Isi
Sesi pertama pada hari pertama yakni Senin, 8 April 2019, Peserta PK-142 yang
memiliki nama angkatan PETA-142, mendapatkan sambutan dan perkenalan dari tim
PK LPDP. Setelah sebelumnya diperkenalkan oleh Mukhlis dan Jupri, selaku MC sesi,
kepada panitia PK serta beragam sambutan dan pengenalan kelompok, perkenalan juga
dilanjutkan kepada pengenalan PIC PK LPDP yang baru yakni Bapak Shabahul Arafi.
Pukul 09.25 WIB, Bapak Shabahul Arafi atau yang akrab dipanggil Bapak Rafi mulai
masuk ke dalam ruangan dan mulai memperkenalkan diri secara singkat.
Lima menit setelah perkenalan singkat oleh Bapak Rafi, atau tepatnya pukul 09.30,
Bapak Rafi turut serta memanggil sekaligus memperkenalkan Bapak Mohammad
Kamiluddin. Bapak Mohammad Kamiluddin, atau yang akrab disapa Pak Kamil,
dikenalkan dan disebutkan oleh Bapak Rafi sebagai “PIC Senior PK LPDP”. Julukan
yang disampaikan oleh Pak Rafi ini tak pelak mengundang tawa dari para peserta
PETA-142.
Tak berselang lama dari obrolan dan candaan sederhana antara Pak Rafi dan Pak
Kamil, Pak Rafi pun menyerahkan sesi kepada Pak Kamil. Sesi PIC PK Menyapa
dengan judul presentasi “Urgensi PK LPDP” pun segera disampaikan oleh Pak Kamil.
Pak Kamil sendiri memiliki nama lengkap yakni Mohammad Kamiluddin, B.Eng. Pria
kelahiran Pamekasan, 2 Juni 1985 tersebut menyampaikan cerita unik tentang
semangatnya dalam merantau ke Jakarta sebagai anak Madura dan bagaimana semangat
dan hebatnya anak-anak madura. Menekankan kembali rasa cinta beliau kepada tanah
kelahiran, beberapa kali beliau menyelipkan cerita khas Madura yang beliau banggakan
semisal tentang sarung dan bagaimana beliau ‘bertetangga’ dengan Bapak Mahfud MD.
Bapak Kamil, juga telah menyelesaiakan studi S1 di Universitas Indonesia Jurusan
Teknik Metalurgi dan material dan meraih gelar master di King Saud University, Saudi
Arabia.
Dibuka dengan memberikan semangat positif kepada peserta PK LPDP PETA-142,
Bapak Kamil menyampaikan satu buah kutipan yang sekiranya begitu menarik
perhatian para awardee.
“Bisa jadi duduk kita di aula ini dirindukan jutaan orang di luar sana.”
Sebuah kutipan yang disampaikan beliau ini begitu lugas dan bahkan dapat
membuat sejumlah peserta PETA-142 berkata lirih menyahut dengan ucapan
hamdallah.
Menyambung dari kisah yang mendukung kutipan tersebut, Pak Kamil menekankan
pada bagaimana persepsi seseorang peserta PK LPDP dalam memandang pelaksanaan
PK. Dalam sudut pandang beliau, persepsi adalah 80% dari keberlangsungan acara PK
dan sekitar 20% lainnya adalah pekerjaan yang harus dikerjakan untuk mendukung
pelaksanaan PK.
Dalam menyamakan persepsi, beliau menyampaikan 3 besar persepsi awal yang bisa
jadi dimiliki oleh peserta PK, yakni:
a. PK untuk melepas kewajiban;
b. PK sebagai beban; dan
c. PK sebagai bukti syukur.
Dan dalam menguatkan penyamaan persepsi, Pak Kamil memberikan satu contoh
cerita sehingga peserta PK LPDP PETA-142 dapat memahami betul rasa syukur telah
lolos beberapa tahap untuk kemudian duduk dan berkumpul pada sesi hari ini.
Dari beberapa catatan penting atau ‘aturan main’ yang beliau sampaikan guna
PETA-142 dapat mengikuti kegiatan PK dengan hati gembira, maka satu poin yang
terus menerus beliau ingatkan adalah bagaimana menjadi gelas yang kosong. Melalui
pernyataan beliau yang melengkapi pernyataan sebelumnya, beliau ingin memberikan
penekanan bahwa peserta harus tetap rendah hati walaupun memiliki jabatan dan profil
yang penting. Selama PK, peserta harus mampu mengondisikan dirinya untuk dapat
menerima segala pengetahuan yang diberikan oleh narasumber serta memposisikan diri
seperti halnya gelas kosong untuk dapat menampung seluruh ilmu yang disampaikan.
Menambahkan, beliau juga menyampaikan bahwa penting adanya bagi para awardee
untuk dapat memiliki kepribadian yang dapat memimpin serta dipimpin.
Setelah beberapa poin disampaikan oleh Pak Kamil, kami diajak untuk mengobrol
santai dan bercanda sehingga sesi ini berjalan dengan ruang yang hangat dan penuh
canda tawa keakraban. Sesekali bahkan Pak Kamil menggoda salah satu peserta PETA-
142 yang sebelumnya mengaku sebagai “Mauli Ayunda”
Profil Pembicara
Bapak Syahrul Elly Mahyudin menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Umum
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang berasal dari Kota Kediri, Jawa
Timur. Beliau merupakan alumni dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dan
menempuh pendidikan magister di Universitas Indonesia (UI).
Isi
Pada sesi Meet the Director: What, Why, and How to LPDP terdapat sesi persembahan
angkatan PK-142 yang dilanjutkan dengan paparan materi oleh narasumber. Sesi ini
juga dihadiri oleh Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan, Ibu Sumiyati.
a. Paparan Materi
Judul materi yang disampaikan yaitu Sebuah Kontribusi Meningkatkan Daya Saing
Bangsa. Paparan materi diawali dengan penjelasan mengenai PK LPDP yang
diharapkan dapat menjadi sebuah forum untuk saling bersinergi oleh para awardee.
Diharapkan awardee mengikuti kegiatan PK dengan semangat.
Dana yang dikelola oleh LPDP merupakan dana abadi sebesar 46 Triliun rupiah.
Dana tersebut dikelola oleh 70 orang personil di LPDP melalui beberapa instrumen
investasi yaitu SUN/obligasi yang memiliki resiko investasi yang rendah. Pilihan
investasi tersebut didasarkan pada hakekat utama dana abadi untuk dijaga
keberlanjutannya (jumlah kelolaan dana harus tetap dan bahkan bertambah),
sehingga investasi dengan resiko tinggi tidak menjadi pilihan instrumen investasi
dana LPDP. Melalui investasi tersebut, pada tahun 2018 diperoleh keuntungan
sebesar 1,8 Triliun rupiah.
Narasumber juga menekankan agar para awardee dapat memiliki integritas karena
dana yang digunakan merupakan dana yang berasal dari pajak sehingga terdapat
kepentingan rakyat Indonesia.
Profil Pembicara
Bapak Prof. Ainun Na’im adalah ketua dewan pengawas LPDP dan juga menduduki
posisi sebagai Sekretaris Jendral Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Beliau pernah menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Administrasi, Keuangan dan
Isi
Paparan materi diawali dengan pemberian selamat dari Bapak Ainun kepada PK-142
karena sudah terpilih untuk menjadi awardee beasiswa LPDP. Kemudian, narasumber
memberikan peringatan mengenai betapa pentingnya tanggung jawab para penerima
beasiswa untuk membangun republik serta menjaga amanah founding fathers 1945
untuk menjaga Indonesia.
Dua observasi tersebut merupakan bukti bahwa kemajuan Indonesia bergantung pada
sumber daya manusianya.
A. Profil Pembicara
Professor Ainun Na’im, Ph.D, M.B.A menjabat sebagai Sekretais Jenderal Kementrian
Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Beliau juga berprofesi sebagai dosen dan
pernah menjabat sebagai dekan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah
Mada (UGM) serta sebagai wakil rektor UGM. Beliau menempuh jenjang Pendidikan
S1 di UGM, kemudian melanjutkan studi S2 di Western Michigan University dan S3 di
Tample University. Dalam organisasi keprofesian beliau juga aktif sebagai pengurus
Ikatan Akuntan Indonesia.
2. Paparan materi
Paparan materi diawali dengan pemberian selamat dari Prof. Ainun kepada PK-142
karena sudah terpilih untuk menjadi awardee beasiswa LPDP. Kemudian, narasumber
memberikan peringatan mengenai betapa pentingnya tanggung jawab para penerima
beasiswa untuk membangun republik serta menjaga amanah founding fathers 1945
untuk menjaga Indonesia.
1. Korea
Menurut narasumber, Korea - negara yang kemerdekaannya berlangsung berdekatan
dengan kemerdekaan Indonesia - berhasil maju karena investasi dini di bidang riset dan
teknologi. Di awal masa kemerdekaan Korea, pemerintah memberanikan diri untuk
mengambil pinjaman yang cukup besar untuk membangun The Korean Institute of
Research and Technology, yang akhirnya memulai snowball effect dalam pembangunan
negara. Hal ini membuktikan betapa pentingnya investasi di pendidikan tinggi,
khususnya di bidang teknologi dan sains.
2. India
Selanjutnya, Bapak Ainun membahas India sebagai contoh negara yang berinvestasi
kepada sumber daya manusianya: khususnya di bidang engineering dan teknologi.
Dua observasi tersebut merupakan bukti bahwa kemajuan Indonesia bergantung pada
sumber daya manusianya.
Pada akhir sesi, Bapak Ainun memberikan beberapa pesan-pesan inspiratif untuk
awardee beasiswa LPDP di PK-142, sebagai berikut:
1. Narasumber berharap agar awardee terus menjadi contoh yang baik untuk pelajar
maupun masyarakat Indonesia secara luas.
2. Nasasumber mengingatkan agar tidak mudah terpengaruh dengan perspektif atau
gerakan yang sifatnya ekstremis ataupun separatis.
3. Narasumber mengingatkan agar awardee tidak menimbulkan kecemburuan sosial
dengan pelajar-pelajar luar negeri atau dalam negeri lainnya.
4. Narasumber mengingatkan agar awardee tidak take for granted semua forecast dan
observasi tentang potensi Indonesia yang sangat besar. Potensi Indonesia hanya
akan menjadi “milik” Indonesia jika sumber daya manusianya siap untuk mengasah
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk maju.