MAHASISWA:
1490119092
TA 2019/2020
I. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Nama : Nur Muslimah IP Yawu
Osteoartritis (OA) NIM : 1490119092
Definisi
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi yang paling sering dan merupakan salah satu penyebab
nyeri, disabilitas, dan kerugian ekonomi dalam populasi (Donald,et al., 2010). Kata “osteoartritis”
sendiri berasal dari Yunani dimana “osteo” yang berarti tulang, “arthro” yang berarti sendi, dan
“itis” yang berarti inflamasi, walaupun sebenarnya inflamasi pada osteoartritis tidak begitu
mencolok seperti yang ada pada remathoid dan autoimun arthritis (Arya,et al., 2013)
Osteoarthritis merupakan suatu kelainan degerasi sendi yang terjadi pada cartilage (tulang rawan)
yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan pada sendi yang terkena. Faktor
yang dapat mempemgaruhi terjadinya osteoarthritis yaitu genetika, usia lanjut, jenis kelamin
permpuan, dan obesitas (Zhang et al, 2016).
Etiologi
Menurut (Michael, Schluter-brust, & Eysel, 2010) etiologi dari osteoarthritis dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu
1. Osteoarthritis primer
Osteoarthritis primer merupakan osteoarthritis ideopatik atau osteoarthritis yang belum
diketahui penyebabnya.
2. Osteoarthritis sekunder
Osteoarthritis sekunder penyebabnya yaitu pasca trauma, genetik, mal posisi, pasca
operasi, metabolik, gangguan endokrin, osteonekrosis aseptik.
Menurut (heidari, 2011) osteoarthritis memiliki etiologi multifaktoral, yang terjadi karena karena
interaksi antara faktor sistemik dan lokal. Usia, jenis kelamin perempuan, berat badan, dan
obesitas, cedera lutut, penggunaan sendi berulang, kepadatan tulang, kelemahan otot, dan
kelemahan sendi memainkan peran dalam pengembangan OA sendi.
c. Gejala lain
Krepitasi
Peningkatan senstivitas terhadap dingin dan atau lembab
Progresi bertahap (Joern, 2010)
Definisi gangguan kognitif ringan
Mild Cognitive Impairment (MCI) merupakan stadium gangguan kognitif yang melebihi perubahan
normal yang terkait dengan penambahan usia, akan tetapi aktivitas fungsional masih normal dan
belum memenuhi kriteria demensia. Istilah MCI secara luas dapat diartikan sebagai stadium/
tahapan intermediate penurunan kognitif, terutama yang mengenai gangguan fungsi memori,
yang diduga merupakan prediktif demensia, terutama demensia Alzheimer. Fenomena MCI
terutama dipergunakan sebagai “peringatan” bahwa penyandangnya mempunyai resiko tinggi
untuk mengidap demensia Alzheimer dan merupakan fase transisi antara gangguan memori
fisiologis dan patologis..
Etiologi
Tidak ada satu penyebab yang menyebabkan MCI. Relatif sedikit yang diketahui tentang penyebab
dari penurunan kognitif ringan ini, tetapi sejumlah kondisi neurologis dan medis mungkin
berkontribusi terhadap gejala ini. Dalam beberapa kasus yang diteliti di otopsi, patolog telah
mengamati perubahan struktur otak dan akumulasi peningkatan protein membentuk plak amiloid.
Prediktor perkembangan amnestik MCI ke demensia yaitu:
Adanya gen apolipoprotein epsilon 4 (Gen ApoE4)
Volume hipokampus kurang dari 25 % yang diketahui dengan MRI
Pencitraan PET ( Positron Eemission Tomography) menunjukkan hipometabolisme
temporal dan parietal otak
Uji cairan serebrospinal menunjukkan rendahnya beta amiloid 42 dan peningkatan protein
tau
Plak otak amiloid yang terdeteksi pada pencitraan PET ( Positron Emission Tomography)
menggunakan Pittsburgh senyawa B
Factor resiko MCI adalah
Meningkatnya usia
Diabetes Melitus
Merokok
Depresi
Hipertensi
Peningkatan kadar kolesterol darah
Kurangnya aktifitas fisik
Infiltrasi kedalam os
subcondria
Hambatan nutrisi
pada kartilago
artikularis
Adhesi pd permukaan
Hilangnya kekuatan Mudah lukasi & subluksasi sendi
otot
Kekuatan Sendi
Hambatan
Terbatasnya gerakan sendi
mobilitas fisik
Analisa Data
Hipertrofi
Distensi cairan
Spasme otot
Nyeri
2. Data Subjektif: Reaksi peradangan Hambatan
Data Objektif: Mobilitas Fisik
Sinovial menebal
- Klien lemah
- Lutut kiri tampak Deformitas sendi
kemerahan
- Lutut kiri sedikit Infiltrasi kedalam tulang
bengkak
- TD : 150/100 mmHg Kerusakan kartilago dan
- TB : 163 Cm tulang
- BB : 72 Kg
- MMSE : 20 Tendon dan ligamen
- 94x/menit melemah
- Time up and Go test
21 detik Mudah luksasi dan
- Barthel indeks 20 subluksasi
Kekakuan sendi
Objektif
Tanda nyeri yang di observasi
- Perilaku berhati-hati ; gestur protektif ;
mengatur posisi untuk menghindari nyeri
- Menutupi wajah ; gangguan tidur (kilauan mata
berkurang, pandangan terpukul, gerakan kaku
atau gerakan yang jarang, menyeringai)
- Perilaku ekspresif (misal, gelisah, merintih,
menangis, kewaspadaan, iritabilitas, mengeluh)
- Perilaku distraksi (misal, melangkah, mencari
orang lain dan / atau aktifitas, aktifitas
berulang)
- Perubahan tonus otot (dapat memiliki rentang
dari lesuh (flaksid) hingga kaku)
- Diavoresis ; perubahan tekanan darah,
freakuensi jantung, atau frekuensi pernapasan ;
dilatasi pupil
- Fokus pada diri sendiri ; fokus menyempit
(perubahan persepsi waktu, gangguan proses
pikir, mengurangi interaksi dengan orang lain
dan lingkungan)
Objektif
Intervensi (NIC)
No Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri Tujuan jangka Panjang: Pain Management
Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Untuk menganalisis intervensi
keperawatan selama 3x24 omprehensif termasuk lokasi, yang tepat dalam menurunkan,
Mampu mengenali nyeri 11. Monitor penerimaan pasien tentang 10. Menalisis penyebab nyeri yang
(skala, intensitas, manajemen nyeri tida hilang
Resiko Cedera Tujuan jangka panjang: 1. Identifikasi klien yang berisiko 1. Untuk mengevaluasi
