Anda di halaman 1dari 12

KEMAS 11 (1) (2015) 32-42

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DARI ASPEK SUMBER DAYA


MANUSIA PELAKSANA PELAYANAN KESEHATAN

Maman Saputra, Lenie Marlinae, Fauzie Rahman, Dian Rosadi

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Pelaksanaan jaminan kesehatan di Kabupaten Tabalong, masih mengalami beberapa
Diterima 9 April 2015 permasalahan. Penelitian dilakukan pada tahun 2014. Penelitian ini menggunakan mix
Disetujui 25 Juni 2015 method dengan desain urutan pembuktian sequential explanatory. Hasil evaluasi kon-
Dipublikasikan Juli 2015
teks, informan memahami mengenai batasan JKN, roadmap dan hambatan program.
Keywords: Hasil evaluasi input SDM pelaksana pelayanan kesehatan, kuantitas masih mengalami
JKN; Evaluation; kekurangan 136 orang. Penilaian kualitas SDM di Puskesmas Kelua belum mengguna-
Health workforce kan standar Kepmenkes Nomor 857 Tahun 2009. Di RSUD H. Badaruddin masih meng-
gunakan penilaian Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3). Hasil evaluasi proses,
DOI kuantitas sudah meningkat tetapi masih mengalami kekurangan 82 orang. Distribusi di
http://dx.doi.org/10.15294/ Puskesmas Kelua tidak ada perubahan. Distribusi di RSUD H. Badaruddin mengalami
kemas.v11i1.3462 penambahan tenaga keperawatan. Penilaian kualitas SDM di Puskesmas Kelua tidak ada
perubahan. Penilaian SDM di RSUD H. Badaruddin menggunakan Penilaian Prestasi
Kerja Pegawai (PKP). Evaluasi output menunjukkan belum ada perubahan kuantitas,
distribusi dan kualitas dari hasil evaluasi proses.

NATIONAL HEALTH INSURANCE PROGRAM OF HEALTH SERVICES


WORKFORCE ASPECTS

Abstract
The implementation of health insurance in Tabalong, still have some problems. This research
was conducted at 2014. This study used a mixed method design with sequential explanatory.
The results of the evaluation context, informants understand the JKN restrictions, roadmap
and program obstacles. The results of the evaluation of health services workforce inputs, the
quantity is still deficient 136 people. Assessment of the quality of human resources in Kelua
Health Center not using Kepmenkes No. 857 of 2009 standard. While in H. Badaruddin
hospital still use assessment Implementation Assessment Work List (DP3). The results of the
evaluation process, the quantity has increased but is still deficient 82 people. Distribution
in Kelua Health Center no change. Distribution in H. Badaruddin hospital have additional
for nursing staff. Assessment of the quality of human resources in the Kelua Health Center
no change. Assessment of human resources in H. Badaruddin hospital using Employee Job
Performance Assessment (PKP). Evaluation of the output shows no change in the quantity,
distribution and quality of the results of the evaluation process.

© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat ISSN 1858-1196
korespondensi:
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Man-
gkurat, Jl. A. Yani Km. 36,3 Banjarbaru, 70714, Indonesia
Email: mamansaputra13@ymail.com
KEMAS 11 (1) (2015) 32-42

Pendahuluan Kabupaten Tabalong merupakan salah


Program jaminan kesehatan nasional satu daerah yang melaksanakan program JKN
(JKN) adalah suatu program pemerintah yang pada tahun 2014. Pada tahun tersebut, juga
bertujuan memberikan kepastian jaminan mengalami perubahan struktur pemerintahan
kesehatan yang menyeluruh bagi setiap dan sistem politik. Pelaksanaan program
masyarakat Indonesia agar dapat hidup sehat, jaminan kesehatan di Kabupaten Tabalong
produktif, dan sejahtera (UU SJSN). Program sejak 2013 sampai awal tahun 2014, masih
ini merupakan bagian dari sistem jaminan mengalami beberapa permasalahan seperti
sosial nasional (SJSN) yang bersifat wajib bagi ketidaktepatan kepesertaan jamkesmas
seluruhpendudukmelaluibadanpenyelenggara (sekarang penerima bantuan iuran JKN),
jaminan sosial (BPJS) kesehatan. Implementasi kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan
program JKN oleh BPJS kesehatan dimulai bervariasi, pola pembiayaan tarif yang masih
sejak 1 Januari 2014 (UU SJSN, 2012). terbatas, dan pengetahuan penyelenggara dan
Implementasi program JKN pada masyarakat pengguna BPJS kesehatan yang
awal pelaksanaannya mengalami beberapa masih kurang dalam mengimplementasikan
kendala seperti belum semua penduduk program JKN (PSKM, 2013).
tercakup menjadi peserta, distribusi pelayanan SDM pelaksana pelayanan kesehatan
kesehatan yang belum merata, kualitas yang ada di Kabupaten Tabalong masih belum
pelayanan kesehatan yang bervariasi, sistem mencukupi baik dari segi jumlah, jenis dan
rujukan serta pembayaran yang belum kualitas tenaga kesehatan yang dibutuhkan
optimal. Ketidakmerataan ketersediaan untuk dapat mencapai derajat kesehatan
fasilitas kesehatan, sumber daya manusia masyarakat. Berdasarkan Profil Dinas
kesehatan dan kondisi geografis yang sangat Kesehatan Kabupaten Tabalong Tahun 2013,
bervariasi, menimbulkan potensi melebarnya dari segi rasio terhadap jumlah penduduk
ketidakadilan kesehatan antara kelompok masih diperlukan tambahan beberapa tenaga
masyarakat (DJSN, 2012). kesehatan di Kabupaten Tabalong. Misalnya
Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan dokter spesialis (kurang 14 orang), dokter
merupakan elemen yang sangat penting dan umum (kurang 91 orang), dokter gigi (kurang
berpengaruh terhadap peningkatan seluruh 25 orang), perawat (kurang 269 orang) dan
aspek dalam sistem pelayanan kesehatan bidan (kurang 228 orang). Selain itu, terjadi
bagi seluruh lapisan masyarakat. Pelaksana ketidakmerataan distribusi SDM pelaksana
kebijakan jaminan kesehatan adalah unit-unit pelayanan kesehatan. Ada beberapa puskesmas
pelayanan kesehatan, mulai dari tingkat dasar yang hanya memiliki 1 dokter umum.
sampai tingkat lanjutan (Helmizar, 2013). SDM Sedangkan di puskesmas yang lain memiliki
pelaksana pelayanan kesehatan pada Jaminan jumlah lebih dari 2 orang (Dinkes Tabalong,
Kesehatan Nasional (JKN) adalah dokter/ 2013).
spesialis, dokter gigi, perawat, dan bidan Berdasarkan roadmap JKN, perlu
(Mukti, 2013). dilakukan upaya peningkatan ketersediaan dan
Data dari Badan Pengembangan kualitas SDM pelaksana pelayanan kesehatan.
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Selain itu, perlu dilakukan penyusunan
(BPPSDM) Kementerian Kesehatan RI tahun sistem/standar operasional pelayanan untuk
2012, jumlah SDM kesehatan di Indonesia meningkatkan dan mengoptimalkan kualitas
masih kurang dan distribusinya belum merata. pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
Pada tahun 2014 kebutuhan dokter umum dan SDM pelaksana pelayanan kesehatan (DJSN,
dokter gigi di puskesmas masing-masing 766 2012). Berdasarkan gambaran tersebut, maka
dan 383 orang serta 1.042 dan 255 di rumah diperlukan evaluasi program JKN dari aspek
sakit. Kekurangan perawat dan bidan masing- SDM pelaksana pelayanan kesehatan di
masing 4.213 dan 2.298 orang di puskesmas Kabupaten Tabalong.
serta 10.370 dan 1.830 orang di rumah sakit.
Tenaga kesehatan masyarakat juga mengalami Metode
kekurangan yaitu 383 orang. Penelitian ini menggunakan pendekatan

