TENTANG
“ASUHAN KEPERAWATAN MENJELANG AKHIR HAYAT”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul “asuhan
keperawatan menjelang akhir hayat”.
Dalam proses penulisan tidak terlepas dari bantuan, dukungan dan doa
dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang tulus kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Ns. Ravika Ramlis, S.Kep. M.Kes, selaku dosen pengajar mata kulia
keperawatan menjelang ajal dan paliatif program studi ilmu keperawatan
fakultas ilmu kesehatan universitas dehasen bengkulu.
3. Informan yang telah sangat membantu penulis dengan memberikan informasi
yang sangat dibutuhkan
4. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan fakultas ilmu kesehatan
universitas dehasen bengkulu.
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan. Semoga semua bermanfaat bagi kita, Amin.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Kematian Dan Menjelang Ajal..................................................3
B. End Of Life Care (EOL Care).................................................................4
1. Perawatan Hospice..............................................................................4
2. Perawatan paliatif................................................................................7
C. Proses Pada Klien Menjelang Ajal..........................................................12
1. Perawatan Klien Menjelang Ajal.........................................................12
2. Pengkajian Tanda Kematian................................................................15
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian...............................................................................................18
B. Diagnosis Keperawatan...........................................................................20
C. Intervensi Keperawatan...........................................................................21
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................27
B. Saran........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu,
keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan,
atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai
mati. Bagaimana peran perawat dalam menangani pasien yang sedang
menghadapi proses penyakit terminal ?
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani pasien karena
peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian
integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan
biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA, 1992 ), karena pada dasarnya
setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs,
Dadang Hawari, 1999 ).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi
ketetapan WHO yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan
salah satu unsur dari pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984).
Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk
memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang
komprehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas
mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya sesuai dengan Sabda Rasulullah
yang menyatakan bahwa amalan yang terakhir sangat menentukan, sehingga
perawat dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap
melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun
peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual
ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan
sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
1
2
B. Tujuan
1. Mendefinisikan bagaimana kondisi seseorang yang berada pada tahap
terminal
2. Mengetahui konsep teori dari kebutuhan terminal atau menjelang ajal dan
kematian
3. Mengkaji dan memaparkan diagnosa
4. Memberi intervensi serta mengevaluasi pada klien
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3
4
pengganti yang tepat ketika klien tidak dapat lagi berbicara untuk dirinya
sendiri.
2. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif berfokus pada perawatan gejala klien, yang
penyakitnya tidak lagi berespons terhadap penanganan yang berfokus pada
pengobatan. Perawatan ini dapat berbeda dari perawatan hospice, dalam hal
klien tidak yakin tengah menjelang ajal. Perawatan hospice dan paliatif
dapat mencakup perawatan menjelang kematian yaitu perawatan yang
diberikan dalam beberapa minggu terakhir sebelum kematian.
Perawatan paliatif terkait dengan seluruh bidang perawatan mulai dari
medis, perawatan, psikologis, sosial, budaya, dan spiritual, sehingga secara
praktis, prinsip dasar perawatan paliatif dapat dipersamakan dengan prinsip
pada praktek medis yang baik.
Prinsip dasar perawatan paliatif (Rasjidi, 2010) :
a. Sikap Peduli Terhadap Klien
Termasuk sensitivitas dan empati. Perlu dipertimbangkan segala aspek
dari penderitaan klien, bukan hanya masalah kesehatan.
Pendekatan yang dilakukan tidak boleh bersifat menghakimi. Faktor
karakteristik, kepandaian, suku, agama, atau faktor individual lainnya
tidak boleh mempengaruhi perawatan.
b. Menganggap Klien Sebagai Seorang Individu
Setiap kliien adalah unik. Meskipun memiliki penyakit ataupun gejala-
gejala yang sama, namun tidak ada satu klien pun yang sama persis
dengan klien lainnya. Keunikan inilah yang harus dipertimbangkan
dalam merencanakan perawatan paliatif untuk tiap individu.
c. Pertimbangan Kebudayaan
Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi
mempengaruhi penderitaan klien. Perbedaan-perbedaan ini harus
diperhatikan dalam perencanaan perawatan.
8
d. Persetujuan
Persetujuan dari klien adalah mutlak diperlukan sebelum perawatan
dimulai atau diakhiri. Mayoritas klien ingin dilibatkan dalam
pengambilan keputusan, namun dokter cenderung untuk meremehkan hal
ini. Klien yang telah diberi informasi memadai dan setuju dengan
perawatan yang akan diberikan akan lebih patuh mengikuti segala usaha
perawatan.
e. Memilih Tempat Dilakukannya Perawatan
Untuk menentukan tempat perawatan, baik klien dan keluarganya harus
ikut serta dalam diskusi ini. Klien dengan penyakit terminal sebisa
mungkin diberi perawatan di rumah.
f. Komunikasi
Komunikasi yang baik antara dokter dan klien maupun dengan keluarga
adalah hal yang sangat penting dan mendasar dalam pelaksanaan
perawatan paliatif.
g. Aspek Klinis: Perawatan yang Sesuai
Semua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan prognosis dari
penyakit yang diderita klien. Hal ini penting karena pemberian perawatan
yang tidak sesuai, baik itu lebih maupun kurang, hanya akan menambah
penderitaan klien. Pemberian perawatan yang berlebihan berisiko untuk
memberikan harapan palsu kepada klien. Demikian jugs perawatan yang
dibawah standar akan mengakibatkan kondisi klien memburuk.
Hal ini berhubungan dengan masalah etika yang akan dibahas kemudian.
Perawatan yang diberikan hanya karena dokter merasa harus melakukan
sesuatu meskipun itu sia-sia adalah tidak etis.
h. Perawatan Komprehensif dan Terkoordinasi Dari Berbagai Bidang
Profesi
Perawatan paliatif memberikan perawatan yang bersifat holistik dan
integratif, sehingga dibutuhkan sebuah tim yang mencakup keseluruhan
aspek hidup klien serta koordinasi yang baik dari masing-masing anggota
9
tim tersebut untuk memberikan hasil yang maksimal kepada klien dan
keluarga.
i. Kualitas Perawatan yang Sebaik Mungkin
Perawatan medis secara konsisten, terkoordinasi, dan berkelanjutan.
Perawatan medis yang konsisten akan mengurangi kemungkinan
terjadinya perubahan kondisi yang tidak terduga, dimana hal ini akan
sangat mengganggu baik klien maupun keluarga.
j. Perawatan yang Berkelanjutan
Pemberian perawatan simtomatis dan suportif dari awal hingga akhir
merupakan dasar tujuan dari perawatan paliatif. Masalah yang sering
terjadi adalah klien dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain sehingga
sulit untuk mempertahankan kontinuitas perawatan.
k. Mencegah Terjadinya Kegawatan
Perawatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti untuk
mencegah terjadinya kegawatan fisik dan emosional yang mungkin
terjadi dalam perjalanan penyakit. Klien dan keluarga harus
diberitahukan sebelumnya mengenai masalah-masalah yang sering
terjadi, dan membentuk rencana untuk meminimalisasi stres fisik dan
emosional.
l. Bantuan Kepada Sang Perawat
Keluarga klien dengan penyakit lanjut seringkali rentan terhadap stres
fisik dan emosional, terutama apabila pasien dirawat di rumah, sehingga
perlu diberikan perhatian khusus kepada mereka mengingat keberhasilan
dari perawatan paliatif juga tergantung dari sang pemberi perawatan itu
sendiri.
m. Pemeriksaan ulang
Perlu terus dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien, mengingat
pasien dengan penyakit lanjut kondisinya akan cenderung menurun dari
waktu ke waktu.
10
a) Sensasi berkurang.
b) Bercak dan sianosis pada ekstremitas.
c) Kulit dingin, pertama di kaki dan kemudian di tangan, telinga, dan
hidung (namun klien dapat merasa hangat jika terdapat peningkatan
suhu tubuh).
d) Perlambatan dan perlemahan denyut nadi.
e) Penurunan tekanan darah.
3) Perubahan Respirasi
Pernapasan cepat, dangkal, tidak teratur, atau lambat tidak normal;
napas berisik, disebut sebagai lonceng kematian, karena
berkumpulnya lender di kerongkongan; pernapasan melalui mulut;
membran mukosa oral kering.
4) Kerusakan Sensori
a) Pandangan kabur.
b) Kerusakan sensasi atau indera perasa dan pencium.
b. Tanda-Tanda Klinis Saat Meninggal
1) Pupil mata melebar.
2) Tidak mampu untuk bergerak.
3) Kehilangan reflek.
4) Nadi cepat dan kecil.
5) Pernapasan chyene-stoke dan ngorok.
6) Tekanan darah sangat rendah.
7) Mata dapat tertutup atau agak terbuka.
A. Pengkajian
1. riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit
dengan penyakit yang sama.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan
klien.
2. Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat:
a. Pasien kurang rensponsif.
b. Fungsi tubuh melambat.
c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja.
d. Rahang cendrung jatuh.
e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal.
f. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah.
g. Kulit pucat.
h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya.
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi
terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi
klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan
akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Doka (1993)
menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam
empat fase, yaitu:
a. Fase Prediagnostik: terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko
penyaki
17
18
B. Diagnosis Keperawatan
a. Ansietas kematian berhubungan dengan mengalami proses menjelang
ajal. (Nanda, Domain 9, 00147, hal. 355)
b. Duka cita berhubungan dengan antisipasi kehilangan hal yang bermakna
(mis., kepemilikan, pekerjaan, status). (Nanda, Domain 9, 00136, hal.
360)
c. Ketidakberdayaan berhubungan dengan regimen pengobatan yang rumit
(Nanda, Domain 9, 00125, hal. 365)
d. Keputusasaan berhubungan dengan penurunan kondisi fisiologis (Nanda,
Domain 6, 00124, hal. 284)
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Ansietas kematian Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan
berhubungan keperawatan 3x24 jam, pendekatan yang
20
10. Dorong
verbalisasi
perasaan,
persepsi, dan
ketakutan.
2 Duka cita Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi
berhubungan keperawatan 3x24 jam, kehilangan.
2. Bantu klien untuk
dengan antisipasi diharapkan duka cita
mengidentifikasi
kehilangan hal klien berkurang, dengan
reaksi awal
yang bermakna kriteria hasil (NOC, hal.
terhadap
(mis., kepemilikan, 316)
kehilangan.
pekerjaan, status). Mengidentifikasi 3. Dukung klien
kapan merasa marah untuk
menjadi skala 4 mengekspresikan
(sering dilakukan). perasaan
Mengidentifikasi
mengenai
kapan merasa frustasi
kehilangan.
menjadi skala 4 4. Dengarkan
(sering dilakukan). ekspresi berduka.
Mengidentifikasi 5. Dukung klien
tanda-tanda awal untuk
marah menjadi skala 5 mendiskusikan
(dilakukan secara pengalaman
konsisten). kehilangan
Mengidentifikasi
sebelumnya.
situasi yang dapat 6. Buat pernyataan
memicu marah empatik
menjadi skala 4 mengenai duka
(sering dilakukan). cita.
Mengidentifikasi 7. Berikan instruksi
alasan perasaan marah dalam proses fase
menjadi skala 4 berduka, dengan
22
A. Kesimpulan
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
penyakit atau sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga
sangat dekat dengan proses kematian.
Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung
kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang
ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat
kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.
Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal
dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai
kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa
kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya
dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut
akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami
penderitaan sepanjang hidup.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan
menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya
sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada
kematian itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh,
pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan
ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
B. Saran
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi
terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien
sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat
meninggal dengan tenang dan damai
.
26
27