Setelah dilakukan tindakan (penyakit akut, trauma kondisi intervensi yang tepat
keperawatan selama 3x24 penyakit kronis dengan
jam diharapan tidak kelemahan, konfusi akut atau
mengalami cidera kronis, demensi atau penggunaan
Tujuan jangka pendek: berbagai obat)
Setelah dilakukan tindakan 2. Kaji kekuatan otot atau skala 2. Untuk mengidentifikasi
keperawatan selama 2x24 resiko jatuh (ekstremitas) resiko jatuh
jam klien tidak mengalami 3. Kaji perasaan klien, kemampuan 3. Dapat mengakibatkan
cidera koping gaya kepribadian kecerobohan atau
(tempramen agresi, perilaku peningkatan perilaku
Kriteria hasil: agresif berisiko tanpa
- Tindakan personal mempertimbangkan
yang mencegah cidera
dampaknya
fisik terhadap dir 4. Berikan pengetahuan tentang 4. Informasi dapat
sendiri. Tidak
kebutuhan keamanan dan menunjukan area informasi
mengalami cidera
- Pengendalian resiko: pencegahan cidera serta motivasi yang salah, kurang
tindakan personal
untuk mencegah cidera saat pengetahuan, kebutuhan
untuk mencegah
menghilangkan atau beraktivitas (hindari aktivitas yang terhadap penyuluhan
mengurangi ancaman
membahayakan) diluar atau
kesehatan yang dapat
dimodifikasi dirumah
- Menyatakan
5. Pantau lingkungan terhadap 5. Mencegah terjadinya
pemahaman tentang
factor individu yang kondisi yang berpontensi tidak kecelakaan yang fatal
menyebabkan
aman dan berbahaya modifikasi 6. Untuk mengidentifikasi
kemungkinan cedera
- Memodifikasi jika perlu tugas berisiko tinggi memilih
lingkungan sesuai
6. Kolaborasi rujuk ke ahli terapi menciptakan peralatan alat
indikasi untuk
meningkatkan okupasi atau fisik jika tepat bantu
keamanan
7. Dorong partisipasi dalam program Meningkatkan kepercayaan
swabantu seperti latihan aserif diri
Defisit Perawatan Tujuan jangka panjang: Self Care assistance : ADLs
Diri Setelah diberikan asuhan 1. Monitor kemampuan klien untuk
keperawatan selama 3x24 perawatan diri yang mandiri.
jam, diharapkan klien mampu 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat
merawat diri alat bantu untuk kebersihan diri,
Tujuan jangka pendek: berpakaian, berhias, toileting dan
setelah dilakukan tindakan makan.
keperawatan selama 2x24 3. Sediakan bantuan sampai klien
jam deficit perawatan diri mampu secara utuh untuk
teratasi. melakukan self-care.
kriteria hasil : 4. Dorong klien untuk melakukan
Klien terbebas dari aktivitas sehari-hari yang normal
bau sesuai kemampuan yang dimiliki.
badan 5. Dorong untuk melakukan secara
Menyatakan mandiri, tapi beri bantuan ketika
kenyamanan klien tidak mampu melakukannya.
terhadap kemampuan 6. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
untuk melakukan ADLs sesuai kemampuan
Dapat melakukan
ADLS dengan bantuan
5. Defisiensi Tujuan jangka panjang: 1. Pastikan tingkat pengetahuan 1. Klien mungkin tidak
Pengetahuan Setelah dilakukan termasuk kebutuhan antisipasi. menanyakan informasi atau
selama 2x24 jam paling mendesak dari sudut pandang 3. Untuk mengidentifikasi apakah
GENOGRAM
Keterangan:
: Perempuan X : Meninggal
: Laki-laki : tinggal dalam satu rumah
: Klien
RIWAYAT JATUH
WAKTU : > 3 TAHUN/ 2 TAHUN/1 TAHUN/ < 6 BULAN YG LALU
LOKASI & PENYEBAB:
- Klien tidak memiliki riwayat jatuh seelumnya
- 5 hari sebelum masuk rumah sakit klien jatuh di rumah pada saat akan
melakukan senam peregangan
DAMPAK PADA KESEHATAN:
- Klien tidak dapat berjalan normal karena lutut kirinya sakit dan sedikit bengkak
Mata simetris kiri dan kanan, sklera putih, Dada Perkembangan dada simetris antara
konjungtiva tidak anemis, palpebra normal dada kanan dan dada kiri, Paru-Paru Saat
diperkusi bunyi sonor, saat di auskultasi
suara paru-paru vesikuler. Suara jantung S1
dan S2 normal, tidak ada bunyi tambahan.
HIDUNG: ABDOMEN
Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, Hidung Perut klien lembek/tidak keras, bising usus
klien bersih, tidak ada benjolan, tidak ada kurang lebih 8x/menit.
polip, penciuman klien sedikit kurang.
TELINGA: EKSTREMITAS:
Kekuatan otot
5 5
5 4
INTEGUMEN: EKSTREMITAS :
CRT < 2 Dtk, turgor kulit cepat kembali, kulit Bentuk normal, terdapat nyeri pada lutut,
keriput dan warna kulit coklat. ROM +/+, kekuatan otot 5/5 dan 5/4
REFLEKS
Babinsky : -/-
Patella : -/+
NO AKTIVITAS NILAI
1. Makan
0= dependen
5= bantuan _______
10= mandiri
2. Mandi
0= bantuan _______
5= mandiri
3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, mencukur, dan menggosok
gigi
_______
0 = bantuan
5 = mandiri
4. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu
0= dependen
_______
5= membutuhkan bantuan
10= mandiri
5. Mengontrol defekasi
0 = incontinent (atau membutuhkan enema)
_______
5 = bantuan
10 = mandiri
6. Mengontrol berkemih _______
0= incontinent (kateter atau dependen)
5= bantuan
10= mandiri
NO AKTIVITAS NILAI
7. Aktivitas toilet
0= dependen
_______
5= bantuan
10= mandiri
8. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, termasuk duduk di tempat
tidur
0= tidak mampu untuk duduk
_______
5= membutuhkan bantuan satu atau 2 orang
10= membutuhkan sedikit bantuan (minor)
15= mandiri
9. Berjalan di jalan datar (jika tidak mampu lakukan dengan kursi roda)
5= menggunakan kursi roda lebih dari 25 m
_______
10= berjalan dengan bantuan satu orang (> 25 m)
15= berjalan mandiri (bisa dengan menggunakan tongkat ( > 25 m)
10. Naik turun tangga
0= tidak mampu
_______
5= bantuan
10= mandiri
JUMLAH
Penilaian:
0 – 20 : Ketergantungan
21- 60 : Ketergantungan berat/ sangat tergantung
61 – 90 : Ketergantungan sedang (moderat)
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Bandung, 12/06/2020
FADLUN M.YAWU
Sumber:
Mahoney, F.I., & Barthel, D. (1965). Functional evaluation: the Barthel Index. Maryland State
Med Journal, 14: 56-61.