33
Maman Saputra, et.al / Evaluasi pada Puskesmas Kelua dan RSUD H. Badaruddin Tanjung

mix method antara kuantitatif dan kualitatif sehingga perkiraan hubungan sebab akibat dan
dengan desain urutan pembuktian (sequential analisis lintas kasus dapat dijelaskan (Ayubi,
explanatory). Subjek penelitian adalah orang- 2009).
orang yang memiliki peranan penting dalam
pelaksanaan JKN di Kabupaten Tabalong, Hasil dan Pembahasan
yaitu Pengelola JKN di Dinas Kesehatan Evaluasi konteks dilakukan dengan
Kabupaten Tabalong, Pengelola JKN di meninjau aspek batasan JKN, rancangan
RSUD H. Badaruddin, Kepala Puskesmas strategis (roadmap), dan hambatan program.
Kelua dan BPJS Kesehatan Kantor Cabang Berdasarkan hasil wawancara mendalam
Hulu Sungai Selatan. Instrumen penelitian (indepth interview) dengan informan dapat
adalah lembar isian (kuantitatif) dan peneliti diketahui bahwa informan memahami
sendiri (kualitatif) dengan bantuan panduan mengenai konteks pelaksanaan program JKN
wawancara mendalam. Variabel yang diteliti dari aspek batasan JKN, rancangan strategis
dalam penelitian ini adalah evaluasi konteks, (roadmap) dan hambatan program.
input, proses, dan output pelaksanaan JKN, Informan telah mampu menjelaskan
SDM pelaksana pelayanan kesehatan (kuantitas, batasan JKN sesuai dengan Peraturan Menteri
distribusi, dan kualitas) dalam evaluasi (input, Kesehatan Nomor 48 Tahun 2014 tentang
proses, dan output), dan analisis pelaksanaan Pedoman Pelaksanaan JKN. JKN adalah
JKN dengan sasaran dinas kesehatan, BPJS suatu program pemerintah yang bertujuan
kesehatan, rumah sakit, dan puskesmas. memberikan kepastian jaminan kesehatan yang
Data kuantitatif dikumpulkan dari menyeluruh bagi setiap masyarakat Indonesia
dokumen sebelum dan sesudah pelaksanaan agar dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera
program JKN. Data ini meliputi kuantitas, (Rahman, 2015).
distribusi dan kualitas SDM pelaksana Informan juga telah memahami tentang
pelayanan kesehatan pada program JKN. roadmap JKN dan peran mereka dalam
Data tersebut didapatkan dari instansi implementasi roadmap tersebut. Informan I
tempat informan bekerja. Sedangkan data telah menyampaikan kegiatan yang dilakukan
kualitatif didapatkan melalui wawancara oleh pemerintah daerah dalam pelaksanaan
mendalam (indepth interview) kepada JKN. Pemerintah daerah yang dalam hal ini
informan. Penentuan informan sebagai subjek dinas kesehatan memiliki beberapa peran
penelitian dilakukan secara purposive sampling, dalam implementasi program JKN, diantaranya
dengan pertimbangan bahwa subjek adalah adalah mengumpulkan laporan pelayanan
sekelompok orang yang memiliki informasi kesehatan di fasilitas kesehatan (tingkat dasar
yang dibutuhkan, juga merupakan sekelompok dan lanjutan) dan pengelolaan SDM dan sarana
orang yang paling tahu tentang yang diinginkan prasarana penunjang (DJSN, 2012).
peneliti dan akan memudahkan peneliti Informan II telah menyampaikan
menjelajahi objek/situasi yang diteliti. kegiatan yang dilakukan oleh RSUD H.
Analisis data kuantitatif dilakukan Badaruddin dalam pelaksanaan JKN.
dengan membuat narasi secara deskriptif Berdasarkan penjelasan informan II, rumah
terhadap hasil tabulasi dan grafik dari data sakit telah melakukan kegiatan pelaksanaan
kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan JKN sesuai dengan roadmap JKN. Rumah sakit
berdasarkan data yang diperoleh dari sumber sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
data primer dan sekunder. Setelah setiap lanjutan seharusnya memberikan pelayanan
wawancara mendalam berakhir, dilakukan kesehatan dengan optimal dan melakukan
analisis awal untuk mendata semua informasi manajemen rumah sakit dengan baik.
yang penting. Seluruh daftar hal yang penting Berdasarkan penjelasan informan III,
tersebut kemudian dikumpulkan dalam suatu BPJS kesehatan telah melakukan kegiatan
matriks, sehingga dapat dilakukan suatu pelaksanaan JKN sesuai dengan roadmap
perbandingan yang tetap/konstan. Kemudian JKN. BPJS kesehatan sudah melakukan tugas
pencocokan hasil temuan berdasarkan teori sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun
dengan mengaitkan fenomena dengan masalah, 2011 tentang BPJS Kesehatan. Berdasarkan

