berikan analgetik untuk
nyeri
mencari bantuan) mengurangi nyeri
8. Kolaborasi yang tepat dapat
 Melaporkan bahwa nyeri 9. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
menurukan intensitas nyeri
berkurang dengan Tingkatkan istirahat
menggunakan 10. Kolaborasikan dengan dokter jika 9. Dapat membantu klien
manajemen ada keluhan dan tindakan nyeri melakukan intervensi yang
nyeri tidak berhasil dilakukan secara mandiri

 Mampu mengenali nyeri 11. Monitor penerimaan pasien tentang 10. Menalisis penyebab nyeri yang
(skala, intensitas, manajemen nyeri tida hilang

frekuensi dan tanda Analgesic Administration 11.

nyeri) 12. Tentukan lokasi, karakteristik,


 Menyatakan rasa nyaman kualitas, dan derajat nyeri sebelum
setelah nyeri berkurang pemberian obat
 Tanda vital dalam rentang 13. Cek instruksi dokter tentang jenis
normal obat, dosis, dan frekuensi
14. Cek riwayat alergi
15. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
16. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
17. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping)
2. Hambatan Tujuan jangka panjang: Exercise therapy : ambulation
Mobilitas Fisik Setelah diberikan asuhan 1. Monitoring vital sign
keperawatan selama 3x24 sebelm/sesudah latihan dan lihat
jam, diharapkan hambatan respon pasien saat latihan
mobilisasi fisik dapat diatasi 2. Kaji kemampuan pasien dalam
Tujuan jangka Pendek: mobilisasi
Setelah dilakukan tindakan 3. Latih pasien dalam pemenuhan
keperawatan selama 2x24 kebutuhan ADLs secara mandiri
jam hambatan mobilasasi fisik sesuai kemampuan
teratasi 4. Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi
Kriteria hasil: kebutuhan ADLs pasien.
1. Klien meningkat dalam 5. Berikan alat Bantu jika klien
aktivitas fisik memerlukan
2. Mengerti tujuan dari 6. Bantu klien melakukan latihan
peningkatan mobilitas ROM Ajarkan pasien bagaimana
3. Memverbalisasikan merubah
perasaan dalam posisi dan berikan bantuan jika
meningkatkan diperlukan
kekuatan
dan kemampuan
berpindah
4. Memperagakan
penggunaan alat
bantu untuk mobilisasi
(walker)

Resiko Cedera Tujuan jangka panjang: 1. Identifikasi klien yang berisiko 1. Untuk mengevaluasi
Setelah dilakukan tindakan (penyakit akut, trauma kondisi intervensi yang tepat
keperawatan selama 3x24 penyakit kronis dengan
jam diharapan tidak kelemahan, konfusi akut atau
mengalami cidera kronis, demensi atau penggunaan
Tujuan jangka pendek: berbagai obat)
Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji kekuatan otot atau skala 2. Untuk mengidentifikasi
keperawatan selama 2x24 resiko jatuh (ekstremitas) resiko jatuh
jam klien tidak mengalami 3. Kaji perasaan klien, kemampuan 3. Dapat mengakibatkan
cidera koping gaya kepribadian kecerobohan atau
(tempramen agresi, perilaku peningkatan perilaku
Kriteria hasil: agresif berisiko tanpa
- Tindakan personal mempertimbangkan
yang mencegah cidera
dampaknya
fisik terhadap dir 4. Berikan pengetahuan tentang 4. Informasi dapat
sendiri. Tidak
kebutuhan keamanan dan menunjukan area informasi
mengalami cidera
- Pengendalian resiko: pencegahan cidera serta motivasi yang salah, kurang
tindakan personal
untuk mencegah cidera saat pengetahuan, kebutuhan
untuk mencegah
menghilangkan atau beraktivitas (hindari aktivitas yang terhadap penyuluhan
mengurangi ancaman
membahayakan) diluar atau
kesehatan yang dapat
dimodifikasi dirumah
- Menyatakan
5. Pantau lingkungan terhadap 5. Mencegah terjadinya
pemahaman tentang
factor individu yang kondisi yang berpontensi tidak kecelakaan yang fatal
menyebabkan
aman dan berbahaya modifikasi 6. Untuk mengidentifikasi
kemungkinan cedera
- Memodifikasi jika perlu tugas berisiko tinggi memilih
lingkungan sesuai
6. Kolaborasi rujuk ke ahli terapi menciptakan peralatan alat
indikasi untuk
meningkatkan okupasi atau fisik jika tepat bantu
keamanan
7. Dorong partisipasi dalam program Meningkatkan kepercayaan
swabantu seperti latihan aserif diri
Defisit Perawatan Tujuan jangka panjang: Self Care assistance : ADLs
Diri Setelah diberikan asuhan 1. Monitor kemampuan klien untuk
keperawatan selama 3x24 perawatan diri yang mandiri.
jam, diharapkan klien mampu 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat
merawat diri alat bantu untuk kebersihan diri,
Tujuan jangka pendek: berpakaian, berhias, toileting dan
setelah dilakukan tindakan makan.
keperawatan selama 2x24 3. Sediakan bantuan sampai klien
jam deficit perawatan diri mampu secara utuh untuk
teratasi. melakukan self-care.
kriteria hasil : 4. Dorong klien untuk melakukan
 Klien terbebas dari aktivitas sehari-hari yang normal
bau sesuai kemampuan yang dimiliki.
badan 5. Dorong untuk melakukan secara
 Menyatakan mandiri, tapi beri bantuan ketika
kenyamanan klien tidak mampu melakukannya.
terhadap kemampuan 6. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
untuk melakukan ADLs sesuai kemampuan
 Dapat melakukan
ADLS dengan bantuan
5. Defisiensi Tujuan jangka panjang: 1. Pastikan tingkat pengetahuan 1. Klien mungkin tidak
Pengetahuan  Setelah dilakukan termasuk kebutuhan antisipasi. menanyakan informasi atau

tindakan keperawatan mengungkapkan persepsi yang

selama 3x24 jam tidak akurat tentang status

diharapkan Defisiensi kesehatan


2. Klien mungkin tidak mampu
pengetahuan teratasi 2. Tentukan kemampuan dan kesiapan
secara fisik, emosi atau mental
Tujuan jangka pendek: klien serta hambatan dalam belajar
 Setelah dilakukan perlu beberapa waktu untuk
tindakan keperawatan 3. Tentukan kebutuhan klien yang menangani

selama 2x24 jam paling mendesak dari sudut pandang 3. Untuk mengidentifikasi apakah

Defisiensi Pengetahuan klien dan perawat klien dan perawat bersama

teratasi. sama dalam pemikirannya


4. Menggunakan berbagai cara
4. Tentukan metode mengakses
instruksi memfasilitasi belajar
Kriteria Hasil: informasi oleh klien/kerabat dan
dan meningkatkan retensi
 Mampu memulai metode belajar yang dipilih (auditori,
perubahan gaya hidup visual, kelas berkelompok) termasuk
yang diperlukan rencana penyuluhan.
 Berpartisipasi dalam
5. Mengakses gambaran mental
proses belajar 5. Libatkan kilen dan keluarga dengan
sesuai tingkat perkembangan
 Menyatakan pemahaman menggunakan materi sesuai usia klien membantu individu
tentang kondisi dan yang disesuaikan dengan minat dan belajar lebih efektif.
proses penyakit keterampilan membaca dan menulis

 Mengidentifikasi klien (buku dengan program yang

gangguan dalam belajar interaktif, pertanyaan, dialog, dan


materi audio/visual) 6. Untuk menguatkan proses
6. Beri informasi/panduan tertulis dan belajar
modul pembelajaran mandiri bagi
klien apabila dirujuk
II. Laporan Kasus
1. Format Pengkajian
IDENTITAS
NAMA: Tn. S USIA : 72 thn P/L : laki-laki
STATUS PERNIKAHAN: DUDA SUKU : Sunda AGAMA : Islam
PENDIDIKAN: SMU ALERGI: tdk ada
ALAMAT: Jln Kopo Permai 161 Bandung
RIWAYAT KESEHATAN
KELUHAN DAN PENYAKIT 3 BULAN TERAKHIR:
Anak klien mengatakan 2 minggu sebelum klien jatuh, klien tampak kesulitan berkonsentrasi
dan sering mengulagi pertanyaan yang sama dan sejak 4 hari setelah kepulangan klien ke
rumah klien mengeluh nyeri pada persendian lutut kirinya.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA:


Klien mengatakan ibunya memiiki riwayat penyakit hipertensi

GENOGRAM

Keterangan:
: Perempuan X : Meninggal
: Laki-laki : tinggal dalam satu rumah
: Klien
RIWAYAT JATUH
WAKTU : > 3 TAHUN/ 2 TAHUN/1 TAHUN/ < 6 BULAN YG LALU
LOKASI & PENYEBAB:
- Klien tidak memiliki riwayat jatuh seelumnya
- 5 hari sebelum masuk rumah sakit klien jatuh di rumah pada saat akan
melakukan senam peregangan
DAMPAK PADA KESEHATAN:
- Klien tidak dapat berjalan normal karena lutut kirinya sakit dan sedikit bengkak

*GEJALA ‘FEAR OF FALLING’: ADA/ TIDAK ADA


(*Lingkari jawaban yang menunjukkan kondisi klien)
STATUS KESEHATAN SAAT INI
KELUHAN UTAMA (PQRST): klien mengatakan nyeri, lutut tampak kemerahan dan agak
bengkak, lokasi nyeri di lutut bagian kiri, skala nyeri 4, nyeri dirasakan sejak 3 hari yang lalu.

*POSTUR TUBUH (TULANG BELAKANG): Kifosis TB/BB: 163 cm / 73 kg


Lingkar betis : 32,5 cm
TTV : Nadi ( 94 / mnt); Respirasi (21 / mnt); Suhu (36,5) ; TD ( 150/100mmHg) (Tanggal
pemeriksaan harus dicantumkan) 12 juni 2020

PENGGUNAAN ALAT BANTU: PENDENGARAN / PENGLIHATAN / BERJALAN


JENS ALAT BANTU: -
LAMA PEMAKAIAN: -
PENGKAJIAN LANSIA (tuliskan tanggal pelaksanaan, hasil dan interpretasi hasil)
PENGKAJIAN FUNGSIONAL:
PENGKAJIAN KOGNITIF:
SPMSQ:
PENGKAJIAN JATUH:
PENGKAJIAN NUTRISI:
PENGKAJIAN GERIATRIC DEPRESSION SCALE:
PENGKAJIAN NYERI:
PENGKAJIAN FISIK
KEPALA: bentuk kepala bulat, warna rambut LEHER: bentuk leher simetris kiri dan kanan
putih, penyebaran merata. Tidak ada benjolan tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,
tidak ada pembesaran vena jugularis tdk
ada pembengkakan kelenjar getah bening.
MATA: DADA:

Mata simetris kiri dan kanan, sklera putih, Dada Perkembangan dada simetris antara
konjungtiva tidak anemis, palpebra normal dada kanan dan dada kiri, Paru-Paru Saat
diperkusi bunyi sonor, saat di auskultasi
suara paru-paru vesikuler. Suara jantung S1
dan S2 normal, tidak ada bunyi tambahan.

