Anda di halaman 1dari 52

KEPERAWATAN GERONTIK

TENTANG
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN
DIAGNOSA MEDIS REUMATOID ARTHIRITIS DI PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) KOTA BENGKULU

SISTEM MUSKULOSKELETAL

OLEH

DEVI RATNA SARI. A


172426008 SP

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S.1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN
BENGKULU
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

1. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Kata arthritis mempunyai arti inflamasi pada sendi (“arthr” berarti
sendi “itis” berarti inflamasi). Inflamasi menggambarkan tentang rasa sakit,
kekakuan, kemerahan, dan pembengkakan. Rheumatoid arthritis merupakan
suatu penyakit autoimun, dimana target dari sistem imun adalah jaringan
yang melapisi sendi sehingga mengakibatkan pembengkakan, peradangan,
dan kerusakan sendi (The Arthritis Society, 2015).
Rheumatoid arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang
ditandai dengan terdapatnya sinovitas erosif simetrik yang terutama
mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh
lainnya. Pasien dengan gejala penyakit kronik apabila tidak diobati akan
menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang
progresif disabilitas bahkan kematian dini (Suarjana, 2009).
B. Patofisiologi
Rheumatoid arthritis merupakan akibat disregulasi komponen
humoral dan dimediasi oleh sel imun. Pada pasien RA menghasilkan
antibodi yang disebut dengan faktor reumatoid (RF). Pasien yang
mempunyai RF seropositif cenderung memiliki perjalanan penyakit yang
lebih agresif dari pasien yang seronegatif. RA termasuk penyakit autoimun
sistemik yang menyerang persendian. Reaksi autoimun terjadi dalam
jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim dalam sendi,
kemudian enzim memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya
adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi. Otot juga terkena karena serabut otot mengalami perubahan
degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi
otot (Suarjana, 2009).
Proses autoimun dalam pathogenesis reumatik masih belum tuntas
diketahui, dan teorinya masih berkembang terus. Dikatakan terjadinya
berbagai peran yang saling terkait, antara lain peran genetic, infeksi,
autoantibody serta peran imunintas selular, humoral, peran sitokin, dan
berbagai mediator keradangan. Semua peran satu sama yang lainnya terkait
dan menyebabkan keradangan pada sinovium dan kerusakan sendi atau
oragan lainnya. Berbagai sitokin berperan dalam proses keradangan yaitu
TNF , IL- 1, yang terutama dihasilkan oleh monosit atau makrofag
menyebabkan stimulasi dari sel mesenzim seperti sel fibroblast sinovium,
osteoklas, kondrosit serta merangsang pengeluaran enzim penghancuran
jaringan ( Putra dkk, 2013).
Proses keradangan karena proses autorium pada reumatik ditunjuan
dari pemerisaan laboratorium dengan adanya RF ( Reumatoid Faktor ) dan
anti – CPP dalam darah. RF adalah antibody terhadap komponen Fc dari
IgC. Sel B, sel T dan sitoin pro inflamasi berperan penting dalam
patofisiologi reumatik. Hal ini terjadi karena hasil diferensiasi dari sel T
merangsang pembentukan IL-17, yaitu sitokin yang merangsang terjadinya
sinovitis. Sinovitis adalah peradangan pada membrane sinoial, jaringan yang
melapisi dan melindungi sendi. Kerusakan sendi diawali dengan reaksi
inflamasi dan pembentukan pembuluh darah baru pada membrane inoval.
Kejadian tersebut menyebabkan terbentuknya pannus, yaitu jaringan
granulasi yang terdiri dari sel fibrolus yang berproliferansi, mirovaskular
dan berbagai jenis sel radang. Pannus tersebut dapat mendestrusi tulang,
melalui enzim yang dibentuk oleh sinoviosit dan kondrosit yang menyerang
kartilago.
Pada keadaan awal terjadinya kerusakan mikroaskular, edema pada
jaringan dibawah sinovium, poliferansi ringan dan synovial, infiltrasi PMN,
dan penyumbatan pembuluh darah oleh sel-sel radang dan thrombus. Pada
reumatik yang secara klinis sudah jelas, secara makros akan terlihat
sinovium sangat edema dan menonjol ke ruang sendi dengan pembentukan
vili. Secara micros terlihat hyperplasia dan hipertropi sel sinovia dan terlihat
kumpulan residual bodies. Terlihat perubahan pembuluh darah fokal atau
segmental berupa distensi vena, penyumbatan kapiler, daerah thrombosis
dan pendarahan periaskuler. Pada reumatik kronis terjadi kerusakan
menyeluruh dari tulang rawan, ligament, tendon dan tulang. Kerusakan ini
akibat dua efek yaitu kehancuran oleh cairan sendi yang mengandung zat
penghancur dan akibat jaringan granulasi serta dipercepat karena adanya
pannus ( Putra dkk, 2013).
C. Penyebab Artritis Reumato
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, namum faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi) dan faktor
metabolik dan infeksi virus. Manifestasi klinis artritis reumatoid:
1) Setempat
a) Sakit pada persendian disertai kaku dan gerakan terbatas.
b) Lambat-laut membengkak, panas, merah dan lemah.
c) Perubahan bentuk tangan, jari tangan seperti leher angsa, deviasi ulna.
d) Semua sendi dapat terserang (panggul, lutut, pergelangan tangan, siku,
bahu, rahang).
2) Sistemik
a) Mudah capek, lemah, dan lesu
b) Demam
c) Takikardia
d) Berat badan turun
e) Anemia
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium, yaitu stadium
sinovitis, stadium destruksi, dan stadium deformitas.
D. Klasifikasi Artritis Reumatoid
Klasifikasi Berdasarkan Gejalanya :
1) Kelas I : Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas
olahraga.
2) Kelas II : Masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari tapi mulai terbatas
dan kesulitan melakukan olahraga.
3) Kelas III : Aktivitas sehari-hari sudah mulai terganggu.
4) Kelas IV : Aktivitas sehari-hari sudah sangat terbatas, apalagi aktivitas
fisik lainnya.
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe,
yaitu :
1) Reumatoid Arthritis Klasik
2) Pada tipe ini terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3) Reumatoid Arthritis Defisit
4) Pada tipe ini terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
5) Probable Reumatoid Arthritis
6) Pada tipe ini terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
7) Possible Reumatoid Arthritis
8) Pada tipe ini terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
E. Faktor Resiko
Penyebab pasti rheumatoid arthritis belum diketahui, tetapi penelitian
telah menunjukkan bahwa beberapa faktor yang dapat menyebabkan RA
yaitu (The Arthritis Society, 2015) :
1) Riwayat keluarga.
Apabila terdapat anggota keluarga yang terkena RA, maka beresiko
tinggi terkena RA.
2) Jenis kelamin.
Perempuan memiliki resiko 2 sampai 3 kali lebih sering terkena RA
dibandingkan pria.
3) Hormon.
Peningkatan hormon juga dapat berpengaruh misalnya gejala RA
meningkat selama kehamilan, wanita yang pernah menggunakan
kontrasepsi oral memiliki penurunan dalam resiko RA. Hal ini karena
adanya perubahan profil hormon, placental corticotropinreleasing
hormone secara langsung menstimulasi sekresi dehidroepiandrosteron
(DHEA) yang merupakan androgen utama pada wanita yang dikeluarkan
oleh sel-sel adrenal fetus. DHEA merupakan substrat penting dalam
sintesis (Th2) dan menghambat respon imun seluler (Th1). Oleh karena
pada rheumatoid arthritis Th1 lebih dominan sehingga estrogen dan
progesteron memiliki efek yang berlawanan terhadap perkembangan
rheumatoid arthritis.
4) Umur.
RA umumnya mulai berkembang pada saat usia 40 – 60 tahun. Tetapi
pada anak kecil bisa juga terjadi yang biasa disebut dengan Juvenile
rheumatoid arthritis.
5) Lingkungan.
Perubahan iklim dapat memperburuk gejala pada RA.
6) Merokok.
Kebiasaan merokok dapat memicu peningkatan terkena RA dan
kekambuhan pada RA.
F. Pathway Artritis Reumatik