MINI MENTAL STATUS EXAM (MMSE)
Interpretasi hasil:
Skor 24-30 : Normal
Skor 17-23 : Kemungkinan mengalami gangguan kognitif
Skor 0 -16 : Klien mengalami gangguan kognitif
Bandung 12 /Juni/2020
Sumber:
Folstein, M., Folstein, S.E., McHugh, P.R. (1975). “Mini-Mental State” a practical method for
grading the cognitive state of patients for the clinician. Journal of Psychiatric Research, 12(3):
189-198.
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)
Nama Klien : Tanggal :
Usia :
Instruksi: berikan tanda centang pada jawaban yang benar, dan jumlahkan semua point
salah.
NO PERTANYAAN BENAR SALAH
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa Presiden Indonesia?*
8 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan lakukan pengurangan 3 dari
angka baru secara menurun.
Skor Total
Interpretasi hasil:
Salah 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Salah 3-4 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Skor 5-7 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Skor 8-10 : Fungsi intelektual kerusakan berat
Bandung 12 /Juni/2020
Indikator hasil:
< 14 detik : resiko jatuh rendah
≥ 14 detik : resiko jatuh tinggi
Tanggal :
Test 1 : _____ detik
Observasi :
Tanggal :
Test 2 : _____ detik
Observasi :
Bandung 12 /Juni/2020
Sumber:
Jacobs, M., & Fox, T. (2008). Using the “Timed Up and Go/TUG” test to predict risk of falls.
Assisted Living Consult.
Podsiadlo, D., & Richardson, S. 1991. The timed Up & Go: a test of basic functional mobility
for frail elderly persons. J Am Geriatr Soc, 39(2): 142-148.
MORSE FALL SCALE (MFS) / SKALA JATUH MORSE
6. Status Mental
o Lansia menyadari kondisi dirinya 0
o Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
TOTAL NILAI
Bandung 12 /Juni/2020
Kategori:
12- 14 : Nutrisi baik
8 -11 : Resiko malnutrisi
0-7 : Malnutrisi
G. Analisa Data minimal 3 dx keperawatan tunggal (berdasarkan kasus)
No Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif: Reaksi faktor Ig, antibodi, Nyeri
- Klien mengatakan faktor metabolic, infeksi
nyeri pada dengan kecenderungan
persendian lutut virus
kirinya
Data Objektif: Reaksi Peradangan
- Kesadaran
Composmentis Perubahan fungsi sendi
- GCS : 15
- Klien meringis Hipertrofi
skala nyeri 4 (0-10)
- Klien lemah Distensi cairan
- Lutut kiri tampak
kemerahan Spasme otot
- Lutut kiri sedikit
bengkak Nyeri
- TD : 150/100 mmHg
- TB : 163 Cm
- BB : 72 Kg
- MMSE : 20
- 94x/menit
- Time up and Go test
21 detik
- Barthel indeks 20
2. Data Subjektif: Reaksi peradangan Hambatan
- Klien mengatakan Mobilitas Fisik
kaki kirinya terasa Sinovial menebal
sakit, terutama
dengkulnya. Deformitas sendi
- Klien mengatakan
lututnya terasa ngilu Infiltrasi kedalam tulang
dan sulit bergerak,
lamanya < 15 menit. Kerusakan kartilago dan
- Klien mengatakan tulang
sakit lutut ketika
berjalan Tendon dan ligamen
Data Objektif: melemah
- Kesadaran
Composmentis Mudah luksasi dan
- GCS : 15 subluksasi
- Klien meringis
skala nyeri 4 (0-10) Kekakuan sendi
- Klien lemah
- Lutut kiri tampak Hambatan mobilitas Fisik
kemerahan
- Lutut kiri sedikit
bengkak
- TD : 150/100 mmHg
- TB : 163 Cm
- BB : 72 Kg
- MMSE : 20
- 94x/menit
- Time up and Go test
21 detik
- Barthel indeks 20
No Data Etiologi Masalah
3. Data Subjektif: Resiko peradangan Defisit perwatan
- Klien mengatakan diri
lebih memilih Sinovial menebal
menjadi pasien day
care Deformitas sendi
07.00-10.00 komprehensif termasuk lokasi, - Klien mengatakan Nyeri pada lutut kiri M.Yawu
karakteristik, durasi, frekuensi, - Klien mengtaakan sebelum sakit belum
kualitas dan faktor presipitasi pernah mengalami nyeri sebelumnya
R/ - Klien mengatakan nyeri lutut pada saat
- Ekspresi wajah klien menunjukan skala berjalan
Nyeri 4 O:
- Lokasi lutut kiri bengkak dan kemerahan - Kesadaran Composmentis
mengobservasi reaksi nonverbal dari - GCS : 15
ketidaknyamanan - Klien meringis
R/ skala nyeri 4 (0-10)
- Pada saat berjalan klien mengatakan nyeri - Klien sulit berkonsentrasi
pada lutut bagian kiri - Klien sering mengulangi pertanyaan
mengevaluasi pengalaman nyeri masa yang sama
lampau - Lutut kiri tampak kemerahan
R/ - Lutut kiri sedikit bengkak
- klien mengatakan belum pernah merasakan - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
nyeri sebelumnya. dalam
mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
menentukan intervensi - Posisi kaki kiri di tekuk
R/ - TD : 150/100 mmHg
- nyeri sedang - TB : 163 Cm
- nyeri dirasakan pada saat berjalan - BB : 72 Kg
- nyeri pada lutut kiri - MMSE : 20
mengajarkan tentang teknik non - 94x/menit
farmakologi dan tekhnik relaksasi napas - Time up and Go test 21 detik
dalam - Barthel indeks 20
R/ - Kekuatan otot
- anjurkan klien untuk berolahraga seperti 5 5
berenang dan sepeda statis 5 4
- Perawat mengajarkan klien menarik napas A : Masalah Nyeri belum teratasi
dalam P : Lanjutkan Intervensi
- klien melakukan tekhnik relaksasi napas
dalam,
- ekspresi wajah klien meringis
memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
- perawat menanyakan perassaan klien
setelah di lakukan control nyeri
- Klien mengatakan perasaanya agak tenang
tapi lutut masi nyeri
memberikan terapi konservatif
R/
- perawat melakukan kompres hangat
disekitar area lutut
- posisi klien dalam keadaan berbaring
kaki kiri di tekuk
- terpasang kompres hangat di lutut kiri
mengingkatkan istirahat pada klien
R/
- Setelah di beri peringatan oleh perawat
agar klien mengurangi aktivitasnya, klien
mengerti dengan apa yg di jelaskan oleh
perawat.
mengkolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
10.00-12.00 Mobilitas Memonitor kemampuan klien untuk - Klien mengatakan susah beraktivitas M.Yawu
Fisik perawatan diri yang mandiri. karena lutut kirinya sakit
R/ O:
- Klien mengatakan susah beraktivitas - Kesadaran Composmentis
karena lutut kirinya sakit - GCS : 15
Memonitor kebutuhan klien untuk alat alat - Klien meringis
bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, skala nyeri 4 (0-10)
berhias, toileting dan makan. - Klien sulit berkonsentrasi
R/ - Klien sering mengulangi pertanyaan
- Klien di bantu dalam berpakaian, yang sama
untuk membersihkan diri, - Lutut kiri tampak kemerahan
berpakaian, berhias, toileting dan - Lutut kiri sedikit bengkak
makan. - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
menyediakan bantuan sampai klien dalam
mampu secara utuh untuk - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
melakukan self-care. - Posisi kaki kiri di tekuk
R/ - TD : 150/100 mmHg
- Klien mengatakan sudah anaknya - TB : 163 Cm
sudah menyiapkan kursi roda - BB : 72 Kg
mendorong klien untuk melakukan - MMSE : 20
aktivitas sehari-hari yang normal - 94x/menit
sesuai kemampuan yang dimiliki. - Time up and Go test 21 detik
R/ - Barthel indeks 20
- Klien mengerti dan mendengarkan - Kekuatan otot
apa yang dijelaskan oleh perawat 5 5
mendorong untuk melakukan secara 5 4
mandiri, tapi beri bantuan ketika A : Masalah hambatan mobilitas fisik belum teratasi
klien tidak mampu melakukannya. P : Lanjutkan Intervensi
R/
- klien mengatakan ketika ia hendak
mengangkat beban berat, klien di
bantu oleh suami anaknya
memberikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan
R/
Klien mengatakan, sering melakukan aktifitas
rutin seperti membersihkan rumput di halaman
rumah
Self Care assistance : ADLs
Memonitor kemampuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
R/
- Klien mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri
- Klien di bantu berjalan oleh
anaknya
- Klien susah beraktivitas karena
lutut kirinya sakit
Memonitor kebutuhan klien untuk alat
alat bantu untuk kebersihan diri,
berpakaian, berhias, toileting dan
makan.
R/
- Klien di bantu dalam berpakaian,
untuk membersihkan diri,
berpakaian, berhias, toileting dan
makan
Menyediakan bantuan sampai klien
mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
R/
- Klien mengatakan sudah anaknya
sudah menyiapkan kursi roda
12.15-13.00 cedera (penyakit akut, trauma kondisi penyakit - Klien mengatakan tidak bisa berjalan karena M.Yawu
kronis dengan kelemahan, konfusi akut atau lututnya sakit
kronis, demensi atau penggunaan berbagai
obat) O:
- Kekuatan otot 5 5
5 4
R/ - Skor resiko jatuh : < 55 (resiko tinggi)
- Klien mengalami kelemahan anggota - Keluarga klien mendengarkan edukasi
gerak bagian bawah ( lutut klien dengan baik dan mengerti dengan edukasi
sakit,kemerahan dan sedikit bengkak) yang dijelaskan oleh perawat.
mengkaji kekuatan otot atau skala resiko - Kesadaran Composmentis
jatuh (ekstremitas) - GCS : 15
R/ Kekuatan otot 5 5 - Klien meringis
5 4 - skala nyeri 4 (0-10)
Skor Resiko Jatuh : <51 (risiko rendah) - Klien sulit berkonsentrasi
mengkaji perasaan klien, kemampuan - Klien sering mengulangi pertanyaan yang
koping gaya kepribadian (tempramen sama
agresi, perilaku agresif. - Lutut kiri tampak kemerahan
R/ - Lutut kiri sedikit bengkak
- Klien menjawab pertanyaan perawat A : Masalah Resiko Cidera belum teratasi
namun pertanyaannya sering di ulang- P : Lanjutkan intervensi
ulang
memastikan pengetahuan tentang
kebutuhan keamanan dan pencegahan
cidera serta motivasi untuk mencegah
cidera saat beraktivitas diluar atau dirumah
memberikan edukasi pada klien dan
keluarga tentang
1. Menghindari Aktifitas berat
2. Hindari bepergian sendiri
3. Memberikan nutrisi yang baik
4. Berikan penerangan yang cukup di
tempat klien beraktifitas
5. Menghindari tempat yang membuat
klien jatuh (tempat licin)
R/
- Keluarga klien mendengarkan edukasi
dengan baik dan mengerti dengan
edukasi yang dijelaskan oleh perawat.
- mengkolaborasikan rujuk ke ahli terapi
okupasi atau fisik jika tepat
mendorong partisipasi dalam program
swabantu seperti latihan asertif.
