Anda di halaman 1dari 9

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII ISBN 978-602-14020-5-4

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

DESAIN RUANG PEMINDANGAN IKAN YANG HIGIENIS


DI DESA WONOSARI KABUPATEN DEMAK

Baju Arie Wibawa1, Kurnia Widiastuti2, Velma Nindita3, Ratri Septina S4 dan Ikhwanudin5
email: baju.ariwibawa@gmail.com, widya_unlam@yahoo.co.id
Universitas PGRI Semarang

Abstrak

Desa Wonosari Kec. Bonang, Kab. Demak merupakan desa yang memiliki industri pengolahan ikan yang sangat besar,
terutama yang berupa pemindangan dan pengasapan ikan. Proses pemindangan berbagai jenis ikan dilakukan dengan
cara tradisional atau sederhana. Saat ini terdapat sekitar 40 pengelola dengan kasitas sampai 1 ton per hari. Pengolahan
ikan pindang saai ini dilakukan di tengah lingkungan permukiman sebagai suatu home industri sehingga mengakibatkan
permasalahan pada higienitas hasil olahan, adanya pencemaran lingkungan, serta bercampurnya kegiatan rumah tangga
dengan usaha yang saling menggangu. Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi permasalahan, identifikasi pelaku dan
kegiatan, analisis kebutuhan ruang dan membuat rancangan model ruang atau bangunan pemindangan ikan ikan.
Penelitian ini merupakan penelitian aplikatif dengan pendekatan kualitatif. Data pengukuran dan perekamanan visual
yang diambil secara primer, selanjutnya dianalisis dari beberapa aspek arsitekturalnya (pengguna, kegiatan, kebutuhan,
hubungan, dan konsep) untuk selanjutnya dibuat rancangan model bangunannya. Hasil dari penelitian ini adalah konsep
rancangan dan model bangunan pemindangan ikan. Denah ruang pemindangan harus dipisahkan antara ruang bersih
(kering) dengan ruang kotor (basah) sehingga kedua aktivitas yang memiliki fungsi dan sifat yang sangat berbeda dari
segi higienitas dan kelembabannya dapat dipisahkan dan tidak saling mengganggu. Pengelompokan ruang pemindangan
dalam suatu sentra bersama akan memberikan kemudahan dalam pengendalian dampak lingkungan melalui pembuatan
pengolah limbah sederhana individu atau IPAL bersama. Terkait dengan konsep bangunan sentra ini, maka desain
rancangan denah tipikal yang diberikan harus dapat digabungkan menjadi unit-unit bangunan dengan variasi jumlah
unit pemindangan sesuai kebutuhan tapak untuk dapat diterapkan dalam suatu sentra pemindangan ikan.

Kata Kunci: Pemindangan, ikan, pengolahan ikan, prototype, sentra

Abstract

Wonosari in the Districts of Bonang, Demak is a village with the biggest fish processing industry, especially for boiled
& salted fish and smoked fish. The process of boiling and salting (Tongkol, Banyar, Salem, etc.) is done traditionally.
At this moment, there are around 40 sellers with the capacity of about 10 tons of fish production a day. Boiled & salted
fish processing is now done in the middle of a crowded settlement area (home industry) which causes issues in the
hygiene of the products, environmental pollution, also the disturbance in the dwelling activities. In this research, we
aim to make an issue identification, perpetrators and activities identification, space requirement analysis, and also
making a space planning model of this fish production industry. The fish production is based on an applicative way
with a qualitative approach. The visual data analysis that will be done primarily, then will be analyzed in an
architectural way that includes human resources, activities, needs, communication, and concept. And next, we will
create the model planning of the building. The result of this research is the concept and model design. The floor plan of
the fish production building has to be separated, for the clean (dry) room and the dirty (wet) room. So both rooms’
activities which have different equipment and production results can be functionalized optimally. The separation of the
boiling and the salting room in this industry will give advantages in controlling the impacts and consequences by
creating the conjoined WWT (Wasted Water Treatment) in the individual or communal building. Regarding the concept
of this building, the typical floor plan has to be joined into building units with suitable variations so they could be
applied in a center for fish production.