HIDUNG: ABDOMEN

Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, Hidung Perut klien lembek/tidak keras, bising usus
klien bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kurang lebih 8x/menit.
polip, penciuman klien sedikit kurang.

MULUT DAN TENGGROKAN: GENETALIA:


Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak Tidak di kaji
ada karies gigi, ada beberapa gigi klien yang
sudah tanggal, tida ada pembesaran tonsil.

TELINGA: EKSTREMITAS:

Telinga Simetris kiri dan kanan , ada 2 dikanan Ekstremitas atas


dan dikiri, bersih. Fungsi pendengaran kurang Pada tangan kiri klien normal tidak ada
baik masalah
Ekstremitas bawah

Pada lutut tampak kemerahan dan bengkak


Antara kaki kiri dan kaki kanan klien
terdapat perbedaan ukuran Saat berjalan
gaya berjalan Tn.A tidak normal

Kekuatan otot
5 5

5 4
INTEGUMEN: EKSTREMITAS :
CRT < 2 Dtk, turgor kulit cepat kembali, kulit Bentuk normal, terdapat nyeri pada lutut,
keriput dan warna kulit coklat. ROM +/+, kekuatan otot 5/5 dan 5/4

REFLEKS
Babinsky : -/-

Patella : -/+

OBAT-OBATAN YANG DIKONSUMSI


RESEP DOKTER TANPA RESEP DOKTER
- -

PERILAKU TERHADAP KESEHATAN


KEBIASAAN MEROKOK: > 3 BTG sehari
KEBIASAAN MENGKONSUMSI ALKOHOL: TIDAK MENGKONSUMSI ALKOHOL
*OLAH RAGA: SELALU WAKTU/LAMA OLAH RAGA:
1 X Seminggu
*JENIS: SENAM Ket: KLIEN MENGATAKAN
KLIEN SERING
BEROLAHRAGA, MENGIKUTI
SENAM PEREGANGAN
POLA TIDUR
JUMLAH WAKTU TIDUR SEHARI: < 4 JAM MALAM: ± 6 ½ JAM / SIANG: ± 1 JAM
GANGGUAN TIDUR: TIDAK ADA *INSOMNIA/SERING TERBANGUN pada
malam hari
KEBIASAAN KHUSUS: klien sering minum kopi dan mendengarkan musik di Radio
POLA ELIMINASI
BAK: 3 -5 KALI/ HARI BAB: 1 KALI / HARI
WARNA URINE: KUNING KERUH KONSISTENSI: LEMBEK
GANGGUAN BAK: TIDAK ADA GANGGUAN BAB: TIDAK ADA
Ket: klien tidak memiliki keluhan pada saaat Ket : KLIEN TIDAK MEMILIKI KELUHAN
buang air kecil PADA SAAT BIUANG AIR BESAR
MASALAH DGN POLA BAK: TIDAK ADA MASALAH DGN POLA BAB: TIDAK ADA
POLA KEBERSIHAN DIRI
MANDI: 2 KALI SEHARI DENGAN SABUN Ket: KLIEN MENGATAKAN
MANDI DENGAN TERATUR
SIKAT GIGI: YA

FREKUENSI DLM SEHARI: 1 KALI Klien sikat gigi saat Mandi

Ket: KLIEN sikat gigi kadang-kadang


BERGANTI PAKAIAN BERSIH: 1 KALI SEHARI
PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
FREKUENSI MAKANAN SEHARI: TIDAK HABIS 1 PORSI
TERATUR
JENIS MAKANAN (Observasi satu hari)
Pagi: Nasi, Sayur bayam dan tempe
Siang: Nasi, telur ayam
Malam: Nasi, ikan, Daging Ayam
Snack/Makanan tambahan: Roti Bakar dan Gabin
PREFERENSI MAKANAN KHUSUS: bubur Ayam
MASALAH DALAM UPAYA PEMENUHAN: tidak ada masalah dalam pemenuhan Makanan
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN
FREKUENSI MINUM: 3-5 GELAS/SEHARI Ket: Kadang-kadang klien Minum tdk
teratur
JENIS MINUMAN: AIR PUTIH/ KOPI
MASALAH DALAM UPAYA PEMENUHAN: tdk ada masalah dalam upaya pemenuhan
POLA SOSIALISASI
KEMAMPUAN SOSIAL: klien mampu bersosialisasi dengan orang disekitarnya
SIKAP KLIEN TERHADAP ORANG LAIN: klien berkomunikasi secara baik dengan orang lain
MASALAH DALAM BERSOSIALISASI: klien tampak kesulitan berkonsentrasi dan sering
mengulangi pertanyaan yang sama
PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL
PANDANGAN KLIEN: Klien beragama islam, berdo’a adalah cara klien beribadah dan
meminta perlindungan pada Tuhan.
KEGIATAN YANG DILAKUKAN: Shalat dan berdo’a
MASALAH DALAM UPAYA PEMENUHAN : tidak ada masalah
PENGKAJIAN FUNGSIONAL
(BARTHEL INDEKS: ‘MAHONEY & BARTHEL’)

Nama Klien : Tn. S Usia : 73 Tahun


Tempat : Di rumah Tanggal : 12 Juni 2020
Panduan
1. Pengkajian Barthel digunakan untuk mengidentifikasi apa yang klien bisa
lakukan/kerjakan, tidak untuk mendokumentasikan apa yang klien mungkin bisa lakukan
(verbal).
2. Tujuan utama adalah untuk menetapkan tingkat kemandirian klien dari segala bantuan
(fisik atau verbal), baik minor atau tidak.
3. Performa klien harus dikaji berdasarkan bukti yang tersedia.
4. Menggunakan alat bantu diperbolehkan untuk memfasilitasi kemandirian.

NO AKTIVITAS NILAI
1. Makan
0= dependen
5= bantuan _______
10= mandiri
2. Mandi
0= bantuan _______
5= mandiri
3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, mencukur, dan menggosok
gigi
_______
0 = bantuan
5 = mandiri
4. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu
0= dependen
_______
5= membutuhkan bantuan
10= mandiri
5. Mengontrol defekasi
0 = incontinent (atau membutuhkan enema)
_______
5 = bantuan
10 = mandiri
6. Mengontrol berkemih _______
0= incontinent (kateter atau dependen)
5= bantuan
10= mandiri
NO AKTIVITAS NILAI
7. Aktivitas toilet
0= dependen
_______
5= bantuan
10= mandiri
8. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, termasuk duduk di tempat
tidur
0= tidak mampu untuk duduk
_______
5= membutuhkan bantuan satu atau 2 orang
10= membutuhkan sedikit bantuan (minor)
15= mandiri
9. Berjalan di jalan datar (jika tidak mampu lakukan dengan kursi roda)
5= menggunakan kursi roda lebih dari 25 m
_______
10= berjalan dengan bantuan satu orang (> 25 m)
15= berjalan mandiri (bisa dengan menggunakan tongkat ( > 25 m)
10. Naik turun tangga
0= tidak mampu
_______
5= bantuan
10= mandiri
JUMLAH
Penilaian:
0 – 20 : Ketergantungan
21- 60 : Ketergantungan berat/ sangat tergantung
61 – 90 : Ketergantungan sedang (moderat)
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Bandung, 12/06/2020

FADLUN M.YAWU
Sumber:
Mahoney, F.I., & Barthel, D. (1965). Functional evaluation: the Barthel Index. Maryland State
Med Journal, 14: 56-61.
MINI MENTAL STATUS EXAM (MMSE)

Nama Klien : Tn, A Usia : 73 Tahun


Tempat : Tanggal : 12 juni 2020

NO Aspek Yang Dikaji Waktu Skor Skor


Klien
1 Sekarang hari? 10 detik 1
Tanggal 10 detik 1
Bulan 10 detik 1
Tahun 10 detik 1
Musim 10 detik 1
2 Sekarang kita berada di Negara? 10 detik 1
Sekarang kita di Provinsi? 10 detik 1
Sekarang kita di kota? 10 detik 1
Sekarang kita di dimana (jalan)? 10 detik 1
Sekarang kita di ruang / wisma? 10 detik 1
3 Pewawancara menyebutkan nama tiga buah
benda (Contoh: bola, kursi, lampu), ucapkan
perlahan 1 detik untuk tiap benda.
Mintalah lansia untuk mengulang ke tiga nama
tersebut
20 detik 3
Berikan 1 angka untuk setiap jawaban yang
benar.
Bila masih salah, ulanglah menyebutkan 3 benda
tersebut sampai lansia dapat menyebutkan
dengan benar.
4 Ejalah kata dunia/lampu/lipat (kata dengan 5 30 detik 5
huruf) dari akhir ke awal. Contoh: a-i-n-u-d/ u-p-
m-a-l/ t-a-p-i-l
5 Tanyalah kembali nama ke 3 benda yang telah 10 detik 3
disebutkan sebelumnya (registrasi).
Berikan angka 1 untuk setiap jawaban yang
benar.
6 Apakah nama benda-benda ini? (perlihatkan 20 detik 2
pensil dan arloji) (2 angka bila benar).
7 Ulangilah kalimat berikut: “Jika Tidak Dan Atau 10 detik 1
Tapi”
8 Bacalah dan laksanakan perintah berikut: 10 detik 1
‘PEJAMKAN MATA ANDA’
NO Aspek Yang Dikaji Waktu Skor Skor
Klien
9 Berikan selembar kertas dan pensil. Minta klien 30 detik 1
untuk menulis sebuah kalimat
10 Berikan selembar kertas dan pensil. Minta klien 1 menit 1
untuk meniru gambar ini ( 1angka bila benar)

11 Laksanakan 3 buah perintah ini: “peganglah 30 detik 3


selembar kertas dengan tangan kanan, lipatlah
kertas itu pada pertengahan dan letakkanlah di
lantai (3 angka bila benar)
Skor Total 30

Interpretasi hasil:
Skor 24-30 : Normal
Skor 17-23 : Kemungkinan mengalami gangguan kognitif
Skor 0 -16 : Klien mengalami gangguan kognitif

Bandung 12 /Juni/2020

Nur Muslimah IP Yawu

Sumber:
Folstein, M., Folstein, S.E., McHugh, P.R. (1975). “Mini-Mental State” a practical method for
grading the cognitive state of patients for the clinician. Journal of Psychiatric Research, 12(3):
189-198.
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Nama Klien : Tanggal :
Usia :
Instruksi: berikan tanda centang  pada jawaban yang benar, dan jumlahkan semua point
salah.
NO PERTANYAAN BENAR SALAH
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa Presiden Indonesia?*
8 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan lakukan pengurangan 3 dari
angka baru secara menurun.
Skor Total
Interpretasi hasil:
Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Skor 5-7 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Skor 8-10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Bandung 12 /Juni/2020

Nur Muslimah IP Yawu


Sumber: Burns, (1999). Assessment scales in old age psychiatry. Martin Dunitz Ltd. London,
p. 56-57.