34
KEMAS 11 (1) (2015) 32-42

Tabel 1. Perbandingan Kuantitas SDM pelaksana pelayanan kesehatan dengan Standar Ketenagaan
Kesehatan
No. Jabatan Jumlah Standar Keterangan
1. Dokter Spesialis 6 14 Kurang 8
2. Dokter Umum 42 91 Kurang 49
3. Dokter Gigi 9 25 Kurang 16
4. Perawat 253 269 Kurang 16
5. Bidan 171 228 Kurang 57
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, 2013
penjelasan informan IV, Puskesmas Kelua telah tenaga gizi 24 per 100.000 penduduk.
melakukan kegiatan pelaksanaan JKN sesuai Kuantitas SDM yang mencukupi sangat
dengan roadmap JKN. diperlukan untuk memaksimalkan pelayanan
Informan telah menjelaskan mengenai kesehatan yang ada. Selain itu, banyaknya
hambatan pelaksanaan JKN di wilayah kerja jumlah penduduk juga menuntut peningkatan
mereka. Hambatan terkait SDM pelaksanaan kuantitas SDM(Khariza, 2015). Selainkuantitas,
pelayanan kesehatan di Kabupaten Tabalong distribusi SDM pelaksana pelayanan kesehatan
adalah kurangnya kuantitas SDM pelaksanaan sebelum pelaksanaan JKN di Puskesmas Kelua
pelayanan kesehatan dan distribusinya yang berdasarkan standar ketenagaan puskesmas
belum merata. adalah sebagai berikut.
Evaluasi input dilakukan dengan Berdasarkandatadiatas Puskesmas Kelua
meninjau kuantitas, distribusi, dan kualitas sudah mencapai standar distribusi ketenagaan
SDM pelaksana pelayanan kesehatan sebelum kesehatan. Jumlah tersebut masih kurang jika
pelaksanaan JKN. Berdasarkan data dari dibandingkan dengan jumah penduduk seperti
Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, yang disampaikan oleh informan IV.
kuantitas SDM pelaksana pelayanan kesehatan “...Untuk dokter minimal kalo sesuai dengan
sebelum pelaksanaan JKN masih mengalami jumlah penduduk harusnya ada 6 dokter,
kekurangan. tapi ini kami 2 aja lo, di poli nih misalnya 1,
Berdasarkan data di atas, kuantitas rawat inap 1, atau UGD 1...” (Informan IV).
SDM pelaksana pelayanan kesehatan di Jumlah penduduk pada wilayah kerja
Kabupaten Tabalong sebelum pelaksanaan puskesmas tersebut adalah 16.255 jiwa,
JKN berdasarkan standar rasio per 1000 jumlah dengan kepadatan 219 jiwa/km2. Standar rasio
penduduk masih mengalami kekurangan per jumlah penduduk merupakan standar
sebanyak 136 orang (terdiri dari dokter, dokter untuk mengetahui jumlah (kuantitas) tenaga
gigi, dokter spesialis, perawat, dan bidan). kesehatan. Berdasarkan standar ini, dapat
Berdasarkan Badan Pengembangan dan diketahui apakah jumlah tenaga kesehatan
Pemberdayaan SDM Kesehatan, pada tahun di suatu daerah mencukupi atau kekurangan.
2014 diharapkan ketersediaan tenaga dokter Sedangkan standar ketenagaan di puskesmas
spesialis mencapai 12 per 100.000 penduduk, merupakan standar untuk mengetahui
dokter umum 48 per 100.000 penduduk, dokter distribusi atau sebaran tenaga kesehatan di
gigi 11 per 100.000 penduduk, perawat 158 puskesmas (UU SKN & UU Nakes). Jadi,
per 100.000 penduduk, bidan 75 per 100.000 distribusi SDM pelaksana pelayanan kesehatan
penduduk, sanitarian 15 per 100.000 penduduk, di puskesmas sudah sesuai dengan standar
Tabel 2. Perbandingan Distribusi SDM Pelaksana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kelua
dengan Standar Ketenagaan Kesehatan di Puskesmas Perawatan
No. Jabatan Jumlah Standar Keterangan
1. Dokter Umum 2 2 Sesuai
2. Dokter Gigi 1 1 Sesuai
3. Perawat 10 10 Sesuai
4. Bidan 7 6 Sesuai
Sumber: Profil Puskesmas Kelua, Kabupaten Tabalong, 2013

35
Maman Saputra, et.al / Evaluasi pada Puskesmas Kelua dan RSUD H. Badaruddin Tanjung

Tabel 3. Perbandingan Kuantitas SDM Pelaksana Pelayanan Kesehatan di RSUD H. Badaruddin


dengan Standar Ketenagaan Kesehatan di Rumah Sakit Tipe C
No. Jabatan Jumlah Standar Keterangan
1. Dokter Spesialis 4 8 Kurang
2. Dokter Umum 11 9 Sesuai
3. Dokter Gigi 2 2 Sesuai
4. Perawat 66 60 Sesuai
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, 2013
ketenagaan di puskesmas tetapi jumlah Penilaian kualitas SDM berdasarkan
(kuantitasnya) masih belum sesuai standar kualitas intelektual dapat dilihat berdasarkan
rasio per jumlah penduduk. hasil uji kompetensi dan pemberian surat izin
Jaminan kesehatan diperlukan oleh kerja oleh tiap lembaga atau organisasi profesi
seluruh masyarakat, baik di pedesaan maupun tenaga kesehatan yang bersangkutan. Setiap
perkotaan. Pengembangan jaminan kesehatan tenaga kesehatan memiliki organisasi profesi
bagi masyarakat sangat diperlukan. Oleh karena yang terdaftar dalam Majelis Tenaga Kesehatan
itu, SDM pelaksana pelayanan kesehatannya Indonesia (MTKI).
harus tersedia dan terdistribusi ke seluruh Oleh karena itu, kualitas SDM pelaksana
masyarakat (Kurnawan, 2012). pelayanankesehatanperluditinjaulagidarihasil
Distribusi SDM pelaksana pelayanan uji kompetensi yang dilakukan oleh MTKI pada
kesehatan di RSUD H. Badaruddin sebelum masing-masing profesi. Dinas kesehatan tidak
pelaksanaan JKN dibandingkan dengan standar berhak menilai kualitas tenaga kesehatan. Dinas
ketenagaan kesehatan di rumah sakit adalah kesehatan hanya berhak memberikan perizinan
sebagai berikut. kerja bagi tenaga kesehatan yang bertugas di
Berdasarkan data diatas dapat diketahui wilayah kerja mereka sesuai persyaratan yang
bahwa jumlah SDM pelaksana pelayanan berlaku. Penilaian SDM juga memiliki standar
kesehatan di rumah sakit berdasarkan standar berdasarkan tempat kerja profesi tersebut.
ketenagaan kesehatan di rumah sakit sudah Penilaian kinerja SDM kesehatan di puskesmas
sesuai, kecuali untuk dokter spesialis. Jumlah berdasarkan Kepmenkes Nomor 857 Tahun
dokter umum di rumah sakit masih kurang, 2009 (Kepmenkes, 2009).
seperti yang disampaikan oleh informan II. Penilaian kinerja SDM di Puskesmas
“...Kalo disini dokter umum masih ada 6 aja, Kelua belum menggunakan standar
sebenarnya kurang sih untuk tipe C minimal Kepmenkes Nomor 857 Tahun 2009. Sehingga
10 lah, dia kan ada standar untuk tipe C 12 penilaian hanya dilakukan melalui kasat mata.
malah. Jadi kami cuma 6. Cuma terbantu Berdasarkan Kepmenkes Nomor 857 Tahun
oleh dr internship...” (Informan II). 2009 seharusnya pada tahun 2014 dapat
Berdasarkan hasil wawancara diatas diterapkan secara efektif di seluruh puskesmas
memang terjadi perbedaan data kuantitatif di Indonesia. Namun Puskesmas Kelua belum
dan kualitatif mengenai jumlah dokter. Hasil menerapkannya secara efektif.
triangulasi sumber, yaitu dengan menanyakan Pada tahun 2013 (sebelum pelaksanaan
hal yang sama kepada informan lain yang JKN) penilaian kualitas SDM di RSUD H.
menjadi triangulasi dapat diketahui bahwa, Badaruddinmasihberdasarkan Daftar Penilaian
jumlah dokter di rumah sakit tersebut Pelaksanaan Pekerjaan (DP3). Penilaian
berjumlah 11 orang. Namun, yang sekarang tersebut terdiri atas unsur-unsur yang dinilai
aktif di rumah sakit memang berjumlah 6 dalam melaksanakan penilaian pekerjaan,
orang. Sisanya ada yang tugas belajar, sebagai yaitu kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab,
dokter spesialis dan menduduki jabatan ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa dan
struktural di rumah sakit atau dinas kesehatan. kepemimpinan (Kemenkes, 2014).
Jadi, distribusi tenaga kesehatan di rumah sakit Evaluasi kualitas SDM berdasarkan DP3
sudah sesuai dengan standar, kecuali dokter dinilai bagus. Namun, penilaian tersebut masih
umum dan dokter spesialis. general. DP3 dilakukan bagi setiap PNS, tetapi

36
KEMAS 11 (1) (2015) 32-42

Tabel 4. Perbandingan Kuantitas SDM Pelaksana Pelayanan Kesehatan dengan Standar Rasio per
100.000 Jumlah Penduduk
No. Jabatan Jumlah Standar Keterangan
1. Dokter spesialis 6 14 Kurang 8
2. Dokter umum 48 91 Kurang 43
3. Dokter gigi 13 25 Kurang12
4. Perawat 267 269 Kurang 2
5. Bidan 211 228 Kurang 17
Sumber: Bagian Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, 2014
Tabel 5. Perbandingan Kuantitas SDM Pelaksana Pelayanan Kesehatan Tahun 2013 dengan Tahun
2014
No. Jabatan Jumlah (2013) Jumlah (Januari-Juni 2014)
1. Dokter spesialis 6 6
2. Dokter umum 42 48
3. Dokter gigi 9 13
4. Perawat 253 267
5. Bidan 171 211

Tabel 6. Kuantitas Pemberi Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Tabalong yang Bekerja Sama
dengan BPJS Kesehatan
No. Jenis PPK Status Kepemilikan Jumlah
1. PPK Tingkat Lanjutan RS Pemerintah 1
2. PPK Tingkat Pertama Pemerintah (puskesmas) 16
3. PPK Tingkat Pertama Swasta (dokter keluarga) 5
Sumber: Bagian Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, 2014
tidak secara khusus untuk tenaga kesehatan spesialis, perawat, dan bidan).
di rumah sakit. Penilaian secara lebih spesifik Penambahan SDM pelaksana pelayanan
perlu dilakukan untuk menggambarkan secara kesehatan di Kabupaten Tabalong sudah
lebih spesifik kualitas SDM kesehatan dalam dilakukan. Perbandingan kuantitas SDM
menjalankan tugasnya. Penilaian yang bisa pelaksana pelayanan kesehatan berdasarkan
dilakukan menggunakan standar kualitas SDM tahun sebelumnya (input) adalah sebagai
berdasarkan indikator input, proses, output, berikut.
outcome dan impact (Subanegara, 2009). Selain itu, SDM pelaksana pelayanan
Evaluasi proses dilakukan dengan kesehatan yang sudah bekerjasama (kontrak)
meninjau kuantitas, distribusi, dan kualitas dengan BPJS kesehatan berdasarkan fasilitas
SDM pelaksana pelayanan kesehatan selama PPK adalah sebagai berikut.
pelaksanaan JKN. Periode yang dievaluasi Berdasarkan data diatas dapat diketahui
adalah selama Januari-Juni 2014 dengan bahwa jumlah PPK yang bekerjasama dengan
berdasarkan data sekunder dan hasil BPJS kesehatan masih sedikit, khususnya untuk
wawancara mendalam. Berdasarkan data dari PPK non pemerintah (RS Swasta dan dokter/
dinas kesehatan kabupaten Tabalong, kuantitas klinik swasta). PPK non pemerintah pada
SDM pelaksana pelayanan kesehatan selama pelaksanaan JKN harus segera bekerjasama
pelaksanaan JKN (Januari-Juni 2014) masih dengan BPJS kesehatan karena setiap
mengalami kekurangan. masyarakat yang menjadi peserta JKN akan
Berdasarkan data diatas, kuantitas SDM memilih PPK yang sudah bekerjasama dengan
pelaksana pelayanan kesehatan di Kabupaten BPJS kesehatan agar pelayanan kesehatan yang
Tabalong pada pelaksanaan JKN (Januari-Juni mereka dapatkan gratis.
2014) masih mengalami kekurangan sebanyak Pelayanan kesehatan pada JKN
82 orang (terdiri dari dokter, dokter gigi, dokter menggunakan sistem klaim yang dibayarkan

37
Maman Saputra, et.al / Evaluasi pada Puskesmas Kelua dan RSUD H. Badaruddin Tanjung

oleh BPJS kesehatan kepada PPK yang sudah PKP ini berdasarkan Peraturan Kepala Badan
bekerjasama dengan BPJS kesehatan. PPK Kepegawaian Negara Nomor 1 Tahun 2013
pemerintah secara otomatis menjadi PPK mulai berlaku sejak 1 Januari 2014.
yang bekerjasama dengan BPJS kesehatan PKP bertujuan untuk menjamin
melalui koordinasi dengan pemerintah. objektifitas pembinaan PNS yang dilakukan
PPK non pemerintah harus melewati seleksi berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem
kredensialing untuk bisa bekerjasama dengan karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi
BPJS kesehatan (Kemenkes, 2014). kerja. PKP diarahkan sebagai pengendalian
Distribusi SDM pelaksana pelayanan perilaku kerja produktif yang diisyaratkan
kesehatan di Puskesmas Kelua Kabupaten untuk mencapai hasil kerja yang disepakati
Tabalong masih belum ada penambahan. (Kemenkes, 2014). Penilaian kinerja seseorang
Menurut informan IV: harus disertai reward yang dapat memicu dan
“...Dulu kan ada penambahan dokter 5 memotivasi peningkatan kinerja. Reward dapat
jar, di CPNS jua tapi pacangan sudah mengubah perilaku seseorang dan memicu
diandak kemana kayetu nah, jadi kada ke peningkatan kinerja. Reward tidak selalu dalam
wadah kami, jadi sampai sekarang kadada bentuk finansial, tetapi dapat pula berupa pujian
realisasinya lagi, karna yang 5 itu sudah dan sanjungan sebagai ungkapan penghargaan
ada diandak ke puskesmas lain yang kadada prestasi yang dapat dicapai (Sistiarani, 2013).
dokternya jua, jadi diutamakan kesana dulu Namun, penilaian PKP di RSUD
jar...” (Informan IV). H. Badaruddin Kabupaten Tabalong
Berdasarkan kutipan wawancara menurut triangulasi sumber I, masih belum
mendalam diatas, penambahan SDM pelaksana mencerminkan keseluruhan kualitas SDM.
pelayanan kesehatan, khususnya dokter tidak Kriteria yang harus ada pada diri seseorang
dilakukan di puskesmas yang bersangkutan. adalah pengetahuan (knowledge), keterampilan
Penambahan dokter dilakukan di puskesmas (skill), dan sikap (attitude). Pengetahuan
lainyanglebihdiprioritaskankarenamengalami adalah hasil tahu setelah seseorang melakukan
kekurangan dokter yang perlu untuk lebih penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
diutamakan. Berdasarkan hasil wawancara Keterampilan adalah suatu kemampuan untuk
mendalam dengan informan I sebagai berikut. melakukan suatu hal sesuai dengan ketentuan.
“...Ada 5 desa. Kita ada, tenaganya ya itu Sedangkan sikap adalah suatu keadaan yang
yang PTT-PTT itu, kan kita ada disini yang mempengaruhi tindakan seseorang terhadap
mulai... jadi yang salikung, daerah terpencil..” beberapa objek, pribadi dan peristiwa.
(Informan I). SDM di RSUD H. Badaruddin
Distribusi SDM pelaksana pelayanan Kabupaten Tabalong berdasarkan hasil
kesehatan di RSUD H. Badaruddin Kabupaten kutipan wawancara diatas memiliki penilaian
Tabalong pada pelaksanaan JKN (Januari- kriteria SDM berdasarkan pengetahuan
Juni 2014) belum mengalami penambahan, (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap
kecuali untuk tenaga keperawatan mengalami (attitude). Pengetahuan dan keterampilan SDM
penambahan sebanyak 9 orang. rumah sakit sudah sesuai dengan keahlian
Penilaian kualitas SDM di Puskesmas yang dimiliki masing-masing SDM sesuai
Kelua Kabupaten Tabalong masih belum bidangnya. Namun, untuk sikap masih belum
mengacu pada Kepmenkes Nomor 857 menunjukkan sikap yang sesuai. Padahal
Tahun 2009. Sedangkan penilaian SDM di pihak rumah sakit sudah beberapa kali
RSUD H. Badaruddin mengalami perubahan menyampaikan tentang pentingnya sikap yang
dari penilaian berdasarkan Daftar Penilaian baik dari petugas di rumah sakit.
Pelaksanaan Pekerjaan(DP3) menjadi Penilaian Sikap berkaitan dengan budaya 5S, yaitu
Prestasi Kerja Pegawai (PKP). Penilaian PKP senyum, sapa, salam, sopan dan santun. Setiap
mulai diberlakukan setelah disahkannya petugas harus mengutamakan senyum kepada
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia setiap pasien, keluarga pasien, dan sesama
Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian petugas. Petugasjugadiwajibkanselalumemberi
Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Penilaian salam yang ramah dan menyapa setiap pasien,

38
KEMAS 11 (1) (2015) 32-42

keluarga pasien, dan sesama petugas untuk Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional di
menyenangkan hati setiap orang yang bertemu Puskesmas dan Jaringannya menjadi petunjuk
dengan petugas yang bersangkutan. Selain itu teknis pengelolaan dan pemanfaatan dana
sopan dan santun juga wajib diterapkan, tidak kapitasi JKN di puskesmas dan jaringannya.
hanya dalam berperilaku tetapi juga dalam Peraturan ini untuk menjelaskan tata kelola
berpakaian (Sumarno, 2014). Petugas yang keuangan dana pelayanan kesehatan JKN yang
tidak ramah, kurang sopan, judes, dan tidak menjadi pendapatan daerah dikembalikan
terampil dapat mengakibatkan pasien tiak puas seutuhnya untuk kelancaran pelayanan di
dan tidak nyaman (Hafizurrachman, 2009). puskesmas dan jaringannya.
Peningkatan kualitas SDM di pelayanan Selanjutnya Peraturan Bupati Nomor
kesehatan dipengaruhi oleh motivasi, baik yang 21 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
datang dari individunya maupun dari orang lain Program Jaminan Kesehatan Daerah Sehat
disekitarnya (Husna, 2009). Selain itu, kualitas Sejahtera Bersama Kabupaten Tabalong
SDM berbanding lurus dengan kompetensi merupakan peraturan daerah yang berfungsi
yang dimiliki olehnya (Nawawi, 2012). sebagai pedoman pelaksanaan jaminan
Evaluasi output dilakukan dengan kesehatan daerah (jamkesda) di Kabupaten
meninjau kuantitas, distribusi, dan kualitas Tabalong sejak berlakunya JKN.
SDM pelaksana pelayanan kesehatan selama Peraturan ini bertujuan untuk
pelaksanaan JKN. Periode waktu yang menyesuaikan perkembangan pelayanan di era
dievaluasi adalah setelah periode Januari-Juni JKN agar program JTS dapat lebih baik. Selain
2014, yaitu pada bulan Juli dan Agustus. itu, jamkesda ini tetap dipertahankan untuk
Kuantitas, distribusi dan kualitas SDM menjamin masyarakat Kabupaten Tabalong
pelaksana pelayanan kesehatan di Kabupaten yang belum terdaftar sebagai peserta JKN.
Tabalong selama pelaksanaan JKN (setelah Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
periode Januari-Juni 2014) tidak mengalami informan I:
perubahan dengan pada saat periode Januari- “...Masih berlaku, sampai... kayanya
Juni 2014). roadmap provinsi itu sampai 2017 baru
Pelaksanaan program JKN di Kabupaten lebur jamkesdanya. Berlakunya itu sekarang
Tabalong sudah berjalan sejak Januari 2014. terpisah dengan BPJS, kalo JKN BPJS,
Pada aspek peraturan dan perundangan, jamkesda dinkes...” (Informan I).
pemerintah daerah sudah mengeluarkan “...Sayangnya kalo diampihkan, ini kan
2 peraturan daerah yaitu Peraturan Bupati dananya ada, lumayan besar, tahun ini 6,5
Tabalong Nomor 13 Tahun 2014 tentang M lagi...” (Informan I).
Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Pada tahun 2014, dana untuk anggaran
Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas program JTS meningkat menjadi Rp. 6,5 Milyar.
dan Jaringannya dan Peraturan Bupati Nomor Pelaksana program ini diserahkan kepada
21 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong.
Program Jaminan Kesehatan Daerah Sehat Pada aspek kepesertaan program JKN
Sejahtera Bersama Kabupaten Tabalong. di Kabupaten Tabalong, secara kuantitas
Implementasi JKN memiliki beberapa mengalami peningkatan. Pada tahun 2014,
peraturan pemerintah, baik secara nasional peserta JKN di Kabupaten Tabalong berjumlah
maupun di daerah (Musrin, 2014). Peraturan 71.944 jiwa atau meningkat 0,36%. Peserta JKN
daerah tersebut merupakan peraturan sebagian besar merupakan eks peserta Askes
penunjang secara teknis implementasi JKN di dan JPK Jamsostek. Peserta mandiri masih
daerah. Peraturan yang berlaku secara nasional sedikit (745 jiwa). Pada tahun 2014, upaya pada
tentang tarif JKN seperti Permenkes Nomor 69 aspek kepesertaan JKN masih lebih banyak
Tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan pada transformasi peserta PT Askes (Persero),
Kesehatan pada program JKN masih perlu PT Jamsostek (Persero), PT TASPEN (Persero)
dirincikan secara teknis sesuai kondisi daerah. dan PT ASABRI (Persero) menjadi peserta JKN
Peraturan Bupati Tabalong Nomor 13 Tahun BPJS kesehatan.
2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Kepesertaan di Puskesmas Kelua juga

39
Maman Saputra, et.al / Evaluasi pada Puskesmas Kelua dan RSUD H. Badaruddin Tanjung

masih lebih banyak berupa transformasi dari kendali mutu dan kendali biaya yang dibentuk
peserta askes, jamsostek dan jamkesmas. Hal oleh BPJS kesehatan.
ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Pada dinas kesehatan, unit yang
informan IV. menangani urusan JKN yaitu di bawah seksi
“...Itu kepesertaannya dari Askes, dari pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
Jaskesmas, Jamsostek...” (Informan IV). Tugasnya adalah mengumpulkan laporan
Berdasarkan data BPJS kesehatan, pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan
perkembangan peserta JKN di puskesmas (tingkat dasar dan lanjutan) dan pengelolaan
di Kabupaten Tabalong meningkat sebesar SDM dan sarana prasarana penunjang sesuai
1% dari peserta mandiri. Penambahan dengan peraturan yang berlaku. Masalah yang
kepesertaan dari peserta mandiri masih belum sering dihadapi di seksi ini untuk pengelolaan
banyak karena masih berlakunya jamkesda di JKN adalah kurangnya kemauan pegawai untuk
Kabupaten Tabalong. Selain itu, sebagian besar menjadi pengelola.
peserta mandiri adalah peserta dengan riwayat Pada RSUD H. Badaruddin Kabupaten
penyakit kronis. Tabalong, unit yang menangani urusan JKN
Pada aspek pelayanan kesehatan adalah tim yang dibentuk oleh rumah sakit
Kabupaten Tabalong telah melakukan untuk pengelolaan JKN. Tim ini berfungsi
penambahan fasilitas pemberi pelayanan untuk mengelola pelaksanaan JKN di rumah
kesehatan (PPK) dan SDM pelaksana pelayanan sakit, khususnya tentang klaim. Selain itu juga
kesehatan. SDM pelaksana pelayanan kesehatan menjamin pelayanan yang diberikan dengan
mengalami penambahan sebagaimana yang baik kepada peserta JKN.
sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Unit yang menangani urusan JKN di
Hambatan pelaksanaan JKN dari aspek SDM Puskesmas Kelua adalah pengelola JKN yang
pelaksana pelayanan kesehatan yaitu kurangnya ditunjuk oleh kepala puskesmas. Tugas dari
jumlah SDM pelaksana pelayanan kesehatan. pengelola JKN di puskesmas adalah mengelola
Hambatan lain adalah distribusi, SDM yang dana kapitasi dan melakukan pencatatan dan
ditempatkan di daerah terpencil cenderung pelaporan menggunakan sistem informas
ingin pindah. Sehingga distribusi SDM PCAREdipuskesmas. Selainitu, puskesmasjuga
pelaksana pelayanan kesehatan tidak merata. memiliki unit informasi untuk memberikan
Permasalahan lain mengenai SDM adalah informasi terkait JKN kepada pasien.
setiap pengajuan penambahan SDM oleh Ada beberapa upaya peningkatan
puskesmas dan rumah sakit belum sepenuhnya kuantitas dan distribusi SDM pelaksana
direalisasikan pelayanan kesehatan di Kabupaten Tabalong.
Pada aspek keuangan, pengelolaan Dinaskesehatansudahmelakukanpenambahan
keuangan JKN di Kabupaten Tabalong mengacu SDM, terutama pegawai tidak tetap (PTT).
pada Peraturan Bupati Nomor 13 Tahun Distribusinya juga didahulukan yang daerah
2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan terpencil.
Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Penambahan sudah dilakukan tetapi
di Puskesmas dan Jaringannya. Sedangkan masih mendapatkan beberapa kendala mulai
untuk dana APBD Kabupaten Tabalong, untuk dari masih kurangnya jumlah penambahan
penggunaan dana pembayaran iuran peserta yang dilakukan dan beberapa SDM yang
masih belum dilakukan karena anggarannya didistribusikan di daerah terpencil seringkali
masih masuk sebagai dana program jamkesda. pindah, seperti yang disampaikan oleh
Kecuali untuk dana sosialisasi dan pengelolaan informan I sebagai berikut.
oleh petugas pengelola JKN. “...Kalo yang ngangkat yang ada-ada ini, biar
Pada aspek tata kelola dan organisasi ada perjanjian dengan pemerntah daerah
ada beberapa upaya yang sudah dilakukan sebujurnya ada perjanjian kalo CPNS tu
seperti pengembangan organisasi dan sistem 10 tahun biar bisa pindah, tetap diurusnya
informasi, sosialisasi, edukasi dan advokasi, supaya pindah. Naglih ay, tapi ya ketu
serta monitoring dan evaluasi. Sistem pang. Jadi akhirnya yang disekolahkan itu
monitoring dan evaluasi dilakukan oleh tim supaya inya balik kesana, telambat pang

40
KEMAS 11 (1) (2015) 32-42

ngurus pindahnya karena inya urang asli RSUD H. Badaruddin telah melakukan upaya
situ lo. Susah pang kalo didesa terpencil pengajuan penambahan SDM pelaksana
tu, keamanan sebuting. Coba bayangkan pelayanan kesehatan. Selain itu, juga dilakukan
bebinian anak urang bungas seikungannya pembentukan beberapa tim atau unit untuk
didesa situ digangguin orang...” (Informan I). pelaksanaan JKN di fasilitas kesehatan.
“...Itu pang rata-rata kalo tenaga kalo di desa
terpencil cenderung inya handak pindah...” Ucapan Terima Kasih
(Informan I). Terima kasih kami ucapkan
Puskesmas Kelua dan RSUD H. kepada Tim Pusat Kebijakan Manajemen
Badaruddin Kabupaten Tabalong juga sudah Kesehatan (PKMK) FK UGM atas arahan
melakukan upaya penambahan SDM pelaksana dan bimbingannya serta Dinas Kesehatan
pelayanan kesehatan. Namun, jumlahnya Kabupaten Tabalong, Puskesmas Kelua, RSUD
belum mencukupi dan terkendala pemenuhan H. Badaruddin Tanjung dan BPJS Kesehatan
di dinas kesehatan dan badan kepegawaian Kantor Cabang Hulu Sungai Selatan, atas segala
daerah (BKD). bantuan dan dukungan serta izin yang telah
diberikan sehingga peneliti dapat melakukan
Penutup penelitian.
Konteks program JKN di Puskesmas
Kelua dan RSUD H. Badaruddin Kabupaten Daftar Pustaka
Tabalong sudah sesuai dengan pemahaman Ayubi. 2009. Penilaian Kualitas Pelayanan Puskesmas
informan dari aspek batasan JKN, rancangan dengan Model Donabedian: Studi Kasus
strategis (roadmap) dan hambatan program. Puskesmas di Kota Depok. Jurnal Kesehatan
Kuantitas dan distribusi SDM pelaksana Masyarakat Nasional 2009; 4(1): 24-28.
pelayanan kesehatan sebelum pelaksanaan Hafizurrachman. 2009. Sumber Daya Manusia
JKN masih mengalami kekurangan. Sedangkan Rumah Sakit di Q-Hospital. Majalah
Kedokteran Indonesia 2009; 59(8): 343-347.
kualitas, belum adanya penilaian kinerja SDM
Helmizar. 2013. Evaluasi Kebijakan Jaminan
pelaksana pelayanan kesehatan secara lebih
Persalinan (Jampersal) dalam Penurunan
spesifik, baik di Puskesmas Kelua dan RSUD H. Angka Kematian Ibu dan Bayi di Indonesia.
Badaruddin. Pada pelaksanaan JKN (Januari- Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013; 9(2):
Juni 2014), kuantitas dan distribusi SDM 197-205.
pelaksana pelayanan kesehatan di Puskesmas Husna A, Besral. 2009. Kinerja Bidan di Desa dalam
Kelua dan RSUD H. Badaruddin Kabupaten Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Tabalong masih mengalami kekurangan. Masyarakat Miskin. Jurnal Kesehatan
Namun, sudahdilakukanpenambahan. Kualitas Masyarakat Nasional 2009; 4(1): 18-23.
SDM pelaksana pelayanan kesehatan juga Khariza HA. 2015. Program Jaminan Kesehatan
masih sama seperti sebelum pelaksanaan JKN. Nasional: Studi Deskriptif tentang Faktor-
Faktor yang Dapat Mempengaruhi
Sedangkan selama pelaksanaan JKN (setelah
Keberhasilan Implementasi Program
periode Januari-Juni 2014) tidak mengalami Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit
perubahan dengan pada saat periode Januari- Jiwa Menur Surabaya. Jurnal Kebijakan dan
Juni 2014). Manajemen Publik 2015; 3(1)
Pelaksanaan JKN dari aspek SDM Kurniawan A dan Intiasari AD. 2012. Kebutuhan
pelaksana pelayanan kesehatan di Kabupaten Jaminan Kesehatan Masyarakat di Wilayah
Tabalong sudah berjalan. Dinas kesehatan Pedesaan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
telah melakukan penambahan kuantitas Nasional 2012; 7(1): 3-7.
SDM pelaksana pelayanan kesehatan di Mukti AG. 2013. Pelayanan Kesehatan Untuk
Semua (Universal Health Coverage) Kesiapan
beberapa puskesmas dan menyekolahkan
Menghadapi Jaminan Kesehatan Nasional.
putra-putri daerah di bidang kesehatan. BPJS Pidato Ilmiah dalam Rangka Peringatan
kesehatan telah melakukan upaya sosialisasi Dies Natalis ke-67 Fakultas Kedokteran
dan koordinasi dengan dinas kesehatan dan Universitas Gadjah Mada, 5 Maret 2013.
fasilitas kesehatan dalam pelaksanaan JKN Yogyakarta. Jakarta: Kemenkes RI.
sesuai roadmap JKN. Puskesmas Kelua dan

41
Maman Saputra, et.al / Evaluasi pada Puskesmas Kelua dan RSUD H. Badaruddin Tanjung

Mundiharno, 2012. Peta Jalan Menuju Universal Peneliti Prodi Kesmas FK UNLAM. Rahman
Coverage Jaminan Kesehatan. Jurnal Legislasi F, et al. 2015. The Implementation of BPJS
Indonesia 2012; 9(2): 207-222. Health Program at Publc Healh Center
Musrin DI, Nurhayani, dan Balqis. 2014. Kesiapan Martapura in Banjar Regency. International
Stakeholder dalam Pelaksanaan Jaminan Refereed Journal of Engineering and Science
Kesehatan Nasional di Kota Makassar. Jurnal 2015; 4(4): 26-28.
Administrasi Kebijakan Kesehatan 2014; 2(1) Sistiarani C, Nurhayati S, dan Suratman. 2013. Peran
Nawawi M. 2012. Pengaruh Motivasi dan Kader dalam Penggunaan Buku Kesehatan
Kompetensi Tenaga Kesehatan terhadap Kinerja Ibu dan Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Pusat Kesehatan Masyarakat. Jurnal 2013; 8(2): 99-105.
Sosial dan Pembangunan 2012; 28(1). Subanegara HP. Indikator Kinerja Rumah Sakit.
Pakpahan RH dan Sihombing E. 2012. Tanggung 2009; (online), (http://www.e-bookspdf.
Jawab Negara dalam Pelaksanaan Jaminan org/download/kinerja-rumah-sakit.html),
Sosial. Jurnal Legislasi Indonesia 2012; 9(2): diakses 19 Maret 2014.
163-174. Sumarno A. 2014. Pembentukan Karakter Siswa
PSKM. 2013. Evaluasi Kebijakan Jaminan Tabalong Melalui Program Lima S (Senyum, Sapa,
Sehat di Kabupaten Tabalong Tahun 2013. Salam, Sopan, dan Santun) di SMA Negeri
Laporan Penelitian. Tabalong: Pemerintah 1 Sidoarjo. Jurnal Kajian Moral dan
Daerah Kabupaten Tabalong dan Tim Kewarganegaraan 2014; 3(2): 784-798.

42

Anda mungkin juga menyukai