IMPLEMENTASI HARI KE 2
13 Juni 2020
07.00-10.00 komprehensif termasuk lokasi, - Klien mengatakan Nyeri berkurang pada M.Yawu
karakteristik, durasi, frekuensi, lutut kiri
kualitas dan faktor presipitasi - Klien mengtaakan sebelum sakit belum
R/ pernah mengalami nyeri sebelumnya
- Ekspresi wajah klien menunjukan skala - Klien mengatakan nyeri lutut berkurang
Nyeri 2 pada saat berjalan
- Lokasi lutut kiri masi bengkak dan O :
kemerahan sudah berkurang - Kesadaran Composmentis
mengobservasi reaksi nonverbal dari - GCS : 15
ketidaknyamanan - Klien tenang
R/ skala nyeri 2 (0-10)
- Pada saat berjalan klien mengatakan nyeri - Klien sulit berkonsentrasi
pada lutut bagian kiri sudah berkurang - Klien sering mengulangi pertanyaan
mengevaluasi pengalaman nyeri masa yang sama
lampau - Lutut kiri tdk tampak kemerahan
R/ - Lutut kiri sedikit bengkak
- klien mengatakan belum pernah merasakan - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
nyeri sebelumnya. dalam
mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
menentukan intervensi - Posisi kaki kiri di tekuk
R/ - TD : 150/100 mmHg
- klien mengatakan nyeri di lutut berkurang - TB : 163 Cm
mengajarkan tentang teknik non - BB : 72 Kg
farmakologi dan tekhnik relaksasi napas - MMSE : 20
dalam - 94x/menit
R/ - Time up and Go test 21 detik
- anjurkan klien untuk berolahraga seperti - Barthel indeks 20
berenang dan sepeda statis - Kekuatan otot
- Perawat mengajarkan klien menarik napas 5 5
dalam 5 4
- klien melakukan tekhnik relaksasi napas A : Masalah Nyeri teratasi sebagian
dalam, P : Lanjutkan Intervensi
- ekspresi wajah klien tenang
memberikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
- perawat menanyakan perassaan klien
setelah di lakukan control nyeri
- Klien mengatakan perasaanya agak tenang
nyeri pada lutut berkurang
memberikan terapi konservatif
R/
- perawat melakukan kompres hangat
disekitar area lutut
- posisi klien dalam keadaan berbaring
kaki kiri di tekuk
- terpasang kompres hangat di lutut kiri
mengingkatkan istirahat pada klien
R/
- Setelah di beri peringatan oleh perawat
agar klien mengurangi aktivitasnya, klien
mengerti dengan apa yg di jelaskan oleh
perawat.
mengkolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
13/06/2020 Hambatan Memonitor kemampuan klien untuk S : Fadlun.M
mobilitas perawatan diri yang mandiri. - Klien mengatakan sudah bisa yawu
fisik R/ beraktivitas karena sakit pada lutut
- Klien mengatakan sudah bisa kirinya berkurang
beraktivitas karena sakit pada lutut O :
kirinya sudah berkurang - Kesadaran Composmentis
Memonitor kebutuhan klien untuk alat alat - GCS : 15
bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, - Klien meringis
berhias, toileting dan makan. skala nyeri 4 (0-10)
R/ - Klien sulit berkonsentrasi
- Klien di bantu dalam berpakaian, - Klien sering mengulangi pertanyaan
untuk membersihkan diri, yang sama
berpakaian, berhias, toileting dan - Tidak tampak kemerahan pada lutut
makan. - Lutut kiri sedikit bengkak
menyediakan bantuan sampai klien - Klien melakukan tekhnik relaksasi napas
mampu secara utuh untuk dalam
melakukan self-care. - Terpasang kompres hangat di lutut kiri
R/ - Posisi kaki kiri di tekuk
- Klien mengatakan sudah anaknya - TD : 150/100 mmHg
sudah menyiapkan kursi roda - TB : 163 Cm
mendorong klien untuk melakukan - BB : 72 Kg
aktivitas sehari-hari yang normal - MMSE : 20
sesuai kemampuan yang dimiliki. - 94x/menit
R/ - Time up and Go test 21 detik
- Klien mengerti dan mendengarkan - Barthel indeks 20
apa yang dijelaskan oleh perawat - Kekuatan otot
mendorong untuk melakukan secara 5 5
mandiri, tapi beri bantuan ketika 5 4
klien tidak mampu melakukannya. A : Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi
R/ sebagian
- klien mengatakan ketika ia hendak P : Lanjutkan Intervensi
mengangkat beban berat, klien di
bantu oleh suami anaknya
memberikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan
R/
- Klien mengatakan, sering
melakukan aktifitas rutin seperti
membersihkan rumput di halaman
rumah
1. Latar Belakang
Pengertian lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pasal 1 ayat 1 adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun
ke atas. Lansia merupakan periode akhir dari rentang kehidupan manusia. Melewati masa
ini, lansia memiliki kesempatan untuk berkembang mencapai pribadi yang lebih baik dan
semakin matang. Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai masa
keemasan atau kejayaannya dalam ukuran, fungsi dan juga beberapa telah menunjukkan
kemundurannya sejalan dengan berjalannya waktu (Suadirman, 2011, dalam Triningtyas
dan Muhayati, 2018). Usia enampuluh biasanya dipandang sebagai garis pemisah antara
usia madya dan usia lanjut. Selain itu, usia enampuluh digunakan sebagai usia pensiun
dan sebagai tanda dimulainya usia lanjut (Triningtyas dan Muhayati, 2018).
Populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan, baik secara global, lingkup
Asia maupun Indonesia, dari tahun 2015 sudah memasuki era penduduk menua (ageing
population) karena jumlah penduduknya yang berusia 60 tahun ke atas (penduduk lansia)
melebihi angka 7%. Setelah tahun 2050, diprediksi populasi lansia di Indonesia akan
meningkat lebih tinggi dari pada populasi lansia di wilayah Asia. Namun Asia dan
Indonesia berstruktur tua dimulai dari tahun 1999 dan 2000. Walaupun dikatakan
berstruktuk tua tetapi jumlah penduduk <15 tahun masih lebih besar dari penduduk
lansia (60 tahun ke atas), tetapi pada tahun 2040 baik global/ dunia, Asia dan Indonesia
diprediksikan jumlah penduduk lansia sudah lebih besar daripada jumlah penduduk <15
tahun. Data biro sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia mengalami
pertambahan warga lanjut usia terbesar di seluruh dunia padatahun 1990-2005, yaitu
sebesar 414%. Sementara berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan penduduk
lansia di Indonesia tahun 2017 ada 23,66 juta jiwa (9,03%), tahun 2020 sebesar 27,08
juta, tahun 2025 sebesar33,69 juta, tahun 2030 sekitar 40,95 juta, dan tahun 2035
diperkirakan 48,19 juta (Ekasari, Riasmini dan Hartini, 2018).
Masa usia lanjut memang masa yang tidak bisa dielakkan oleh siapapun khususnya
bagi yang dikaruniai umur panjang, yang bisa dilakukan oleh manusia hanyalah
menghambat proses menua agar tidak terlalu cepat, karena pada hakikatnya dalam
proses menua terjadi suatu kemunduran atau penurunan (Suadirman, 2011, dalam
Triningtyas dan Muhayati, 2018).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Eni dan Safitri (2018) dengan judul penelitian
“Gangguan Kognitif Terhadap Resiko Terjadinya Jatuh Pada Lansia”, hasil penelitian
menunjukkan terdapat hubungan erat antara gangguan kognitif denga resiko jatuh.