Keywords: boild and salted, fish, prototype

241
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII ISBN 978-602-14020-5-4
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

PENDAHULUAN lingkungan permukiman dapat dilihat pada


gambar-gambar berikut:
Salah satu wilayah di Kabupaten Demak Kondisi pemindangan ikan di tengah
yang memiliki usaha pengolahan pemindangan lingkungan permukiman
ikan terletak di Desa Wonosari, Kecamatan
Bonang. Berbagai jenis ikan seperti salem,
tongkol, banyar dan jenis ikan lainnya dapat
dipindang oleh warga Wonosari secara mandiri
atau masih dilakukan secara tradisional dan
sederhana. Dalam sehari, para pengrajin
pengolahan pindang ini dapat menghasilkan
sekitar 2 (dua) kwintal hingga 1 (satu) ton ikan
pindang yang siap untuk dipasarkan. Jumlah
usaha pemindangan di Desa Wonosari ini sekitar
40 pengrajin, yang merupakan generasi penerus
dari pengolahan ikan yang telah berkembang
sebelumnya.
Kondisi saat ini, di desa ini telah ada Dengan gambaran tersebut, maka terdapat
relokasi usaha pengasapan ikan dalam satu beberapa permasalahan yang dapat ditemukan di
kawasan terpadu yang terletak di luar lapangan adalah:
permukiman, sehingga dapat meningkatkan 1) Terdapat sekitar 40 pemindang ikan yang
produksinya serta mengurangi dampaknya dari masih melakukan kegiatan usaha
lingkungan. Langkah ini juga perlu dilakukan pemindangan ikan di dalam lingkungan
untuk relokasi usaha pemindangan ikan agar dapat permukiman, sehingga mengakibatkan
meningkatkan produk dan kualitasnya tanpa pencemaran lingkungan.
mencemari lingkungannya. 2) Pengelolaan dan pengolahan ikan pindang
Permasalahan yang muncul dari usaha yang dilakukan dari dalam lingkungan
pemindangan ikan ini adalah lokasi pemindangan permukiman saat ini belum dapat memenuhi
yang saat ini masih menjadi satu dengan hunian persyaratan higienitas yang baik, karena
rumah tinggal di permukiman yang memiliki proses pembersihan dan pencucian masih
kepadatan cukup tinggi. Selain itu belum adanya dilakukan di atas tanah, adanya lalat,
sistem pengelolaan air limbah bekas bercampurnya aktivitas bersih-kotor dan lain
pembersihan/pencucian ikan sebelum di pindang, sebaginya.
dikhawatirkan dapat mencemari tanah dan air 3) Kebutuhan dan tuntutan relokasi pengasap
lingkungan setempat. Di sisi lain, keberadaan ikan yang masih berada di lingkungan
kegiatan pemindangan ikan di desa ini memiliki permukiman ke luar permukiman.
potensi ekonomi yang cukup besar, meskipun 4) Perlunya suatu prototipe bentuk bangunan
pemasaran pengolahan pindang ini masih terbatas. pemindangan ikan yang higienis dan ramah
Melihat potensi tersebut, usaha yang dapat terhadap lingkungan.
dilakukan dalam mendorong peningkatan Berbagai permasalahan tersebut diharapkan
ekonomi adalah dengan meningkatkan mutu hasil dapat diidentifikasi secara tepat dan dapat
produksi, sarana dan prasarana penunjang proses dianalisis permasalahannya sehingga dapat
produksi guna mengembangkan potensi secara memperoleh solusi dan masukan bagi
maksimal. Dengan demikian, diperlukan suatu perencanaan bangunan/ruang pemindangan ikan
rancangan ruang atau wadah yang efektif dan yang baru.
higienins yang dapat menampung seluruh
kegiatan pemindangan ikan secara efektif dan METODE
efisien. Dengan upaya ini, diharapkan aktivitas
proses produksi dari kegiatan pemindangan ikan Penelitian perancangan bangunan
di Desa Wonosari dapat meningkatkan pemindangan ikan ini termasuk dalam penelitian
aplikatif dengan metodologi kualitatif, di mana
perekonomian dan pendapatan warga, serta
mendukung perbaikan kondisi lingkungan dan peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisa aktivitas yang ada pada bangunan
kesehatan bagi masyarakat setempat.
Kondisi kegiatan pemindangan ikan yang pemindangan dari aspek fungsi, aktivitas,
ada di Desa Wonosari baik yang masih berada di
242
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII ISBN 978-602-14020-5-4
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

sirkulasi, higienitas serta dampak terhadap Dalam pemindangan, dandang yang


lingkungan. digunakan adalah dandang yang berdiameter 30
Proses dan tahapan pelaksanaan untuk hingga 50 cm, sehingga dapat memuat sekitar 20-
kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut: 30 ikat besek yang berisi ikan atau dapat juga
1) Survey pengukuran untuk pendataan dan memuat sebanyak 2-3 rantang yang masing-
pengukuran kondisi pemindangan ikan yang masing rantang berisi 10-12 ikan. Istilah rantang
ada saat ini, termasuk kondisi sanitasi, air dan besek adalah alat berupa ayaman bambu yang
bersih dan lain-lain. digunakan untuk meletakkan ikan yaang akan
2) Melakukan survey dimensi ruang-ruang dipindang. Dalam proses pemindangan ikan, ikan
untuk proses pemindangan dan dokumentasi yang akan dipindang tidak perlu dibersihkan
visual. bagian dalam perut ikannya, agar tidak daging
3) Kompilasi data yang telah dikumpulkan ikan tidak hancur pada saat dipindang nanti.
menurut kebutuhan analisis penelitian dan Namun beberapa pengusaha ada yang membuang
perancangan. isi perut ikan terlebih dahulu, untuk meningkatkan
4) Analisis permasalahan dan potensi dari aspek kualitas produksi olahan ikan pindangnya.
penggunaan ruang dan lingkungan yang ada. Setelah dicuci, selanjutnya ikan di beri garam
5) Menetapkan konsep-konsep perancangan dengan cara dilumurkan ke badan ikan, dimana
sebagai dasar perancangan bangunan garam ini berfungsi sebagai pengawet alami yang
pemindangan. dapat memperbaiki cita rasa pada ikan. Setelah
6) Melakukan proses proses perancangan untuk ikan dilumuri oleh garam, selanjutnya ikan ditata
memecahkan berbagai permasalahan dan di rantang atau besek dengan penataan yang rapi.
potensi yang dihadapi. Selanjutnya besek atau rantang yang telah berisi
ikan tadi dimasukkan kedalam dandang, dan siap
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk di masak atau dipindang.
Proses Pengolahan Pindang Ikan Eksisting
Pemindangan merupakan hasil olahan ikan Gambar 1:
dengan cara mengkombinasikan antara perebusan Proses Pengolahan Ikan Pindang
dan penggaraman ikan. Dalam proses
pemindangan ikan di Desa Wonosalam masih
Gambar 2:
menggunakan alat yang sederhana dan tradisional.

Bahan bakar yang digunakan untuk pemindangan


adalah kayu bakar, namun tidak sedikit pengusaha
yang sudah menggunakan kompor gas dengan
bahan bakar LPG.
243
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII ISBN 978-602-14020-5-4
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

Alat untuk Memindang Ikan dikhawatirkan adanya kontaminasi kuman


yang melekat pada ikan yang akan dipindang.
3. Proses pengolahan ikan pindang dilakukan di
rumah masing-masing pengusaha, dengan
peralatan yang seadanya.
4. Permasalahan pada kendala dalam
pemindahan ke lahan baru sebagai sentra
terkait kesadaran para para pemindang.
5. Pada dasarnya, sebagian besar pengusaha
Dalam proses pemindangan terdapat sisa pemindangan ikan ini merasa tidak keberatan
hasil pemindangan berupa petis pindang yang dengan pemindahan tempat produksi ikan
juga memiliki nilai jual yang cukup menjanjikan. yang akan di bangun oleh Pemerintah Daerah
Rasa petis pndang ini terbilang sangat asin bila Kabupaten Demak. Hal ini dikarenakan telah
dibandingkan dengan petis udang. Produk ini adanya pemingahan pada sentra produksi ikan
dapat digunakan oleh para pengudaha ikan asap yang telah dilakukan sebelumnya.
pindang sebagai produksi sampingan untuk Namun, ada pula yang menolak karena
menambah keuntungan dalam proses sebagian dari para pengusaha adalah ibu
pemindangan. Petis pindang yang berkualitas rumah tangga yang tetap memiliki pekerjaan
adalah petis yang kental, sedangkan untuk petis mengurus rumah, sehingga jika dipindahkan
pindang yang encer, nantinya akan dibeli dengan ke tempat yang baru, tidak dapat “disambi”
harga yang lebih rendah atau bahkan tidak laku dengan mengurus rumah. Selain itu, masih
dijual. terdapat beberapa pengusaha yang
mempertanyakan dengan sistem biaya sewa,
Gambar 3: listrik dan biaya lainnya jika nantinya
Petis Pindang Sisa Olahan Pemindangan Ikan menempati lahan baru yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Demak,
apakah akan sama seperti sentra pemindangan
atau menggunakan manajemen yang berbeda.

Identifikasi Dampak Bagi Lingkungan


Kawasan pesisir memang sudah selayaknya
kaya akan potensi hasil perikanan, tak terkecuali
kawasan pesisir di Desa Wonosari, Kecamatan
Bonang, Kabupaten Demak. Lingkungan pesisir
yang kaya akan hasil laut menyebabkan
Identifikasi Permasalahan masyarakat memanfaatkan hasil laut untuk diolah
Dalam meninjau permasalahan yang menjadi hasil produk ikan seperti ikan asap, ikan
dihadapi oleh kawasan ini, maka perlu pindang, dan sebagainya. Salah satunya adalah
dibandingkan dengan potensi yang dimiliki oleh produk ikan pindang dari Desa Wonosari, dimana
kawasan pemindangan ikan Desa Wonosari yang selain terkenal akan produksi ikan asapnya, Desa
dapat dikembangkan secara lebih luas. Wonosari juga terkenal akan produksi ikan
Permasalahan yang diperoleh dari adanya industri pindangnya. Hal ini tentunya menjadikan Desa
pemindangan ikan di Desa Wonosari, meliputi: Wonosari sebagai kawasan yang dapat semakin
1. Permasalahan yang timbul pada sarana dan berkembang dan maju karena hasil produksi
prasarana di industri ini adalah belum pengolahan ikannya. Adanya usaha pemindangan
tersedianya sistem pengelolaan air limbah ikan yang ada pada saat ini terdapat ± 40 unit
hasil dari kegiatan pengolahan ikan yang usaha, sehingga cukup banyak industri yang
dikhawatirkan dapat mencemari tanah dan air berkembang di lingkungan permukiman di Desa
lingkungan setempat. Wonosari.
2. Permasalahan pada aspek ruang pemindangan Adanya industri pemindangan ikan di Desa
ikan yang masih bercampur dan kurang Wonosari yang berkembang ini telah mampu
higienis, kondisi ruang yang sangat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar,
memprihatinkan dan tidak higienis namun sayangnya belum diimbangi dengan
pengendalian dampak lingkungan yang baik.
Adanya industri pemindangan ikan menimbulkan
244
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII ISBN 978-602-14020-5-4
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

dampak yang serius terhadap lingkungan, hal ini


karena limbah pembuangan limbah hasil
perebusan ikan pindang dengan jumlah yang tidak
sedikit. Dampak lingkungan dari usaha
pemindangan ikan perlu lebih diperhatikan
kedepannya mengingat usaha ini cukup
berkembang dan sangat berpotensi di Kabupaten
Demak.

Identifikasi Aktivitas dan Kebutuhan Ruang


Tahap awal dalam proses penentuan
kebutuhan ruang adalah identifikasi aktivitas.
Jenis aktivitas yang akan diwadahi harus secara
cermat. Beberapa jenis aktivitas yang harus
diwadahi dalam kegiatan pemindangan dan
pemindangan ikan adalah:
1. Aktivitas Utama Pemindangan Ikan
 Proses Ikan.
- Membeli/mendatangkan bahan baku
ikan.
- Menyimpan ikan sebelum diolah.
- Membersihkan kotoran dan memcuci
ikan.
- Menata ikan
- Mengukus/merebus ikan Standart dan Besaran Ruang
- Menyimpan hasil ikan pindang Setelah diperoleh daftar kebutuhan ruang,
- Memasarkan maka proses selanjutnya adalah perhitungan
 Proses Bahan dan Sisa Pembakaran. besaran ruang. Untuk dapat menentukan nilai
- Membeli/mendatangkan gas elpiji besaran ruang yang diperlukan, maka perlu dikaji
- Memasang gas elpiji terlebih dahulu beberapa standar besasaran ruang
- Menyimpan cadangan gas elpiji untuk masing-masing aktivitas.
Gambar 5:
2. Aktivitas Penunjang
Standar Ruang
 Membuang hajad.
 Pengolahan limbah cair.
 Aktivitas kerja kantor pengelola.
 Melakukan pertemuan.
 Penjualan/pemasaran hasil produksi.
 Transaksi Bahan Baku Ikan.
 Menghaluskan sisa pembakaran dan
pewadahan.
 Penjualan arang pembakaran.
Aktivitas penunjang diperlukan untuk
sarana pada suatu sentra pemindangan sehingga
Gambar-gambar di atas menunjukkan
fungsifungsinya bersifat komunalatau bersama.
beberapa standar ruang untuk aktivitas
Jika diuraikan dalam diagram proses
pemindangan terpenting yang terdiri dari:
kegiatan pengolahan pemindangan ikan ini dari
mulai kegiatan pembelian sampai dengan  Untuk aktivitas mencuci atau menata dan
penyimpanan hasil produksi dapat dilihat pada menggarami ikan dengan duduk dengan
gambar berikut ini. bangku kecil, maka untuk tiap pekerja
diperlukan luasan dengan ukuran sekitar 2,5 x
Gambar 4: 2,5 m, dengan luasan bak air 1,25 x 1,75 m.
Proses Pengolahan Pemindangan Ikan  Untuk aktivitas pemindangan yang
menggunakan kompor elpiji diperlukan
dimensi luasan bagi tiap pekerja berukuran
245
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII ISBN 978-602-14020-5-4
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

1,15 x 3,50 m, jarak antara tungku dengan Dari ketiga kelompok ruang tersebut
bangku duduk berukuran 0,6 m. memiliki persyaratan ruang yang berbeda-beda,
 Ukuran tungku pemindangan diperkirakan sehingga dalam perencanaan desain harus
sebesar 0,55 x 3,50 m, dengan tinggi tungku memperhatikan sifat masing-masing ruang dan
0,80m menjaga agar hubungan antar kelompok ruang
tersebut tidak saling mengganggu satu sama lain.
Analisis Hubungan dan Persyaratan Ruang
Analisis hubungan ruang merupakan suatu Konsep Rancangan Denah
pendekatan untuk dapat melakukan peletakan Konsep denah ruang yang dibentuk dari
danketerkaitan antar fungsi-fungsi ruang, analisis ruang yang telah dilakukan untuk tiap unit
sehingga secara sirkulasi akan tercipta efisiensi bangunan pemindangan dan pemindangan adalah
yang efektif dengan memperhatikan persyaratan sebagai berikut:
dari masing-masing ruang. Gambaran hubungan 1. Ruang basah dan kotor untuk aktivitas
dan persyaratan untuk kegiatan pemindangan ikan mencuci, memotong, menata dan menggarami
dapat dilihat sebagai berikut: ikan pindang.
Gambar 6: 2. Bagian kedua adalah bagian bersih dan kering
Hubungan Antar Aktivitas Pemindangan yang berfungsi untuk tempat mengukus ikan
pindang.
3. Bagian kotor dan kring untuk tungku
pengukusan.

Gambar 7:Konsep denah tiap unit

Secara umum hubungan dan persyaratan


ruang pemindangan ikan dapat dibagi menjadi
tiga bagian sebgai berikut:
1. Bagian basah dan bersifat kotor yang
merupakan kegiatan dari pembersihan Gambar 8: Konsep denah 4 unit (Full)
(mencuci) dan membuang kotoran ikan.
Bagian ini memiliki sifat yang selalu basah,
sehingga desain ruangnya harus
memperhatikan aspek pembersihan ruang yang
mudah dan kedap air. Kegiatan di sini
termasuk menata ikan pindang dan
menggarami sehingga siap dikukus.
2. Bagian kering dan bersih yang merupakan
tahapan selanjutnya dari proses sebelumnya, di
mana ikan yang telah diatat dan digarami Gambar 9: Konsep denah 4 unit (Half)
sebelumnya masuk ke ruangan ini dalam
kondisi yang telah bersih dan kering. Setelah
dikukus, maka hasil produksi yang sudah jadi
akan didinginkan dan disimpan sebelum
dipasarkan. Untuk ikan pindang prosesnya
adalah megukus ikan di atas kompor dengan
menggunakan panci besar.
3. Bagian lain yang mendukung proses Gambar 10: Konsep denah 8 unit (Full)
pemindangan adalah pada proses pengukusan
dengan menggunakan kompor.

246
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII ISBN 978-602-14020-5-4
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

memperhatikan aspek pembersihan ruang


yang mudah dan kedap air.
b. Bagian kering dan bersih yang merupakan
tahapan selanjutnya dilakukan proses
pemindangan yang bersifat kering.
c. Bagian lain yang mendukung proses
pemindangan adalah pada proses tungku
atau kompor pemindangan. Proses ini
memerlukan aliran masuk bahan bakar
berupa kayu atau elpiji. Untuk
penggunaan kompor gas tertunya tidak
Gambar 11: Konsep denah 12 unit (Full)
ada limbah pembakaran atau arab/abu,
namum untuk bahan bakar kayu akan
menghasilkan arang pembakaran yang
bersifat kotor. Untuk area ini
menghasilkan asap (terutama yang bahan
bakar kayu), sehingga perlu pengaliran
asap pembakaran agar dapat keluar
dengan mudah.
4. Hubungan antar ruang-ruang bangunan
pemindangan harus memperhatikan dan sesuai
Model atau Prototipe Bangunan Pemindangan dengan alur proses produksi pemindangan ikan
Dari hasil kajian analisis ruang dan konsep sehingga alur pergerakan bahan dan
rancangan denah yang telah disusun, maka dapat pemindang tidak saling mengganggu dan
dilakukan analisis perancangan bangunan secara 3 mencemari satu sama lain.
dimensional pada gambar.

PENUTUP

Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik
sebagai berikut:
1. Dalam merancang ruang-ruang pemindangan
ikan minimal harus dapat mewadahi 7 aktifitas
utama dalam proses produksi pemindangan
ikan yaitu: menyimpan bahan baku,
membersikan atau mencuci ikan, menata ikan,
menggarami, mengukus, mendinginkan dan
menyimpan hasil ikan pindang.
2. Beberapa aktifitas penunjang yang juga perlu
diwadahi dan disediakan ruangnya dalam suatu
sentra pemindangan ikan yaitu: membeli ikan,
tempat menyimpan bahan bakar, transaksi
bahan baku ikan, membuang hajad,
pengolahan limbah cair, aktivitas kerja kantor
pengelola, beribadah, melakukan pertemuan,
pengemasan produk dan pemasaran produk.
3. Dalam rancangan denah bangunan
pemindangan ikan harus dibagi menjadi 3 zona
atau kelompok ruang sebagai berikut:
a. Bagian basah dan bersifat kotor yang
merupakan kegiatan dari pencucian ikan
Bagian ini memiliki sifat yang selalu
basah, sehingga desain ruangnya harus
247
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII ISBN 978-602-14020-5-4
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

Gambar 12: Prototipe tipe 4 unit (full)

Gambar 15: Prototipe tipe 12 unit (Full)


Gambar 13: Prototipe tipe 4 unit (half)

Gambar 14: Prototipe tipe 8 unit (full)


Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan
sebagai berikut:
248
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN (SNHP)-VII ISBN 978-602-14020-5-4
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
SEMARANG, 26 OKTOBER 2017

1. Semua bentuk rancangan bangunan yang Eddy Afrianto, Ir dan Evi Liviawaty, Ir -
dilakukan dalam penelitian ini adalah berbasis Pengawetan dan Pengolahan Ikan. PT
dari data dan bentuk pengolahan pemindangan Kanisius – Yogyakarta 1989
ikan yang ada di Desa Wonosari Demak.
Moloeng, Lexy, 1990, Metode Penelitian
Sebagai suatu karya arsitetektur, maka bentuk
rancangan ini akan dapat berbeda untuk lokasi Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya
lain dengan budaya/adat/model pengolahan Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan
yang berbeda pula. Penggunaan bahan bakar, Hasil Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.
jenis ikan, cara mencuci ikan, cara (Times New Roman 11, Spasi 1, Spasi Setelah
memindang, bentuk tungku dan lain-lain Paragraf 12, Sistem Penulisan Daftar
adalah dapat berbeda sehingga tentunya akan Pustaka mengikuti Sistem Harvard).
berpengaruh pula pada bentuk rancangan suatu
bangunan pemindangannya. Namun demikian,
bentuk model bangunan ini dapat dipakai
sebagai referensi awal dan masukan-masukan
untuk dapat mempercepat proses desain.
Dengan kondisi ini, maka sebagai suatu model
rancangan bangunan pemindangan, maka dapat
saja dipakai sebagai suatu prototype, namun
dalam aplikasinya tetap harus memerlukan
penyesuaian terhadap kondisi dan model
pemindangan yang ada di lokasi setempat.
2. Bahwa dalam rancangan bangunan
pemindangan ini memerlukan kajian dari lintas
keahlian mulai dari arsitek, ahli lingkungan,
ahli struktur, ahli kesehatan, ahli teknologi
panga, ahli mekanikal-elektrikal dan lain-lain.
Kompleksnya permasalahan dalam desain
bangunan pemindangan memerlukan kajian
yang menyeluruh dan terpadu, sehingga akan
didapat rancangan bangunan pemindangan
ikan yang baik dan dapat diterapkan di
lapangan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Abbas Siregar Djarijah, Ir – Ikan Asin. PT
Kanisius – Yogyakarta 1995
Adawyah, Rabiatul. 2007. Pengolahan dan
Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.
A.S. Murniyati, Ir dan Sunarman, Ir - Pendinginan
Pembekuan dan Pengawetan Ikan. PT
Kanisisus Yogyakarta 2000
BPS Kabupaten Demak, Kabupaten Demak dalam
Angka, 2015
Hariwijaya, M, Metodologi dan teknik penulisan
skripsi, tesis, dan disertasi, elMatera
Publishing, Yogyakarta, 2007
Muhammad Syarif Budiman, Teknik
Pemindangan, 2014, Departemen Pendidikan
Nasional

249

Anda mungkin juga menyukai