Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM


MUSKULOSKELETAL DENGAN KASUS POLIARTHRITIS
DI RUANG RAJAWALI 3A RSUP dr. KARYADI SEMARANG

Disusun Oleh :
SEPTYAN DWI NUGROHO
P1337420616003

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan oleh Septyan Dwi Nugroho NIM. P1337420616003


dengan judul Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal pada Klien dengan Kasus Poliarthritis di Ruang Rajawali 3A
RSUP dr. Karyadi Semarang yang telah diperiksa dan disetujui oleh :

Semarang, September 2018

Pembimbing Klinik

NIP.
I. Jenis Kasus (Diagnosa Medik)
A. Pengertian

Arthritis Psoriasis adalah suatu peradangan sendi (arthritis) yang


terjadi pada orang-orang yang menderita psoriasis pada kulit atau kuku.
Penyakit ini mirip dengan arthritis rematoid, tetapi tadak menghasilkan antibodi
spesifik seperti halnya arthritis rematoid. (Morrion Johnson, 2008)

B. Etiologi

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan factor genetic.


Biasanya penderita psoriasis memiliki kemungkinan yang besar untuk
menderita arthritis. Psoriasis merupakan kelainan kulit menahun yang sering
ditemukan, yang menyebabkan timbulnya bercak-bercak merah dikulit. Sekitar
1 diantara 20 penderita psoriasis akan menderita arthritis. Pada sekitar 75%
kasus, arthritis didahului oleh psoriasis penyakit ini bisa timbul dalam berbagai
bentuk. Arthritis biasanya bersifat berat dan biasanya menyerang jari-jari tangan
dan tulang belakang. Jika melibatkan tulang belakang, maka gejalanya akan
lebih banyak menyerupai ankilosing spondiliti. Beberapa faktor dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena psoriasis arthritis, di antaranya adalah:
1. Psoriasis. Ini merupakan faktor terbesar yang meningkatkan risiko
seseorang untuk menderita psoriasis arthritis.
2. Usia. Psoriasis arthritis kebanyakan ditemukan pada usia 30 hingga 50
tahun, meskipun kelainan ini dapat juga terjadi segala kelompok usia.
3. Genetik. Sebagian besar penderita psoriasis arthritis memiliki anggota
keluarga yang juga menderita kelainan ini. (Robert Priharjo, 2009)

C. Patofisiologi
Gejalanya berupa : Kelainan kuku atau lesi kulit karena psoriasis (kulit
menjadi bersisik-sisik kemerahan dan terjadi penebalan, bisa disertai kuku yang
berlubang),Pembengkakan dan nyeri persendiaan (arthritis), biasanya pada
persendian jari tangan dan jari kaki, tetapi bisa juga pada persendian
lainnya,Nyeri pergelangan tangan, nyeri lutut, nyeri pinggul, nyeri siku, nyeri
pergelangan kaki,Nyeri dan pembengkakan pada trempat persambungan tendo
dengan tulang, mungkin melibatkan tendo Achile. (Suddart dan Brunner, 2011)

D. Manifestasi KIinis

Arthritis psoriasis paling sering timbul sebagai peradangan yang hanya


menyerang beberapa asemetris yang hanya menyerang beberapa sendi perifer
pada suatu waktu tertentu. Sendi-sendi distal dari tangan dan kaki adalah sendi-
sendi yang paling yang paling sering terserang. Tetapi sendi-sendi lain pun
dapat terserang, termasuk semua persendian pada tangan, kaki, lutut, dan
panggul. Ada kecenderungan aktivitas arthritis ini berubah-ubah sesuai dengan
jenis psoriasisnya, terutama pada psoriasis yang melibatkan kuku. Artritis
psoriasis dapat timbul sebagai arthritis yang simetris sehingga menyerupai
arthritis rheumatoid atau dapat menyerupai arthritis mutilans apabila semua
sendi diresopsi lagi dengan sempurna, atau sebagai spondilitis yang serupa
dengan spondilitis ankilosars. Arthritis psoriasis umumnya kurang
menimbulkan kecacatan bila dibandingkan dengan arthritis rheumatoid. (Robert
Priharjo, 2009)

E. Pemeriksaan Penunjang
Temuan Laboratorium dan Radiologi
Tidak ada uji laboratorium spesifik untuk artritis psoriatik. Laju endap
darah dapat meningkatkan selama fase akut penyakit. Antigen HLA-B27
ditemukan positif pada sekitar 20% pemeriksaan. Hasil ini dapat meningkat
menjadi 50% positif apabila juga penderita mengalami peradangan pada
sakroiliaka. (Robert Priharjo, 2009)
Gambaran Radiologi pada tahap awal biasanya normal. Suatu ciri khas
yang tepat pada tahap lanjut adalah tanda-tanda pensil di dalam mangkok
terhadap erosi pada ujung distal falang proksimal sehingga menjadi agak
runcing ujungnya dan pertumbuhan tulang berlebihan pada ujung proksimal
falang distal dimana terdapat insesi tendon. Beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan dokter untuk mendiagnosa psoriasis arthritis adalah:
1. Pemeriksaan fisik. Untuk memeriksa tanda-tanda peradangan pada
persendian pasien, lalu memeriks ketidaknormalan lain pada kulit dan
kuku.
2. Uji pencitraan. Pemeriksaan dengan menggunakan foto rontgen atau MRI
untuk mendapatkan gambar detail dari sendi yang meradang.
3. Uji laboratorium. Dilakukan pemeriksaan pada sampel darah dan cairan
sendi. (Robert Priharjo, 2009)

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan arthritis psoriasis adalah aspiri atau obat-obatan aanti
radang non-steroid dalam dosis yang tepat. Tindakan ini digabung dengan
penatalaksanaan lesi kulit. Kortikosteroid biasanya tidak dipakai karena harus
diberikan dalam dosis besar sehingga timbul efek samping yang tak dapat
diterima. Terapi obat-obatan dari gologan emas dan imonosupresif. Obat-obat
ini hanya diberikan untuk kasus-kasus yang berat tidak berespons terhadap
bentuk terapi lainnya. (Suddart dan Brunner, 2011)
Pengobatan janka panjang memerlikan pendekatan multifokal yang
meliputi terapi fisik, perubahan aktivitas hidup sehari-hari dan kadang-kadang
perawatan dirumah sakit dan pembedahan. Kebanyakan penderita arthritis
psoriasis tidak memerlukan intervensi medis yang ekstensif. Penderita kali ini
cukup sering mengalami periode remisi dan berlangsung selama beberapa
bulan. (Suddart dan Brunner, 2011)
H. Pengobatan

Sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan psoriasis


arthritis. Pengobatan yang diberikan kepada penderita hanya bertujuan untuk
menekan peradangan pada sendi, sehingga dapat mengurangi nyeri dan
mencegah kecacatan. Obat-obatan yang biasanya diberikan adalah:

1. Imunosupresan, untuk menekan respon sistem kekebalan tubuh pasien yang


tidak terkontrol.

2. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dapat meredakan nyeri dan


mengurangi peradangan.

3. Penghambat TNF-alpha, untuk mengurangi rasa nyeri, pembengkakan sendi,


dan kekakuan pada saat bangun tidur.

4. Obat antirematik modifikasi-penyakit (DMARD), yang mampu


memperlambat berkembangnya psoriasis arthritis dan menghindari kerusakan
permanen pada persendian dan jaringan tubuh lain.

5. Beberapa obat baru seperti apremilast, ustekinumab, dan secukinumab dapat


meredakan gejala-gejala psoriasis arthritis. (Suddart dan Brunner, 2011)

Obat anti peradangan non-steroid atau salisilat diberikan untuk


mengurangi nyeri dan peradangan sendi. Beberapa obat yang efektif untuk
pengobati penyakit ini. Diantaranya adalah senyawa emas, methotrexate,
clorosporin dan sulfasalazine. Kadang steroid disuntikan langsung
kepersendiaan yang terkena. Obat lainnya adalah etretina, yang biasanya efektif
pada kasus yang berat tetapi memiliki efek samping yang serius, karena bisa
menyebabkan kelainan bawaan sehingga tidak boleh diberikan kepada wanita
hamil. (Suddart dan Brunner, 2011)
Etretina memetap di dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama,
karena itu wanita sebaiknya tidak hamil selama pengobatan atau minimal
1tahun selama pemakaian obat dihentikan. Kombinasi metotreksat per-oral
dengan pengobatan sinar ultraviolet (PUVA), bisa mengurangi gejala kulit dan
peradangan pada tulang kecuali tulang belakang. Jarang perlu dilakukan
pembedahan untuk memperbaiki atau mengganti persendiaan yang terkena.
Untuk meningkatkan mobilitas persendiaan, dilakukan latihan khusus untuk
persendian yang terkena. Atau bisa juga digunakan terapi panas dan dingin
maupun hidroterapi. Prognosis untuk artritis psoriatic biasanya lebih baik
dibandingkan dengan artritis rematoid, karena sendi yang terkena lebih sedikit
dan penyakitnya seringkali bersifat ringan. Terapi persendiaan bisa mengalami
kerusakan yang hebat. (Suddart dan Brunner, 2011)
II. Fokus Assesment ( Budi Santoso, 2008)

Gangguan Reaksi Faktor Genetik dengan


Pola Tidur Antibodi, Faktor Psoriatik

Nyeri Kurangnya Informasi


Reaksi Peradangan
tentang Penyakit

Sinovial Menebal Kurang Pengetahuan

Pannus -> Nodul -> Deformitas Sendi

Infiltrasi kedalam os.


subcondria

Hambatan Nutrisi Pada Kerusakan Kartilago


Kartilago Artikularis dan Tulang

Kartilago Nekrosis Ligamen dan Tendon


Melemah

Erosi Kartilago
Kerusakan Kartilago
dan Tulang

Adhesi Permukaan Sendi

Ankilosis Fibrosa dan Hilangnya Mudah luksasi


Tulang Kekuatan Otot dan subluksasi
Risiko Cedera

Hambatan
Kekakuan Sendi
Mobilitas Fisik

Terbatasnya Intoleransi
gerakan sendi Aktivitas

Defisit Perawatan
Diri

III. Masalah/ Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri kronis b.d reaksi peradangan
2. Hambatan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi atau kontraktur
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri
4. Defisit perawatan diri b.d terbatasnya gerakan sendi
5. Intoleransi aktivitas b.d terbatasnya gerakan sendi

DAFTAR PUSTAKA
Santoso Budi.2008.Panduan Diagnosa kererawatan Nanda. PRIMA MEDIKA :

Jakarta.

Brunner & Suddart.2011. Keperawatan Medikal Bedah.Vol 3.EGC: Jakarta..

Priharjo Robert.2009.Pengkajian Fisik Keperawatan.EGC:jakarta

DIAGNOSA DAN TERAPI PSORIASIS. Antaqualiyah.com I Daily Journal, medical

information.

Johnson Morrion,dkk.2008.Nursing Outcomes Classification.St Louis Mus by:USA

My closkey,jonne C.dkk.1995.lOWA INTERVENTION PROSECT

NURSING INTERVENTION CLASSIFICATION (NIC).St.louis

mosby.USA
IV. INTERVENSI DAN RASIONALISASI
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi
O
1. Nyeri kronis Setelah diberikan Pain Management Pain Management
berhubungan dengan asuhan keperawatan a. Kaji secara komprehensip terhadap a. Untuk mengetahui
reaksi peradangan diharapkan, nyeri yang nyeri termasuk lokasi, karakteristik, tingkat nyeri pasien
durasi, frekuensi, kualitas, b. Untuk mengetahui
dirasakan klien
intensitas nyeri dan faktor tingkat
berkurang dengan presipitasi ketidaknyamanan
criteria hasil : b. Observasi reaksi ketidaknyaman
dirasakan oleh
secara nonverbal
a. Mampu mengontrol pasien
c. Gunakan strategi komunikasi
nyeri (tahu c. Untuk mengalihkan
terapeutik untuk mengungkapkan
pengalaman nyeri dan penerimaan perhatian pasien dari
penyebab nyeri,
klien terhadap respon nyeri rasa nyeri
mampu d. Untuk mengetahui
d. Tentukan pengaruh pengalaman
menggunakan nyeri terhadap kualitas apakah nyeri yang
tehnik hidup( napsu makan, tidur, dirasakan klien
aktivitas,mood, hubungan sosial)
nonfarmakologi berpengaruh
e. Tentukan faktor yang dapat
untuk mengurangi terhadap yang
memperburuk nyeriLakukan
nyeri, mencari evaluasi dengan klien dan tim lainnya
e. Untuk mengurangi
kesehatan lain tentang ukuran
bantuan)
pengontrolan nyeri yang telah factor yang dapat
b. Melaporkan bahwa
dilakukan memperburuk nyeri
nyeri berkurang f. Berikan informasi tentang nyeri
dengan termasuk penyebab nyeri, berapa yang dirasakan klien
f. Untuk mengetahui
menggunakan lama nyeri akan hilang, antisipasi
terhadap ketidaknyamanan dari apakah terjadi
manajemen nyeri
prosedur pengurangan rasa
c. Mampu mengenali
g. Control lingkungan yang dapat nyeri atau nyeri
nyeri (skala, mempengaruhi respon
yang dirasakan klien
intensitas, ketidaknyamanan klien( suhu
ruangan, cahaya dan suara) bertambah.
frekuensi dan tanda g. Pemberian “health
h. Hilangkan faktor presipitasi yang
nyeri) dapat meningkatkan pengalaman education” dapat
d. Menyatakan rasa nyeri klien( ketakutan, kurang mengurangi tingkat
nyaman setelah pengetahuan) kecemasan dan
nyeri berkurang i. Ajarkan cara penggunaan terapi membantu klien
e. Tanda vital dalam non farmakologi (distraksi, guide
dalam membentuk
imagery,relaksasi)
rentang normal mekanisme koping
f. Tidak mengalami j. Kolaborasi pemberian analgesic
terhadap rasa nyer
gangguan tidur h. Untuk mengurangi
tingkat
ketidaknyamanan
yang dirasakan
klien.
i. Agar nyeri yang
dirasakan klien tidak
bertambah.
j. Agar klien mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologi
dalam
memanagement
nyeri yang
dirasakan.
k. Pemberian analgetik
dapat mengurangi
rasa nyeri pasien
2. Hambatan mobilitas Setelah dilakukan Exercise Therapy : Ambulation
fisik berhubungan Exercise Therapy :
tindakan keperawatan,
dengan kekakuan a. Berikan / bantu pasien untuk Ambulation
sendi atau diharapkan klien dapat
kontraktur. melakukan latihan rentang gerak
melakukan pergerakan
pasif dan aktif a. Dapat
fisik dengan kriteria b. Berikan perawatan kulit dengan
meningkatkan
hasil: baik, masase titik yang tertekan
kemampuan
a. Tidak terjadi setelah rehap perubahan posisi.
pasien untuk
kontraktur otot dan c. Periksa keadaan kulit dibawah
melakukan
footdrop brace dengan periode waktu
rentang gerak
a. Pasien berpartisipasi tertentu.
d. Kolaborasi dalam pemberian pasif dan aktif
dalam program b. Untuk
analgetik sesuai progran dan
latihan efektivitasnya
e. Rujuk pasien untuk konsultasi menghindari
psikologis bila kelemahan adanya tekanan
motorik, sensorik, dan fungdi pada area
seksual terjadi permanen penonjolan tulang
f. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi c. Penggunaan
untuk latihan fisik klien analgetik yang
berlebihan dapat
menutupi gejala,
dan ini
menyulitykan
defisit neurologis
lebih lanjut
d. Pasien yang
mengalami
kehilangan fungsi
tubuh permanen
akan merasa sedih.
Semakin besar
makna kehilangan,
semakin dalam
lama reaksi
kesedihan ini
dialami.
e. Menurunkan
resiko terjadinnya
iskemia jaringan
akibat sirkulasi
darah yang jelek
pada daerah yang
tertekan

3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Sleep Enhancement


berhubungan dengan tindakan keperawatan, a. Determinasi efek-efek medikasi Mengetahui efek
diharapkan kebutuhan
nyeri. terhadap pola tidur terapi terhadap keb.
tidur klien terpenuhi
dengan kriteria hasil: b. Jelaskan pentingnya tidur yang Tidur
a. Jumlah jam tidur adekuat
dalam batas normal
c. Fasilitas untuk mempertahankan Memberi info kepada
6-8 jam/hari
aktivitas sebelum tidur (membaca) klien
b. Pola tidur, kualitas
dalam batas normal d. Ciptakan lingkungan yang nyaman
Menetukan aktivitas
c. Perasaan segar
sesudah tidur atau sebelum tidur
istirahat
d. Mampu e. Kolaborasikan pemberian obat Membantu klien
mengidentifikasikan tidur mendapat rasa aman
hal-hal yang f. Diskusikan dengan pasien dan nyaman
meningkatkan tidur keluarga tentang teknik tidur Memberi info kepada
pasien keluarga
g. Instruksikan untuk memonitor Mengetahui kualitas
tidur pasien
dan kuantitas tidur
h. Monitor waktu makan dan minum
Mengetahui waktu
dengan waktu tidur
makan menjelang
i. Monitor/catat kebutuhan tidur tidur
pasien setiap hari dan jam
Mengetahui
kebutuhan tidur
pasien
4. Kurang perawatan Setelah dilakukan Self-Care Assistance: Bathing /
diri berhubungan tindakan keperawatan, Hygiene
diharapkan
dengan terbatasnya kemandirian dalam a. Pertimbangkan budaya pasien
ketika mempromosikan aktivitas Mengetahui budaya
gerakan sendi. aktivitas perawatan diri perawatan diri. klien
dengan kriteria hasil: b. Pertimbangkan usia pasien ketika Menyesuaikan usia
a.Perawatan diri ostomi mempromosikan aktivitas dengan tingkat
: tindakan pribadi perawatan diri
menangkap info
c. Menentukan jumlah dan jenis
mempertahankan
bantuan yang dibutuhkan Mengetahui tingkat
ostomi untuk
eliminasi d. Tempat handuk, sabun, deodoran, kemandirian klien
alat pencukur, dan aksesoris
b. Perawatan diri : lainnya yang dibutuhkan di Membantu
Aktivitas kehidupan samping tempat tidur atau di kamar menyiapkan alat
sehari-hari (ADL) mandi mandi
mampu untuk e. Menyediakan artikel pibadi yang
Membantu
melakukan aktivitas diinginkan (misalnya, deodoran,
menyiapkan alat
perawatan fisik dan sekat gigi, sabun mandi, sampo,
lotion, dan produk aromaterapi) mandi
pribadi secara
mandiri atau dengan f. Menyediakan lingkungan yang Membantu
alat bantu terapeutik dengan memastikan menentukan
hangat, santai, pengalaman pribadi,
lingkungan yang
c. Perawatan diri dan personal
aman dan nyaman
Mandi : mampu g. Memfasilitasi gigi pasien menyikat
untuk membersihkan h. Memfasilitasi diri mandi pasien, Oral hygiene
tubuh sendiri secara sesuai
mandiri dengan atau i. Memantau pembersihan kuku, Membantu self
tanpa alat bantu menurut kemampuan perawatan hygiene
diri pasien
d. Perawatan diri j. Memantau integritas kulit pasien Mengetahui
hygiene : mampu k. Menjaga kebersihan ritual kebersihan kuku
untuk l. Memfasilitasi pemeliharaan rutin
mempertahankan yang biasa pasien tidur, isyarat
kebersihan dan sebelum tidur, alat peraga, dan Mengetahui keadaan
penampilan yang benda-benda asing (misalnya, kulit
untuk anak-anak, cerita, selimut /
rapi secara mandiri Mengetahui kebiasaan
mainan, goyang, dot, atau favorit,
dengan atau tanpa untuk orang dewasa, sebuah buku mandi klien
alat bantu untuk membaca atau bantal dari
Membantu
e. Perawatan diri rumah), sebagaimana sesuai menyiapkan alat
Hygiene oral : m. Mendorong orang tua / keluarga sebelum tidur klien
mampu untuk partisipasi, dalam kebiasaan tidur
merawat mulut dan biasa Memberi informasi
gigi secara mandiri n. Memberikan bantuan sampai kepada keluarga
dengan atau tanpa pasien sepenuhnya dapat
alat bantu mengasumsikan perawatan diri.
f. Mampu
mempertahankan
mobilitas yang
diperlukan untuk ke
kamar mandi dan
menyediakan
perlengkapan mandi
g. Membersihkan dan
mengeringkan tubuh
h. Mengungkapkan
secara verbal
kepuasan tentang
kebersihan tubuh
dan hygiene oralng
sesuai.
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Activity Therapy Activity Therapy
berhubungan dengan tindakan keperawatan,
a. Kolaborasikan dengan tenaga
ketidakseimbangan diharapkan pasien a.Mengkaji setiap
rehabilitasi medik dalam
antara suplai dengan memperlihatkan aspek klien
merencanakan program terapi yang
kebutuhan oksigen. kemajuan pada tingkat terhadap terapi
yang lebih tinggi dari tepat. latihan yang
aktivitas yang mungkin. dierencanakan.
b. Bantu klien untuk mengidentifikasi b. Aktivitas yang
Dengan kriteria hasil:
aktivitas yang mampu dilakukan teralau berat dan
a. Berpartisipasi dalam tidak sesuai dengan
c. Bantu untuk memilih aktivitas
aktivitas fisik tanpa kondisi klian dapat
konsisten yang sesuai dengan
disertai peningkatan memperburuk
kemampuan fisik, psikologi dan
tekanan darah, nadi toleransi terhadap
social
dan RR latihan.
b. Mampu melakukan d. Bantu untuk mengidentifikasi dan c.Melatih kekuatan
aktivitas sehari-hari mendapatkan sumber yang dan irama jantung
(ADLs) secara diperlukan untuk aktivitas yang selama aktivitas.
mandiri diinginkan d.Mengetahui setiap
c. Tanda-tanda vital perkembangan yang
normal e. Bantu untuk mendapatkan alat
muncul segera
d. Energy psikomotor bantuan aktivitas seperti kursi
e. Level kelemahan setelah terapi
f. Mampu berpindah: roda, krek.
aktivitas.
dengan atau tanpa f. Bantu untuk mengidentifikasi e.EKG memberikan
bantuan alat aktivitas yang disukai gambaran yang
g. Status akurat mengenai
kardiopulmunari g. Bantu klien untuk membuat jadwal
konduksi jantung
adekuat latihan diwaktu luang selama istirahat
h. Sirkulasi status baik
maupun aktivitas.
i. Status respirasi : h. Bantu pasien/keluarga untuk f. Pemberian obat
pertukaran gas dan mengidentifikasi kekurangan antihipertensi
ventilasi adekuat dalam beraktivitas digunakan untuk
i. Sediakan penguatan positif bagi mengembalikan TD
yang aktif beraktivitas klien dbn, obat
digitalis untuk
j. Bantu pasien untuk
mengkoreksi
mengembangkan motivasi diri dan
kegagalan kontraksi
penguatan
jantung pada
k. Monitor respon fisik, emosi, social gambaran EKG,
dan spiritual diuretic dan

Energy Management vasodilator


digunakan untuk
a. Tentukan pembatasan aktivitas
mengeluarkan
fisik pada klien
kelebihan cairan.
b. Tentukan persepsi klien dan
Energy Management
perawat mengenai kelelahan.
c. Tentukan penyebab kelelahan a. Mencegah
(perawatan, nyeri, pengobatan) penggunaan
d. Monitor efek dari pengobatan energy yang
klien. berlebihan karena
e. Monitor intake nutrisi yang
dapat
adekuat sebagai sumber energy.
menimbulkan
f. Anjurkan klien dan keluarga untuk
kelelahan.
mengenali tanda dan gejala
b. Memudahkan
kelelahan saat aktivitas.
klien untuk
g. Anjurkan klien untuk membatasi
mengenali
aktivitas yang cukup berat seperti
kelelahan dan
berjalan jauh, berlari, mengangkat
waktu untuk
beban berat, dll.
h. Monitor respon terapi oksigen istirahat.
c. Mengetahui
klien.
i. Batasi stimuli lingkungan untuk sumber asupan
relaksasi klien. energy klien.
j. Batasi jumlah pengunjung. d. Mengetahui
etiologi kelelahan,
apakah mungkin
efek samping obat
atau tidak.
e. Mengidentifikasi
pencetus klelahan.
f. Menyamakan
persepsi perawat-
klien mengenai
tanda-tanda
kelelahan dan
menentukan kapan
aktivitas klien
dihentikan.
g. Mencegah
timbulnya sesak
akibat aktivitas
fisik yang terlalu
berat.
h. Mengetahui
efektifitas terapi
O2 terhadap
keluhan sesak
selama aktivitas.
i. Menciptakan
lingkungan yang
kondusif untuk
klien beristirahat.
j. Menciptakan
lingkungan yang
kondusif untuk
klien beristirahat.
k. Memfasilitasi
waktu istirahat
klien untuk
memperbaiki
kondisi klien.

Anda mungkin juga menyukai