Upaya yang harus ditingkatkan adalah meningkatkan mutu pelayananterhadap lansia,
memberikan penyuluhan, menguji terapi aktivitas kelompok, pengkajian aspek kognitif
mental seperti orientasi, registrasi, perhatian, mengingat dan bahasa. Diusia tua kondisi
psikologis tidak terlepas dari keadaan fisik dan kognitif yang sehat dan dapat berfungsi
baik meskipun mengalami penurunan. Adanya fenomena demensia, kepikunan bahkan
penyakit Alzheimer menandakan bahwa otak manusia dapat menua dan menurun
kemampuannya, serta mengalami gangguan. Dalam hal ini, successful aging yang tetap
menjadi prioritas tujuan pengembangan ilmu mengenai usia tua, bisa diusahakan melalui
berbagai pendekatan. Salah satunya dengan penerapan terapi senam otak. Senam otak
mengarah kepada peningkatan koordinasi fungsi tubuh, motorik, keseimbangan, dan daya
pikir atau daya ingat seseorang. Penurunan fungsi tubuh dan kognitif seseorang akibat
menua dapat diminimalisir dengan terapi tersebut. Senam otak adalah serangkaian gerak
sederhana menyenangkan digunakan untuk memadukan semua bagian otak yang
berfungsi meningkatkan kemampuan belajar, membangun harga diri dan rasa
kebersamaan. Rangkaian kegiatan ini sesuai untuk semua orang. Berguna dalam
mempersiapkan seseorang menyesuaikan dengan kehidupan sehari-hari. Dapat
menambah atau meningkatkan ketrampilan khusus dalam hal berpikir dan koordinasi
(Desiningrum, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Hukmiyah, Bachtiar dan Leksonowati (2019) dengan
judul penelitian “Pemberian Brain Gym Exercise Dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif Pada
Lanjut Usia”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan fungsi kognitif yang
bermakna antara sebelum dan setelah pemberian brain gym pada kelompok intervensi
(p<0,05), sedangkan tidak terdapat perubahan bermakna antara sebelum dan setelah
pemberian senam lansia pada kelompok kontrol (p>0,05). Namun, nilai rata-rata fungsi
kognitif pada kelompok intervensi lebih besar dibandingkan nilai rata-rata pada kelompok
kontrol. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian brain gym
exercise terhadap perubahan fungsi kognitif pada lansia.
Penelitian yang dilakukan oleh Astuti, Ivana dan Jamini (2018) dengan judul
penelitian “Pengaruh Senam Otak Terhadap Fungsi Kognitif Pada Lansia”. Pengumpulan
data menggunakan kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE), analisa data yang
digunakan adalah uji non-parametik wilcoxon signed rank. Hasil uji wilcoxon didapatkan p
value = 0,001 (<0,005), artinya ada pengaruh senam otak terhadap fungsi kognitif pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.
Berdasarkan teori serta hasil penelitian yang ada, dapat diketahui bahwa kegiatan
senam otak yang dilakukan secara teratur dapat mengaktifkan tiga dimensi otak. Dimensi
pemusatan dapat meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan penerimaan oksigen
(mengharmonisasikan emosi dan pikiran rasional), dimensi lateralis akan menstimulasi
koordinasi kedua belahan otak yaitu otak kanan dan otak kiri (memperbaiki pernafasan,
stamina, melepaskan keregangan, mengurangi kelelahan dan lain-lain), dimensi
pemfokusan untuk melepaskan hambatan fokus dari otak (memperbaiki kurang
perhatian, kurang konsentrasi dan lain-lain) sehingga dapat menyebabkan fungsi kognitif
lansia meningkat. Sehingga Brain Gym dapat meningkatkan fungsi kognitif lansia sehingga
dapat bermanfaat dalam meminimalkan penurunan fungsi kognitif.
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok, diharapkan lansia dapat
meningkatkan kemampuan kognitifnya secara bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Lansia mampu mengikuti instruksi senam yang diberikan.
b. Lansia mampu mengikuti gerakan senam otak secara bertahap.
3. Metode
1. Demonstrasi.
4. Media dan Alat
1. Speaker audio.
2. Flipchart.
3. 3. Leaflet.
4. Papan nama.
5. Kursi.
5. Sasaran
Lansia di Panti Werdha Senja Bahagia Kota Bandung.
6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Waktu
Optimal untuk sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120
menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia, 2001, dalam Keliat dan
Pawirowiyono, 2014). Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi, tahap
kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyak sesi bergantung pada tujuan kelompok,
dapat satu/dua kali per minggu; atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
Lamanya TAK yang dilakukan (dua sesi) yaitu 40 menit (Keliat dan Pawirowiyono,
2014). Kegiatan terapi aktivitas kelompok brain gym ini berlansung selama 30 menit,
dari pukul 10:00 WIB sampai dengan pukul 10:30 WIB.
2. Tempat pelaksanaan
Halaman Panti Werdha Senja Bahagia Kota Bandung.
7. Setting Tempat
Keterangan:
: Co-Leader : Pasien
8. Susunan Kegiatan
No Tahap Kegiatan
1 Pra interaksi dan a. Mengucapkan salam.
Apersepsi (5 menit) b. Doa.
c. Perkenalan.
d. Melakukan kontrak waktu dengan peserta.
e. Menjelaskan tujuan.
2 Interaksi (15 menit) Demonstrasi senam otak/ brain gym.
3 Terminasi (10 menit) a. Evaluasi/ mempraktikkan kembali gerakan yang telah
dilakukan.
b. Memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya setelah melakukan
aktivitas kelompok.
c. Memberikan pujian atas apa yang telah
diungkapkannya.
d. Penutup.
9. Materi TAK
1. Definisi
Senam otak adalah serangkaian latihan gerakan tubuh sederhana yang dilakukan
untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralis), meringankan atau
merelaksasi bagian Depan dan belakang otak (dimensi pemfokusan). Serta merangsang
sistem yang terkait dengan perasaan atau emosi, yaitu otak tengah (limbik) dan otak
besar (dimensi pemusatan) (Haryanto, 2011).
brain Gym atau senam otak merupakan serangkaian latihan yang berbasis gerakan
tubuh sederhana dinamis yang memungkinkan didapatkan keseimbangan aktivitas
kedua belahan otak secara bersamaan. Metode yang digunakan dalam melakukan
Brain Gym adalah Edu-K (Educational kinosiology) atau pelatihan gerakan yakni
melakukan gerakan yang bisa merangsang seluruh bagian otak untuk bekerja. Metode
ini mengaktifkan dua belah otak dan memadukan fungsi semua bagian otak untuk
meningkatkan kemampuan kognitif (Festi, 2010, dalam Setyawan, 2015).