PENGKAJIAN RESIKO JATUH


‘TIMED UP AND GO TEST’

Nama Klien : Fadlun M.Yawu Usia : 73 Tahun


Tempat : Rumah Tanggal : 12/06/20

1. Peralatan: kursi dengan lengan, tape meter, stop watch


2. Tempatkan selembar selotip atau tali raffia kuning di lantai sepanjang 3m dari kursi,
penempatan harus mudah dilihat oleh lansia
3. Klien diminta untuk duduk secara nyaman di bangku dengan lengan. Kursi harus stabil
dan di posisikan sehingga tidak mudah bergerak pada saat klien bangun dari kursi dan
hendak duduk kembali. Klien diperbolehkan untuk menggunakan lengan kursi pada saat
duduk dan berdiri
4. Klien menggunakan sepatu atau sandal yang tidak licin, atau dapat menggunakan alat
bantu jalan saat bergerak, tetapi tidak boleh dibantu oleh orang lain. Tidak ada batasan
waktu. Klien dapat berhenti sejenak jika mereka menginginkan.
5. Instruksi pada klien: “Bapak/Ibu saat saya berkata Maju, Bapak/Ibu akan berdiri, berjalan
di sepanjang garis ini sampai batas yang ditentukan, kemudian putar balik kembali ke
kursi dan duduk kembali.” Bapak/ Ibu dapat berjalan dengan kecepatan biasa.
6. Klien dapat diberikan kesempatan untuk berlatih tanpa pengukuran waktu, sebelum test
dilakukan.
7. Persiapkan stopwatch. Jika klien sudah siap, test dimulai (pada kata “mulai”) dan
berakhir pada saat klien sudah duduk.
8. Klien lansia yang sehat umumnya dapat mengerjakan test dengan waktu sekitar 10 detik.
Klien lansia yang lemah ‘frail’ atau gangguan mobilitas membutuhkan waktu sekitar 2
menit atau lebih.
9. Observasi meliputi waktu berjalan, fase transisi (pada saat berdiri, memulai berjalan,
berputar balik, keseimbangan, melangkah, dan duduk di kursi), daya ingat.
Kriteria berdasarkan usia
Kelompok Usia Gender Mean (detik) Normal (detik)
60-69 L 8 4-12
60-69 P 8 4-12
70-79 L 9 3-15
70-79 P 9 5-13
80-89 L 10 8-12
80-89 P 11 5-17

Indikator hasil:
< 14 detik : resiko jatuh rendah
≥ 14 detik : resiko jatuh tinggi
Tanggal :
Test 1 : _____ detik
Observasi :
Tanggal :
Test 2 : _____ detik
Observasi :

Bandung 12 /Juni/2020

Nur Muslimah IP Yawu

Sumber:
Jacobs, M., & Fox, T. (2008). Using the “Timed Up and Go/TUG” test to predict risk of falls.
Assisted Living Consult.
Podsiadlo, D., & Richardson, S. 1991. The timed Up & Go: a test of basic functional mobility
for frail elderly persons. J Am Geriatr Soc, 39(2): 142-148.
MORSE FALL SCALE (MFS) / SKALA JATUH MORSE

Nama Klien : Tn. S Tanggal : 12 juni 2020


Usia : 73 Tahun

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI


1. Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh Tidak 0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25
2. Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki lebih dari Tidak 0
satu penyakit Ya 15
3. Alat Bantu jalan:
o Bed rest/ dibantu perawat 0
o Kruk / tongkat / walker 15
o Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi, 30
lemari, meja)
4. Terapi Intravena: apakah saat ini lansia terpasang Tidak 0
infus? Ya 20
5. Gaya berjalan/ cara berpindah:
o Normal 0
o Lemah (tidak bertenaga) 10
o Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20

6. Status Mental
o Lansia menyadari kondisi dirinya 0
o Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
TOTAL NILAI

Bandung 12 /Juni/2020

Nur Muslimah IP Yawu


Keterangan:
Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan
Tidak berisiko : 0 - 24 (Perawatan dasar)
Risiko rendah : 25 - 50 (Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar)
Risiko tinggi : ≥ 51 (Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi)
GERIATRIC DEPRESSION SCALE (GDS) (SHORT FORM)
Nama Klien : Tn, S Tanggal : 12/06/2020
Usia : 73 Tahun Tempat : Rumah
Instruksi: Lingkari jawaban yang mengekspresikan perasaan klien dalam seminggu terakhir.
Berikan nilai sesuai dengan jawaban di kriteria penilaian.
NO PERTANYAAN JAWABAN NILAI
1. Apakah Bapak/Ibu sekarang ini merasa puas dengan Ya/Tidak
kehidupannya?
2. Apakah Bapak/Ibu telah meninggalkan banyak kegiatan Ya/Tidak
atau hobi akhir-akhir ini?
3. Apakah Bapak/Ibu merasa hampa/kosong didalam hidup Ya/Tidak
ini?
4. Apakah Bapak/Iibu sering merasa bosan? Ya/Tidak
5. Apakah Bapak/Ibu merasa bersemangat di setiap waktu? Ya/Tidak
6. Apakah Bapak/Ibu merasa takut sesuatu yang buruk akan Ya/Tidak
terjadi pada Bapak/Ibu?
7. Apakah Bapak/Ibu merasa bahagia di setiap saat? Ya/Tidak
8. Apakah Bapak/Ibu merasa tidak berdaya? Ya/Tidak
9. Apakah Bapak/Ibu memilih untuk tinggal di rumah, Ya/Tidak
dibanding pergi keluar dan melakukan hal yang baru?
10. Apakah Bapak/Ibu akhir-akhir ini sering pelupa? Ya/Tidak
11. Apakah Bapak/Ibu berpikir bahwa hidup sekarang ini Ya/Tidak
menyenangkan?
12. Apakah Bapak/Ibu sering merasa tidak berharga akhir- Ya/Tidak
akhir ini?
13. Apakah Bapak/Ibu selalu bersemangat untuk Ya/Tidak
beraktivitas?
14. Apakah Bapak/Ibu sering merasa sedih dan putus asa? Ya/Tidak
15. Apakah Bapak/Ibu merasa orang lain hidup lebih baik Ya/Tidak
dibanding Bapak/Ibu?
Total
Penilaian:
Berikan nilai 1 disetiap item yang menunjukkan jawaban di bawah ini:
1. Tidak 4. Ya 7. Tidak 10. Ya 13. Tidak
2. Ya 5. Tidak 8. Ya 11. Tidak 14. Ya
3. Ya 6. Ya 9. Ya 12. Ya 15. Ya
Interpretasi hasil
Skor 0-5 : Normal (tidak depresi)
Skor 7 (+3) : Depresi ringan
Skor 12 (+2) : Depresi berat
Mini Nutritional Assessment

Nama Klien : Tn. S Jenis kelamin :


Usia :73 Tahun BB : 72 kg TB : 163 cm
Instruksi: lengkapi pernyataan dibawah ini dengan mengisi kotak berdasarkan angka sesuai dengan
kondisi klien. Jumlahkan semua point dan bandingkan dengan kategori yang tersedia.
Pengkajian Skor
A. Apakah asupan makanan klien berkurang dalam tiga bulan terakhir
berhubungan dengan kehilangan nafsu makan, masalah pencernaan, kesulitan
mengunyah.
0= asupan makanan berkurang berat ‘severe’
1= asupan makanan berkurang moderat
2= tidak ada pengurangan asupan makan
B. Penurunan BB dalam tiga bulan terakhir
0 = penurunan BB lebih dari 3 kg
1 = tidak mengetahui
2 = kehilangan berat badan 1-3 kg
3 = tidak ada penurunan BB
C. Mobilitas
0 = terbatas pada tempat tidur atau kursi
1 = dapat bangun dari tempat tidur tapi tidak dapat bergerak
bebas keluar ruangan.
2 = mobilitas bebas
D. Mengalami stress psikologis atau penyakit akut dalam tiga bulan terakhir
0 = Ya 2 = Tidak
E. Masalah kognitif dan saraf
0 = demensia atau depresi berat
1 = demensia ringan
2 = tidak ada masalah kognitif
F. Indeks Massa Tubuh ‘Body Mass Index’
0 = BMI kurang dari 19
1 = BMI ≥ 19 < 21
2 = BMI ≥ 21 < 23
3 = BMI ≥ 23
JIKA BMI TIDAK DAPAT DITENTUKAN, ITEM TERSEBUT DAPAT DIGANTI DENGAN PENGUKURAN
LINGKAR BETIS ‘ÇALF CIRCUMFERENCE’
F2. Lingkar Betis (cm)
0 = LB < 31
3 = LB ≥ 31
Total Skor (Skor maksimal 14)

Kategori:
12- 14 : Nutrisi baik
8 -11 : Resiko malnutrisi
0-7 : Malnutrisi
G. Analisa Data minimal 3 dx keperawatan tunggal (berdasarkan kasus)
No Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif: Reaksi faktor Ig, antibodi, Nyeri
- Klien mengatakan faktor metabolic, infeksi
nyeri pada dengan kecenderungan
persendian lutut virus
kirinya
Data Objektif: Reaksi Peradangan
- Kesadaran
Composmentis Perubahan fungsi sendi
- GCS : 15
- Klien meringis Hipertrofi
skala nyeri 4 (0-10)
- Klien lemah Distensi cairan
- Lutut kiri tampak
kemerahan Spasme otot
- Lutut kiri sedikit
bengkak Nyeri
- TD : 150/100 mmHg
- TB : 163 Cm
- BB : 72 Kg
- MMSE : 20
- 94x/menit
- Time up and Go test
21 detik
- Barthel indeks 20
2. Data Subjektif: Reaksi peradangan Hambatan
- Klien mengatakan Mobilitas Fisik
kaki kirinya terasa Sinovial menebal
sakit, terutama
dengkulnya. Deformitas sendi
- Klien mengatakan
lututnya terasa ngilu Infiltrasi kedalam tulang
dan sulit bergerak,
lamanya < 15 menit. Kerusakan kartilago dan
- Klien mengatakan tulang
sakit lutut ketika
berjalan Tendon dan ligamen
Data Objektif: melemah
- Kesadaran
Composmentis Mudah luksasi dan
- GCS : 15 subluksasi
- Klien meringis
skala nyeri 4 (0-10) Kekakuan sendi
- Klien lemah
- Lutut kiri tampak Hambatan mobilitas Fisik
kemerahan
- Lutut kiri sedikit
bengkak
- TD : 150/100 mmHg
- TB : 163 Cm
- BB : 72 Kg
- MMSE : 20
- 94x/menit
- Time up and Go test
21 detik
- Barthel indeks 20
No Data Etiologi Masalah
3. Data Subjektif: Resiko peradangan Defisit perwatan
- Klien mengatakan diri
lebih memilih Sinovial menebal
menjadi pasien day
care Deformitas sendi

Data Objektif: Infiltrasi kedalam os


- Kesadaran subcondria
Composmentis
- GCS : 15 Hambatan nutrisi
- Klien meringis
skala nyeri 4 (0-10) Kartilago nekrosis
- Klien lemah
- Lutut kiri tampak Erosis kartilago
kemerahan
- Lutut kiri sedikit Adhesi pada permukaan
bengkak sendi
- TD : 150/100 mmHg
- TB : 163 Cm Ambilosis fibrosa, ankilosis
- BB : 72 Kg tulang
- MMSE : 20
- 94x/menit Terbatasnya gerakan sendi
- Time up and Go test
21 detik Defisit perawatan diri
- Barthel indeks 20

No Data Etiologi Masalah


4. Data Subjektif: Reaksi faktor Ig, antibodi, Resiko cedera
- Klien mengatakan faktor metabolic, infeksi jatuh
jatuh di rumah dengan kecenderungan
- Klien mengatakan virus

Data Objektif: Reaksi peradangan


- Kesadaran
Composmentis
- GCS : 15 Sinoviasi menebal
- Klien meringis
skala nyeri 4 (0-10) Deformitas sendi
- Skor resiko jatuh
tinggi : < 51 Infiltrasi kedalam os
- Klien sulit subcondria
berkonsentrasi
- Klien sering Hambatan nutrisi
mengulangi
pertanyaan yang Kerusakan kartilago
sama
- Lutut kiri tampak tendon dan ligamen
kemerahan melemah
- Lutut kiri sedikit
bengkak hilangnya kekuatan otot
- TD : 150/100 mmHg
- TB : 163 Cm Resiko Cedera
- BB : 72 Kg
- MMSE : 20
- 94x/menit
- Time up and Go test
21 detik
- Barthel indeks 20
- Kekuatan otot
5 5
5 4
2. Intervensi Keperawatan (4 intervensi mandiri dan 2 intervensi kolaborasi)
No Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri Tupan : Pain Management
Setelah diberikan tindakan  Lakukan pengkajian nyeri secara
keperawatan selama 3x24 komprehensif termasuk lokasi,
jam diharapkan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
berkurang/terkontrol kualitas dan faktor presipitasi
Dengan  Observasi reaksi nonverbal dari
Tupen : ketidaknyamanan
Setelah dilakukan tindakan  Berikan terapi konservatif
keperawatan selama 1x24  Evaluasi pengalaman nyeri masa
jam diharapkan nyeri lampau
berkurang/terkontrol  Kurangi faktor presipitasi nyeri
dengan  ilih dan lakukan penanganan nyeri
kriteria hasil : (farmakologi, non farmakologi dan
 Ekspresi Wajah tenag inter personal)
 Skala nyeri 0  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
 Mampu mengontrol menentukan intervensi
nyeri (tahu penyebab  Ajarkan tentang teknik non
nyeri,mampu farmakologi/tekhnik relaksasi napas
menggunakan tehnik dalam
nonfarmakologi untuk  Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri, mengurangi nyeri
mencari bantuan)  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Melaporkan bahwa  ingkatkan istirahat
nyeri berkurang  Kolaborasikan dengan dokter jika
dengan menggunakan ada keluhan dan tindakan nyeri
manajemen nyeri tidak berhasil
 Mampu mengenali  Monitor penerimaan pasien tentang
nyeri (skala, intensitas, manajemen nyeri
frekuensi dan tanda Analgesic Administration
nyeri)  Tentukan lokasi, karakteristik,
 Menyatakan rasa kualitas, dan derajat nyeri sebelum
nyaman setelah nyeri pemberian obat
berkurang  Cek instruksi dokter tentang jenis
 Tanda vital dalam obat, dosis, dan frekuensi
rentang normal  Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

2. Hambatan Tupan : Self Care assistance : ADLs


Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan  Monitor kemampuan klien untuk
keperawatan selama 3x24 perawatan diri yang mandiri.
jam, diharapkan hambatan  Monitor kebutuhan klien untuk alat alat
mobilisasi fisik dapat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
diatasi. berhias, toileting dan makan.
Tupen  Sediakan bantuan sampai klien
Setelah dilakukan tindakan mampu secara utuh untuk
keperwatan selama 1x24 melakukan self-care.
jam diharapkan hambatan  Dorong klien untuk melakukan
mobilisasi fisik teratasi aktivitas sehari-hari yang normal
dengan kriteria hasil : sesuai kemampuan yang dimiliki.
 Klien meningkat  Dorong untuk melakukan secara
dalam mandiri, tapi beri bantuan ketika
aktivitas fisik klien tidak mampu melakukannya.
 Mengerti tujuan dari  Berikan aktivitas rutin sehari- hari
peningkatan sesuai kemampuan
mobilitas
 Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
berpindah
 Memperagakan
penggunaan alat
bantu untuk
mobilisasi (walker)
Self Care assistance : ADLs Self Care assistance : ADLs
Tupan :  Monitor kemampuan klien untuk
Setelah diberikan tindakan perawatan diri yang mandiri.
keperawatan selama 3x24  Monitor kebutuhan klien untuk alat
jam, klien mampu merawat alat bantu untuk kebersihan diri,
diri tanpa di bantu. berpakaian, berhias, toileting dan
Tupen : makan.
Setelah diberikan tindakan  Sediakan bantuan sampai klien
keperawatan selama 3x24 mampu secara utuh untuk
jam, klien mampu merawat melakukan self-care.
diri tanpa di bantu dengan  Dorong klien untuk melakukan
kriteria hasil : aktivitas sehari-hari yang normal
 Klien terbebas dari bau sesuai kemampuan yang dimiliki.
badan  Dorong untuk melakukan secara
 Menyatakan mandiri, tapi beri bantuan ketika
kenyamanan klien tidak mampu melakukannya.
terhadap kemampuan  Berikan aktivitas rutin sehari- hari
untuk melakukan ADLs sesuai kemampuan.
 Dapat melakukan ADLS
dengan bantuan
3. Resiko Cedera Tujuan jangka panjang:  Identifikasi klien yang berisiko (penyakit  Untuk mengevaluasi
Setelah dilakukan tindakan akut, trauma kondisi penyakit kronis intervensi yang tepat
keperawatan selama 3x24 dengan kelemahan, konfusi akut atau  Untuk mengidentifikasi resiko
jam diharapan tidak kronis, demensi atau penggunaan jatuh
mengalami cidera berbagai obat)  Dapat mengakibatkan
Tujuan jangka pendek:  Kaji kekuatan otot atau skala resiko jatuh kecerobohan atau
Setelah dilakukan tindakan (ekstremitas) peningkatan perilaku berisiko
keperawatan selama 2x24  Kaji perasaan klien, kemampuan koping tanpa mempertimbangkan
jam klien tidak mengalami gaya kepribadian (tempramen agresi, dampaknya
cidera perilaku agresif  Informasi dapat menunjukan
 Berikan pengetahuan tentang kebutuhan area informasi yang salah,
Kriteria hasil: keamanan dan pencegahan cidera serta kurang pengetahuan,
 Tindakan personal yang motivasi untuk mencegah cidera saat kebutuhan terhadap
mencegah cidera fisik beraktivitas (hindari aktivitas yang penyuluhan
terhadap dir sendiri. membahayakan) diluar atau dirumah  Mencegah terjadinya
Tidak mengalami cidera  Pantau lingkungan terhadap kondisi yang kecelakaan yang fatal
 Pengendalian resiko: berpontensi tidak aman dan berbahaya  Untuk mengidentifikasi tugas
tindakan personal untuk modifikasi jika perlu berisiko tinggi memilih
mencegah  Kolaborasi rujuk ke ahli terapi okupasi menciptakan peralatan alat
menghilangkan atau atau fisik jika tepat bantu
mengurangi ancaman  Dorong partisipasi dalam program  Meningkatkan kepercayaan
kesehatan yang dapat swabantu seperti latihan aserif diri
dimodifikasi
 Menyatakan
pemahaman tentang
factor individu yang
menyebabkan
kemungkinan cedera
 Memodifikasi
lingkungan sesuai
indikasi untuk
meningkatkan
keamanan
3. lmplementasi dan Evaluasi (8 Juni dan 10 Juni 2020)
Tgl/ jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi Paraf
12/06/20 Nyeri  melakukan pengkajian nyeri secara S : Fadlun

07.00-10.00 komprehensif termasuk lokasi, - Klien mengatakan Nyeri pada lutut kiri M.Yawu
karakteristik, durasi, frekuensi, - Klien mengtaakan sebelum sakit belum
kualitas dan faktor presipitasi pernah mengalami nyeri sebelumnya
R/ - Klien mengatakan nyeri lutut pada saat
- Ekspresi wajah klien menunjukan skala berjalan
Nyeri 4 O:
- Lokasi lutut kiri bengkak dan kemerahan - Kesadaran Composmentis
 mengobservasi reaksi nonverbal dari - GCS : 15
ketidaknyamanan - Klien meringis
R/ skala nyeri 4 (0-10)
- Pada saat berjalan klien mengatakan nyeri - Klien sulit berkonsentrasi
pada lutut bagian kiri - Klien sering mengulangi pertanyaan
 mengevaluasi pengalaman nyeri masa yang sama
lampau - Lutut kiri tampak kemerahan
R/ - Lutut kiri sedikit bengkak
- klien mengatakan belum pernah merasakan - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
nyeri sebelumnya. dalam
 mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
menentukan intervensi - Posisi kaki kiri di tekuk
R/ - TD : 150/100 mmHg
- nyeri sedang - TB : 163 Cm
- nyeri dirasakan pada saat berjalan - BB : 72 Kg
- nyeri pada lutut kiri - MMSE : 20
 mengajarkan tentang teknik non - 94x/menit
farmakologi dan tekhnik relaksasi napas - Time up and Go test 21 detik
dalam - Barthel indeks 20
R/ - Kekuatan otot
- anjurkan klien untuk berolahraga seperti 5 5
berenang dan sepeda statis 5 4
- Perawat mengajarkan klien menarik napas A : Masalah Nyeri belum teratasi
dalam P : Lanjutkan Intervensi
- klien melakukan tekhnik relaksasi napas
dalam,
- ekspresi wajah klien meringis
 memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
- perawat menanyakan perassaan klien
setelah di lakukan control nyeri
- Klien mengatakan perasaanya agak tenang
tapi lutut masi nyeri
 memberikan terapi konservatif
R/
- perawat melakukan kompres hangat
disekitar area lutut
- posisi klien dalam keadaan berbaring
kaki kiri di tekuk
- terpasang kompres hangat di lutut kiri
 mengingkatkan istirahat pada klien
R/
- Setelah di beri peringatan oleh perawat
agar klien mengurangi aktivitasnya, klien
mengerti dengan apa yg di jelaskan oleh
perawat.
 mengkolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil

lmplementasi dan Evaluasi (8 Juni dan 10 Juni 2020)


Tgl/ jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi Paraf
12/06/20 Hambatan Self Care assistance : ADLs S: Fadlun

10.00-12.00 Mobilitas  Memonitor kemampuan klien untuk - Klien mengatakan susah beraktivitas M.Yawu
Fisik perawatan diri yang mandiri. karena lutut kirinya sakit
R/ O:
- Klien mengatakan susah beraktivitas - Kesadaran Composmentis
karena lutut kirinya sakit - GCS : 15
 Memonitor kebutuhan klien untuk alat alat - Klien meringis
bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, skala nyeri 4 (0-10)
berhias, toileting dan makan. - Klien sulit berkonsentrasi
R/ - Klien sering mengulangi pertanyaan
- Klien di bantu dalam berpakaian, yang sama
untuk membersihkan diri, - Lutut kiri tampak kemerahan
berpakaian, berhias, toileting dan - Lutut kiri sedikit bengkak
makan. - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
 menyediakan bantuan sampai klien dalam
mampu secara utuh untuk - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
melakukan self-care. - Posisi kaki kiri di tekuk
R/ - TD : 150/100 mmHg
- Klien mengatakan sudah anaknya - TB : 163 Cm
sudah menyiapkan kursi roda - BB : 72 Kg
 mendorong klien untuk melakukan - MMSE : 20
aktivitas sehari-hari yang normal - 94x/menit
sesuai kemampuan yang dimiliki. - Time up and Go test 21 detik
R/ - Barthel indeks 20
- Klien mengerti dan mendengarkan - Kekuatan otot
apa yang dijelaskan oleh perawat 5 5
 mendorong untuk melakukan secara 5 4
mandiri, tapi beri bantuan ketika A : Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
klien tidak mampu melakukannya. P : Lanjutkan Intervensi
R/
- klien mengatakan ketika ia hendak
mengangkat beban berat, klien di
bantu oleh suami anaknya
 memberikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan
R/
Klien mengatakan, sering melakukan aktifitas
rutin seperti membersihkan rumput di halaman
rumah
Self Care assistance : ADLs
 Memonitor kemampuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
R/
- Klien mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri
- Klien di bantu berjalan oleh
anaknya
- Klien susah beraktivitas karena
lutut kirinya sakit
 Memonitor kebutuhan klien untuk alat
alat bantu untuk kebersihan diri,
berpakaian, berhias, toileting dan
makan.
R/
- Klien di bantu dalam berpakaian,
untuk membersihkan diri,
berpakaian, berhias, toileting dan
makan
 Menyediakan bantuan sampai klien
mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
R/
- Klien mengatakan sudah anaknya
sudah menyiapkan kursi roda

 mendorong klien untuk melakukan


aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
R/
- Klien mengerti dan mendengarkan
apa yang dijelaskan oleh perawat
- Tapi kadang-kadang klien sering
mengulangi pertanyaanya
 mendorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya.
R/
- klien mengatakan ketika ia hendak
mengangkat beban berat, klien di
bantu oleh suami anaknya
 Memberikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
R/
- Klien mengatakan, sering
melakukan aktifitas rutin seperti
membersihkan rumput di halaman
rumah dan melakukan senam
peregangan.

12/06/20 Resiko  mengidentifikasi klien yang berisiko S : Fadlun

12.15-13.00 cedera (penyakit akut, trauma kondisi penyakit - Klien mengatakan tidak bisa berjalan karena M.Yawu
kronis dengan kelemahan, konfusi akut atau lututnya sakit
kronis, demensi atau penggunaan berbagai
obat) O:
- Kekuatan otot 5 5
5 4
R/ - Skor resiko jatuh : < 55 (resiko tinggi)
- Klien mengalami kelemahan anggota - Keluarga klien mendengarkan edukasi
gerak bagian bawah ( lutut klien dengan baik dan mengerti dengan edukasi
sakit,kemerahan dan sedikit bengkak) yang dijelaskan oleh perawat.
 mengkaji kekuatan otot atau skala resiko - Kesadaran Composmentis
jatuh (ekstremitas) - GCS : 15
R/ Kekuatan otot 5 5 - Klien meringis
5 4 - skala nyeri 4 (0-10)
Skor Resiko Jatuh : <51 (risiko rendah) - Klien sulit berkonsentrasi
 mengkaji perasaan klien, kemampuan - Klien sering mengulangi pertanyaan yang
koping gaya kepribadian (tempramen sama
agresi, perilaku agresif. - Lutut kiri tampak kemerahan
R/ - Lutut kiri sedikit bengkak
- Klien menjawab pertanyaan perawat A : Masalah Resiko Cidera belum teratasi
namun pertanyaannya sering di ulang- P : Lanjutkan intervensi
ulang
 memastikan pengetahuan tentang
kebutuhan keamanan dan pencegahan
cidera serta motivasi untuk mencegah
cidera saat beraktivitas diluar atau dirumah
 memberikan edukasi pada klien dan
keluarga tentang
1. Menghindari Aktifitas berat
2. Hindari bepergian sendiri
3. Memberikan nutrisi yang baik
4. Berikan penerangan yang cukup di
tempat klien beraktifitas
5. Menghindari tempat yang membuat
klien jatuh (tempat licin)
R/
- Keluarga klien mendengarkan edukasi
dengan baik dan mengerti dengan
edukasi yang dijelaskan oleh perawat.
- mengkolaborasikan rujuk ke ahli terapi
okupasi atau fisik jika tepat
 mendorong partisipasi dalam program
swabantu seperti latihan asertif.

IMPLEMENTASI HARI KE 2
13 Juni 2020

3. lmplementasi dan Evaluasi (8 Juni dan 10 Juni 2020)


Tgl/ jam Dx. Kep Implementasi Evaluasi Paraf
12/06/20 Nyeri  melakukan pengkajian nyeri secara S : Fadlun

07.00-10.00 komprehensif termasuk lokasi, - Klien mengatakan Nyeri berkurang pada M.Yawu
karakteristik, durasi, frekuensi, lutut kiri
kualitas dan faktor presipitasi - Klien mengtaakan sebelum sakit belum
R/ pernah mengalami nyeri sebelumnya
- Ekspresi wajah klien menunjukan skala - Klien mengatakan nyeri lutut berkurang
Nyeri 2 pada saat berjalan
- Lokasi lutut kiri masi bengkak dan O :
kemerahan sudah berkurang - Kesadaran Composmentis
 mengobservasi reaksi nonverbal dari - GCS : 15
ketidaknyamanan - Klien tenang
R/ skala nyeri 2 (0-10)
- Pada saat berjalan klien mengatakan nyeri - Klien sulit berkonsentrasi
pada lutut bagian kiri sudah berkurang - Klien sering mengulangi pertanyaan
 mengevaluasi pengalaman nyeri masa yang sama
lampau - Lutut kiri tdk tampak kemerahan
R/ - Lutut kiri sedikit bengkak
- klien mengatakan belum pernah merasakan - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
nyeri sebelumnya. dalam
 mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
menentukan intervensi - Posisi kaki kiri di tekuk
R/ - TD : 150/100 mmHg
- klien mengatakan nyeri di lutut berkurang - TB : 163 Cm
 mengajarkan tentang teknik non - BB : 72 Kg
farmakologi dan tekhnik relaksasi napas - MMSE : 20
dalam - 94x/menit
R/ - Time up and Go test 21 detik
- anjurkan klien untuk berolahraga seperti - Barthel indeks 20
berenang dan sepeda statis - Kekuatan otot
- Perawat mengajarkan klien menarik napas 5 5
dalam 5 4
- klien melakukan tekhnik relaksasi napas A : Masalah Nyeri teratasi sebagian
dalam, P : Lanjutkan Intervensi
- ekspresi wajah klien tenang
 memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
- perawat menanyakan perassaan klien
setelah di lakukan control nyeri
- Klien mengatakan perasaanya agak tenang
nyeri pada lutut berkurang
 memberikan terapi konservatif
R/
- perawat melakukan kompres hangat
disekitar area lutut
- posisi klien dalam keadaan berbaring
kaki kiri di tekuk
- terpasang kompres hangat di lutut kiri
 mengingkatkan istirahat pada klien
R/
- Setelah di beri peringatan oleh perawat
agar klien mengurangi aktivitasnya, klien
mengerti dengan apa yg di jelaskan oleh
perawat.
 mengkolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
13/06/2020 Hambatan  Memonitor kemampuan klien untuk S : Fadlun.M
mobilitas perawatan diri yang mandiri. - Klien mengatakan sudah bisa yawu
fisik R/ beraktivitas karena sakit pada lutut
- Klien mengatakan sudah bisa kirinya berkurang
beraktivitas karena sakit pada lutut O :
kirinya sudah berkurang - Kesadaran Composmentis
 Memonitor kebutuhan klien untuk alat alat - GCS : 15
bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, - Klien meringis
berhias, toileting dan makan. skala nyeri 4 (0-10)
R/ - Klien sulit berkonsentrasi
- Klien di bantu dalam berpakaian, - Klien sering mengulangi pertanyaan
untuk membersihkan diri, yang sama
berpakaian, berhias, toileting dan - Tidak tampak kemerahan pada lutut
makan. - Lutut kiri sedikit bengkak
 menyediakan bantuan sampai klien - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
mampu secara utuh untuk dalam
melakukan self-care. - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
R/ - Posisi kaki kiri di tekuk
- Klien mengatakan sudah anaknya - TD : 150/100 mmHg
sudah menyiapkan kursi roda - TB : 163 Cm
 mendorong klien untuk melakukan - BB : 72 Kg
aktivitas sehari-hari yang normal - MMSE : 20
sesuai kemampuan yang dimiliki. - 94x/menit
R/ - Time up and Go test 21 detik
- Klien mengerti dan mendengarkan - Barthel indeks 20
apa yang dijelaskan oleh perawat - Kekuatan otot
 mendorong untuk melakukan secara 5 5
mandiri, tapi beri bantuan ketika 5 4
klien tidak mampu melakukannya. A : Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi
R/ sebagian
- klien mengatakan ketika ia hendak P : Lanjutkan Intervensi
mengangkat beban berat, klien di
bantu oleh suami anaknya
 memberikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan
R/
- Klien mengatakan, sering
melakukan aktifitas rutin seperti
membersihkan rumput di halaman
rumah

13/06/2020 Resiko  mengidentifikasi klien yang berisiko S : Fadlun


cedera jatuh (penyakit akut, trauma kondisi penyakit - Klien mengatakan mulai bisa berjalan karena M.yawu
kronis dengan kelemahan, konfusi akut atau rasa sakit pada lututnya berkurang
kronis, demensi atau penggunaan berbagai
obat) O:
R/ - Kekuatan otot 5 5
- Klien mengalami kelemahan anggota 5 4
gerak bagian bawah (rasa sakit pada - Skor resiko jatuh : 50 (resiko rendah)
lutut klien berkurang, tidak ada - Keluarga klien mendengarkan edukasi
kemerahan dan lutut sedikit bengkak) dengan baik dan mengerti dengan edukasi
 mengkaji kekuatan otot atau skala resiko yang dijelaskan oleh perawat.
jatuh (ekstremitas) - Kesadaran Composmentis
R/ Kekuatan otot 5 5 - GCS : 15
5 4 - Ekspresi wajah Klien tenang
Skor Resiko Jatuh : <51 (risiko rendah) - skala nyeri 2 (0-10)
 mengkaji perasaan klien, kemampuan - Klien sulit berkonsentrasi
koping gaya kepribadian (tempramen - Klien sering mengulangi pertanyaan yang
agresi, perilaku agresif. sama
R/ - Tidak tampak kemerahan
- Klien menjawab pertanyaan perawat - Lutut kiri sedikit bengkak
namun pertanyaannya sering di ulang- A : Masalah Resiko Cidera teratasi sebagian
ulang P : Lanjutkan intervensi
 memastikan pengetahuan tentang
kebutuhan keamanan dan pencegahan
cidera serta motivasi untuk mencegah
cidera saat beraktivitas diluar atau dirumah
 memberikan edukasi pada klien dan
keluarga tentang
6. Menghindari Aktifitas berat
7. Hindari bepergian sendiri
8. Memberikan nutrisi yang baik
9. Berikan penerangan yang cukup di
tempat klien beraktifitas
10. Menghindari tempat yang membuat
klien jatuh (tempat licin)
R/
- Keluarga klien mendengarkan edukasi
dengan baik dan mengerti dengan
edukasi yang dijelaskan oleh perawat.
- mengkolaborasikan rujuk ke ahli terapi
okupasi atau fisik jika tepat
 mendorong partisipasi dalam program
swabantu seperti latihan asertif.
TERAPI AKTIVITAS INDIVIDU / KELOMPOK

A. Terapi Kognitif : Brain Gym

Terapi KognitIf : Brain Gym


Topik : Senam otak/ Brain Gym.
Sasaran : Lansia di Panti Werdha Senja Bahagia Kota Bandung.
Hari/ Tanggal : Selasa/ 09 Juni 2020. Waktu : 10.00 – 10.30 WIB.
Tempat : Halaman Panti Werdha Senja Bahagia Kota Bandung.
Pelaksana : Petugas kesehatan/ perawat.

1. Latar Belakang
Pengertian lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pasal 1 ayat 1 adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun
ke atas. Lansia merupakan periode akhir dari rentang kehidupan manusia. Melewati masa
ini, lansia memiliki kesempatan untuk berkembang mencapai pribadi yang lebih baik dan
semakin matang. Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai masa
keemasan atau kejayaannya dalam ukuran, fungsi dan juga beberapa telah menunjukkan
kemundurannya sejalan dengan berjalannya waktu (Suadirman, 2011, dalam Triningtyas
dan Muhayati, 2018). Usia enampuluh biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara
usia madya dan usia lanjut. Selain itu, usia enampuluh digunakan sebagai usia pensiun
dan sebagai tanda dimulainya usia lanjut (Triningtyas dan Muhayati, 2018).
Populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan, baik secara global, lingkup
Asia maupun Indonesia, dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua (ageing
population) karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas (penduduk lansia)
melebihi angka 7%. Setelah tahun 2050, diprediksi populasi lansia di Indonesia akan
meningkat lebih tinggi dari pada populasi lansia di wilayah Asia. Namun Asia dan
Indonesia berstruktur tua dimulai dari tahun 1999 dan 2000. Walaupun dikatakan
berstruktuk tua tetapi jumlah penduduk <15 tahun masih lebih besar dari penduduk
lansia (60 tahun ke atas), tetapi pada tahun 2040 baik global/ dunia, Asia dan Indonesia
diprediksikan jumlah penduduk lansia sudah lebih besar daripada jumlah penduduk <15
tahun. Data biro sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia mengalami
pertambahan warga lanjut usia terbesar di seluruh dunia padatahun 1990-2005, yaitu
sebesar 414%. Sementara berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan penduduk
lansia di Indonesia tahun 2017 ada 23,66 juta jiwa (9,03%), tahun 2020 sebesar 27,08
juta, tahun 2025 sebesar33,69 juta, tahun 2030 sekitar 40,95 juta, dan tahun 2035
diperkirakan 48,19 juta (Ekasari, Riasmini dan Hartini, 2018).
Masa usia lanjut memang masa yang tidak bisa dielakkan oleh siapapun khususnya
bagi yang dikaruniai umur panjang, yang bisa dilakukan oleh manusia hanyalah
menghambat proses menua agar tidak terlalu cepat, karena pada hakikatnya dalam
proses menua terjadi suatu kemunduran atau penurunan (Suadirman, 2011, dalam
Triningtyas dan Muhayati, 2018).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Eni dan Safitri (2018) dengan judul penelitian
“Gangguan Kognitif Terhadap Resiko Terjadinya Jatuh Pada Lansia”, hasil penelitian
menunjukkan terdapat hubungan erat antara gangguan kognitif denga resiko jatuh.
Upaya yang harus ditingkatkan adalah meningkatkan mutu pelayananterhadap lansia,
memberikan penyuluhan, menguji terapi aktivitas kelompok, pengkajian aspek kognitif
mental seperti orientasi, registrasi, perhatian, mengingat dan bahasa. Diusia tua kondisi
psikologis tidak terlepas dari keadaan fisik dan kognitif yang sehat dan dapat berfungsi
baik meskipun mengalami penurunan. Adanya fenomena demensia, kepikunan bahkan
penyakit Alzheimer menandakan bahwa otak manusia dapat menua dan menurun
kemampuannya, serta mengalami gangguan. Dalam hal ini, successful aging yang tetap
menjadi prioritas tujuan pengembangan ilmu mengenai usia tua, bisa diusahakan melalui
berbagai pendekatan. Salah satunya dengan penerapan terapi senam otak. Senam otak
mengarah kepada peningkatan koordinasi fungsi tubuh, motorik, keseimbangan, dan daya
pikir atau daya ingat seseorang. Penurunan fungsi tubuh dan kognitif seseorang akibat
menua dapat diminimalisir dengan terapi tersebut. Senam otak adalah serangkaian gerak
sederhana menyenangkan digunakan untuk memadukan semua bagian otak yang
berfungsi meningkatkan kemampuan belajar, membangun harga diri dan rasa
kebersamaan. Rangkaian kegiatan ini sesuai untuk semua orang. Berguna dalam
mempersiapkan seseorang menyesuaikan dengan kehidupan sehari-hari. Dapat
menambah atau meningkatkan ketrampilan khusus dalam hal berpikir dan koordinasi
(Desiningrum, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Hukmiyah, Bachtiar dan Leksonowati (2019) dengan
judul penelitian “Pemberian Brain Gym Exercise Dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif Pada
Lanjut Usia”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan fungsi kognitif yang
bermakna antara sebelum dan setelah pemberian brain gym pada kelompok intervensi
(p<0,05), sedangkan tidak terdapat perubahan bermakna antara sebelum dan setelah
pemberian senam lansia pada kelompok kontrol (p>0,05). Namun, nilai rata-rata fungsi
kognitif pada kelompok intervensi lebih besar dibandingkan nilai rata-rata pada kelompok
kontrol. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian brain gym
exercise terhadap perubahan fungsi kognitif pada lansia.
Penelitian yang dilakukan oleh Astuti, Ivana dan Jamini (2018) dengan judul
penelitian “Pengaruh Senam Otak Terhadap Fungsi Kognitif Pada Lansia”. Pengumpulan
data menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE), analisa data yang
digunakan adalah uji non-parametik wilcoxon signed rank. Hasil uji wilcoxon didapatkan p
value = 0,001 (<0,005), artinya ada pengaruh senam otak terhadap fungsi kognitif pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.
Berdasarkan teori serta hasil penelitian yang ada, dapat diketahui bahwa kegiatan
senam otak yang dilakukan secara teratur dapat mengaktifkan tiga dimensi otak. Dimensi
pemusatan dapat meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan penerimaan oksigen
(mengharmonisasikan emosi dan pikiran rasional), dimensi lateralis akan menstimulasi
koordinasi kedua belahan otak yaitu otak kanan dan otak kiri (memperbaiki pernafasan,
stamina, melepaskan keregangan, mengurangi kelelahan dan lain-lain), dimensi
pemfokusan untuk melepaskan hambatan fokus dari otak (memperbaiki kurang
perhatian, kurang konsentrasi dan lain-lain) sehingga dapat menyebabkan fungsi kognitif
lansia meningkat. Sehingga Brain Gym dapat meningkatkan fungsi kognitif lansia sehingga
dapat bermanfaat dalam meminimalkan penurunan fungsi kognitif.
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok, diharapkan lansia dapat
meningkatkan kemampuan kognitifnya secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Lansia mampu mengikuti instruksi senam yang diberikan.
b. Lansia mampu mengikuti gerakan senam otak secara bertahap.
3. Metode
1. Demonstrasi.
4. Media dan Alat
1. Speaker audio.
2. Flipchart.
3. 3. Leaflet.
4. Papan nama.
5. Kursi.
5. Sasaran
Lansia di Panti Werdha Senja Bahagia Kota Bandung.
6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Waktu
Optimal untuk sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120
menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia, 2001, dalam Keliat dan
Pawirowiyono, 2014). Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, tahap
kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyak sesi bergantung pada tujuan kelompok,
dapat satu/dua kali per minggu; atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
Lamanya TAK yang dilakukan (dua sesi) yaitu 40 menit (Keliat dan Pawirowiyono,
2014). Kegiatan terapi aktivitas kelompok brain gym ini berlansung selama 30 menit,
dari pukul 10:00 WIB sampai dengan pukul 10:30 WIB.

