Anda di halaman 1dari 6

AKREDITASI DAN STANDARISASI

ISO/IEC 17020 : 2012

Disusun Oleh :

Andini Wina Lestari

54183212280

TPH-B

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN


POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
JAKARTA
2020
ISO/IEC 17020 : 2012 tentang Penilaian Kesesuaian – Persyaratan untuk
Pengoperasian Berbagai Lembaga Inspeksi
1. RUANG LINGKUP

Isi:
 Persyaratan kompetensi lembaga inspeksi
 Ketidakberpihakan dan konsistensi
Berlaku untuk:
 Lembaga inspeksi tipe A, B atau C
 Setiap tahapan inspeksi
2. ACUAN NORMATIF
ISO/IEC 17000, Conformity assessment — Vocabulary and general principles
3. ISTILAH DAN DEFINISI
 Inspeksi: Pemeriksaan produk, proses, jasa, atau instalasi atau masing-masing
desainnya serta penentuan kesesuaiannya dengan persyaratan spesifik atau
persyaratan umum berbasis pembuktian secara profesional.
 Produk: Hasil dari suatu proses
 Proses: Rangkaian kegiatan yang saling terkait atau saling berintegrasi yang
mengubah masukan menjadi keluaran.
 Jasa: Hasil dari satu atau lebih kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan
kesepakatan hubungan pemasok dan pelanggan yang sulit diukur.
 Lembaga inspeksi: lembaga yang melakukan kegiatan inspeksi
 Sistem inspeksi: Aturan, prosedur, dan manajemen untuk melaksanakan inspeksi.
 Skema inspeksi: Sistem inspeksi yang diterapkan berdasarkan syarat tertentu,
aturan spesifik dan prosedur
 Ketidakberpihakan: Adanya objektivitas.
 Banding: Permahanan oleh personel atau organisasi selaku pemilik barang yang
diinspeksi ditujukan kepada lembaga inspeksi agar meninjau kembali keputusan
hasil inspeksi yang telah ditetapkan atas barang yang diinpeksi tersebut.
 Keluhan: Pernyataan ketidakpuasan, selain banding, oleh setiap personel atau
organisasi kepada suatu lembaga inspeksi, berkaitan dengan kegiatan lembaga
inspeksi dimaksud, yang diharapkan untuk ditanggapi.
4. PERSYARATAN UMUM
a) Ketidakberpihakan dan Kemandirian
Kegiatan inspeksi harus dilakukan tidak memihak, bertanggung jawab pada
ketidakberpihakan dan bebas dari tekanan, mengidentifikasi risiko‐risiko terhadap
ketidakberpihakan, menghilangkan atau meminimalkan risiko, komitmen
manajemen puncak pada ketidakberpihakan, lembaga inspeksi harus independen.
b) Kerahasiaan
Bila lembaga inspeksi diwajibkan oleh hukum atau diberi wewenang melalui
kontrak untuk membuka informasi rahasia, klien harus diberitahu tentang
informasi yang diberikan. Informasi mengenai klien yang diperoleh dari
sumber selain klien (misalnya pengadu, regulator) harus diperlakukan sebagai
rahasia.

5. PERSYARATAN STRUKTURAL
 Persyaratan Administrasi
a) Harus berbadan hukum, atau menjadi bagian dari suatu badan hukum,
bertanggung jawab atas semua kegiatan inspeksi
b) Harus dapat diidentifikasi jika lembaga inspeksi menjadi bagian dari suatu
badan hukum yang terlibat dalam kegiatan selain inspeksi
c) Harus mempunyai dokumentasi yang menggambarkan kegiatan yang menjadi
kompetensi lembaga inspeksi
d) Harus mempunyai ketentuan yang memadai (misalnya asuransi atau cadangan)
untuk menanggung tanggung-gugat yang timbul dari kegiatan operasionalnya
e) Harus mempunyai dokumentasi yang menjelaskan kondisi kontraktual jasa inspeksi,
kecuali lembaga inspeksi menyediakan jasa inspeksi kepada badan hukum dimana
lembaga inspeksi berada.
 Organisasi dan Manajemen
a) Harus disusun dan dikelola sedemikian sehingga dapat menjaga
ketidakberpihakan
b) Harus diorganisasikan dan dikelola sedemikian sehingga lembaga inspeksi
dapat memelihara kemampuannya untuk melakukan kegiatan inspeksi
c) Harus menetapkan dan mendokumentasikan tanggung jawab dan struktur
pelaporan dalam organisasi
d) Harus menetapkan hubungan antara kegitan inspeksi dan kegiatan selain
inspeksi, bila lembaga inspeksi menjadi bagian dari suatu badan hukum yang
melakukan kegiatan selain inspeksi.
e) Harus memiliki uraian tugas (job desk) atau dokumentasi lainnya dari setiap
kategori posisi dalam organisasi yang terlibat dalam kegiatan inspeksi.
6. PERSYARATAN SUMBER DAYA
 Personel : harus menetapkan dan mendokumentasikan persyaratan kompetensi
untuk semua personil yang terlibat dalam kegiatan inspeksi. Personel yang
bertanggung jawab untuk inspeksi. Personel yang paham dengan metode dan
prosedur inspeksi harus memantau semua inspektur dan personel lainnya yang
terlibat dalam kegiatan inspeksi untuk kinerja yang memuaskan. Semua personil
lembaga inspeksi (termasuk subkontraktor, personil badan eksternal, dan
individu yang bertindak atas nama lembaga inspeksi) harus menjaga kerahasiaan
semua informasi yang diperoleh atau dibuat selama pelaksanaan kegiatan
inspeksi, kecuali dipersyaratkan oleh hukum.
 Fasilitas dan Peralatan: harus menyediakan fasilitas dan peralatan yang sesuai
dan memadai untuk semua kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
inspeksi yang dilakukan dengan cara yang kompeten dan aman. harus
mengkalibrasi peralatan pengukuran yang memiliki pengaruh signifikan terhadap
hasil inspeksi sebelum digunakan untuk inspeksi. Kalibrasi peralatan berikutnya
dilakukan sesuai dengan program kalibrasi yang ditetapkan. harus mempunyai
prosedur terdokumentasi untuk penanganan peralatan yang rusak.
 Subkontrak: Lembaga inspeksi biasanya harus melakukan inspeksi sendiri,
berdasar kontrak. Bila lembaga inspeksi mensubkontrakkan bagian manapun
dari inspeksi, lembaga inspeksi harus menjamin dan mampu menunjukkan
bahwa subkontraktor tersebut kompeten untuk melakukan kegiatan yang
dikontrakkan.
7. PERSYARATAN PROSES
 Metode dan prosedur inspeksi: harus menggunakan metode dan
prosedur inspeksi yang ditetapkan dalam persyaratan, harus menginformasikan
kepada klien jika metode inspeksi yang diusulkan oleh klien dianggap tidak tepat
serta harus mempunyai sistem kontrak atau perintah perintah kerja.
 Penanganan barang dan sampel inspeksi : harus memastikan item dan
sampel yang diinspeksi diidentifikasi secara unik, harus menetapkan apakah
barang yang akan diperiksa atau diinspeksi perlu pernyiapan. Setiap
abnormalitas (yang diberitahukan kepada atau diketahui oleh inspektor)
harus direkam, harus mempunyai prosedur terdokumentasi dan fasilitas yang
memadai untuk menghindari diteriorasi selama item berada di bawah tanggung
jawabnya.
 Rekaman inspeksi : harus memelihara sistem rekaman untuk
menunjukkan pemenuhan secara efektif prosedur inspeksi dan memungkinkan
evaluasi terhadap inspeksi. Laporan inspeksi atau sertifikat harus dapat
tertelusur kepada inspektur yang melakukan inspeksi.
 Laporan inspeksi dan sertifikat inspeksi : pekerjaan yang dilakukan oleh
lembaga inspeksi harus dicakup oleh laporan inspeksi atau sertifikat inspeksi
yang mampu telusur. Lembaga inspeksi dapat menerbitkan sertifikat inspeksi
yang tidak memuat hasil inspeksi, hanya jika laporan inspeksi yang memuat
hasil inspeksi dan sertifikat inspeksi dapat saling tertelusur. Semua informasi
dalam laporan/sertifikat inspeksi harus dilaporkan dengan benar, akurat, dan
jelas. Bila laporan inspeksi atau sertifikat inspeksi memuat hasil yang
dipasok oleh subkontraktor, hasil tersebut harus diidentifikasi secara jelas.
Koreksi atau penambahan pada laporan inspeksi atau sertifikat inspeksi
setelah penerbitan harus direkam. Laporan atau sertifikat yang diamandemen
harus mencantumkan laporan atau sertifikat yang digantikan.
 Keluhan dan banding : harus memiliki proses terdokumentasi untuk
menerima, mengevaluasi dan membuat keputusan tentang keluhan dan banding.
Uraian proses penanganan keluhan dan banding harus tersedia untuk setiap
pihak yang berkepentingan jika diminta. Setelah menerima keluhan, harus
memastikan bahwa keluhan tersebut berhubungan dengan kegiatan inspeksi
yang menjadi tanggungnya dan, bila benar, harus menanganinya. Harus
bertanggung jawab atas semua keputusan di semua tingkat proses penanganan
keluhan dan banding. Penyelidikan dan keputusan banding harus tidak
diskriminatif.
 Prosedur keluhan dan banding :
 Proses penanganan keluhan dan banding harus mencakup: deskripsi proses untuk
menerima, memvalidasi, menginvestigasi, dan memutuskan tindak lanjut
 Penelusuran dan perekaman, tindakan untuk mengatasi; memastikan bahwa
tindak lanjut tepat telah dilakukan, dengan ketentuan:
a) Keputusan yang akan disampaikan kepada pengeluh atau pemohon banding
harus dibuat atau dikaji dan disetujui oleh individu yang tidak terlibat dalam
kegiatan inspeksi yang dikeluhkan atau dibanding
b) Jika memungkinkan, lembaga inspeksi harus menyampaikan pemberitahuan
secara resmi pada akhir proses penanganan pengaduan dan banding.
8. PERSYARATAN SISTEM MANAJEMEN
 Pilihan : bisa sesuai iso 17020 atau Lembaga inspeksi yang telah menetapkan
dan memelihara sistem manajemen sesuai dengan persyaratan ISO 9001.
 Dokumentasi Sistem Manajemen : manajemen puncak harus
(menetapkan, mendokumentasikan, memelihara kebijakan dan tujuan untuk
pemenuhan standar), harus memberikan bukti komitmen dan evektifitasnya.
Semua personel yang terlibat dalam kegiatan inspeksi harus memiliki akses
kebagian dari dokumentasi sistem manajemen, informasi terkait, yang sesuai
dengan tanggung jawab mereka.
 Pengendalian Dokumen : harus menetapkan prosedur untuk
mengendalikan dokumen (internal dan eksternal) yang berhubungan dengan
pemenuhan standar ini.
 Pengendalian Rekaman : harus menetapkan masa simpan rekaman yang
konsisten dengan kewajiban kontraktual dan hukum. Akses ke rekaman tersebut
harus konsisten dengan pengaturan kerahasiaan.
 Tinjauan Manajemen : manajemen puncak lembaga inspeksi harus
menetapkan prosedur untuk meninjau sistem manajemen pada selang waktu
yang direncanakan. Tinjauan ini harus dilakukan paling tidak setahun sekali.
Sebagai alternatif, tinjauan dibagi ke dalam segmen‐segmen yang harus
diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan dan rekaman tinjauan harus dipelihara.
 Audit Internal : harus menetapkan prosedur untuk audit internal. Program
audit harus direncanakan, mempertimbangkan pentingnya proses dan bidang
yang diaudit serta hasil audit sebelumnya. Harus melaksanakan audit internal
berkala terencana dan sistematis. Audit internal harus dilakukan setidaknya sekali
setiap 12 bulan. Frekuensi audit internal dapat diatur, efektivitas dan stabilitas
sistem manajemen.
 Tindakan Korektif : harus menetapkan prosedur identifikasi dan
pengelolaan ketidaksesuaian dalam operasinya. Jika diperlukan, harus
mengambil tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian. Tindakan
perbaikan harus sesuai dengan dampak dari masalah yang dihadapi.
 Tindakan Pencegahan : harus menetapkan prosedur tindakan pencegahan
untuk menghilangkan penyebab potensi ketidaksesuaian. Tindakan pencegahan
yang diambil harus sesuai dengan dampak potensi masalah.

Anda mungkin juga menyukai