Inflamasi non-bakterial disebabkan oleh infeksi,


endokrin, autoinum, metabolic dan faktor
genetic, serta faktor lingkungan

reumatik

Sinovili Tenosinoitis Kelainan pada tulang

Inavi kolagen Erosi tl & kerusakan pada


Hiperemia & tulang rawan
pembengkakan

Gambaran
Instabilitas dan
Nekrosis & khas nodul deformitas sendi
kerusakan dalam subkutan
sendi

Ruptur tendon secara Gangguan


persial atau lokal mekanis &
Mk : Nyeri
fungsional pada
sendi

Mk : Gangguan rasa Mk : Hambatan Perubahan bentuk


nyaman mobilisasi fisik tubuh pada tulang
dan sendi
Mk : gangguan aktivitas
Mk : gangguan
konsep diri, citra diri

(Dinda Ayu Alestari, 2016)


G. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis RA dibagi menjadi 2 kategori yaitu manifestasi
artikular dan manifestasi ekstraartikular. Manifestasi artikular dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu gejala inflamasi akibat aktivitas sinovitis yang
bersifat reversibel dan gejala akibat kerusakan struktur persendian yang
bersifat ireversibel. Sinovitis merupakan kelainan yang umumnya bersifat
reversibel dan dapat diatasi dengan pengobatan medikamentosa atau
pengobatan non surgical lainnya (Shah and Clair, 2012).
Gejala klinis yang berhubungan dengan aktivitas sinovitis adalah kaku
pagi hari. Beberapa aspek lain yang berhubungan dengan sendi yaitu
(Suarjana, 2009) :
1) Vertebrata Servikalis, merupakan segmen yang sering terlibat pada RA.
Proses inflamasi ini melibatkan persendian diatrodial yang tidak tampak
oleh pemeriksaan. Gejala dini umumnya bermanifestasi sebagai
kekakuan pada seluruh segmen leher disertai dengan berkurangnya
lingkup gerak sendi secara menyeluruh.
2) Gelang bahu, pergelangan gelang bahu akan mengurangi lingkup gerak
sendi gelang bahu.
3) Kaki dan pergelangan kaki, keterlibatan persendian metatarsophalangeal
(MTP), telonavikularis dan pergelangan kaki merupakan gambaran yang
khas pada RA.
4) Tangan, keterlibatan persendian pergelangan tangan,
metacarphophalangeal (MCP), dan proximal inerphalageal (PIP) hampir
selalu dijumpai pada RA.
Manifestasi ekstraartikular pada RA meliputi (Shah and Clair, 2012) :
1) Konstitusional, 100% terjadi pada pasien RA dengan ditandai adanya
penurunan berat badan, demam >38,30 C, kelelahan dan pada banyak
kasus sering terjadi kaheksia (malnutrisi) yang secara umum merefleksi
derajat inflamasi dan biasanya mendahului terjadinya gejala awal pada
kerusakan sendi.
2) Nodul, merupakan level tertinggi pada penyakit ini dan terjadi 30 – 40%
pada penderita.
3) Sjogren’s syndrome, terjadi hanya 10% pasien dengan ditandai adanya
keratoconjutivitas sicca (dry eyes).
4) Vaskulitis, hanya terjadi <1% pada penderita dengan penyakit RA yang
sudah kronis.
5) Limfoma, resikonya pada pasien RA mencapai 2–4 kali lebih besar
dibandingkan populasi umum. Hal ini disebabkan karena penyebaran B-
cell lymphoma secara luas.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pencitraan
a) Rontgen dengan sinar XMembantu sebagai tes awal dan berguna
dalam tahap selanjutnya untuk memantau bagaimana penyakit
berkembang.
b) USG (Ultrasonography)
c) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
2) Pemeriksaan Imunologi
Tes ini memeriksa antibodi tertentu termasuk Anti-Cyclic Antibody
Citrullinated Peptida (ACPA), faktor rheumatoid (RF), dan Antibody
Antinuclear (ANA) yang ada pada sebagian besar penderita RA. RF yang
tinggi dapat menunjukkan bentuk yang lebih agresif dari penyakit.
3) Pemeriksaan Darah Kecepatan Sedimentasi
a) ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate)Tingkat sedimentasi eritrosit
mengukur seberapa cepat sel-sel darah merah jatuh ke dasar tabung
reaksi. Biasanya semakin tinggi sedimentasi, semakin banyak
peradangan yang terjadi di dalam tubuh.
b) CRP (C-Reaktif Protein)CRP adalah suatu protein yang dihasilkan
oleh hati terutama saat terjadi infeksi atau inflamasi di dalam tubuh.
Jika CRP tinggi, menunjukkan tingkat peradangan tinggi juga.
4) Arthrocentesis (Aspirasi Cairan Sinovial)
Sebuah prosedur aspirasi sendi yang dilakukan untuk mendapatkan
cairan sendi untuk diuji di laboratorium yang kemudian dianalisis untuk
mendeteksi penyebab pembengkakan sendi. Mengambil cairan sendi juga
dapat membantu meringankan sendi.
I . Penatalaksanaan
1) Terapi Non-Farmakologis
Terapi Non-Farmakologis menurut Rekomendasi Ikatan Reumatologi
Indonesia tahun 2014 yaitu :
a) Edukasi Pasien.
Edukasi pasien meliputi penjelasan mengenai penyakit RA terhadap
pasien, bagaimana perjalanan penyakitnya, dan kondisi pasien saat ini.
Pasien juga diberitahu tentang resiko dan keuntungan pemberian obat.
b) Diet dan terapi komplementer.
Pengaruh diet tidak berpengaruh terhadap perjalanan penyakit, namun
disarankan untuk diet banyak makan sayuran, buah, ikan serta
mengurangi konsumsi lemak atau daging merah.
c) Latihan atau program rehabilitasi.
Pada saat terdiagnosis RA direkomendasikan untuk melakukan latihan
fisik aerobik. Latihan fisik disesuaikan secara individual berdasarkan
kondisi penyakit dan komorbiditas yang ada.
Terapi fisik dengan menggunakan laser kekuatan rendah dan TENS
(transcutaneos electrical nerve stimulation), efektif mengurangi nyeri
dalam jangka pendek.
Terapi psikologis yang diberikan seperti relaksasi, mengatasi stres,
dan memperbaiki pandangan hidup yang positif, dapat membantu
pasien RA menyesuaikan hidup dengan kondisi mereka.
2) Terapi Farmakologis
Tujuan dari pengobatan RA yaitu untuk (Suarjana, 2009) :
a) Menghilangkan gejala inflamasi baik lokal maupun sistemik.
b) Mencegah terjadinya destruksi jaringan.
c) Mencegah terjadinya deformitas dan memelihara fungsi persendian
agar tetap dalam keadaan baik.
d) Mengembalikan kelainan fungsi organ dan persendian yang terlibat
agar dapat menjadi normal kembali.
Terapi RA harus dilakukan sedini mungkin supaya menurunkan angka
perburukan penyakit. Beberapa ahli menganjurkan untuk menggunakan
pendekatan step down bridge dengan menggunakan kombinasi beberapa
jenis DMARD (Disease Modifying Anti Rheumatic Drugs) yang dimulai
sejak dini kemudian dihentikan secara bertahap pada saat aktivitas RA
sudah dapat terkontrol (Suarjana, 2009).
1) Terapi DMARD
DMARD berfungsi mengurangi kerusakan sendi, mempertahankan
integritas dan fungsi sendi serta meningkatkan produktivitas pasien RA.
Golongan DMARD yang sering digunakan pada pengobatan RA yaitu
MTX (metroteksat), sulfasalazin, leflunomid, klorokuin, siklosporin,
azatioprin. DMARD bersifat slow acting yang menghasilkan efek 1-6
bulan pengobatan. Pemberian DMARD dapat diberikan tunggal atau
kombinasi. Pada pasien yang tidak respon dengan pengobatan DMARD
dengan dosis dan waktu optimal, diberikan pengobatan DMARD
tambahan atau diganti dengan jenis DMARD lainnya (Perhimpunan
Reumatologi Indonesia, 2014).
Prinsip–prinsip penggunaan DMARD pada pasien RA adalah
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014) :
a) Semua pasien yang terdiagnosa RA sedini mungkin diberikan
DMARD kurang lebih 3 bulan pertama setelah mengalami gejala.
b) Pemilihan jenis DMARD ditentukan atas 3 faktor yaitu, faktor obat
yang dilihat dari keefektifitasnya, waktu yang diperlukan obat untuk
menghasilkan khasiatnya dan biaya pengobatan. Faktor pasien, yang
bisa dilihat dari kepatuhan pasien, komorbiditas, beratnya penyakit
dan kemungkinan prognosisnya. Faktor dokter, dilihat dari
kompetensi dalam pemberian obat dan pemantauan obat.
Cara memulai dan menghentikan DMARD pada pasien RA yaitu
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2014) :
a) Pertimbangkan pengobatan jangka pendek dengan glukokortikoid
untuk memperbaiki gejala secara cepat pada pasien yang baru
terdiagnosa RA jika belum menerima glukokortikoid sebagai bagian
dari terapi kombinasi dengan DMARD.
b) Pada pasien yang merespon cepat pada terapi kombinasi DMARD dan
memberikan hasil yang memuaskan, kurangi dosis obat dengan hati-
hati.
c) Pada pasien yang baru terdiagnosis RA tidak boleh diberikan
kombinasi DMARD apabila pasien memiliki riwayat penyakit
penyerta, dimulai monoterapi DMARD.
d) Pada pasien RA yang kondisi penyakitnya sudah stabil, kurangi dosis
DMARD dengan hati-hati.
e) Ketika memulai obat baru untuk memperbaiki pengendalian penyakit
pada rejimen pengobatan pasien RA, pertimbangkan mengurangi atau
menghentikan obat DMARD yang sudah ada saat penyakit telah dapat
dikendalikan.
Jenis DMARD yang digunakan pada pengobatan rheumatoid arthritis
adalah (Perhimpunan Reumatologi Indonesia 2014) :
a) Metotreksat
Metotreksat saat ini digunakan sebagai lini pertama dalam pengobatan
rheumatoid arthritis. Obat ini mampu menghambat produksi sitokin
dan menstimulasi pelepasan adenosin. Dosis yang digunakan adalah
7,5-15 mg/minggu. Metotreksat memiliki onset yang cepat, hasilnya
dapat dilihat setelah 2-3 minggu terapi. Metotreksat
dikontraindikasikan pada ibu hamil, ibu menyusui, pasien dengan
gangguan hati kronis dan pasien dengan gangguan ginjal. Penggunaan
metotreksat pada usia lanjut perlu di hindari dan dipantau dengan hati-
hati karena dapat menurunkan metabolisme, menurunkan fungsi ginjal
dan adanya interaksi dengan riwayat penyakit. Pasien juga harus
mendapatkan asam folat saat menggunakan metotreksat, karena
metotreksat dapat menyebabkan defisiensi asam folat. Efek samping
dari obat ini adalah mual, diare, dan muntah.
b) Sulfasalasin
Sulfasalasin merupakan suatu prodrug yang diubah menjadi obat oleh
bakteri di dalam kolon, dimana obat ini metabolitnya diekskresikan
lewat urin. Efek antireumatik dapat dilihat setelah 2 bulan. Dosis yang
digunakan yaitu 2x500 mg/hari ditingkatkan sampai 3x100 mg.
c) Hidroksiklorokuin
Hidroksiklorokuin biasa digunakan pada rheumatoid arthritis ringan
atau sebagai adjuvant pada kombinasi DMARD untuk penyakit yang
lebih progresif. Onset dari obat ini salama 6 minggu. Dosis yang
diberikan adalah 6,5 mg/kg bb/hari.
d) Leflunamid
Leflunamid bekerja menghambat enzim dihidroorotat dehydrogenase
sehingga pembelahan sel limfosit T auto menjadi terhambat. Dosis
yang digunakan adalah 20 mg/hari.
e) Siklosporin
Siklosporin bekerja menghambat IL-1 dan IL-2. Dosis yang
digunakan adalah 2,5-5 mg/kgbb. Efek samping yang dapa terjadi
adalah gagal ginjal.
2) Pengobatan OAINS
OAINS merupakan obat yang mampu menghambat enzim
siklooksigenase (COX) sehingga mampu menghambat pembentukan
prostaglandin, prostasiklin, dan trombokson, maka OAINS mempunyai
sifat analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi. Pemakaian OAINS mampu
mengurangi kekakuan yang terjadi pada rheumatoid arthritis. Pemberian
OAINS pada pasien RA tidak mempengaruhi perjalanan penyakit
ataupun mencegah kerusakan sendi. Penggunaan OAINS pada pasien RA
harus diberikan dengan dosis efektif serendah mungkin dan dalam waktu
sesingkat mungkin. Penggunaan kombinasi OAINS harus dihindari
karena tidak akan menambah efektivitas tetapi meningkatkan efek
samping (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014b).
Beberapa OAINS yang sering digunakan dalam terapi rheumatoid
arthritis yaitu, diklofenak yang merupakan turunan asam fenilasetat dan
merupakan non selektif inhibitor COX, meloxicam merupakan
enolkarboksamida yang berkaitan dengan piroxicam dan terbukti
menghambat COX-2 daripada COX-1 khususunya dalam penggunaan
dosis rendah 7,5 mg/hari, celecoxib dan rofecoxib merupakan selektif
COX-2 (Wagner, 2012).
3) Pengobatan Agen Biologik
Penggunaan agen biologik diberikan pada pasien yang tidak
menunjukkan respon baik dengan kombinasi DMARD. Penggunaan agen
biologik yang baru diharapkan dapat mengontrol penyakit rheumatoid
arthritis (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014). Agen biologik
merupakan molekul protein hasil rekayasa genetika yang menghambat
sitokin proinflamasi TNF-α (infliximab, etanercept, adalimumab) dan IL-
1 (anakinra). Obat ini efektif digunakan jika penggunaan DMARD gagal,
namun harganya jauh lebih mahal untuk digunakan (Schuna, 2008).
4) Pengobatan Kortikosteroid
Kortikosteroid oral dosis rendah atau sedang dapat digunakan dalam
pengobatan rheumatoid arthritis. Kortikosteroid yang biasa digunakan
dalam pengobatan RA yaitu prednison dan metilprednisolon.
Penatalaksanaan kronis dapat digunakan prednison dosis rendah 5-10
mg/hari untuk pengendalian aktivitas penyakit pada pasien rheumatoid
arthritis. Namun, penggunaan terapi prednison dosis rendah beresiko
osteoporosis. Glukokortikoid dosis tinggi diperlukan untuk pengobatan
ekstraartikular berat pada rheumatoid arthritis. ACR merekomendasikan
pencegahan primer osteoporosis akibat glukokortikoid dengan
bisphosphonate (Schuna,2008).
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Identitas klien
Pada identitas klien, akan didapatkan data-data terkait dengan identitas
klien maupun keluarga yang menjadi penanggung jawab klien tersebut.
Pada identitas didapatkan nantinya nama klien, alamat, jenis kelamin,
tempat tanggal lahir, umur, suku/ras, agama, nomor telepon dan lain-lain.
Sedangkan untuk penanggung jawab, juga akan didapatkan data-data
yang sama, baik berupa nama, alamat, umur, nomor telepon dan diagnosa
klien.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluhkan rasa nyeri pada tiap-tiap sendi seperti tangan dan
kaki.
b. Riwayat penyakit sekarang
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan atau kaki, perasaan
tidak nyaman dalam beberapa waktu sebelum mengetahui dan
merasakan adanya perubahan pada sendi.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya memiliki kecelakaan atau terbenturnya salah satu organ tubuh
waktu dulu, adanya mengalami penyakit yang sama waktu dahulu.
d. Riwayat penyakit keluarga
Ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus dan penyakit yang lain-lain.
3) Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan wajah :
Inspeksi : Kepala simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran
pada kepala. Ukuran kepala normal sesuai dengan umur.
Wajah biasanya tidak simetris kiri dan kanan, wajah
terlihat pucat.
Palpasi : tidak terjadi nyeri pada kepala
b. Mata
Mata tampak simetris kiri dan kanan, terdapat adanya kekeruhan pada
kornea, lapang pandang terdapat penurunan lapang pandang.
Inspeksi : Pupil sama, bulat, reaktif terhadap cahaya dan
akomodasi, Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
Palpasi : tidak ada pembengkakan pada mata
c. Telinga
Telinga tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada tampak
pembengkakan.
Inspeksi : Simetris telinga kiri dan kanan, terlihat bersih tanpa
serumen.
Palpasi : Tidak ada nyeri pada daun telinga, pembengkakan
pada daun telinga tidak ada.
d. Hidung
Hidung tampak simetris, tidak terdapat perdarahan,tidak terdapat
polip. Adanya penurunan kemampuan membau.
Inspeksi : Simetris hidung kiri dan kanan, tidak terlihat
perdarahan pada hidung.
Palpasi : Tidak adanya nyeri saat diraba pada hidung,
pembengkakan tidak ada.
e. Mulut
Mulut tampak kotor terdapat mulut berbau.
Inspeksi : Membran mukosa berwarna merah jambu, lembab, dan
utuh. Uvula digaris tengah, Tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri pada mulut , tidak
adanya pembengkakan pada mulut
f. Leher
Inspeksi : Posisi trakea apakah mengalami kemiringan atau tidak,
vena jugularis tidak terlihat,
Palpasi : Tidak teraba nodul pada leher, tidak terjadi
pembengkakan, apakah terjadi pembesaran kelenjar tiroid,
kelenjar limfe ada pembesaran atau tidak
g. Paru-paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak adanya lesi, ada atau
tidaknya retrasi dada, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan
Auskultasi : Vesikuler
Perkusi : Sonor
Palpasi : Ada pergerakan dinding dada, taktil fremitus teraba jelas
h. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis terlihat atau tidak, lesi diarea jantung atau
tidak, pembengkakan pada jantung atau tidak
Palpasi : Pada area ICS II, ICS V kiri, dan Area midclavicula
untuk menentukan batas jantung, tidak terjadi pembesaran
pada jantung
Perkusi : Redup
Auskultasi : Normalnya bunyi jantung 1 lebih tinggi dari pada bunyi
jantung II, tidak adanya bunyi tambahan seperti mur-mur.
S2 (dub) terdengar pada ICS II ketika katup aorta dan
pulmonal menutup pada saat awal sistolik, terdengar suatu
split yang mengakibatkan dua suara katup, ini diakibatkan
penutupan aorta dan pulmonal berbeda pada waktu
respirasi.
S1( lub) terdengar pada ICS V ketika katup mitral dan
katup trikuspidalis tetutup pada saat awal sistolik.
Terdengar bagus pada apex jantung dan didengar dengan
diafragma stetostokop dimana terdengar secara bersamaan.
i. Abdomen
Inspeksi : tidak adanya pembengkakan pada abdomen/ asites
Palpasi : tidak adanya distensi pada abdomen
Perkusi : Tympani
Auskultasi : bising usus normal
j. Ekstremitas: Biasanya didapatkan bahwa pada ektremitas yang tidak
normal, jalan kemungkinan tidak nrmal, atau tangan susak digerakkan
terasa kaku
k. Neuro Sensori : Klien merasakan kebas, semutan pada kaki dan
tangan, hilangnya sensasi pada jari tangan, pembengkakan pada sendi
4) Interaksi sosial
Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain, terjadi
perubahan peran
5) Riwayat Psikososial
Pasien dengan reumatik mungkin merasakan adanyan kecemasan yang
cukup tinggi apalagi pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi
karena merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan
merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d kondisi muskuloskeletal kronis.
2) Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi.
3) Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal.
4) Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal.
C. Rencana Tindakan Keperawan (SIKI)
No Standar Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intrevensi Keperawatan
Keperawatan hasil (SIKI)
Indonesia (SLKI)
(SDKI)
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Observasi
kondisi tindakan 1. Identifikasi lokasi,
muskuloskeleta keperawatan 1x 24 karakteristik, durasi,
l kronis. jam diharapkan frekuensi, intensitas nyeri
tingkat nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respons nyeri
Kriteria Hasil: non verbal
1. Melaporkan nyeri 4. Identifikasi faktor yang
terkontrol memperberat dan
2. Kemampuan memperingan nyeri
mengenali onset 5. Identifikasi pengetahuan
nyeri dan keyakinan tentang
3. Kemampuan nyeri
mengenali 6. Identifikasi pengaruh
penyebab nyeri budaya terhadap respon
4. Kemampuan nyeri
menggunakan 7. Identifikasi pengaruh nyeri
teknik non- pada kualitas hidup
farmakologi 8. Monitor keberhasilan terapi
5. Keluhan nyeri komplementer yang sudah
menurun diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknin
nonfarmakoligis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Defisit 1. perilaku sesuai Observasi
pengetahuan anjuran 1. Identifikasi informasi yang
b/d meningkat akan disampaikan
kurangterpapar 2. verbalisasi minat 2. Identifikasi pemahaman
informasi dalam belajar tentang kondisi kesehatan
meningkat saat Ini
3. kemampuan 3. Identifikasi Kesiapan
menggambarkan menerima informasi.
pengalaman Terapeutik
sebelumnya yang 1. Lakukan penguatan
sesuai dengan potensi pasien dan
topik kleuarga untuk menerima
4. perilaku sesuai informasi
dengan 2. Libatkan pengambilan
pengetahuan keputusan dalam untuk
meningkat menerima informasi
3. Fasilitasi mengenali
kondisi tubuh Yang
membutuhkan Layanan
keperawatan
4. Berikan nomor kontal
yang dapat dihubungi
jika pasien
membutuhkan bantuan
5. Catat identitas dan nomor
Kontak pasien untuk
mengingatkan atau follow
up kondisi pasien
6. Fasilitasi akses pelayanan
pada saat dibutuhkan
Edukasi
1. Berikan informasi berupa
alur, leafket atau gambar
untuk memudahkan
pasien mendapatkan
informasi kesehatan
2. Anjurkan keluarga
mendampingi Pasien
3 Gangguan Setelah dilakukan Observasi
mobilitas fisik tindakan perawatan 1. Identifikasi kesiapan dan
b/d gangguan selama 1x 24 jam keammpuan menerima
muskuloskeleta didapatkan informasi
l. mobilisasi fisik 2. Identifikasi indikasi dan
meningkat kontraindikasi mobilisasi
Kriteria Hasil: 3. Monitor kemajuan
1.Pergerakan pasien/keluarga dalam
ekstremitas mealakukan mobilisasi
miningkat Terapeutik
2. Kekuatan otot 1. Pesiapkan materi, media
meningkat dan alat-alat seperti bantal,
3. Rentang gerak gait belt
(rom) meningkat 2. Jadwalkan waktu
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan dengan
pasien dan keluarga
3. Berikan kesempatan pada
pasien/keluarga untuk
bertanya
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, tujuan,
indikasi, dan kontraindikasi
mobilisasi serta dampak
imobilisasi
2. Ajarkan cara
mengidentifikasi sarana dan
prasarana yang mendukung
untuk mobilisasi di rumah
3. Ajarkan cara
mengidentifikasi
kemampuan mobilisasi
(seperti kekutan otot,
rentang gerak)
4. Demostrasikan cara
mobilisasi di tempat tidur
5. Demostrasikan cara
melatih rentang gerak
6. Anjurkan pasien/keluarga
meredemostrasikan
mobilisasi miring
kiri/miring kanan/latihan
rentang gerak sesuai yang
telah didemostrasikan.
4 Defisit Setelh dilakukan Observasi
perawatan diri tindkan 1. Identifikasi kebiasaan
b/d gangguan keperawatan aktivitas perawatan diri
muskuloskeleta selama 1x24 jam di 2. Monitor tingkat
l. harapkan kemandirian
keberishan 3. Identifikasi kebutuhan alat
meningkat bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, dan
Kriteria Hasil :
makan
1. Kemampuan mandi
Terapeutik
meningkat
1. Sediakan lingkungan yang
2. Kemampuan
terapeutik
mengenakan
2. Siapkan keperluan pribadi
pakain meningkat
(mis. Parfum, sikat gigi,
3. Kemampuan
dan sabun mandi)
makan meningkat
3. Dampingi dalam
4. Kemampuan ke
melakukan perawatan diri
toilet (BAK/BAB)
sampai mandiri
meningkat
4. Fasilitasi untuk menerima
5. Verbalisasi
keadaan ketergantungan
keinginan
5. Fasilitasi kemandirian,
melakukan
bantu jika tidak mampu
perawatan diri
melakukan perawatan diri
meningkat
6. Jadwalkan rutinitas
6. Minat melakukan
perawatan diri
perawatan diri
Edukasi
meningkat
1. Ajarkan melakukan
7. Mempertahankan
perawatan diri secara
kebersihan diri
konsisten sesuai
meningkat
keammpuan.
8. Mempertahakan
kebersihan mulut
meningkat.
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Lengkap : Bpk. A
Tempat/ tgl lahir : Bengkulu, 11 Oktober 1947
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Minang/Mandailiang
Pendidikan Terakhir : Tidak Sekolah
Diagnosa Medis : Reumatoid Arthiritis
Alamat : Jln. Kini Balu 8, No.3, Kel. Kebun Tebeng,
Kota. Bengkulu
2. Keluarga atau orang yang penting / dekat yang dapat dihubungi
Nama : Tn. R
Alamat : Jln. Kini Balu 8, No.3, Kel. Kebun Tebeng,
Kota. Bengkulu
No. Telpon :-
Hubungan : Anak kandung
3. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
a) Pekerjaan Saat Ini
Bpk. A mengatakan pada saat sekarang ini Bpk. A tidak lagi bekerja.
Karena Bp.A mengalami reumatik yang menyebabkan nyeri pada
persendian yang jika terlalu lama berktivitas menyebabkan nyeri
bertambah sehingga menggungu aktivitas pada Bp.A
b) Pekerjaan Sebelumnya
Bpk. A mengatakan dulu Bpk. A bekerja sebagai petani disawah milik
orang lain, Bpk.A mengatakan jika musim hujan menanam padi jika
musim kemarau Bpk.A menanam ubi jalar.
c) Sumber Pendapatan
Bpk. A mengatakan pada saat ini sumber pendapatannya yaitu dari anak-
anaknya dan juga dari panti sosial tresna werdha kasih sayang ibu batu
sangkar.
d) Kecukupan Pendapatan
Bpk. A mengatakan pendapatan Bpk.A saat ini sudah mencukupi untuk
kebutuhannya diwisma.
4. Aktifitas Rekreasi
a) Hobi
Bpk. A mengatakan beliau hobi berpantun, sampai sekarang ini Bpk. A
juga masih sering berpantun ketika waktu luang.
b) Berpergian / Wisata
Bpk. A mengatakan ketika merasa bosan, untuk mengisi waktu
rekreasinya Bpk. A sering berjalan berkeliling disekitar PSTW dan di
luar PSTW.
c) Keanggotaan Organisasi
Bpk. A mengatakan pada saat ini tinggal di wisma tidak ada mengikuti
suatu organisasi.
5. Riwayat Keluarga
Nama Keadaa Saat Ini Keterangan
Ibu. R Sehat Istri ( berpisah )
Tn. R Sehat Anak ( di Batam )
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
1) Frekuensi Makan
Bpk. A mengatakan beliau makan sebanyak 3 kali dalam sehari
namun hanya menghabisi ½ porsis saja.
2) Nafsu Makan
Bpk. A mengatakan pada saat ini nafsu makannya menurun, karena
banyaknya makanan pantangan yang dapat menyebabkan nyeri pada
persendian. Bp.A mengatakan tidak memilih dalam soal makanan.
3) Jenis Makanan
Jenis makanan yang dikonsumsi Bpk. A pada setiap harinya yaitu
nasi, dan sambal lauk pauknya setiap hari berfariasi sesuai yang telah
dimasak oleh petugas dapur umum PSTW.
4) Kebiasaan Sebelum Makan
Bpk. A mengatakan tidak memiliki kebiasaan sebelum makan.
5) Makanan yang tidak disukai
Bpk. A mengatakan menyukai semua makanan yang diberikan dari
PSTW dan tidak ada yang tidak disukainya.
6) Alergi terhadap makanan
Bpk. A mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan yang
disediakan dari PSTW, Bpk. A mengatakan ketika Bpk. A makan telor
dan ikan laut terkadang mengalami gatal-gatal.
7) Pantangan Makanan
Bpk. A mengatakan tidak memiliki pantangan dalam soal makanan,
semua makanan yang disediakan hanya habis ½ saja.
8) Keluhan yang berhubungan dengan makanan
Bpk. A mengatakan nafsu makan menurun dan hanya menghabisi ½
porsi makanan saja.
b. Eliminasi
1) BAK
a) Frekuensi dan Waktu
Bpk. A mengatakan biasanya BAK dalam sehari yaitu 2-3 kali dan
warna kuning bersih.
b) Kebiasaan BAK pada malam hari
Bpk. A mengatakan BAK pada malam hari yaitu sekitar 1-2 kali
dalam semalam
c) Keluhan yang berhubungan dengan BAK
Bpk. A mengatakan tidak memiliki keluhan terkait dengan BAK.
2) BAB
a) Frekuensi dan Waktu
Bpk. A mengatakan BAB tidak teratur, waktunya yaitu pada pagi
hari.
b) Konsistensi
Bpk. A mengatakan konsistensi BAB nya padat dan keras.
c) Keluhan yang berhubungan dengan BAB
Bpk. A mengatakan sulit untuk BAB kadang 1-2 kali dalam
seminggu, konsistensi padat dan keras.
d) Pengalaman memakai laxantif pencahar
Bpk. A mengatakan tidak mempunyai pengalaman terkait dengan
memakai obat pencahar.
c. Personal Hygine
1) Mandi
Frekuensi dan Waktu
Mandi Bpk. A mengatakan mandi 1 kali dalam sehari karna cuaca
dingin akan membuat nyeri pada persendian dan keterbatasan
beraktifitas karna reumatiknya. Bpk. A mengatakan mandi
menggunakan sabun.
2) Oral Hygine
Frekuensi dan waktu gosok gigi
Bpk. A mengatakan menggosok gigi 1 kali dalam sehari karna
keterbatasan beraktifitas. Bpk.A mengatakan menggunakan pasta gigi.
3) Cuci Rambut
Frekuensi dan Penggunaan Shampo
Bpk. A mengatakan mencuci rambut kadang-kadang 1-2 kali dalam
seminggu karna beliau sulit untuk beraktifitas dan tidak bisa lama
dikamar mandi, Bpk. A mengatakan mencuci rambut dengan
menggunakan shampo, terkadang kalau shampo tidak ada Bpk. A
menggunakan sabun mandi sebagai shampo.
4) Kuku dan Tangan
Frekuensi gunting kuku
Bpk. A memotong kuku waktunya tidak menentu, Bpk. A memotong
kuku jika kukunya sudah terlihat panjang.
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun
Bpk. A mengatakan bahwa ketika mencuci tangan selalu
menggunakan sabun.
d. Istirahat dan Tidur
1) Lama tidur malam
Bpk. A mengatakan lama tidur malam nya sekitar 6-7 jam, tidur
malam biasanya pada jam 22.00 WIB, Bpk.A mengatakan sering
terbangun karena nyeri pada persendian terutama pada lutut.
2) Lama tidur siang
Bpk. A mengatakan tidur siang hanya kadang kadang, biasanya sekitar
1-2 jam.
3) Keluhan yang berhubungan dengan tidur
Bpk. A mengatakan tidurnya tidak nyenyak dan sering terbangun
karna nyeri pada reumatik. Bp.A mengatakan sering tidur di lantai
pada siang hari.
e. Kebiasaan mengisi waktu luang
1) Olahraga
Bpk. A mengatakan jika ada waktu luang ada melakukan olahraga,
biasanya Bpk.A melakukan senam, atau peregangan di depan kantor
panti, namun Bpk.A sulit melakukan senam karna keterbatasan
geraknya.
2) Nonton TV