Senam otak (brain gym) merupakan salah satu stimulasi langkah preventif guna
mengoptimalkan, merangsang fungsi otak menjadi semakin relevan pada lansia, dan
memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak (Dennison, 2006 dalam Pratiwi, 2016).
2. Manfaat
Senam otak memberikan rangsangan atau stimulus pada otak yang dapat
meningkatkan kemampuan kognitif, dan meningkatkan kontrol emosi (Dharmawan,
2014, dalam Priambodo, 2016). Senam otak (brain gym) juga dapat meningkatkan
kemampuan berbahasa dan daya ingat. Pada lansia penurunan otak dan tubuh
membuat tubuh mudah jatuh sakit, pikun dan frustasi. Meski demikian, penurunan ini
bisa diperbaiki dengan melakukan senam otak. Senam otak tidak saja akan
memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga merangsang ke dua
belahan otak untuk bekerja. Senam otak juga dapat meningkatkan daya ingat dan
pengulangan kembali terhadap huruf atau angka, meningkatkan ketajaman
pendengarandan pengolahan, mengurangi kesalahan membaca, memori dan
kemampuan komprehensif pada kelompok dengan gangguan bahasa, hingga mampu
meningkatkan respons terhadap rangsangan visual (Widiyati, 2010). Dari segi
pelaksanaannya senam otak mudah dilakukan, senam otak dapat dilakukan oleh
semua umur dan dapat dilakukan kapan saja, tanpa waktu khusus, dimana porsi
latihan yang direkomendasikan adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam
sehari (Dian Fitria, 2008, dalam Priambodo, 2016).
3. Prinsip-prinsip dalam melakukan senam otak
Menurut Desiningrum dan Indriana (2018) prinsip-prinsip dalam melakukan senam
otak,
yaitu:
a. Dilakukan Uji Coba Senam Otak. Dipantau kemampuan seluruh lansia dalam
memahami gerakan dan menirukannya. Dari hasil uji coba, ditetapkan gerakan
senam otak yang sesuai kemampuan lansia yaitu sejumlah 12 gerakan, selain itu
disiapkan juga modul senam otak audio-visual berupa CD.
b. Senam otak dilakukan semampunya, sehingga pendekatannya adalah individual.
Mengingat keterbatasan kemampuan lansia yang berbeda-beda dalam hal
persepsi dan kondisi fisik-motorik.
c. Gerakan-gerakan senam otak diajarkan secara perlahan dan bertahap, serta
berulang agar lansia mampu mengikuti dan menghafalkannya.
d. Dilakukan icebreaking, di awal atau di tengah-tengah waktu senam otak, agar
lansia tidak cepat lelah. Icebreaking dapat berupa games ataupun menyanyi.
e. Senam otak sebaiknya dilakukan secara rutin dan konsisten, yaitu kurang lebih 15
menit untuk keseluruhan gerakan yang disesuaikan dengan kemampuan lansia.
Senam otak ini sebaiknya dilakukan sebanyak minimal 10 kali pertemuan,
seminggu sekali atau selama 2,5 bulan.
f. Kepada setiap lansia diberikan kelonggaran, artinya keseluruhan gerakan senam
otak tetap dilakukan meskipun terputus-putus dalam setiap pelatihannya, atau
dilakukan secara tidak sempurna karena disesuaikan dengan kemampuan lansia.
B. Mengaktifkan tangan
Pada gerakan ini, salah satu tangan diluruskan ke atas disamping telinga. Tangan
kedua melewati bagian belakang kepaladan diletakkan di bawah siku tangan
pertama. Tangan yang lurus digerakkan (diputar) ke arah luar, ke dalam, ke
belakang dan ke muka sambil tangan kedua menahanny adengan tekanan halus.
Hembuskan napas saat otot tegang atau diaktifkan. Gerakan dilakukan bergantian
antara tangan kanan dan kiri masing-masing tiga putaran. Manfaat Gerakan:
Mengaktifkan tangan dapat melepaskan ketegangan di otot pundak dan dada
bagian atas dan juga pangkal lengan. Pundak adalah penopang rangka manusia,
yang secara psiko-fisiologis menjadi pusat beban manusia, terlebih jika manusia
mengalami kelelahan fisik dan ketegangan psikologis, maka pundak menjadi terasa
kaku bahkan nyeri. Dada dan pangkal lengan juga merupakan pemilik otot-otot yang
terhubung langsung dengan otot pundak sehingga ketiga bagian tersebut
berkorelasi serta saling mendukung fungsinya. Dengan gerakan ini, maka pusat stres
di tubuh adiyuswabisa berkurang. Kontrol otot gerakan motorik kasar dan halus
berasal dari bagian tubuh ini dan sangat berpengaruh bagi keterampilan menulis
dan menggunakan alat kerja lainnya. Pada adiyuswa, tetap dibutuhkan gerakan
motorik kasar dan halus untuk aktivitas sehari-hari. Penurunan kemampuan motorik
di usia tua adalah sangat wajar, namun jika mengalami terlalu banyak hambatan,
maka otomatis akan menurunkan kemandirian, adiyuswa menjadi banyak
bergantung pada orang lain, dan hal ini bisa mengurangi keyakinan diri dan harga
diri adiyuswa. Maka gerakan ini bisa membantu mengurangi penurunan.
C. Burung manguni
Gerakan ini merupakan gerakan memijat bahu. Otot bahu dipijat/ diurut, bahu kiri
oleh tangan kanan dan kepala menoleh kekiri, demikian sebaliknya, bahu kanan oleh
tangan kiri dan kepala menoleh ke kanan. Pijatan menyeluruh, mulai dari pangkal
bahu dekat leher hingga ke arah lengan bagian bawah. Pijatan di bahu ini dilakukan
masing-masing selama 1 menit. Saat satu bahu selesai dipijat, tarik nafas dengan
kepala di posisi tengah, kemudian buang nafas ke samping atau ke otot yang tegang
di bahu tersebut, baru mulai pijat bahu satunya. Ulangi hal ini pada bahu yang lain.
Manfaat gerakan:
Gerakan ini memiliki manfaat, pertama adalah mengurangi ketegangan pada bahu.
Pemijatan secara langsung melenturkan otot-otot bahu dan lengan, sehingga
kelelahan fisik dan beban psikologis bisa berkurang. Dalam kondisi relaks, maka daya
pikir lebih baik dan kondisi emosi juga dapat lebih sehat. Maka adiyuswa tidak
mudah stres, marah dan pusing. Gerakan ini juga mengintegrasikan otak bagian
belakang dan bagian depan, hal ini dapat melancarkan bahasa dan kemampuan
berkomunikasi, serta meningkatkan konsentrasi. Pada adiyuswa kemampuan
berkomunikasi Seringkali menurun, bisa dikarenakan turunnya kemampuan indera
visual dan auditori, atau bahkan mengalami gangguan seperti demensia. Dengan
melakukan gerakan ini, maka adiyuswa bisa menekan hal tersebut.
D. Saklar otak
Saklar Otak adalah suatu gerakan menyentuh bagian dada atas, tepatnya jaringan
lunak di bawah tulang clavicula di kiri dan kanan sternum, lalu memijat dengan satu
tangan, sementara tangan yang lain memegang pusar. Bisa sambil menundukan
kepala dan berdoa ketika memijat dada atas. Dilakukan selama kurang lebih 2 menit
dengan mengganti tangan kanan dan kiri. Manfaat Gerakan:
Saklar Otak merupakan titik akhir meridian ginjal dan berada dekat pembuluh darah
besar, sehingga apabila diaktifkan akan melancarkan pengaliran darah yang kaya zat
asam ke otak. Hal itu penting agar otak dapat bekerja dengan baik maka diperlukan
seperlima bagian dan seluruh zat asam yang di butuhkanoleh tubuh. Pada adiyuswa
terjadi penurunan minat makan dan minum, dalam hal selera maupun kuantitas
makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Terkadang adiyuswa merasakan nyeri
di perut akibat zat asam yang terlalu dominan dalam organ pencernaan. Maka
dengan gerakan ini, adiyuswa bisa memperbaiki pola makannya dan merasakan
badan lebih segar. Secara menyeluruh,kondisi fisik dan kognitif yang baik bisa
menjernihkan pola pikir dandaya ingat.
E. gombol bumi
Gerakan ini dilakukan dengan cara ujung jari (telunjuk) salah satu tangan
menyentuh bawah bibir dan sedikit menekan, lalu ujung jari lainnya ±15 cm di
bawah pusar. Manfaat Gerakan:
Tombol bumi adalah titik akupuntur (di Meridian Sentral) yang berhubungan
langsung dengan kegiatan otak. Merasakan hubungan antara tubuh atas dan bawah
memungkinkan individu mengkoordinasikannya untuk meningkatkan stabilitas.
Adiyuswa sudah mengalami banyak penurunan kemampuan fisik, kognitif dan
motorik, dan berdampak pula pada psikologisnya seperti mudah mengalami
depresi. Dengan gerakan ini, adiyuswa dapat lebih sehat secara fisik, adiyuswa
membutuhkan stimulasidalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari dan dapat
lebih sehat baik fisik dan psikologis.
F. Tombol angkasa
Pada gerakan ini, ujung jari satu tangan menyentuh dan sedikit menekan atas bibir,
dan jari lainnya menekan lembut garis belakang pada tulang ekor. Dilakukan selama
kurang lebih 1 menit. Manfaat Gerakan:
Tombol angkasa adalah titik akupuntur (di meridian governur) yang berhubungan
langsung dengan otak, tulang belakang dan pusat sistem saraf. Dengan
mengaktifkan tombolini dimungkinkan untuk relaks. Pada adiyuswa, kondisi
emosional juga mengalami instabilitas, dan kemampuan dalam regulasi emosi juga
menurun. Artinya adiyuswa menjadi sensitif dan mudah tersinggung. Stres yang
mudah ada pada orang-orang di usia lanjut,menyebabkan kondisi tegang
berkepanjangan. Dengan gerakan ini,maka pusat syaraf (otak) dan syaraf tepi yang
dibuat relaks, akan menciptakan kondisi emosional yang lebih tenang, dan
kesehatan psikologis adiyuswa dapat terpelihara.
G. Menguap berenergi
Gerakan ini adalah perpaduan dari menguap, dan memijat tulang pipi dan rahang.
Dilakukan sebanyak 5 kali menguap, dan pijatan perlahan. Bisa selama 1 menit.
Manfaat Gerakan:
Menguap merupakan refleks penapasan alami yang meningkatkan peredaran udara
ke otak dan merangsang seluruh tubuh. Otak merupakan pusat kontrol dan
koordinasi seluruh aktivitas fisik, afeksi dan psikomotorik manusia, dengan
lancarnya peredaran darah ke otak, maka fungsi otak dapat lebih optimal,dan
metabolism tubuh bisa lebih baik. Adiyuswa bisa tetap beraktivitas normal. Saat
menguap, disarankan untuk menutup mata, tapi jangan menahannya karena bisa
menimbulkan ketegangan rahang. Dengan menutup mata, maka adiyuswa bisa
merasakan proses relaksasi tengkorak dan rahang, sehingga lebih relaks setelah
selesai melakukannya. Tubuh menjadi lebih segar dan siap beraktivitas. Menguap
sambil menyentuh tempat-tempat yang tegang dirahang menolong
menyeimbangkan tulang tengkorak dan menghilangkan ketegangan di kepala dan
rahang. Maka adiyuswa dapat terhindar dari kondisi stres berkepanjangan.
H. Pasang telinga
Gerakan ini adalah gerakan memijat secara lembut daun telinga sambil menariknya
ke luar, mulai dan ujung atas, menurun sampai sepanjang lengkungan dan berakhir
di cuping, menggunakan ibu jari dan telunjuk. Ketika memijat bisa sambil bernyanyi
lagu-lagu pendek, atau mendengarkan musik dan lagu. Gerakan dilakukanselama 1
menit. Manfaat Gerakan:
Kegiatan ini menolong adiyuswa memusatkan perhatian terhadap pendengarannya
serta menghilangkan ketegangan pada tulang-tulang kepala. Pendengaran seringkali
berkurang ketika seseorang memasuki usia tua. Selain itu, organ pendengaran juga
sangat terkait dengan keseimbangan tubuh. Pusat syaraf keseimbangan terletak di
batang otak dan bagian otak di sekitar telinga, sehingga pemijatan secara
terstruktur dan rutin, bisa meningkatkankemampuan pendengaran dan
keseimbangan adiyuswa, serta menimbulkan perasaan relaks. Pada umumnya,
adiysuwa mulai mengurangi kegiatan dalam hidupnya, dikarenakan semakin tua
individu mulai selektif dalam memilih aktivitas dan pergaulan. Alunan lagu yang
didengarkan ketika melakukan gerakan ini, bisa menstimulasi kenyamanan
psikologis dan meningkatkan semangat dan motivasi adiysuwa dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari.