Anda di halaman 1dari 18

POLIO

Dosen pengampu :
Faridah, SST., M.Kes

NAMA KELOMPOK :
1. Andreas Alfa Bramantio D (2010010)
2. Dhinar Ayu Wardana (2010034)
3. Ellyza Audia (2010042)
4. M. Mahar Bagus S (2010060)
5. Marshanda Pravitasari (2010062)
6. Orifa (2010078)
7. Putri Sripuspita Handayani (2010086)
8. Radewi Dania Cevin (2010088)
9. Tariza Ifalda Novatiara (2010104)
10. Yunus Mufid Wicaksono (2010108)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Keperawatan Anak. Kemudian shalawat serta salam kita sampaikan kepada
Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-quran
dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu bentuk pemenuhan tugas mata kuliah
Keperawatan Anak dengan judul “POLIO” di program studi S1 Keperawatan di
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA. Selanjutnya
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Ibu Faridah SST.,
M.Kep selaku dosen pengajar mata kuliah Keperawatan Anak.
Kami menyadari bahwa kemungkinan masih terdapat kekurangan – kekurangan
dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 22 November 2021

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Polio merupakan (keluarga Picornaviridae), sering disingkat sebagai "Polio" adalah
virus yang paling ditakuti abad ke-20 di dunia yang menghasilkan permulaan program
inisiatif global untuk pemberantasan polio pada tahun 1988. Sebagian polio positif
yang diakibatkan oleh enterovirus RNA ini dikenal dengan kemampuannya untuk
mempengaruhi sebuah bagian dari sumsum tulang belakang, dan mengakibatkan
terjadinya Acute Flaccid Paralysis (AFP) atau dapat menyebabkan kematian jika otot
pernapasan atau tenggorokan mendapat lumpuh tetapi untungnya tidak banyak kasus
yang terjadi. Terdapat tiga serotypes dari virus polio, di dunia kasus infeksi dari 1 per
200-2000 kasus tergantung pada jenis serotype virus. Tingkat fatality biasanya dari 5
hingga 10% dalam kasus-kasus lumpuh. World Health Organization (WHO) 27 tahun
yang lalu telah mencapai keberhasilan luar biasa dalam mengurangi jumlah polio di
negara-negara endemik, dari 125 negara di penjuru dunia hanya ada 3 negara termasuk
Pakistan, Afghanistan, dan Nigeria, dimana Wild Polio Virus (WPV) transmisinya
belum terputus walaupun angka kasus terjadinya polio telah turun dibawah angka 99%
dibandingkan dengan 350.000 kasus baru per tahun kemudian (Ghafoor & Sheikh,
2016).
Virus polio dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Virus ini menular melalui air
dan kotoran manusia. Sifatnya sangat menular dan selalu menyerang anak balita. Dua
puluh tahun silam, polio melumpuhkan 1.000 anak tiap harinya di seluruh penjuru
dunia. Tapi pada 1988 muncul Gerakan Pemberantasan Polio Global. Lalu pada 2004,
hanya 1.266 kasus polio yang dilaporkan muncul di seluruh dunia. Umumnya kasus
tersebut hanya terjadi di 6 negara. Pada awal Maret tahun 2005, Indonesia muncul
kasus polio pertama selama satu dasawarsa. Artinya, reputasi sebagai negeri bebas
polio yang disandang selama 10 tahun pun hilang ketika seorang anak berusia 20
bulan di Jawa Barat terjangkit penyakit ini. Menurut analisa, virus tersebut dibawa dari
sebelah utara Nigeria. Sejak itu polio menyebar ke beberapa daerah di Indonesia dan
menyerang anak-anak yang tidak diimunisasi. Polio bisa mengakibatkan kelumpuhan
dan kematian. Virusnya cenderung menyebar dan menular dengan cepat apalagi di
tempat-tempat yang kebersihannya buruk.
Menurut WHO pada tahun 2018, wabah polio ditemukan di negara papua nugini
setelah 18 tahun menghilang di negara pasifik. Jumlah kasus polio di seluruh dunia
telah turun lebih dari 99 persen sejak 1988, dari sekitar 350.000 kasus kemudian
menjadi 22 kasus yang dilaporkan pada tahun 2017 (Kompas, 2018). Kasus polio
di Indonesia pada tahun 2005 terjadi pertama kali di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat
yang dengan cepat menyebar ke Provinsi Banten, DKI, Jakarta, Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan Lampung. Data terakhir melaporkan secara total terdapat 295 kasus polio
1 yang tersebar di 10 Provinsi dan 22 kabupaten/ kota di Indonesia (Budi, et al., 2013).
Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat menyerang
pada semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah kelompok umur kurang
dari 3 tahun. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air
besar, nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan
merusakkan jaringan syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.
Penyakit polio pertama terjadi di Eropa pada abad ke-18, dan menyebar ke Amerika
Serikat beberapa tahun kemudian. Penyakit polio juga menyebar ke negara maju
belahan bumi utara yang bermusim panas. Penyakit polio menjadi terus meningkat dan
rata-rata orang yang menderita penyakit polio meninggal, sehingga jumlah kematian
meningkat akibat penyakit ini. Penyakit polio menyebar luas di Amerika Serikat tahun
1952, dengan penderita 20,000 orang yang terkena penyakit ini ( Miller,N.Z, 2004 ).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan polio?
2. Bagaimana klasifikasi dari polio?
3. Apa penyebab dari polio?
4. Apa gejala dari polio?
5. Bagaimana patofisiologi polio?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada polio?
7. Bagaimana pencegahan polio?
8. Apa saja jenis vaksin polio?
9. Bagaimana pengobatan polio?
C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Definisi polio.
2. Klasifikasi polio.
3. Penyebab polio.
4. Tanda dan gejala polio.
5. Patofisiologi polio.
6. Pemeriksaan penunjang polio.
7. Pencegahan polio.
8. Jenis Vaksin polio.
9. Pengobatan polio.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Poliomyeilitis atau sering disebut polio adalah penyakit akut yang
menyerang sistem saraf perifer yang disebabkan oleh virus polio. Penyakit
poliomyelitis paling banyak menyerang pada anak –anak di bawah 5 tahun dan juga
bisa pada remaja. Gejala utama penyakit ini adalah kelumpuhan. Kelumpuhan
biasanya dapat menetap setelah 60 hari yang akan menyebabkan kecacatan.
(Widoyono, 2011).
Penyakit polio ini merupakan infeksi paralisis yang disebabkan oleh virus dengan
agen pembawanya dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut
kemudian mengingeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke sistem saraf pusat dan menyebabkan lemahnya otot hingga kelumpuhan
(QQ, Scarlet, 2008). Infeksi virus polio terjadi di dalam saluran pencernaan yang
menyebar ke kelenjar limfe regional sebagian kecil menyebar ke sistem saraf (Chin,
2006: 482). Yuwono dalam Arifah (1998) menambahkan bahwa syaraf yang diserang
adalah syaraf motoric otak di bagian grey matter dan kadang-kadang menimbulkan
kelumpuhan.
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus
denganpredileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti
motorik batangotak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi
kelumpuhan sertaautropi otot. Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau
lumpuh yang disebabkan oleh virus.Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuhmelalui mulut, menginfeksi saluran usus.
Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalirke sistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
Poliomielitis (polio, paralisis infantile) adalah penyakit menular oleh infeksi virus
yang bersifat akut. Predileksi virus ialah merusak sel-sel neuron motorik kornu
anterior masa kelabu medula spinalis anterior horn cells of the spinal cord) dan batang
otak (brain stem) yang berakibat kelemahan atau kelumpuhan otot (paralisis flaksid
akut) dengan distribusi dan tingkat yang bervariasi serta bersifat permanen.
Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban.
Polio menular melalui kontak antar manusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui
mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses.

B. Klasifikasi
Ada 2 klasifikasi yaitu :
1. Polio non-paralisis : Menyebabkan demam, muntah,sakit perut, lesu, dansensitif.
Terjadi kram otot pada leher dan punggung.Otot terasa lembek jika disentuh.
2. Polio Paralisis : Kurang dari 1% orang yang terinfeksi virus polio berkembang
menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio paralisis dimulai
dengan demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya akanmuncul gejala dan tanda-
tanda lain, seperti: sakit kepala, kram otot leherdan punggung,
sembelit/konstipasi, sensitif terhadap rasa raba
Berdasarkan lokasi sel saraf yang terinfeksi ada tiga macam poliomyelitis yaitu:
1. Poliomyelitis spinal
Pada polimyelitis spinal, poliovirus menyerang sel kornu anterior (ventral) medula
spinalis yang berfungsi sebagai jaras motorik sehingga mengganggu penyampaian
sinyal dari sistem saraf pusat ke saraf tepi yang berhubungan, antara lain saraf
yang mengatur pergerakan ekstremitas. Dengan terputusnya stimulasi saraf, otot
akan mengalami atrofi, kelemahan dan pada akhirnya paralisis. Lokasi dan jenis
paralisis yang terjadi bergantung pada regio medula spinalis yang terserang,
apakah servikal, torakal atau lumbal.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu
penderita dari 200 penderita 6 akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling
sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini
akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.
Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor yang mengontrol
gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita
yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan
menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi
ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf.
Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan
menghancurkan neuron motor. Neuron motor tidak memiliki kemampuan
regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap
perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai
menjadi lemas kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah
pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan
otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.
Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak
memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang
seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan
mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring
dengan berkembangbiaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan
menghancurkan motorneuron. Motorneuron tidak memiliki kemampuan
regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap
perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai
menjadi lemas. Kondisi ini disebut Acute Flaccid Paralysis (AFP). Infeksi parah
pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan
otot pada dada dan perut, disebut quadriplegia. Anak-anak dibawah umur 5 tahun
biasanya akan menderita kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkena orang
dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan dan tungkai.
2. Poliomyelitis bulbaris
Pada 2% kasus poliomyelitis, poliovirus menyerang daerah bulbaris pada otak.
Daerah ini merupakan substansia alba yang menghubungkan batang otak dengan
korteks cerebral. Infeksi poliovirus di daerah bulbaris menyebabkan kelemahan
khususnya pada saraf-saraf kranialis.
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang
otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur
pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang
mengontrol pergerakan bola mata saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka, saraf auditori
yang mengatur pendengaran, saraf glossofaringeal yang membantu proses
menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan
saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang
mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima
hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal
ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi
setelah terjadi kerusakan pada saraf otak yang bertugas mengirim ‘perintah
bernapas ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada
fungsi penelanan; korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali
dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan
yang disekresikan sebelummasuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga
sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ‘paru-paru besi’ (iron lung).
Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan caramenambah dan mengurangi
tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udaraditambah, paru-paru akan
mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akanmengembang. Dengan
demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksiyang jauh lebih parah
pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
3. Poliomyelitis bulbospinalis
19% kasus poliomyelitis merupakan gabungan dari kedua jenis poliomyelitis yang
sudah disebutkan sebelumnya. Biasanya poliovirus menyerang daerah atas medula
spinalis segmen servikal (C3-C5), sehingga menyebabkan paralisis gabungan
yaitu paralisis nervus frenikus yang mengatur pernapasan dan paralisis anggota
gerak.

C. Penyebab
Nama lain dari polio adalah Poliomieltis. Virus polio yang termasuk genus
enterovirus famili Picornavirus.Virus ini tahan terhadap pengaruh fisik dan bahan
kimia. Selain itu, dapat hidup dalam tinja penderita selama 90-100 hari. Virus ini juga
dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-
kilometer dari sumber penularan.
Poliomielitis disebabkan oleh infeksi dari genus enterovirus yang dikenal dengan
poliovirus. Terdapat tiga serotipe dari poliovirus, yaitu: poliovirus tipe 1
(Brunhilde/PV1), tipe 2 (Lansing/PV2), dan tipe 3 (Leon/PV3).3 Transmisi penyakit
ini sangat mudah lewat oral-oral (orofaringeal) dan fekal-oral (intestinal). Polio sangat
infeksius antara 7-10 hari sebelum dan sesudah timbulnya gejala, tetapi transmisinya
mungkin terjadi selama virus berada di dalam saliva atau feses.
Polio menyebar terutama melalui kontaminasi tinja, terutama di daerah dengan
sanitasi lingkungan buruk. Penularan juga terjadi melalui fekal-oral. Artinya
makanan/minuman yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita masuk
ke mulut orang sehat lainnya. Sedangkan oral-oral adalah penyebaran dari air liur
penderita yang masuk ke dalam mulut manusia sehat lainnya.
Beberapa juga menyebutkan bahwa penyebab poliomyelitis adalah Family
Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan
/oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus ini adalah Golongan IV ((+)ssRNA), jenis familianya adalah
Picornaviridae dari genus Enterovirus spesies Poliovirus. Secara serologi virus polio
dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:· Tipe I Brunhilde, Tipe II Lansing dan· Tipe III
Leoninya. Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe II
kadang-kadang menyebabkan wajah yang sporadic sedang tipe III menyebabkan
epidemic ringan.
Di Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan disebabkan oleh tipe II dan III dan
virusini tidak menimbulkan imunitas silang. Penularan virus terjadi melalui :
1. Secara langsung dari orang ke orang
2. Melalui tinja penderita
3. Melalui percikan ludah penderita
Virus masuk melalui mulut dan hidung, berkembang biak didalam tenggorokan dan
saluran pencernaan, lalu diserap dan disebarkan melalui system pembuluh darah dan
getah bening. Adapun beberapa resiko yang dapatm memicu terjadinya Polio:
1. Belum mendapatkan imunisasi
2. Berpergian kedaerah yang masih sering ditemukan polio
3. Usia sangat muda dan usia lanjut
4. Stres atau kelehahan fisik yang luar biasa (karena stress emosi dan fisik
dapatmelemahkan system kekebalan tubuh).

D. Tanda dan gejala


Tanda-tanda dan gejala-gejala dari polio berbeda tergantung pada luas infeksi.
Tandatanda dan gejala-gejala dapat dibagi kedalam polio yang melumpuhkan
(paralytic) dan polio yang tidak melumpuhkan (non-paralytic).
Pada polio non-paralytic yang bertanggung jawab untuk kebanyakan
individuindividu yang terinfeksi dengan polio, pasien-pasien tetap asymptomatic atau
mengembangkan hanya gejala-gejala seperti flu yang ringan, termasuk kelelahan,
malaise, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan muntah. Gejala-gejala, jika
hadir, mungkin hanya bertahan 48-72 jam, meskipun biasanya mereka bertahan untuk
satu sampai dua minggu. Paralytic polio terjadi pada kira-kira 2% dari orang-orang
yang terinfeksi dengan virus polio dan adalah penyakit yang jauh lebih serius. Gejala-
gejala terjadi sebagai akibat dari sistim syaraf dan infeksi dan peradangan sumsum
tulang belakang (spinal cord). Gejala- gejala yang dapat muncul adalah:
1. Sensasi yang abnormal,
2. Kesulitan bernapas,
3. Kesulitan menelan,
4. Retensi urin,
5. Sembelit,
6. Mengeluarkan air liur (ileran),
7. Sakit kepala,
8. Turun naik suasana hati,
9. Nyeri dan kejang-kejang otot, dan
10. Kelumpuhan.
Kira-kira 5%-10% dari pasien-pasien yang mengembangkan polio yang
melumpuhkan seringkali meninggal dari kegagalan pernapasan, karena mereka tidak
mampu untuk bernapas sendiri. Itulah sebabya mengapa sangat mendesak bahwa
pasien-pasien menerima evaluasi dan perawatan medis yang tepat. Sebelum era
vaksinasi dan penggunaan dari ventilator-ventilator modern, pasien-pasien akan
ditempatkan dalam "iron lung" (ventilator bertekanan negatif, yang digunakan untuk
mendukung pernapasan pada pasienpasien yang menderita polio yang melumpuhkan).
Tanda klinik penyakit polio pada manusia sangat jelas. Sebagian besar (90%)
infeksi virus polio menyebabkan inapparent infection, sedangkan 5% menampilkan
gejala abortive infection, 1% nonparalytic, dan sisanya menunjukkan tanda klinik
paralitik. Bagi penderita dengan tanda klinik paralitik, 30% akan sembuh, 30%
menunjukkan kelumpuhan ringan, 30% menunjukkan kelumpuhan berat, dan 10%
menunjukkan gejala berat serta bisa menimbulkan kematian. Masa inkubasi biasanya
3-35 hari. Penderita sebelum ditemukannya vaksin terutama berusia di bawah 5 tahun.
Setelah adanya perbaikan sanitasi serta penemuan vaksin, usia penderita bergeser pada
kelompok anak usia di atas 5 tahun.
Stadium akut sejak ada gejala klinis hingga dua minggu ditandai dengan suhu tubuh
meningkat, jarang terjadi lebih dari 10 hari, kadang disertai sakit kepala dan muntah.
Kelumpuhan terjadi dalam seminggu permulaan sakit. Kelumpuhan itu terjadi akibat
kerusakan sel-sel motor neuron di medula spinalis (tulang belakang) oleh invasi virus.
Kelumpuhan tersebut bersifat asimetris sehingga menimbulkan deformitas (gangguan
bentuk tubuh) yang cenderung menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Sebagian
besar kelumpuhan terjadi pada tungkai (78,6%), sedangkan 41,4% akan mengenai
lengan. Kelumpuhan itu berjalan bertahap dan memakan waktu dua hari hingga dua
bulan. Stadium subakut (dua minggu hingga dua bulan) ditandai dengan
menghilangnya demam dalam waktu 24 jam atau kadang suhu tidak terlau tinggi.
Kadang, itu disertai kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Kelumpuhan anggota gerak
yang layuh dan biasanya salah satu sisi.
Stadium konvalescent (dua bulan hingga dua tahun) ditandai dengan pulihnya
kekuatan otot lemah. Sekitar 50%-70% fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan
setelah fase akut. Kemudian setelah usia dua tahun, diperkirakan tidak terjadi lagi
perbaikan kekuatan otot. Stadium kronik atau dua tahun lebih sejak gejala awal
penyakit biasanya menunjukkan kekuatan otot yang mencapai tingkat menetap dan
kelumpuhan otot permanen.
1. Poliomielitis Asimtomatis: Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat
gejalakarena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama
sekali.
2. Poliomielitis Abortif: Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai
beberapahari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea,
muntah, nyerikepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
3. Poliomielitis Non Paralitik: Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis
abortif, hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2
harikadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi
demam atau masuk ke dalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini
denganhipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal
dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis Paralitik: Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai
kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut
pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus.
Adapun bentuk- bentuk gejalanya antara lain :
1. Bentuk spinal: Gejala kelemahan/paralysis atau paresis ototleher, abdomen, tubuh,
diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
2. Bentuk bulbar: Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa
gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
3. Bentuk bulbospinal: Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk
bulbar.
4. Kadang ensepalitik: Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor
dan kadang kejang.

E. Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua
neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat
terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah
yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
1. Medula spinalis terutama kornu anterior.
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta
formasioretikularis yang mengandung pusat vital.
3. Sereblum terutama inti-inti virmis.
4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang -
kadang nucleus rubra.
5. Talamus dan hipotalamus.
6. Palidum.
7. Korteks serebri, hanya daerah motoric

F. Pemeriksaan penunjang
Virus polio dapat diisolasi dan dibiakkan melalui hapusan tenggorokkan pada
minggu awal infeksi virus dan terdeteksi di tinja dalam beberapa minggu setelah
infeksi. Virus polio jarang dapat diisolasi melalui cairan cerebrospinal, sehingga
dipakai tes serologi berupa tes netralisasi yang menggunakan serum pada fase akut dan
konvalesen. Tes dikatakan positif apabila ada kenaikan titer sebesar 4 kali atau lebih,
tes ini sangat spesifik untuk menegakkan diagnosis poliomyelitis.
Menurut Huda (2016) pemeriksaan penunjang terdiri dari :
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Pemeriksaan darah tepi perife
b. Cairan serebrospinal
c. Pemeriksaan serologic
d. Isolasi virus polio
e. Pemeriksaan radiology
2. Pemeriksaan MRI dapat menunjukkan kerusakandi daerah kolumna anterior
3. Pemeriksaan likuor memberikan gambaran sel dan bahan mikia (kadar gula dan
protein)
4. Pemeriksaan Histologik corda spinalis dan batang otak untuk menentukkan
kerusakan yang terjadi pada sel neuron.

G. Pencegahan
Pencegahan poliomyelitis
1. Imunisasi pada usia balita yang terdiri dari 2 jenis vaksin yaitu OPV dan IPV.
Pemberian OPV dilakukan pada saat bayi berusia 6 minggu, 2 dosis selanjutnya
diberikan dengan interval minimal 4 minggu, pada daerah endemi pemberian
vaksin dapat dimulai saat bayi lahir.
2. Survailance accute flaccid paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai
lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk
memastikan karena polio atau bukan.
3. Melakukan mopping-up. Yakni, pemberian vaksinasi massal di daerah yang
ditemukan penderita polio terhadap anak usia di bawah lima tahun tanpa melihat
status imunisasi polio sebelumnya.
4. Menjauhi daeran endemi. (Pasaribu, 2005)
Virus yang ada pada penyakit polio ini mengakibatkan kelumpuhan pada kaki. Di
antara yang lumpuh ini 5-10% meninggal dunia ketika otot-otot pernafasannya
dilumpuhkan virus tersebut. Polio tidak dapat disembuhkan, namun bisa dicegah.
caranya dengan imunisasi, yaitu dengan pemberian vaksin yang aman dan efektif
dengan vaksin polio oral (OPV) yang diberikan berulang kali, vaksin ini akan
melindungi anak seumur hidup.
Dalam World Health Assembly tahun 1998 yang diikuti oleh sebagian besar negara
di penjuru dunia dibuat kesepakatan untuk melakukan Eradikasi Polio (Erapo) tahun
2000, artinya dunia bebas polio tahun 2000. Program Eropa pertama yang dilakukan
adalah
1. Melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan menyeluruh.
2. Pekan Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995, 1996, dan
1997.
3. Pemberian imunisasi polio yang sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian
diulang usia 1½ tahun, 5 tahun, dan usia 15 tahun.
4. Survailance Acute Flaccid Paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai
lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun harus diperiksa tinjanya untuk
memastikan karena polio atau bukan.
5. Melakukan Mopping Up, artinya pemberian vaksinasi massal di daerah yang
ditemukan penderita polio terhadap anak di bawah 5 tahun tanpa melihat status
imunisasi polio sebelumnya.

H. Jenis vaksin
1. Oral Polio Vaccine (OPV)
Pemberian OPV adalah dengan meneteskan vaksin ini ke dalam mulut
sipernerima vaksin, kemudian virus polio yang terkandung dalam vaksin ini
berkembang biak dan memperbanyak diri (replikasi) dalam saluran cerna kita dan
merangsang tubuh untuk memproduksi zat antibody untuk melawan virus polio
liar yang akan masuk dan menginfeksi tubuh kita.
2. Inactivated Polio Vaccine (IPV)
Pemberian vaksin IPV yaitu dengan menyuntikkan ke dalam otot intra muscular.
Tidak ada replikasi virus karena yang dipergunakan adalah virus polio yang telah
dimatikan dengan bahan kimia selama proses pembuatan vaksin berlangsung.

I. Pengobatan
Pengobatan pada penyakit polio sampai sekarang belum ditemukan cara atau
metode yang paling tepat. Sedangkan penggunaan vaksin yang ada hanya untuk
mencegah dan mengurangi rasa sakit pada penderita.
1. Viral Isolation : Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga
terkena penyakit polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal
adalah diagnostik yang jarang mendapatkan hasil yang akurat.Jika poliovirus
terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji
lebih lanjut menggunakan uji oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk
menentukan apakah virus polio tersebut bersifat ganas atau lemah.
2. Uji Serology : Dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika
pada darah ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut
terkena polio adalah benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan
dapat menjadi aktif pada saat pasien tersebut sakit.
3. Cerebrospinal Fluid ( CSF) : Di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat
peningkatan jumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel
limfositnya. Dan kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100 ml ( Paul, 2004 ).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat
mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen.
2. Jenis polio ada 3 yaitu Polio Non-Paralisis, Polio Paralisis Spinal, Polio Bulbar.
3. Gejala polio meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar,
nyeri pada kaki/tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan
merusakkan jaringan syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.
4. Pencegahan polio antara lain melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan
menyeluruh, Untuk mengurangi terjangkitnya virus polio pada manusia maka
dilakukan beberapa hal seperti, Vaksin polio dibagi menjadi dua yaitu inactivated
polio virus (IPV) yang diberikan secara suntikan dan attenuated polio virus (OPV)
yang diberikan tetesan dibawah lidah.
5. Pengobatan polio mencakup Viral Isolation, Uji Serology, Cerebrospinal Fluid
6. Mekanisme Penyebara Virus ditularkan infeksi droplet dari oral-faring (mulut dan
tenggorokan) atau tinja penderita infeksi

B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, kami menyadari masih terdapat
beberapa kekurangan dalam penulisan makalah ini, kami sebagai penyusun mengharap
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat manambah pengetahuan serta lebih bisa memahami pokok bahasan,
bagi para pembacanya dan khususnya bagi kami sebagai penyusun.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cruz APS. Latar Belakang Penyakit Polio. J Chem Inf Model. 2013;53(9):1689–99.
2. Fiantis D. 済無 No Title No Title No Title. Angew Chemie Int Ed 6(11), 951–952.
1967;5–24.
3. Kerja EPT. 済無 No Title No Title No Title. Angew Chemie Int Ed 6(11), 951–952.
1967;13(April):15–38.
4. Pontoh LM, Angliadi E. Rehabilitasi Medik Pada Poliomielitis. J Biomedik.
2015;7(2).
5. Rahmawati D. Validitas penapisan AFP. Fak Kesehat Masy Univ Indones. 2008;6–
25.
6. Serikat A, Serikat A, Apakah A, Apa B, Apa C, Bagaimana D, et al. A . Latar
Belakang Rumusan Masalah C . Tujuan Makalah. 2004;1–12.

Anda mungkin juga menyukai