Bpk.A mengatakan biasanya jika tidak ada kegiatan Bpk.A menonton
TV diwisma.
3) Berkebun / Memasak
Bpk. A mengatakan hanya menanam tanaman bunga dan bawang di
dalam pot didepan wisma. Bpk. A mengatakan selama diwisma tidak
pernah memasak karena makanan sudah disiapkan oleh petugas dapur.
f. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (jenis / frekuensi / jumlah /
lama pakai)
1) Merokok
Bpk. A mengatakan mempunyai kebiasaan merokok 3 batang sehari
semenjak berumur 12 tahun.
2) Minuman Keras
Bpk. A mengatakan tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol.
3) Ketergantungan Terhadap Obat
Bpk. A mengatakan tidak memiliki ketergantungan terhadap obat.
7. Uraian Kronologis Kegiatan Sehari-hari
Waktu kegiatan Jenis kegiatan
Senin Senam bersama lansia, berjalan-jalan sekitar
taman, mengantar rantang, duduk-duduk bersama
lansia lainnya, dan sholat ke mesjid setiap masuk
waktu sholat
Selasa Gotong royong bersama didalam panti, membantu
membersihkan taman didepan wisma, mengantar
rantang, dan sholat ke mesjid setiap masuk waktu
sholat
Rabu Senam bersama lansia, mahasiswa dan pegawai,
kegiatan kesenian, mencuci baju, mengantar
rantang, duduk-duduk bersama lansia lainnya, dan
sholat ke mesjid setiap masuk waktu sholat
Kamis Jika ada pemeriksaan kesehatan di poli,
mengantar rantang, duduk-duduk bersama lansia
lainnya, dan sholat ke mesjid setiap masuk waktu
sholat
Jum’at Mengikuti kegiatan siraman rohani di masjid,
sholat jum’at, mengantar rantang, duduk-duduk
bersama lansia lainnya, dan sholat ke mesjid
setiap masuk waktu sholat
Sabtu Mencuci baju, mengantar rantang, duduk-duduk
bersama lansia lainnya, dan sholat ke mesjid
setiap masuk waktu sholat
Minggu Mengikuti kegiatan di wisma, mengantar rantang,
duduk-duduk bersama lansia lainnya, dan sholat
ke mesjid setiap masuk waktu sholat
8. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan utama dalam satu tahun terakhir
Bpk. A mengatakan mengalami nyeri pada bagian persendian
terutama pada lutut yang menyebabkan Bpk. A sulit untuk
beraktifitas.
2) Gejala yang dirasakan
Bpk. A mengatakan mengalami nyeri pada persendian yaitu lutut dan
siku yang sering kambuh pada pagi hari, Bpk. A mengatakan nyeri
yang dirasakan hilang timbul, Bpk. A mengatakan lutut terasa kaku
dan sulit untuk beraktifitas.
3) Faktor Keluhan
Bpk. A mengatakan keluhan yang dirasakannya terjadi secara
bertahap.
4) Waktu mulai timbulnya keluhan
Bpk. A mengatakan nyeri pada persendian dirasakan terutama pada
pagi hari, nyeri yang dirasakan Bpk. A terasa setelah melakukan
aktivitas yang sedikit berat, dan pada saat udara dingin.
5) Upaya Mengatasi
Bpk. A mengatakan ketika nyeri terasa pada persendian, Bpk. A
melalukan pengobatan secara tradisional yaitu dengan melakukan
kompres hangat pada daerah yang terasa nyeri.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah diderita
Bpk. A mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang berat
sebelumnya, Bpk. A mengatakan hanya mengalami demam dan batuk
biasa, Bpk. A mengatakan mengalami nyeri persendian semenjak 19
tahun yang lalu.
2) Riwayat Alergi
Bpk. A mengatakan tidak memiliki riwayat alergi, tetapi Bpk. A
mengatakan terkadang ketika makan sambal telor dan ikan laut
mengalami gatal sedikit, tetapi tidak sampai ke alergi.
3) Riwayat Kecelakaan
Bpk. A mengatakan tidak memiliki riwayat kecelakaaan yang berat
sebelumnya, Bpk. A mengatakan hanya terpeleset biasa dan tidak
parah.
4) Riwayat Dirawat di Rumah Sakit
Bpk. A mengatakan selama hidupnya tidak pernah dirawat dirumah
sakit.
5) Riwayat Pemakaian Obat
Bpk. A mengatakan pernah mengkonsumsi obat untuk mengurangi
rematik yang didapatkan dari poli klinik, tetapi pada saat sekarang ini
tidak lagi mengkonsumsi obat dari poli klinik, Bpk. A hanya
melakukan pengobatan sendiri dengan kompres hangat.
9. Pengkajian / Pemeriksaan fisik (Observasi, pengukuran, auskultasi,
perkusi dan palpasi)
a. Keadaan Umum (TTV)
TD : 110/80 mmHg
Suhu : 36,6 oC
RR : 21 x/i
Nadi : 90 x/i
b. BB/TB
TB : 160 cm
BB : 53 kg
c. Kepala
Inspeksi
Bentuk kepala Bpk. A normal, distribusi merata, kulit kepala bersih,
rambut terlihat putih, kulit kepala tampak sedikit berminyak.
Palpasi
Pada saat dipalpasi tidak terdapt pembengkakan luka/lesi pada kepala,
tidak terdapat kerontokan rambut pada Bpk. A
d. Mata
Inspeksi
Mata tampak simetris kiri dan kanan, terdapat adanya kekeruhan pada
kornea, saat mengukur lapang pandang terdapat penurunan lapang
pandang. Tidak tampak ada pembengkakan, luka/lesi, Bpk. A tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
Palpasi
Saat diraba tidak ada teraba pembengkakan, tidak ada nyeri tekan/lepas
di daerah mata.
e. Telinga
Inspeksi
Telinga tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada tampak pembengkakan,
luka/lesi, tidak tampak cairan yang keluar dari telinga, fungsi
pendengaran berkurang.
Palpasi
Tidak ada luka/lesi pada telinga, tidak ada nyeri tekan/lepas
f. Hidung
Inspeksi
Hidung tampak simetris, tidak terdapat perdarahan, polip hidung tidak
ada serta peradangan mukosa hidung tidak ada. Adanya penurunan
kemampuan membau.
Palpasi
Tidak teraba pembengkakan pada hidung (sinus) atau yang lainnya, tidak
ada nyeri tekan atau lepas di daerah hidung
g. Mulut, Gigi dan Bibir
Inspeksi
Mulut tampak kotor terdapat mulut berbau, Bpk.A jarang membersihkan
mulut dan gigi karna keterbatasan nyeri reumatik untuk kekamar mandi.
Palpasi
Pada saat dilakukan palpasi tidak teraba benjolan atau masa pada bibir.
h. Thorak
Inspeksi
Tidak terdapat retraksi dinding dada, pergerakan dinding dada simetris
kiri dan kanan, tidak tampak bantuan otot pernafasan, pernafasa 21 x/i
Palpasi
Saat dipalpasi tidak ada teraba massa/pembengkakan di dada, tidak ada
nyeri tekan/lepas
Perkusi
Saat diperkusi terdengar bunyi sonor di seluruh lapang paru (kiri dan
kanan).
Auskultasi
Saat diauskultas tidak terdengan adanya bunyi suara nafas tambahan
i. Abdomen
Inspeksi
Tidak ada distensi abdomen, tidak tampak pembengkakan/massa pada
abdomen.
Auskultasi
Saat diauskultasi terdengar bising usus 2-3 x/i
Perkusi
Saat diperkusi terdengar bunyi tympani
Palpasi
Saat dipalpasi tidak teraba adanya massa/pembengkakan, hepar dan
limpa tidak teraba, tidak ada nyeri tekan/lepas di daerah abdomen
j. Kulit
Inspeksi
Pada saat dilakukan pemeriksaan tidak terdapat perlukaan ataupun lesi,
kulit tampak kering dan mulai berkeriput.
Palpasi
Pada saat dilakukan pemeriksaan tidak teraba pembengkakan luka/lesi
pada kulit, kulit teraba hangat.
k. Ektremitas Atas
Pada ektremitas atas kuku jari tangan tampak pendek, bersih, turgor kulit
baik, tidak ada kelainan, kulit tampak mulai berkeriput, akral teraba
hangat, ≥CRT 2 detik, kekuatan otot
555 555
555 555
I. Ektremitas Bawah
Pada ektremitas bawah terdapat nyeri pada persendian yaitu pada lutut,
turgor kulit baik, kuku pendek, bersih, tidak ada oedema, tidak ada
kelainan, akral teraba hangat, ≥CRT 2 detik, kekuatan otot
555 555
555 555

10. Hasil Pengkajian Khusus


a. Masalah Kesehatan Kronis
NO Keluhan kesehatan atau Selalu Sering Jarang T.Pernah
gejala yang dirasakan ( 3 ) (2) (1) (0)
klien dalam waktu 3
bulan terakhir berkaitan
dengan fungsi-fungsi
A Fungsi Penglihatan

1. Penglihatan kabur
2. Mata berair 
3. Nyeri pada mata 
B Fungsi Pendengaran
4. Pendengaran 
Berkurang
5. Telinga berdenging 
C Funsi Paru
6. Batuk lama disertai 

keringat malam
7. Sesak napas 

8. Berdahak / sputum 

D Fungsi jantung
9. Jantung berdebar-debar 

10. Cepat lelah 

11. Nyeri dada 


E Fungsi pencernaan
12. Mual / muntah 
13. Nyeri ulu hati 
14. Makan dan minum 
banyak ( berlebihan )
15. Perubahan kebiasaan 
buang air besar (mencret
atau sembelit )
F Fungsi pergerakan
16. Nyeri kaki saat 
berjalan
17. Nyeri pingang atau 
tulang belakang
18. Nyeri persendian 
/Bengkak
G Fungsi persarafan
19. Lumpuh / kelemahan 
pada kaki atau tangan
20. Kehilangan rasa 
21. Gemetar / tremor 
22. Nyeri / pegal pada 
daerah tekuk
H Fungsi saluran
perkemihan
23. Buang air kecil 
Banyak
24. Sering buang air 
kecil pada malam hari
25. Tidak mampu 
mengontrol
pengeluaran air
kemih (ngompol)
Hasil = 18 (Tidak ada masalah kesehatan kronis
Analisa hasil
skor
<25 : tidak ada masalah kesehatan kronis
26 – 50 : masalah kesehatan kronis sedang
>51 : masalah kesehatan kronis berat
b. Fungsi Kognitif
No Item Pertanyaan Benar Salah
1 Jam berapa sekarang ? 
2 Tahun berapa sekarang ? 
3 Kapan Bapak / Ibu lahir ? 
4 Berapa umur Bapak / Ibu sekarang ? 
5 Dimana alamat Bapak / ibu sekarang ? 
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal 
bersama Bapak / Ibu ?
7 Siapa nama anggota keluarga yang tinggal 
bersama Bapak / ibu ?
8 Tahun berapa hari Kemerdekaan Indonesia ? 
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia 

sekarang ?
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 
Hasil = 10 Skore benar (Tidak ada gangguan)
Analisis Hasil
Skore Benar : 8 – 10 : tidak ada gangguan
Skore Benar : 0 – 7 : ada gangguan
c. Status Fungsional
Mandiri Tergantung
No Aktifitas
(Nilai 1) ( Nilai 0 )
1 Mandiri di kamar mandi (mengosok, 
membersihkan dan mengeringkan
badan)
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan 
Mengenakanya
3 Memakan makanan yang telah 
Disiapkan
4 Memilihara kebersihan diri untuk 
penampilan diri (menyisir rambut,
mencuci rambut, mengosok gigi,
mencukur kumis)
5 buang air besar di WC (membersihkan 
dan mengiringkan daerah bokong)
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses 
(tinja)
7 Buang air kecil di kamar 
mandi (membersihkandan
mengeringkan daerah kemaluan)
8 Dapat mengontrol pengeluaran air 
Kemih
9 berjalan di lingkungan tempat tinggal 
atau keluar ruangan tanpa alat bantu,
seperti tongkat
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan 
kepeercayaan yang dianut
11 Melakukan pekerjaan rumah seperti 
merapikan tempat tidur, mencuci
pakaian, memasak dan membersihkan
Ruangan
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri 
atau kebutuhan keluarga
13 Mengelola keuangan (menyimpan dan 
mengunakan uang sendiri)
14 Mengunakan sarana tranportasi umum 
untuk berpergian
15 Menyiapakan obat dan meminum obat 
sesuai dengan aturan (takaran obat dan
waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan dan mengambil 
keputusan untuk kepentingan keluarga
dalam hal pengunaan uang, aktifitas
social yang dilakukan dan kebutuhan
akan pelayanan kesehatan
17 Melakukan aktifitas di waktu luang 
(kegiatan keagamaan, social, rekreasi,
olah raga, dan menyalurkan hobi)
JUMLAH POIN MANDIRI 17
Hasil = 17 Point ( Mandiri )
AnalisisHasil:
Point : 13 – 17 : Mandiri
Point : 0 – 12 : Ketergantungan.

d. Status Psikologis (Skla Depresi)


NO Apakah Bapak / Ibu dalam satu mingguYa Tidak
terakhir :

1 Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani ? 

2 Banyak meninggalkan kesenangan / minat dan 


aktivitas anda ?
3 Merasa bahwa kehidupan anda hampa ? 
4 Sering merasa bosan ? 
5 Penuh pengharapan akan masa depan ? 
6 Mempunyai semangat yang baik setiap waktu ? 
7 Diganggu oleh pikiran – pikiran yang tidak dapat 
diungkapan?
8 Merasa bahagia disebahagian besar waktu ? 
9 Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda ? 
10 Sering kali merasa tidak berdaya ? 
11 Sering merasa gelisah dan gugup ? 
12 Memilih tinggal dirumah dari pada pergi 
melakukan sesuatu yang bermanfaat ?
13 Sering kali merasa kuatir akan masa depan ? 
14 Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan 
daya ingat dibandingkan orang lain ?
15 Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan 
sekarang ?
16 Sering kali merasa merana ? 
17 Merasa kurang bahagia ? 
18 Sangat khawatir terhadap masa lalu ? 
19 Merasakan hidup ini sangat mengairahkan ? 
20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang 
baru?
21 Merasa dalam keadaan penuh semangat ? 
22 Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan ? 
23 Berpikir bahwa banyak orang lain yang lebih baik 
dari pada anda ?
24 Sering kali merasa kesal dengan hal yang sepele ? 
25 Sering kali merasa ingin menangis ? 
26 Merasa sulit untuk berkosentrasi ? 
27 Menikmati tidur ? 
28 Memilih menghindar dari perkumpulan social ? 
29 Mudah mengambil keputusan ? 
30 Mempunyai pikiran yang jernih ? 
JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU 4
Hasil = 4 ( Normal )
Jika terganggu nilai 1
Jika normal nilai 0
AnalisisHasil :
Nilai : 6 – 15 : Depresi ringan sampai sedang
Nilai : 16 – 30 : Depresi berat
Nilai : 0 – 5 : Nomal
11. Dukungan Keluarga
Saat ini Bpk. A tidak mendapatkan dukungan dari keluarga seperti istri dan
anak, karena Bpk.A dan istri sudah berpisah dan anak merantau ke Batam
hingga Bpk,A memilih untuk tinggal di Panti sosial tresna werdha kasih
sayang ibu Batusangkar.
12. Lingkungan Tempat Tinggal
a. Kebersihan dan Kerapian Ruangan
Tempat tidur Bpk. A selalu bersih dan rapi, baju-baju dalam lemari
tersusun rapi.
b. Penerangan
Kondisi penerangan yang ada didalam kamar Bpk.A sudah cukup baik
karena sudah dilengkapi penerangan berupa lampu.
c. Sirkulasi Udara
Kondisi sirkulasi yang terdapat dalam kamar sudah baik, hal ini dilihat
dari kamar sudah memiliki jendela dan ventilasi di jedela dan pintu.
d. Keadaan Kamar Mandi dan WC
Kondisi kamar mandi di wisma Anggur sudah cukup bersih, terdapat 2
kamar mandi untuk lansia diwisma Anggur.
e. Pembuangan Air Kotor
Tempat pembuangan air kotor sudah baik karena tempat pembuangan
yang berupa selokan mengalir dan tidak tersumbat.
f. Sumber Air Minum
Sumber air minum di wisma tersebut berasal dari 2 tempat yaitu dari
dapur umum dan tempat pengisian air minum isi ulang.
g. Pembuangan Sampah
Tempat pembuangan sampah ditong sampah yang setiap hari ada bak
sampah yang mengambil sampah yang sudah dikumpulkan didepan pagar
panti.
h. Sumber Pencemaran
Tempat pencemaran tidak ada karena mobil bak sampah setiap hari
datang untuk mengangkut sampah yang sudah dikumpulkan.
i. Penataan Halaman
Penataan halaman yang terdapat didepan wisma Anggursudah rapi dan
bersih dengan adanya tanaman berupa tanaman bawang di halaman
depan.
j. Privasi
Dalam hal privasi dari Bpk.A mengatakan bahwa lansia di wisma
tersebut saling menjaga privasi dari diri masing-masing.
k. Resiko Injuri
Pada hal ini resiko yang kemungkinan terjadi pada Bpk.A adalah resiko
jatuh pada saat melakukan aktifitas karena kondisi pada Bpk. A yang
mudah lelah dan merasakan nyeri pada persendian jika melakukan
aktivitas yang berlebihan.