2. Tempat pelaksanaan
Halaman Panti Werdha Senja Bahagia Kota Bandung.
7. Setting Tempat

Keterangan:

: Leader : Fasilitator : Observer

: Co-Leader : Pasien

8. Susunan Kegiatan

No Tahap Kegiatan
1 Pra interaksi dan a. Mengucapkan salam.
Apersepsi (5 menit) b. Doa.
c. Perkenalan.
d. Melakukan kontrak waktu dengan peserta.
e. Menjelaskan tujuan.
2 Interaksi (15 menit) Demonstrasi senam otak/ brain gym.
3 Terminasi (10 menit) a. Evaluasi/ mempraktikkan kembali gerakan yang telah
dilakukan.
b. Memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
aktivitas kelompok.
c. Memberikan pujian atas apa yang telah
diungkapkannya.
d. Penutup.

9. Materi TAK
1. Definisi
Senam otak adalah serangkaian latihan gerakan tubuh sederhana yang dilakukan
untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralis), meringankan atau
merelaksasi bagian Depan dan belakang otak (dimensi pemfokusan). Serta merangsang
sistem yang terkait dengan perasaan atau emosi, yaitu otak tengah (limbik) dan otak
besar (dimensi pemusatan) (Haryanto, 2011).
brain Gym atau senam otak merupakan serangkaian latihan yang berbasis gerakan
tubuh sederhana dinamis yang memungkinkan didapatkan keseimbangan aktivitas
kedua belahan otak secara bersamaan. Metode yang digunakan dalam melakukan
Brain Gym adalah Edu-K (Educational kinosiology) atau pelatihan gerakan yakni
melakukan gerakan yang bisa merangsang seluruh bagian otak untuk bekerja. Metode
ini mengaktifkan dua belah otak dan memadukan fungsi semua bagian otak untuk
meningkatkan kemampuan kognitif (Festi, 2010, dalam Setyawan, 2015).
Senam otak (brain gym) merupakan salah satu stimulasi langkah preventif guna
mengoptimalkan, merangsang fungsi otak menjadi semakin relevan pada lansia, dan
memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak (Dennison, 2006 dalam Pratiwi, 2016).
2. Manfaat
Senam otak memberikan rangsangan atau stimulus pada otak yang dapat
meningkatkan kemampuan kognitif, dan meningkatkan kontrol emosi (Dharmawan,
2014, dalam Priambodo, 2016). Senam otak (brain gym) juga dapat meningkatkan
kemampuan berbahasa dan daya ingat. Pada lansia penurunan otak dan tubuh
membuat tubuh mudah jatuh sakit, pikun dan frustasi. Meski demikian, penurunan ini
bisa diperbaiki dengan melakukan senam otak. Senam otak tidak saja akan
memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga merangsang ke dua
belahan otak untuk bekerja. Senam otak juga dapat meningkatkan daya ingat dan
pengulangan kembali terhadap huruf atau angka, meningkatkan ketajaman
pendengarandan pengolahan, mengurangi kesalahan membaca, memori dan
kemampuan komprehensif pada kelompok dengan gangguan bahasa, hingga mampu
meningkatkan respons terhadap rangsangan visual (Widiyati, 2010). Dari segi
pelaksanaannya senam otak mudah dilakukan, senam otak dapat dilakukan oleh
semua umur dan dapat dilakukan kapan saja, tanpa waktu khusus, dimana porsi
latihan yang direkomendasikan adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam
sehari (Dian Fitria, 2008, dalam Priambodo, 2016).
3. Prinsip-prinsip dalam melakukan senam otak
Menurut Desiningrum dan Indriana (2018) prinsip-prinsip dalam melakukan senam
otak,
yaitu:
a. Dilakukan Uji Coba Senam Otak. Dipantau kemampuan seluruh lansia dalam
memahami gerakan dan menirukannya. Dari hasil uji coba, ditetapkan gerakan
senam otak yang sesuai kemampuan lansia yaitu sejumlah 12 gerakan, selain itu
disiapkan juga modul senam otak audio-visual berupa CD.
b. Senam otak dilakukan semampunya, sehingga pendekatannya adalah individual.
Mengingat keterbatasan kemampuan lansia yang berbeda-beda dalam hal
persepsi dan kondisi fisik-motorik.
c. Gerakan-gerakan senam otak diajarkan secara perlahan dan bertahap, serta
berulang agar lansia mampu mengikuti dan menghafalkannya.
d. Dilakukan icebreaking, di awal atau di tengah-tengah waktu senam otak, agar
lansia tidak cepat lelah. Icebreaking dapat berupa games ataupun menyanyi.
e. Senam otak sebaiknya dilakukan secara rutin dan konsisten, yaitu kurang lebih 15
menit untuk keseluruhan gerakan yang disesuaikan dengan kemampuan lansia.
Senam otak ini sebaiknya dilakukan sebanyak minimal 10 kali pertemuan,
seminggu sekali atau selama 2,5 bulan.
f. Kepada setiap lansia diberikan kelonggaran, artinya keseluruhan gerakan senam
otak tetap dilakukan meskipun terputus-putus dalam setiap pelatihannya, atau
dilakukan secara tidak sempurna karena disesuaikan dengan kemampuan lansia.

4. Gerakan Senam Otak


Menurut Desiningrum dan Indriana (2018) gerakan dari senam otak, yaitu:
a. Hooks Up
Gerakan hooks up, yaitu kedua tangan disilangkan di depan dada dan kaki
disilangkan, kanan kekiri dan sebaliknya secara bergantian, lakukan setiap bagian
selama 1 menit. Untuk adiyuswa yang memiliki keterbatasan kekuatan fisik dan
pemahaman, posisi tangan bisa hanya sekedar dirapatkan dan digenggamkan.
Manfaat Gerakan:
Gerakan ini dapat meningkatkan keseimbangan. Ketikakeseimbangan terus
distimulasi, maka dapat meminimalisir keluhan-keluhan fisik terkait kesehatan
jantung dan aliran darah. Gerakan ini juga dapat meningkatkan koordinasi tubuh,
sehingga adiyuswa dapat lebih optimal menjalankan aktivitas sehari-hari. Dengan
keseimbangan dan koordinasi tubuh yang baik, maka adiyuswa dapat terhindar
dari mudah jatuh. Jatuh adalah kejadian yang kerapkali dialami adiyuswa dan
bisa beakibat fatal bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Gerakan hooks up
secara umum dapat mengurangi kepekaan yang berlebihan, sehingga adiyuswa
tidak terlalu sensitif atau mudah emosional, maka membuat adiyuswa lebih
rileks, melepaskan ketegangan otak, dan pikiran dapat mengendur. Selain itu,
gerakan ini dapat meningkatkan kemampuan dalam memperhatikan sesuatu,
sehingga adiyuswa dapat lebih fokus pada apapun yang dilakukannya.
b. Lazzy Eight
Gerakan lazy eight seperti menggambar angka 8 tidur atau simbol “tak
terhingga” di depanmata, dengan ibu jari ditegakkan dan lengan diluruskan ke
depan. Gerakan dilakukan bergantian tangan kanan terlebih dahulu, setelah
itu tangan kiri masing masing sebanyak lima putaran. Pada saat tangan
membentuk delapan tidur, maka mata mengikuti gerakan tangan.
Manfaat Gerakan:
Pada gerakan ini individu menyebrangi garis tengah visua ltanpa berhenti,
maka gerakan ini mengaktifkan mata kanan dan kiri serta mengintegrasikan
bidang penglihatan kanan dan kiri. Pada adiyuswa, ketajaman penglihatan
secara perlahan dan pasti akan menurun, bahkan koordinasi visual persepsi
juga terganggu, dimana adiyuswa membutuhkan waktu yang lama untuk
menyadari apa yang dilihatnya. Maka gerakan ini bisa melatih daya
penglihatan sekaligus memelihara ketajaman persepsi visual. Angka 8
digambar dalam posisi tidur dengan titik tengah yang jelas, yang memisahkan
wilayah lingkaran kiri dan kanan dan dihubungkan dengan garis yang
tersambung. Hal ini menstimulasi pusat koordinasi otak kanan dan kiri,
menjaga keseimbangan tubuh dan memelihara psikomotorik adiyuswa.
A. Putaran leher
Gerakan ini berpusat pada gerakan kepala yang diputar diposisi depan saja,
setengah lingkaran dari kiri ke kanan, dan sebaliknya dari kanan ke kiri, masing-
masing arah sebanyak lima putaran. Tidak disarankan memutar kepala hingga ke
belakang.Gerakan ini dilakukan secara pelahan dan disesuaikan dengan
kemampuan adiyuswa.
Manfaat Gerakan:
Pada gerakan ini, leher menunjang relaksnya tengkuk dan melepaskan ketegangan
yang disebabkan oleh ketidakmampua nmenyebrangi garis tengah visual. Leher
merupakan organ tubuh yang menghubungkan bagian otak dan tubuh, serta syaraf
tulang belakang. Bahkan leher juga diperkaya dengan banyak pembuluh darah.
Artinya leher harus selalu sehat, dan bebas dari ketegangan. Maka gerakan ini dapat
meminimalisir kelelahan dan ketegangan leher. Jika leher sehat dan relaks, maka
distribusi darahke otak dan sebaliknya kinerja syaraf otak ke seluruh tubuh dapat
berjalan lancar. Mengaktifkan tangan Pada gerakan ini, salah satu tangan diluruskan
ke atas disamping telinga. Tangan kedua melewati bagian belakang kepaladan
diletakkan di bawah siku tangan pertama. Tangan yang lurus digerakkan (diputar) ke
arah luar, ke dalam, ke belakang dan ke muka sambil tangan kedua menahanny
adengan tekanan halus. Hembuskan napas saat otot tegang atau diaktifkan.
Gerakan dilakukan bergantian antara tangan kanan dan kiri masing-masing tiga
putaran.
Manfaat Gerakan:
Mengaktifkan tangan dapat melepaskan ketegangan di otot pundak dan dada
bagian atas dan juga pangkal lengan. Pundak adalah penopang rangka manusia,
yang secara psiko-fisiologis menjadi pusat beban manusia, terlebih jika manusia
mengalami kelelahan fisik dan ketegangan psikologis, maka pundak menjadi terasa
kaku bahkan nyeri. Dada dan pangkal lengan juga merupakan pemilik otot-otot yang
terhubung langsung dengan otot pundak sehingga ketiga bagian tersebut
berkorelasi serta saling mendukung fungsinya. Dengan gerakan ini, maka pusat
stres di tubuh adiyuswabisa berkurang. Kontrol otot gerakan motorik kasar dan
halus berasal dari bagian tubuh ini dan sangat berpengaruh bagi keterampilan
menulis dan menggunakan alat kerja lainnya. Pada adiyuswa, tetap dibutuhkan
gerakan motorik kasar dan halus untuk aktivitas sehari-hari. Penurunan
kemampuan motorik di usia tua adalah sangat wajar, namun jika mengalami terlalu
banyak hambatan, maka otomatis akan menurunkan kemandirian, adiyuswa
menjadi banyak bergantung pada orang lain, dan hal ini bisa mengurangi keyakinan
diri dan harga diri adiyuswa. Maka gerakan ini bisa membantu mengurangi
penurunan.

B. Mengaktifkan tangan
Pada gerakan ini, salah satu tangan diluruskan ke atas disamping telinga. Tangan
kedua melewati bagian belakang kepaladan diletakkan di bawah siku tangan
pertama. Tangan yang lurus digerakkan (diputar) ke arah luar, ke dalam, ke
belakang dan ke muka sambil tangan kedua menahanny adengan tekanan halus.
Hembuskan napas saat otot tegang atau diaktifkan. Gerakan dilakukan bergantian
antara tangan kanan dan kiri masing-masing tiga putaran. Manfaat Gerakan:
Mengaktifkan tangan dapat melepaskan ketegangan di otot pundak dan dada
bagian atas dan juga pangkal lengan. Pundak adalah penopang rangka manusia,
yang secara psiko-fisiologis menjadi pusat beban manusia, terlebih jika manusia
mengalami kelelahan fisik dan ketegangan psikologis, maka pundak menjadi terasa
kaku bahkan nyeri. Dada dan pangkal lengan juga merupakan pemilik otot-otot yang
terhubung langsung dengan otot pundak sehingga ketiga bagian tersebut
berkorelasi serta saling mendukung fungsinya. Dengan gerakan ini, maka pusat stres
di tubuh adiyuswabisa berkurang. Kontrol otot gerakan motorik kasar dan halus
berasal dari bagian tubuh ini dan sangat berpengaruh bagi keterampilan menulis
dan menggunakan alat kerja lainnya. Pada adiyuswa, tetap dibutuhkan gerakan
motorik kasar dan halus untuk aktivitas sehari-hari. Penurunan kemampuan motorik
di usia tua adalah sangat wajar, namun jika mengalami terlalu banyak hambatan,
maka otomatis akan menurunkan kemandirian, adiyuswa menjadi banyak
bergantung pada orang lain, dan hal ini bisa mengurangi keyakinan diri dan harga
diri adiyuswa. Maka gerakan ini bisa membantu mengurangi penurunan.

C. Burung manguni
Gerakan ini merupakan gerakan memijat bahu. Otot bahu dipijat/ diurut, bahu kiri
oleh tangan kanan dan kepala menoleh kekiri, demikian sebaliknya, bahu kanan oleh
tangan kiri dan kepala menoleh ke kanan. Pijatan menyeluruh, mulai dari pangkal
bahu dekat leher hingga ke arah lengan bagian bawah. Pijatan di bahu ini dilakukan
masing-masing selama 1 menit. Saat satu bahu selesai dipijat, tarik nafas dengan
kepala di posisi tengah, kemudian buang nafas ke samping atau ke otot yang tegang
di bahu tersebut, baru mulai pijat bahu satunya. Ulangi hal ini pada bahu yang lain.
Manfaat gerakan:
Gerakan ini memiliki manfaat, pertama adalah mengurangi ketegangan pada bahu.
Pemijatan secara langsung melenturkan otot-otot bahu dan lengan, sehingga
kelelahan fisik dan beban psikologis bisa berkurang. Dalam kondisi relaks, maka daya
pikir lebih baik dan kondisi emosi juga dapat lebih sehat. Maka adiyuswa tidak
mudah stres, marah dan pusing. Gerakan ini juga mengintegrasikan otak bagian
belakang dan bagian depan, hal ini dapat melancarkan bahasa dan kemampuan
berkomunikasi, serta meningkatkan konsentrasi. Pada adiyuswa kemampuan
berkomunikasi Seringkali menurun, bisa dikarenakan turunnya kemampuan indera
visual dan auditori, atau bahkan mengalami gangguan seperti demensia. Dengan
melakukan gerakan ini, maka adiyuswa bisa menekan hal tersebut.
D. Saklar otak
Saklar Otak adalah suatu gerakan menyentuh bagian dada atas, tepatnya jaringan
lunak di bawah tulang clavicula di kiri dan kanan sternum, lalu memijat dengan satu
tangan, sementara tangan yang lain memegang pusar. Bisa sambil menundukan
kepala dan berdoa ketika memijat dada atas. Dilakukan selama kurang lebih 2 menit
dengan mengganti tangan kanan dan kiri. Manfaat Gerakan:
Saklar Otak merupakan titik akhir meridian ginjal dan berada dekat pembuluh darah
besar, sehingga apabila diaktifkan akan melancarkan pengaliran darah yang kaya zat
asam ke otak. Hal itu penting agar otak dapat bekerja dengan baik maka diperlukan
seperlima bagian dan seluruh zat asam yang di butuhkanoleh tubuh. Pada adiyuswa
terjadi penurunan minat makan dan minum, dalam hal selera maupun kuantitas
makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Terkadang adiyuswa merasakan nyeri
di perut akibat zat asam yang terlalu dominan dalam organ pencernaan. Maka
dengan gerakan ini, adiyuswa bisa memperbaiki pola makannya dan merasakan
badan lebih segar. Secara menyeluruh,kondisi fisik dan kognitif yang baik bisa
menjernihkan pola pikir dandaya ingat.
E. gombol bumi
Gerakan ini dilakukan dengan cara ujung jari (telunjuk) salah satu tangan
menyentuh bawah bibir dan sedikit menekan, lalu ujung jari lainnya ±15 cm di
bawah pusar. Manfaat Gerakan:
Tombol bumi adalah titik akupuntur (di Meridian Sentral) yang berhubungan
langsung dengan kegiatan otak. Merasakan hubungan antara tubuh atas dan bawah
memungkinkan individu mengkoordinasikannya untuk meningkatkan stabilitas.
Adiyuswa sudah mengalami banyak penurunan kemampuan fisik, kognitif dan
motorik, dan berdampak pula pada psikologisnya seperti mudah mengalami
depresi. Dengan gerakan ini, adiyuswa dapat lebih sehat secara fisik, adiyuswa
membutuhkan stimulasidalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari dan dapat
lebih sehat baik fisik dan psikologis.
F. Tombol angkasa
Pada gerakan ini, ujung jari satu tangan menyentuh dan sedikit menekan atas bibir,
dan jari lainnya menekan lembut garis belakang pada tulang ekor. Dilakukan selama
kurang lebih 1 menit. Manfaat Gerakan:
Tombol angkasa adalah titik akupuntur (di meridian governur) yang berhubungan
langsung dengan otak, tulang belakang dan pusat sistem saraf. Dengan
mengaktifkan tombolini dimungkinkan untuk relaks. Pada adiyuswa, kondisi
emosional juga mengalami instabilitas, dan kemampuan dalam regulasi emosi juga
menurun. Artinya adiyuswa menjadi sensitif dan mudah tersinggung. Stres yang
mudah ada pada orang-orang di usia lanjut,menyebabkan kondisi tegang
berkepanjangan. Dengan gerakan ini,maka pusat syaraf (otak) dan syaraf tepi yang
dibuat relaks, akan menciptakan kondisi emosional yang lebih tenang, dan
kesehatan psikologis adiyuswa dapat terpelihara.
G. Menguap berenergi
Gerakan ini adalah perpaduan dari menguap, dan memijat tulang pipi dan rahang.
Dilakukan sebanyak 5 kali menguap, dan pijatan perlahan. Bisa selama 1 menit.
Manfaat Gerakan:
Menguap merupakan refleks penapasan alami yang meningkatkan peredaran udara
ke otak dan merangsang seluruh tubuh. Otak merupakan pusat kontrol dan
koordinasi seluruh aktivitas fisik, afeksi dan psikomotorik manusia, dengan
lancarnya peredaran darah ke otak, maka fungsi otak dapat lebih optimal,dan
metabolism tubuh bisa lebih baik. Adiyuswa bisa tetap beraktivitas normal. Saat
menguap, disarankan untuk menutup mata, tapi jangan menahannya karena bisa
menimbulkan ketegangan rahang. Dengan menutup mata, maka adiyuswa bisa
merasakan proses relaksasi tengkorak dan rahang, sehingga lebih relaks setelah
selesai melakukannya. Tubuh menjadi lebih segar dan siap beraktivitas. Menguap
sambil menyentuh tempat-tempat yang tegang dirahang menolong
menyeimbangkan tulang tengkorak dan menghilangkan ketegangan di kepala dan
rahang. Maka adiyuswa dapat terhindar dari kondisi stres berkepanjangan.
H. Pasang telinga
Gerakan ini adalah gerakan memijat secara lembut daun telinga sambil menariknya
ke luar, mulai dan ujung atas, menurun sampai sepanjang lengkungan dan berakhir
di cuping, menggunakan ibu jari dan telunjuk. Ketika memijat bisa sambil bernyanyi
lagu-lagu pendek, atau mendengarkan musik dan lagu. Gerakan dilakukanselama 1
menit. Manfaat Gerakan:
Kegiatan ini menolong adiyuswa memusatkan perhatian terhadap pendengarannya
serta menghilangkan ketegangan pada tulang-tulang kepala. Pendengaran seringkali
berkurang ketika seseorang memasuki usia tua. Selain itu, organ pendengaran juga
sangat terkait dengan keseimbangan tubuh. Pusat syaraf keseimbangan terletak di
batang otak dan bagian otak di sekitar telinga, sehingga pemijatan secara
terstruktur dan rutin, bisa meningkatkankemampuan pendengaran dan
keseimbangan adiyuswa, serta menimbulkan perasaan relaks. Pada umumnya,
adiysuwa mulai mengurangi kegiatan dalam hidupnya, dikarenakan semakin tua
individu mulai selektif dalam memilih aktivitas dan pergaulan. Alunan lagu yang
didengarkan ketika melakukan gerakan ini, bisa menstimulasi kenyamanan
psikologis dan meningkatkan semangat dan motivasi adiysuwa dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai