Anda di halaman 1dari 16

NASKAH SOAL UJIAN AKHIR PERIODE ITAHUN AKADEMIK 2019/2020

Nama : Rischa Ekasari Septiyani


NRP : 194020026
Kelas : 19 AKA
Dosen Pengampu : Dr.Hj Liza Laila Nurwulan,SE.,Msi,Ak

1. Deskripsikanlah apa yang saudara ketahui tentang surat penugasan klien (client’s
engagement letter). Kemukakan sejak awal proses sampai terbentuknya surat
penugasan tersebut. Faktor-faktor apakah yang harus dipertimbangkan oleh seorang
auditor sebelum memutuskan untuk menerima atau menolak penugasan audit?. Jelaskan.
Jawab:
Surat penugasan juga dapat mencakup perjanjian untuk memberikan jasa-jasa lain
seperti SPT pajak atau konsultasi manajemen. Surat penugasan itu juga harus menyatakan
setiap pembatasan yang diberlakukan pada pekerjaan auditor, batas waktu penyelesaian
audit, bantuan yang akan diberikan oleh karyawan klien dalam mencari catatan dan
dokumen, serta skedul yang akan disiapkan auditor. Surat ini sering kali memuat perjanjian
tentang fee. Surat penugasan juga bertujuan menginformasikan klien bahwa auditor tidak
dapat menjamin semua tindakan kecurangan akan ditemukan.
Di dalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima/tidak, auditor
menempuh suatu proses yang terdiri dari 6 tahap, yaitu :
 Mengevaluasi Integritas Manajemen.
Audit atas laporan keuangan bertujuan untuk memberikan pendapat atas laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen. Untuk dapat menerima perikatan audit,
auditor berkepentingan untuk mengevaluasi integritas manajemen, agar auditor
mendapatkan keyakinan bahwa manajemen perusahaan klien dapat dipercaya,
sehingga laporan keuangan yang diaudit bebas dari salah saji material sebagai
akibat dari adanya integritas manajemen. Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh
auditor dalam mengevaluasi integritas manajemen adalah : Komunikasi dengan
auditor pendahulu, Meminta keterangan kepada pihak ketiga, Melakukan review
terhadap pengalaman auditor di masa lalu dalam berhubungan dengan klien yang
1
bersangkutan.
 Mengidentifikasi kondisi khusus dan resiko luar biasa. Berbagai faktor yang perlu
dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan resiko luar biasa yang
mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit dari calon klien dapat
diketahui dengan cara : Mengidentifikasi pemakai laporan audit, Mendapatkan
informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien dimasa depan,
Mengevaluasi kemungkinan dapat/tidaknya laporan keuangan calon klien diaudit
 Menentukan kompetensi auditor untuk melaksanakan audit. sebelum auditor
menerima suatu perikatan audit, ia harus mempertimbangkan apakah ia dan anggota
tim auditnya memiliki kompetensi memadai untuk meyelesaikan perikatantersebut,
sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh IAI.
 Evaluasi terhadap Independensi Auditor. Aturan Etika KAP mengatur tentang
independensi auditor dan stafnya sebagai berikut:
Standar umum yang kedua berbunyi sebagai berikut:“ Dalam semua hal yang

berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus

dipertahankan oleh auditor”. Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus


selalu mempertahankan sikap mental independen didalam memberikan jasa
profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang
ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen
dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).
 Penentuan kemampuan auditor dalam menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan seksama. Standar umum yang ketiga berbunyi sebagai berikut:“
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama ”.
 Pembuatan surat perikatan audit. Surat perikatan audit dibuat oleh auditor untuk
kliennya yang berfungsi untuk mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan
auditor atas penunjukkan oleh klien, tujuan dan lingkup audit, lingkup
tanggungjawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya, kesepakatan tentang
reproduksi laporan keuangan auditan, serta bentuk laporan yang akan diterbitkan
oleh auditor.

Kondisi yang dapat menyebabkan KAP menarik diri dari suatu audit :

2
 Kekhawatiran mengenai integritas manajemen atau penahanan bukti tang
tampak selama audit.
 Klien menolak untuk membenarkan salah saji material dalam laporan
keuangan.
 Klien tidak mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki
kecurangan atau tindakan melawan hukum yang ditemukan selama audit.

2. Identifikasikan dua jenis informasi yang terdapat dalam notulen rapat (meeting minutes)
dewan direksi klien yang kemungkinan besar relevan bagi auditor. Jelaskan mengapa
auditor perlu membaca notulen rapat pada awal masa penugasan?
Jawab:
Otorisasi yang biasanya dijumpai dalam notulen rapat adalah kompensasi bagi para
pejabat perusahaan, kontrak-kontrak dan persetujuan baru, pembelian properti,
pengambilan pinjaman, dan pembayaran dividen. Contoh informasi lain yang relevan
dengan audit meliputi pembicaraan tentang tuntutan hukum, penundaanpenerbitan saham,
atau merger potensial.
Auditor harus membaca notulen untuk mendapatkan otorisasi-otorisasi dan
informasi lainnya yang relevan untuk pelaksanaan audit. Informasi-informasi tersebut
harus dicantumkan dalam arsip audit dengan cara membuat ringkasan dari notulen atau
dengan membuat copy dan memberi garis bawah pada bagian-bagian penting. Sebelum
audit diakhiri, auditor harus menindaklanjuti informasi tersebut untuk memastikan
bahwa manajemen telah bertindak sesuai dengan keputusan pemegang saham dan dewan
komisaris. Sebagai contoh, otoritas tentang kompensasi pejabat perusahaan harus ditelusur
ke catatan gaji masing-masing pejabat untuk menguji apakah kompensasi yang dibayar
sesuai dengan keputusan dewan komisaris.

3
3. Pengendalian intern memiliki lima komponen pengendalian dalam kerangka kerja
pengendlian intern COSO. Kemukakan masing-masing komponen tersebut dan jelaskan
pendapat Alvin A. Arens bahwa terdapat satu komponen pengendalian intern yang
merupakan payung atas keempat komponen lainnya. Mengapa dipandang demikian?
Sebutkan komponen apa yang dimaksud berikut unsur-unsurnya.
Jawab:
Komponen-komponen pengendalian internal menurut COSO antara lain:

 A control environment (lingkungan pengendalian).


Merupakan tanggung jawab manajemen puncak untuk menyatakan dengan jelas
nilai-nilai integritas dan kegiatan tidak etis yang tidak dapat ditoleransi.
 Risk assessment (penaksiran resiko).
Perusahaan harus mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang
menciptakan resiko bisnis dan harus menentukan bagaimana caranya mengelola
resiko tersebut.
 Control activities (kegiatan pengendalian).
Untuk mengurangi terjadinya kecurangan, manajemen harus merancang
kebijakan dan prosedur untuk mengidentifikasi resiko tertentu yang dihadapi
perusahaan.
 Information and communication (informasi dan komunikasi).
Sistem pengendalian internal harus dikomunikasikan dan diinfokan kepada
seluruh karyawan perusahaan dari atas hingga bawah.
 Monitoring (pemantauan).
Sistem pengendalian internal harus dipantau secara berkala. Apabila terjadi
kekurangan yang signifikan, harus segera dilaporkan kepada manajemen puncak
and ke dewan komisaris.

Lingkungan kendali adalah payung untuk keempat komponen lainnya.tanpa suatu


lingkungan kendali yang efektif, keempat komponen lainnya tidak mungkin
menghasilkan pengendalian internal yang efektif, dengan mengabaikan mutu mereka.
Unsur-unsur lingkungan kendali antara lain: Integritas dan nilai-nilai etis, komiten pada
kompetensi, partisipasi dewan komisarin atau komite audit, filosofi dan gaya operasi
4
manajemen, struktur organisasi, kebijakan dan praktif sumber daya manusia .

4. Definisikan arti dari transaksi hubungan istimewa/pihak terkait (related party transaction).
Apakah tanggung jawab auditor atas para pihak terkait dan transaksi-transaksi yang
dilakukannya?
Jawab:
ISA yang menjadi acuan adalah ISA 550
Beberapa istilah yang digunakan, adalah: Arm’s length transaction, transaksi antara pihak-
pihak yg bebas tidak saling terkait satu dg lainnya (independen). Transaksi ini sesuai
dengan syarat & kondisi yg terbaik untuk masing-masing pihak.
Related Party, adalah:
a. Seseorang/entitas yang mengendalikan atau sangat berpengaruh secara langsung
atau tdk langsung melalui satu atau lebih perantara terhadap entitas pelapor;

b. Entitas yg dikendalikan/dipengaruhi secara langsung atau tdk langsung melalui satu


atau lebih perantara oleh entitas pelapor;
c. Entitas lain bersama entitas pelapor berada di bawah pengendalian bersama
melalui:
1. Pemilikan di bawah kendali bersama;
2. Pemilik terdiri atas keluarga/kerabat; atau
3. Anggota manajemen kunci yg sama.

ISA 550 memberikan petunjuk mengenai tanggung jawab auditor dan prosedur audit
mengenai pihak-pihak terkait dan transaksi antar pihak-pihak terkait. Ini akan dibahas
sesuai urutan ketiga tahap dalam proses audit.
Tahap 1 – Penilaian Resiko :
1) auditor wajib melaksanakan prosedur audit sesuai denga prosedur.
2) auditor wajib mempertimbangkan kerentanan laporan keuangan terhadap salah saji
3) auditor wajib menanyakan pada manajemen tertang identitas pihak-pihak terkait,
sifat hubungan antara entitas dan pihak-pihak terkait, dan apakah entitas melakukan
transaksi dengan pihak-pihak terkait.
4) auditor wajib menanyakan kepada manajemen dan pegawai lain dalam entitas , dan
melaksanakan prosedur penilaian resiko lain yang dipandang tepat dan memperoleh
5
pemahaman mengenai pengendalian.
5) selama audit, auditor wajib senantiasa waspada ketika menginspeksi catatan atau
dokumen mengenai pengaturan atau informasi lain.
6) Auditor wajib menanyakan tentang sifat transaksi dan apakah pihak-pihak terkait
terlibat
7) Auditor wajib membagi informasi yang relevan yang dierolehnya mengenai pihak-
pihak terkait entitas dengan anggota tim audit lainnya
8) Auditor wajib mengidentifikasi dan menilai resiko salah saji material terkait dengan
hubungan atau transaksi pihak-pihak terkait dan menetukan apakah masing-masing
resiko tersebut adalah resiko signifikan.
9) Jika auditor mengidentifikasi fantor kecurangan, auditor wajib mempertimbangkan
informasi tersebut ketika mengidentifikasi dan menilai resiko salah saji material
karena kecurangan sesuai dengan ISA 240
Tahap 2 – Menanggapi Resiko
1) Dugaan adanya kecurangan berkenaan dengan hubungan dan transaksi pihakterkait
2) Transaksi pihak terkait yang signifikan diluar jalur bisnis normal
3) Asersi manajemen
Tahap 3 – Pelaporan
1) Dokumen dan laporan
2) Representasi manajemen
3) Tentukan apakah laporan auditor harus dimodifikasi

5. Terdapat lima jenis pengujian (types of tests) oleh auditor untuk menentukan apakah
laporan keuangan disajikan secara wajar. Kemukakan masing-masing jenis tes tersebut dan
uraikan bagaimana kelima jenis test tersebut jika dilakukan secara bersamaan dapat
menghasilkan bukti tepat dan cukup menurut GAAS ?.
Jawab:

6
Terdapat lima jenis pengujian dasar yang digunakan dalam menentukan apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar. Jenis pengujian tersebut adalah sebagi berikut:
1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern
Tahap audit ini auditor harus memusatkan perhatian pada design dan operasional
aspek-aspek struktur pengendalan intern. Pengetahuan yang diperoleh adalah seluas
yang diperlukan agar dapat merencanakan audit dengan efektif.
Metodologi maupun prosedur yang digunakan dalam rangka memperoleh
pemahamanatas pengendalian intern telah dibahas dalam bab sebelumnya. Prosedur
audit yang berhubungan dengan pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern
adalah:
a. Pengendalian auditor pada periode sebelumnya terhadap satuan usaha
b. Tanya jawab dengan pegawai perusahaan
c. Pemeriksaan pedoman kebijakandalian pada tingn dan sistem
d. Pemeriksaan atas dokumen dan catatan
e. Pengamatan aaktifitas dan operasi satuan usaha.
2. Pengujian atas pengendalian (Test of Control)
Meliputi prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk menentukan aktivitas
kebijakan dan prosedur pengendalian yang diterapkan pada perusahaan klien.
Pengujian atas pengendalian dilakukan terhadap kebijakan dn prosedur pengendalian
yangdiharapkan dapat mencegah autau mendeteksi salah saji material dalam laporan
keuangan.Pemahaman struktur pengendalian intern yang diperoleh auditor digunakan
dalam penetapan sisiko atas pengendalian. Jika diyakini bahwa kebijakan dan prosedur
pengendalian itu dirancang dengan efektif, kemudian dijalankan dengan efisien maka
auditor dapat menetapkan risiko pengendalian pada tingkat yang mencerminkan
evaluasi tersebut, dapat pada tingkat rendah, sedang atau tinggi, yang didukung oleh
bahan bukti yang diperoleh.
Bila risiko pengendalian (control risk) ditrntukan dibaawah maksimum, auditor harus
melakukan pengujian atas pengendalian (test of control) untuk memperoleh bukti yang
mendukung risiko pengendalian tersebut. Prosedur untuk memperoleh bahan bukti tersebut
adalah pengujian atas pengendalian (test of control). Pengujian dan pengendalian(Test of
control) memfokuskan pada pertanyaan-pertanyaan:

7
 Bagaimana penerapan kebijakan prosedur pengendalian klien ?
 Apakah kebijakan dan prosedur diterapkan secara konsisten?
 Oleh siapa kebijakan dan prosedur diterapkan secara konsisten?
Dengan pengujian atas pengendalian (Test of control) tujuan akan menjadi lebih
khusus dan akan lebih ekstensif. Dua jenis bahan bukti yaitu tanya jawab dan pengendalian
intern, pengujian atas pengendalian akan meneruskan prosedur audit yang telah ada dalam
pemahaman pengendalian intern., atau sebagai tindak lanjut dari prosedur audit atas
pemahaman pengendalian intern.
Sifat Pengujian
Pengujian atas pengendalian diarahkan kepada efektivitas design dan operasi pengendalian
entitas, yang mencakup jenis bahan bukti:
a. Tanya jawab dengan pegawai (Inquiring)
Pertanyaan yang diajukan pada karyawan dilakukan berkaitan dengan evaluasi atas
kinerja tugas. Auditor dapat menentukan pengendalian akses atas aktiva, dokumen,
dan catatan akuntansi klien melalui pengajuan pertanyaan pada karyawan.
b. Pemeriksaan dokumen dan catatan (Inspecting)

Pengendalian yang meninggalkan jejak bukti dapat dilakukan prosedur audit melalui
inspeksi oleh audit. Auditor melakukan inspeksi terhadap dokumen, catatan, dan
laporan untuk memastikan bahwa dokumen, catatan, dan laporan tersebut lengkap,
dibandingkan dengan dokumen lain secara tepat., dan diotorisasi sebagaimana
mestinya.
c. Pengamatan aktivitas yang berhubungan dengan pengendalian (Observing)
Observasi dapat dilakukan auditor terutama pada pengendalian yang tidak
menghasilkan jejak bukti. Contohnya adalah pemisahan tugas yang membutuhkan
beberapa orang tertentu untuk melaksanakan suatu tugas.
d. Pelaksanaan ulang oleh auditor terhadap prosedur (Reperforming)
Beberapa kegiatan pengendalian yang meninggalkan jejak bukti berupa dokumen,
catatan, dan laporan tetapi isinya kurang mencukupi dalam menilai kegiatan
pengendalian tersebut dapat dilakukan reperforming. Prosedur reperforming
cenderung merupakan pengujian untuk menilai akurasi mekanis kegiatan
pengendalian.

8
3. Pengajuan substantive atas transaksi (substantive test)
Pengujian substantive meliputi prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk
mendeteksi monetary errors atau salah saji yang secara langsung berpengaruh terhadap
kewajaran saldo-saldo laporan keuangan.
Jenis pengujian substantive:
a. Pengujian atas transaksi
b. Prosedur analitis
c. Pengujian terinci atas saldo
Pengujian atas transaksi
Pengujian atas transaksi (substantive test of transaction) meliputi prosedur-prosedur
audit untuk menguji kecermatan pencatatan transaksi. Tujuan dilakukanyya pengujian atas
transaksi adalah untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah otorisasi dengan
pantas, dicatat, dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar
dan buku pembantu dengan benar.
Untuk menentukan apakah semua transaksi telah memenuhi tujuan audit untuk transaksi:
- Ekistence
- Completeness
- Accuracy
- Classification
- Timing
- Posting and summarizing
Jika auditor percaya bahwa transaksi percaya bahwa transaksi dicatat dengan benar dalam
jurnal dan diposting dengan benar, maka auditor akan percaya bahwa total buku besar
adalah benar.
Pengujian detail transaksi ini dilakukan untuk menentukan:
a. Ketetapan otorisasi transaksi akuntansi
b. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi dalam jurnal
c. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi dalam buku besar dan bukupembantu.
Metodologi Perancangan Program Audit untuk Pengujian Atas Transaksi. Program audit
pengujian atas transaksi, biasanya mencakup:

 Bagian penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh

9
mengenai struktur pengendalian intern.
 Gambaran prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas
struktur pengendalian intern
 Rencana tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan
Baik prosedur yang dijalankan maupun risiko pengendalian yang direncanakan akan
mempengaruhi program audit pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi:
a. Melaksanakan prosedur untuk memahami struktur pengendalian intern
b. Menetapkan risiko pengendalian
c. Mengevaluasi biaya dan manfaat dari pengujian substantif atas transaksi untuk
memenuhi tujuan audit berkait transaksi.
 Prosedur audit
 Besar sampel
 Pos/unsur yang dipilih
 Saat pelaksanaan
Prosedur audit pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian atas
pengendalian maupun pengujian substantive atas transaksi dan bercariasi tergantung
kepada rencana risiko pengendalian yang ditetapkan.
Jika pengendalian efektif dan risiko pengndalian yang idrencanakn rendah, penekanan akan
banyak diberikan kepada pengujian atas pengendalian. Beberapa pengujian substantif atas
transaksi juga akan ditekankan.
Jika risiko pengendalian ditetapkan 1, maka hanya pengujian substantive atas transaksi
yang akan digunakan. Prosedur yang juga dilakukan dalam memperoleh pemahaman
pengendalian intern akan mempengaruhi pengujian atas pengendalian dan pengujian
substantive atas transaksi.
Prosedur Audit yang dilakukan dalam pengujian detail transaksi:
 Tracing: pilih satu sampel sales invoice dan telusur ke sales journal.
 Vouching: pilih satu sampel transaksi yang dicatat dalam sales journal dan telusur
ke sales invoice.
 Reperforming: periksa kecermatan perkalian dan penjumlahan pada sales invoices.
 Inquiring: tanyakan kepada klien apakah ada transaksi-transaksi related parties.
10
Pada pengujian detail transaksi, auditor mengarahkan pengujiannya untuk memperoleh
temuan mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter. Auditor tidak
mengarahkan pengujian detail transaksi untuk memperoleh temuan tentang penyimpangan
kebijakan dan prosedur pengendalian. Pengujian ini pada umumnya lebih banyak menyita
waktu dibanding prosedur analitis, oleh karenanya pengujian ini lebih banyak
membutuhkan biaya daripada prosedur analitis.
4. Prosedur analitis
Prosedur analitis telah dibahas pada bab sebelumnya, mencakup perbandingan
jumlahyang dicatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis
yang sering dilakukan auditor adalah perhitungan rasio untuk membandingkan dengan
rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan.
Tujuan penggunaan prosedur analitis:
a. Memahami bidang usaha klien
b. Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup entitas

c. Indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan


d. Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci.
Digunakan dalam phase pengujian:
a. Sebagai pelengkap test of details.
b. Untuk memperoleh bukti mengenai asersi/tujuan audit tertentu.
Dalam situasi tertentu, prosedur analitis dipandang cukup efektif dan efisien, terutama
untuk akun-akun yang tidak material dan/atau bila risko deteksi tinggi.
Efektivitas dan efisiensi prosedur analitis dalam mendeteksi kemungkinan tejadi salah saji
material, tergantung pada faktor:
- Sifat asersi
- Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
- Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan
- Ketepatan harapan
Prosedur analitis dilakukan pada tiga tahap audit yang berbeda;
a. Tahap perencanaan untuk membantu auditir menentukan bahan bukti lain yang
diperlukan untuk memenuhi risiko audit yang di inginkan (diisyaratkan)
b. Selama pelaksanaan audit bersama-sama dengan pengujian atas transaki dan

11
pengujian terinci atas saldo (bebaas pilih)
c. Mendekati penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan akhir
(diisyaratkan)
5. Pengujian terinci atas saldo (test of details of balances)
Pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhir buku besar baik untuk
akunneraca maupun rugi laba, tetapi penekanan utama adalah pada neraca. Pengujian
detail saldo akun yang direncanakan harus cukup memadai untuk memenuhi setiap
tujuan spesifik audit dengan memuaskan. Metodologo perancangan pengujian detail
saldo ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
a. Menetapkan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan
risiko bawaan suatu akun
Setelah estimasi awal mengenai materialitas untuk audit secara keseluruhan dan
mengalokasikan totalnya ke saldo akun telah diputuskan oleh auditor, salah saji yang
dapat ditoleransi ditentukan untuk masing-masing saldo yang signifikan. Salah saji
yang ditoleransi makin rendah akan menyebabkan pengujian terinci atas saldo makin
besar.
Risiko audit yang dapat diterima biasanya diputuskan untuk audit secara
keseluruhan, daripada berdasarkan siklus. Pengecualian adalah kalau auditor yakin
bahwa yakni bahwa salah saji pada perkiraan tertentu seperti piutang lebih
berpengaruh negative terhadap pemakai daripada salah saji yang sama dalam
perkitraan lain.
Risiko bawaan ditetapkan dengan mengidentifikasi semua aspek histories,
lingkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan besar terjadi salah
saji dalam laporan keuangan tahun berjalan.
b. Menetapkan risiko pengendalian untuk suatu siklus akuntansi
Pengendalian yang efektif akan mengurangi risiko pengendalian dan dengan
demikian mengurangi bahan bukti yang diperlukan untuk pengujian substantif atas
transaksi dan pengujian teinci atas saldo. Pengendalian yang tidak memadai
meningkatkan bahan bukti substantif yang dibutuhkan. Merancang pengujian
pengendalian, transaksi dan prosedur analitis untuk suatusiklus akuntansi
Pengujian dirancang dengan ekdpektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh. Hasil

12
yang diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.
c. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit
Pengujian terinci atas saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, besar
sampel, pos/unsur yang dipilih dan saat pengujian.

6. Kertas Kerja Audit (Audit working Paper) harus diarsipkan ke dalam berkas tahun berjalan
dan berkas permanen (permanent fies) dan disimpan serta dijaga kerahasiaannya. Siapakah
yang berhak memiliki arsip audit? Pada situasi atau keadaan bagaimanakah arsip audit bisa
digunakan oleh orang lain?
Jawab:
Kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi
auditor. Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk
pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan
Publik yang berlaku, untuk menghindari penggunaan hal-hal yang bersifat rahasia oleh
auditor untuk tujuan yang tidak semestinya. Hampir semua informasi yang diperoleh audit
dicatat dalam kertas kerja, maka bagi auditor, kertas kerja merupakan hal yang bersifat
rahasia.
SA Seksi paragraf 08 mengatur bahwa auditor harus menerapkan prosedur memadai
untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya sekurang-kurangnya 10
tahun, sehingga dapat memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku mengenai penyimpanan dokumen. Karena sifat kerahasiaan yang melekat pada
kertas kerja, auditor harus menjaga kertas kerja dengan cara mencegah terungkapnya
informasi yang tercantum dalam kertas kerja kepada pihak-pihak yang tidak diinginkan.
Misalnya, klien memberitahukan kepada auditor untuk merahasiakan informasi mengenai
gaji direksi, manajer, dan aspek lain usaha perusahaan, maka auditor tidak boleh melanggar
pesan klien tersebut dengan mengungkapkan informasi tersebut kepada karyawan klien
yang tidak berhak untuk mengetahuinya.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan dengan
kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut:
“Anggota Kompartemen Akuntan Publik tidak diperkenankan mengungkapkan
informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien.”

13
Seorang auditor tidak dapat memberikan informasi kepada pihak bukan klien kecuali
jika klien mengizinkannya. Meskipun kertas kerja dibuat dan dikumpulkan auditor dalam
daerah wewenang klien, dari catatan-catatan klien, serta atas biaya klien, hak pemilikan
atas kertas kerja tersebut sepenuhnya berada di tangan akuntan publik, bukan milik klien
atau milik pribadi auditor. Karena kertas kerja tidak hanya berisi informasi yang diperoleh
auditor dari catatan klien saja, tetapi berisi pula program audit yang akan dilakukan oleh
auditor, maka tidak semua informasi yang tercantum dalam kertas kerja dapat diketahui
oleh klien.
Auditor biasanya menyelenggarakan dua macam arip kertas kerja untuk setiap
kliennya, yaitu:

 Arsip kini (current file), yaitu arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai
dilakukan.

 Arsip permanen (permanent file), yaitu untuk data yang secara relatif tidak mengalami
perubahan.

7. Terdapat 4 phase dalam melaksanakan audit lapoaran keuangan. Phase keempat dari proses
audit adalah Menyelesaikan Audit dan Mengeluarkan Laporan Audit. Kemukakan apa
yang saudara ketahui mengenai phase audit ini.
Jawab: (Dibuku Hal 501-505)
 Fase I: Merencanakan dan Merancang Sebuah Pendekatan Audit
Auditor menggunakan informasi yang didapatkan dari prosedur penilaian risiko
terkait denganpenerimaan klien dan perencanaan awal, memahami bisnis dan industry
klien, menilai risiko bisnis klien, dan melakukan prosedur analitis pendahuluan.
Auditor menggunakan penilaian materialitas, risiko audit yang dapat diterima, risiko
bawaan, risiko pengendalian, dan setiap risiko kecurangan yang teridentifikasi untuk
mengembangkan keseluruhan perencanaan audit.Diakhir fase I, auditor harus memiliki
suatu rencana audit dan program audit spesifik yang sangat jelas untuk audit secara
keseluruhan.
 Fase II : Melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive
transaksiTujuan dari fase ini adalah untuk:
1) Mendapatkan bukti yang mendukung pengendalian tertentu yang berkontribusi
14
terhadap penilaian risiko pengendalian yang dilakukan oleh auditor untuk audit atas
laporan keuangan dan untuk audit pengendalian internal atas laporan keuangan
dalam suatu perusahaan publik.
2) Mendapatkan bukti yang mendukung ketepatan moneter dalam transaksi-transaksi.
Setelah melakukan pengujian pengendalian maka selanjutnya melakukan pengujian
terperincitransaksi. Seringkali kedua jenis pengujian ini dilakukan secara simultan
untuk satu transaksi yang sama. Hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi merupakan penentu utama dari keluasan pengujian terperinci
saldo.
 Fase III : Melakukan prosedur analitis dan pengujian terperinci saldo
Tujuan dari fase ini adalah untuk mendapatkan bukti tambahan yang memadai untuk
menentukan apakah saldo akhir dan catatan-catatan kaki dalam laporan keuangan telah
disajikan secara wajar. Dua kategori umum dalam prosedur di fase III adalah:
1) Prosedur analitis substantif yang menilai keseluruhan kewajaran transaksi-
transaksi dan saldo-saldo akun.
2) Pengujian terperinci saldo, yang mana prosedur audit digunakan untuk menguji
salahsaji moneter dalam saldo-saldo akun laporan keuangan.
 Fase IV : Menyelesaikan audit dan menerbitkan suatu laporan
auditSelama fase ini seorang auditor melakukan:
1) Pengujian tambahan untuk tujuan penyajian dan pengungkapan.
Selama fase terakhir ini auditor melakukan prosedur audit terkait dengan
liabilitas kontejensi dan kejadian-kejadian setelah tanggal neraca. Peristiwa setelah
tanggal neraca menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi setelah tangga
neraca, namun sebelum penerbitan laporan keuangan dalam laporan audit yang
berpengaruh terhadap laporan keuangan.
2) Pengumpulan bukti akhir
Auditor harus mendapatkan bukti berikut untuk laporan secara keseluruhan selama
fase penyelesaian:

o Melakukan prosedur analitis akhir

o Mengevaluasi asumsi keberlangsungan usaha

o Mendapatkan surat representasi klien


15
3) Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk meyakinkan bahwa informasi
yangdisajikan konsisten dengan laporan keuangan Menerbitkan laporan audit
Jenis laporan audit yang diterbitkan bergantung pada bukti yang dikumpulkan dan
temuan-temuan auditnya.
4) Kommunikasi dengan komite audit dan manajemen
Auditor diharuskan untuk mengkomunikasikan setiap kekurangan dalam
pengendalian internal yang signifikan pada komite audit atau manajemen senior.
Meskipun tidak diharuskan, auditor seringkali memberikan saran pada manajemen
untuk meningkatkan kinerja bisnis mereka.

16

Anda mungkin juga menyukai