B. ANALISA DATA
No Data Fokus Penyebab Masalah

1 DS : Kondis Nyeri Akut


 Bpk. A mengatakan mengalami nyerimuskuloskel
pada bagian persendian terutama padaetal kronis
lutut
 Bpk. A mengatakan nyeri yang
dirasakannya memberat pada pagi hari
 Bpk. A mengatakan lutut terasa kaku
 Bpk. A mengatakan nyeri memberat
apabila udara dingin
 Bpk. A mengatakan ketika nyeri pada
persendian kambuh Bpk. A sulit untuk
beraktivitas
 Bpk. A mengatakan jika terlalu berat
melakukan aktivitas nyeri pada
persendian memberat
 Bpk. A mengatakan jika nyerinya
timbul Bpk. A hanya beristirahat
dikamar
DO :
 Bpk. A tampak memegang lututnya
yang nyeri
 Skala nyeri 4 (sedang)
 P : Nyeri timbul apabila setelah bekerja
dan di perberat ketika cuaca dingin
 Q : Bpk. A mengatakan nyeri terasa
seperti menusuk- nusuk
 R : Bpk. A mengatakan nyeri pada
bagian persendian terutama bagian
lutut
 S : Skala nyeri 4 (sedang) T : Bpk. A
mengatakan nyeri yang dialamiya
hilang
 timbul, nyeri berlangsung
 ± 30 menit, Bpk. A mengatakansudah
pernah mengalami nyeri pada
persendian sebelumnya
- TTV
 TD : 110/80 mmHg
 RR : 21 x/i
 S : 36,6 oC
 N : 90 x/i
2 DS : Kurangnya Defisit
 Bpk. A mengatakan tidak mengetahuipajanan Pengetahuan
apa penyebab nyeri yang dirasakannya informasi
 Bpk. A mengatakan tidak terlalu
mengetahui tentang penyakit yang
dialaminya
 Bpk. A mengatakan tidak mengetahui
bagaimana cara mengurangi nyeri yang
dirasakannya
DO :
 Saat ditanyakan apa penyebab dan cara
penanganan tentang rematik urat Bpk.
A tampak kurang mengetahuinya
 Bpk. A mengatakan kurang memahami
tentang penyakit yang dideritanya
 Bpk. A mengatakan kurang mengetahui
cara untuk mengurangi nyeri yang
 Dirasakannya

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d kondisi muskuloskeletal kronis
2. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWAN (SIKI)


No Standar Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intrevensi Keperawatan
Keperawatan hasil (SIKI)
Indonesia (SLKI)
(SDKI)
Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Observasi
kondisi tindakan 1. Identifikasi lokasi,
muskuloskeletal keperawatan 1x 24 karakteristik, durasi,
kronis. jam diharapkan frekuensi, intensitas nyeri
tingkat nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respons nyeri
Kriteria Hasil: non verbal
1. Melaporkan nyeri 4. Identifikasi faktor yang
terkontrol memperberat dan
2. Kemampuan memperingan nyeri
mengenali onset 5. Identifikasi pengetahuan
nyeri dan keyakinan tentang
3. Kemampuan nyeri
mengenali 6. Identifikasi pengaruh
penyebab nyeri budaya terhadap respon
4. Kemampuan nyeri
menggunakan 7. Identifikasi pengaruh nyeri
teknik non- pada kualitas hidup
farmakologi 8. Monitor keberhasilan terapi
5. Keluhan nyeri komplementer yang sudah
menurun diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknin
nonfarmakoligis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Defisit Setelah dilakukan Observasi
pengetahuan b/d tindakan 1. Identifikasi informasi yang
kurangterpapar keperawatan 1x 24 akan disampaikan
informasi jam di harapkan 2. Identifikasi pemahaman
pengetahuan tentang kondisi kesehatan
meningkat saat Ini
Kriteria Hasil: 3. Identifikasi Kesiapan
1. perilaku sesuai menerima informasi.
anjuran Terapeutik
meningkat 1. Lakukan penguatan
2. verbalisasi minat potensi pasien dan
dalam belajar kleuarga untuk menerima
meningkat informasi
3. kemampuan 2. Libatkan pengambilan
menggambarkan keputusan dalam untuk
pengalaman menerima informasi
sebelumnya yang 3. Fasilitasi mengenali
sesuai dengan kondisi tubuh Yang
topik membutuhkan Layanan
4. perilaku sesuai keperawatan
dengan 4. Berikan nomor kontal
pengetahuan yang dapat dihubungi
meningkat jika pasien
membutuhkan bantuan
5. Catat identitas dan nomor
Kontak pasien untuk
mengingatkan atau follow
up kondisi pasien
6. Fasilitasi akses pelayanan
pada saat dibutuhkan
Edukasi
1. Berikan informasi berupa
alur, leafket atau gambar
untuk memudahkan pasien
mendapatkan informasi
kesehatan
2. Anjurkan keluarga
mendampingi Pasien
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Diagnosa Keperawatan Hari/Tanggal Implementasi Jam Evaluasi Paraf
1 Nyeri akut b/d kondisi Selasa Observasi 12.00 S:
muskuloskeletal kronis 15 Desember 1. Mengidentifikas - Klien mengatakan
2020 frekuensi, intensitas nyeri masih nyeri, tetapi
2. Mengidentifikasi skala nyeri sudah berkurang

3. Memonitor efek O:

samping penggunaan
- Klien masih tampak
analgetik
sedikit meringis
Terapeutik:
- Skala nyeri 4
1. Memberikan teknik non
farmakologi (kompres jahe A:

merah) - Masalah belum teratasi,


2. Mengontrol lingkungan yang skala nyeri 4
memperberat rasa nyeri P:
(suhu,cahaya dan
- Intervensi di lanjutkan:
kebisingan)
Observasi: 1,2,3
3. Menfasilitasi istrahat dan tidur
Terapeutik: 1,2.3
Edukasi: 1,2
Edukasi

1. Menjelasakan penyebab dan


pemicu nyeri
2. Menjelaskan startegi pereda

Nyeri
3. Menganjurkan monitor
nyeri secara mandiri
4. Menganjurkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi nyeri.
2 Defisit pengetahuan b/d Selasa 12.10
Observasi S:
kurang pajanan informasi 15 Desember
1. mengidentifikasi informasi - klien mengatakan
2020
yang akan disampaikan sedikit memahami
2. mengidentifikasi tentang reumatik
pemahaman tentang kondisi
O:
kesehatan saat ini
- klien tampak binggung
3. mengidentifikasi kesiapan
saat ditanya tentang
menerima informasi.
penyebab sakit yang di
Terapeutik
derita.
1. melakukan penguatan
potensi pasien dan kleuarga A:
untuk menerima informasi - masalah belum teratasi
2. melibatkan pengambilan
P:
keputusan dalam untuk
- intervensi dilanjutkan
menerima informasi
observasi: 2, 3
3. mengfasilitasi mengenali
terapeutik: 1,2,4,5
kondisi tubuh yang
membutuhkan
layanan keperawatan
4. memberikan nomor kontak
yang dapat dihubungi jika
pasien membutuhkan
bantuan
5. mencatat identitas dan
nomor kontak pasien untuk
mengingatkan atau follow
up kondisi pasien
6. menfasilitasi akses
pelayanan pada saat
dibutuhkan

Edukasi
1. memberikan informasi
berupa alur, leafket atau
gambar untuk memudahkan
pasien mendapatkan
informasi kesehatan
2. menganjurkan keluarga
mendampingi pasien
DAFTAR PUSTAKA

Alimul,Azis.2008 Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan, Jakarta:EGC
Buku Ajar Fundamental Kepe rawatan. Jakarta : EGC
Drs. Sunaryo,M. Kes, dkk. 2016 Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi.
Maryam, Siti. R.dkk. 2008 Mengenal usia lanjut dan perawatannya . Jakarta :
Salemba Medika.
Misnadiarly, 2007 Rematik (RadangSendi) Jakarta :PustakaOborPopuler Potter,dkk.
2005
PPNI. 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta
Sudoyo, Aru.w.dkk. 2006 Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Suratum SKM, 2008 Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai