Anda di halaman 1dari 12

Daily Report

Senin, 8 April 2019, Pukul 08.00-12.30


Registrasi dan Penyambutan Tim PK
Narasumber : Mohammad Kamiluddin (PIC PK) & Tim PK LPDP

PIC dan Tim PK LPDP


1. Mohammad Kamiluddin
2. Shabahul Arafi
3. Mukhlis Gumilar
4. Abd Jalil
5. Jupriyanto
6. Firman Rompone
7. Ratnawati
8. Dwi Ernawati
9. Pelangi Wiyanika
10. Yani Mustikawati
11. Mohammad Hatif

Isi
Sesi pertama pada hari pertama yakni Senin, 8 April 2019, Peserta PK-142 yang
memiliki nama angkatan PETA-142, mendapatkan sambutan dan perkenalan dari tim
PK LPDP. Setelah sebelumnya diperkenalkan oleh Mukhlis dan Jupri, selaku MC sesi,
kepada panitia PK serta beragam sambutan dan pengenalan kelompok, perkenalan juga
dilanjutkan kepada pengenalan PIC PK LPDP yang baru yakni Bapak Shabahul Arafi.
Pukul 09.25 WIB, Bapak Shabahul Arafi atau yang akrab dipanggil Bapak Rafi mulai
masuk ke dalam ruangan dan mulai memperkenalkan diri secara singkat.
Lima menit setelah perkenalan singkat oleh Bapak Rafi, atau tepatnya pukul 09.30,
Bapak Rafi turut serta memanggil sekaligus memperkenalkan Bapak Mohammad
Kamiluddin. Bapak Mohammad Kamiluddin, atau yang akrab disapa Pak Kamil,
dikenalkan dan disebutkan oleh Bapak Rafi sebagai “PIC Senior PK LPDP”. Julukan
yang disampaikan oleh Pak Rafi ini tak pelak mengundang tawa dari para peserta
PETA-142.
Tak berselang lama dari obrolan dan candaan sederhana antara Pak Rafi dan Pak
Kamil, Pak Rafi pun menyerahkan sesi kepada Pak Kamil. Sesi PIC PK Menyapa
dengan judul presentasi “Urgensi PK LPDP” pun segera disampaikan oleh Pak Kamil.
Pak Kamil sendiri memiliki nama lengkap yakni Mohammad Kamiluddin, B.Eng. Pria
kelahiran Pamekasan, 2 Juni 1985 tersebut menyampaikan cerita unik tentang
semangatnya dalam merantau ke Jakarta sebagai anak Madura dan bagaimana semangat
dan hebatnya anak-anak madura. Menekankan kembali rasa cinta beliau kepada tanah
kelahiran, beberapa kali beliau menyelipkan cerita khas Madura yang beliau banggakan
semisal tentang sarung dan bagaimana beliau ‘bertetangga’ dengan Bapak Mahfud MD.
Bapak Kamil, juga telah menyelesaiakan studi S1 di Universitas Indonesia Jurusan
Teknik Metalurgi dan material dan meraih gelar master di King Saud University, Saudi
Arabia.
Dibuka dengan memberikan semangat positif kepada peserta PK LPDP PETA-142,
Bapak Kamil menyampaikan satu buah kutipan yang sekiranya begitu menarik
perhatian para awardee.
“Bisa jadi duduk kita di aula ini dirindukan jutaan orang di luar sana.”
Sebuah kutipan yang disampaikan beliau ini begitu lugas dan bahkan dapat
membuat sejumlah peserta PETA-142 berkata lirih menyahut dengan ucapan
hamdallah.
Menyambung dari kisah yang mendukung kutipan tersebut, Pak Kamil menekankan
pada bagaimana persepsi seseorang peserta PK LPDP dalam memandang pelaksanaan
PK. Dalam sudut pandang beliau, persepsi adalah 80% dari keberlangsungan acara PK
dan sekitar 20% lainnya adalah pekerjaan yang harus dikerjakan untuk mendukung
pelaksanaan PK.
Dalam menyamakan persepsi, beliau menyampaikan 3 besar persepsi awal yang bisa
jadi dimiliki oleh peserta PK, yakni:
a. PK untuk melepas kewajiban;
b. PK sebagai beban; dan
c. PK sebagai bukti syukur.
Dan dalam menguatkan penyamaan persepsi, Pak Kamil memberikan satu contoh
cerita sehingga peserta PK LPDP PETA-142 dapat memahami betul rasa syukur telah
lolos beberapa tahap untuk kemudian duduk dan berkumpul pada sesi hari ini.
Dari beberapa catatan penting atau ‘aturan main’ yang beliau sampaikan guna
PETA-142 dapat mengikuti kegiatan PK dengan hati gembira, maka satu poin yang
terus menerus beliau ingatkan adalah bagaimana menjadi gelas yang kosong. Melalui
pernyataan beliau yang melengkapi pernyataan sebelumnya, beliau ingin memberikan
penekanan bahwa peserta harus tetap rendah hati walaupun memiliki jabatan dan profil
yang penting. Selama PK, peserta harus mampu mengondisikan dirinya untuk dapat
menerima segala pengetahuan yang diberikan oleh narasumber serta memposisikan diri
seperti halnya gelas kosong untuk dapat menampung seluruh ilmu yang disampaikan.
Menambahkan, beliau juga menyampaikan bahwa penting adanya bagi para awardee
untuk dapat memiliki kepribadian yang dapat memimpin serta dipimpin.
Setelah beberapa poin disampaikan oleh Pak Kamil, kami diajak untuk mengobrol
santai dan bercanda sehingga sesi ini berjalan dengan ruang yang hangat dan penuh
canda tawa keakraban. Sesekali bahkan Pak Kamil menggoda salah satu peserta PETA-
142 yang sebelumnya mengaku sebagai “Mauli Ayunda”

Pencatat: Achmad Rante (Bhayangkara)


Kompilator: Deliani Poetriayu Siregar (Bhayangkara)
Senin, 8 April 2019, Pukul 13.30 – 16.00 WIB
Meet the Director: What, Why, and How to LPDP
Narasumber: Bapak Syahrul Elly Mahyudin

Profil Pembicara
Bapak Syahrul Elly Mahyudin menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Umum
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang berasal dari Kota Kediri, Jawa
Timur. Beliau merupakan alumni dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dan
menempuh pendidikan magister di Universitas Indonesia (UI).

Ibu Sumiyati menjabat sebagai Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan. Beliau


merupakan alumni dari STAN dan Central Quennsland University. Beliau memulai
karir di Kementerian Keuangan sejak tahun 1982.

Isi
Pada sesi Meet the Director: What, Why, and How to LPDP terdapat sesi persembahan
angkatan PK-142 yang dilanjutkan dengan paparan materi oleh narasumber. Sesi ini
juga dihadiri oleh Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan, Ibu Sumiyati.

Secara rinci, kegiatan yang dilaksanakan adalah:

a. Paparan Materi
Judul materi yang disampaikan yaitu Sebuah Kontribusi Meningkatkan Daya Saing
Bangsa. Paparan materi diawali dengan penjelasan mengenai PK LPDP yang
diharapkan dapat menjadi sebuah forum untuk saling bersinergi oleh para awardee.
Diharapkan awardee mengikuti kegiatan PK dengan semangat.

Narasumber memaparkan mengenai latar belakang LPDP. LPDP dibentuk untuk


meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Persmasalahan
terkait SDM di Indonesia saat ini yaitu :
i) kurangnya tenaga kerja terdidik, yaitu sebanyak 58 juta orang;
ii) masih sedikit masyarakat Indonesia yang menempuh jenjang pendidikan
tinggi, dari 120 juta penduduk usia kerja hanya 0,8% yang merupakan
lulusan S2 dan 0,05% lulusan S3, sedangkan sebagian besar merupakan
lulusan SD (42,2%). Sebagai perbandingan dengan negara maju, jumlah
lulusan S2 dan S3 rata-rata yaitu 13% (sumber: OECD), sehingga Indonesia
masih kekurangan kurang lebih 15,7 juta penduduk;
iii) ketidakmerataan SDM berkualitas berdasarkan bidang studi dan wilayah.
Sebagian besar lulusan S2 dan S3 di Indonesia mengambil bidang
pendidikan dan terpusat di Jawa Barat.

Dalam upaya mengembangkan SDM, telah terdapat berbagai pendanaan


pendidikan di setiap Kementerian/Lembaga (K/L). Akan tetapi, setiap K/L
mengelola dananya sendiri dan terdapat 16 K/L yang mengelola dana pendidikan.
Dengan memperhatikan peran Kementerian Keuangan yaitu sebagai bendahara
utama negara, Kementerian Keuangan dianggap memiliki kewenangan yang tepat
dalam mengelola dana ini. Melalui LPDP, Kementerian Keuangan berperan untuk
mengelola investasi dan menyalurkan beasiswa kepada masyarakat Indonesia.

Dana yang dikelola oleh LPDP merupakan dana abadi sebesar 46 Triliun rupiah.
Dana tersebut dikelola oleh 70 orang personil di LPDP melalui beberapa instrumen
investasi yaitu SUN/obligasi yang memiliki resiko investasi yang rendah. Pilihan
investasi tersebut didasarkan pada hakekat utama dana abadi untuk dijaga
keberlanjutannya (jumlah kelolaan dana harus tetap dan bahkan bertambah),
sehingga investasi dengan resiko tinggi tidak menjadi pilihan instrumen investasi
dana LPDP. Melalui investasi tersebut, pada tahun 2018 diperoleh keuntungan
sebesar 1,8 Triliun rupiah.

Peruntukan pemberian beasisawa LPDP yaitu terbagi kedalam beasiswa regular,


afirmasi PNS/Polri dan daerah 3T (tertinggal, terluar, dan terdepan). Diharapkan
beasiswa afirmasi 3T dapat mencapai 30%, namun masih sulit untuk mencapai
target tersebut. Beasiswa LPDP diperuntukan oleh seluruh masyarakat Indonesia,
harapannya beasiswa ini dapat inklusif, menjangkau seluruh daerah dan kalangan
masyarakat, bukan hanya untuk masyarakat menengah ke atas.

Dalam perjalanan program LPDP sejak tahun 2012, terdapat beberapa


pembelajaran dalam pengelolaan LPDP. Beberapa aturan yang ada saat ini juga
didasarkan pada evaluasi tersebut, seperti: tidak diperbolehkan double funding,
harus mengikuti kelas regular, harus di kampus induk, dan harus kembali ke
Indonesia. LPDP mengizinkan awardee untuk melakukan internship selama 1
(satu) tahun, ataupun bekerja di luar negeri jika terkait dengan pembangunan
Indonesia seperti bekerja pada beberapa lembaga internasional (UN, UNICEF,
KBRI, dan lain-lain), dengan harus mengajukan izin kepada LPDP. Untuk
menangani permasalahan awardee yang tidak kembali ke Indonesia tanpa izin,
LPDP akan melakukan kerjasama dengan Kemenlu untuk memulangkan mereka.

Dalam upaya pengembangan alumni, LPDP akan bekerjsama dengan BUMN


ataupun startup dan mengadakan workshop penelitian untuk memaksimalkan peran
Mata Garuda.

Narasumber juga menekankan agar para awardee dapat memiliki integritas karena
dana yang digunakan merupakan dana yang berasal dari pajak sehingga terdapat
kepentingan rakyat Indonesia.

Pencatat: Anggi Bagus Satrio (Bhayangkara)


Kompilator: Desy Ariandini (Bhayangkara)
Senin, 8 April 2019, pukul 19.00 - 21.00 WIB
Penguatan Karakter Bela Bangsa
Narasumber: Bapak Prof. Ainun Na’im, MBA, Ph.D.

Profil Pembicara
Bapak Prof. Ainun Na’im adalah ketua dewan pengawas LPDP dan juga menduduki
posisi sebagai Sekretaris Jendral Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Beliau pernah menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Administrasi, Keuangan dan

Sumber Daya Manusia di Universitas Gadjah Mada.

Isi
Paparan materi diawali dengan pemberian selamat dari Bapak Ainun kepada PK-142
karena sudah terpilih untuk menjadi awardee beasiswa LPDP. Kemudian, narasumber
memberikan peringatan mengenai betapa pentingnya tanggung jawab para penerima
beasiswa untuk membangun republik serta menjaga amanah founding fathers 1945
untuk menjaga Indonesia.

Paparan dilanjutkan dengan penggambaran konteks, khususnya, mengenai eksistensi


negara yang bisa berubah kapan saja. Analogi yang digunakan oleh narasumber adalah
bagaimana UNI SOVIET, yang pada masanya merupakan negara superpower, kini
sudah terpecah menjadi banyak bagian. Begitu pula dengan Czechoslovakia, yang kini
sudah terpecah menjadi dua bagian: Slovakia dan Czech Republic. Selain eksistensi
negara yang dapat berubah kapanpun, narasumber juga membahas perpindahan orientasi
global dari asset-based industries ke service-based industries.

Daya Saing Indonesia


Kemudian, narasumber memberikan memaparan fakta - fakta tentang daya saing
Indonesia sebagai berikut:
1. Lembaga Internasional maupun nasional mengakui bahwa prospek Indonesia sangat
baik kedepannya.
• Potensi ekonomi Indonesia:
• Di tahun 2030, forecast menunjukkan Indonesia menempati posisi ke 7
sebagai negara dengan size ekonomi terbesar.

• Di tahun 2050, forecast menunjukkan Indonesia menempati posisi ke 4


sebagai negara dengan size ekonomi terbesar.

Indonesia vs. Negara Lain


Paparan dilanjutkan dengan pemberian contoh case studies beberapa negara,
diantaranya Korea dan India. Secara rinci, pembahasan yang berlangsung adalah
sebagai berikut:
1. Korea
Menurut narasumber, Korea - negara yang kemerdekaannya berlangsung berdekatan
dengan kemerdekaan Indonesia - berhasil maju karena investasi dini di bidang riset
dan teknologi. Di awal masa kemerdekaan Korea, pemerintah memberanikan diri
untuk mengambil pinjaman yang cukup besar untuk membangun The Korean
Institute of Research and Technology, yang akhirnya memulai snowball effect dalam
pembangunan negara. Hal ini membuktikan betapa pentingnya investasi di
pendidikan tinggi, khususnya di bidang teknologi dan sains.
2. India
Selanjutnya, Bapak Ainun membahas India sebagai contoh negara yang berinvestasi
kepada sumber daya manusianya: khususnya di bidang engineering dan teknologi.

Dua observasi tersebut merupakan bukti bahwa kemajuan Indonesia bergantung pada
sumber daya manusianya.

Pembinaan Karakter: Pesan - Pesan Inspiratif


Pada akhir sesi, Bapak Ainun memberikan beberapa pesan-pesan inspiratif untuk
awardee beasiswa LPDP di PK-142, sebagai berikut:
1. Narasumber berharap agar awardee terus menjadi contoh yang baik untuk pelajar
maupun masyarakat Indonesia secara luas.
2. Nasasumber mengingatkan agar tidak mudah terpengaruh dengan perspektif atau
gerakan yang sifatnya ekstremis ataupun separatis.
3. Narasumber mengingatkan agar awardee tidak menimbulkan kecemburuan sosial
dengan pelajar-pelajar luar negeri atau dalam negeri lainnya.
4. Narasumber mengingatkan agar awardee tidak take for granted semua forecast dan
observasi tentang potensi Indonesia yang sangat besar. Potensi Indonesia hanya
akan menjadi “milik” Indonesia jika sumber daya manusianya siap untuk mengasah
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk maju.

Pencatat: Ayunda Faza Maudya (Bhayangkara)


Kompilator: Dini Ariandini (Bhayangkara)
Daily Report
Senin, 9 April 2019, Pukul 19.00-21.00 WIB
Penguatan Karakter Bela Bangsa
Narasumber: Professor Ainun Na’im, Ph.D, M.B.A

A. Profil Pembicara
Professor Ainun Na’im, Ph.D, M.B.A menjabat sebagai Sekretais Jenderal Kementrian
Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Beliau juga berprofesi sebagai dosen dan
pernah menjabat sebagai dekan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah
Mada (UGM) serta sebagai wakil rektor UGM. Beliau menempuh jenjang Pendidikan
S1 di UGM, kemudian melanjutkan studi S2 di Western Michigan University dan S3 di
Tample University. Dalam organisasi keprofesian beliau juga aktif sebagai pengurus
Ikatan Akuntan Indonesia.

2. Paparan materi
Paparan materi diawali dengan pemberian selamat dari Prof. Ainun kepada PK-142
karena sudah terpilih untuk menjadi awardee beasiswa LPDP. Kemudian, narasumber
memberikan peringatan mengenai betapa pentingnya tanggung jawab para penerima
beasiswa untuk membangun republik serta menjaga amanah founding fathers 1945
untuk menjaga Indonesia.

Paparan dilanjutkan dengan penggambaran konteks, khususnya, mengenai eksistensi


negara yang bisa berubah kapan saja. Analogi yang digunakan oleh narasumber adalah
bagaimana UNI SOVIET, yang pada masanya merupakan negara superpower, kini
sudah terpecah menjadi banyak bagian. Begitu pula dengan Czechoslovakia, yang kini
sudah terpecah menjadi dua bagian: Slovakia dan Czech Republic. Selain eksistensi
negara yang dapat berubah kapanpun, narasumber juga membahas perpindahan orientasi
global dari asset-based industries ke service-based industries.
Daya Saing Indonesia

Kemudian, narasumber memberikan memaparan fakta - fakta tentang daya saing


Indonesia sebagai berikut:

1. Lembaga Internasional maupun nasional mengakui bahwa prospek Indonesia sangat


baik kedepannya.

• Potensi ekonomi Indonesia:


• Di tahun 2030, forecast menunjukkan Indonesia menempati posisi ke 7
sebagai negara dengan size ekonomi terbesar.

• Di tahun 2050, forecast menunjukkan Indonesia menempati posisi ke 4


sebagai negara dengan size ekonomi terbesar.

Indonesia vs. Negara Lain

Paparan dilanjutkan dengan pemberian contoh case studies beberapa negara,


diantaranya Korea dan India. Secara rinci, pembahasan yang berlangsung adalah
sebagai berikut:

1. Korea
Menurut narasumber, Korea - negara yang kemerdekaannya berlangsung berdekatan
dengan kemerdekaan Indonesia - berhasil maju karena investasi dini di bidang riset dan
teknologi. Di awal masa kemerdekaan Korea, pemerintah memberanikan diri untuk
mengambil pinjaman yang cukup besar untuk membangun The Korean Institute of
Research and Technology, yang akhirnya memulai snowball effect dalam pembangunan
negara. Hal ini membuktikan betapa pentingnya investasi di pendidikan tinggi,
khususnya di bidang teknologi dan sains.

2. India
Selanjutnya, Bapak Ainun membahas India sebagai contoh negara yang berinvestasi
kepada sumber daya manusianya: khususnya di bidang engineering dan teknologi.
Dua observasi tersebut merupakan bukti bahwa kemajuan Indonesia bergantung pada
sumber daya manusianya.

Pembinaan Karakter: Pesan - Pesan Inspiratif

Pada akhir sesi, Bapak Ainun memberikan beberapa pesan-pesan inspiratif untuk
awardee beasiswa LPDP di PK-142, sebagai berikut:

1. Narasumber berharap agar awardee terus menjadi contoh yang baik untuk pelajar
maupun masyarakat Indonesia secara luas.
2. Nasasumber mengingatkan agar tidak mudah terpengaruh dengan perspektif atau
gerakan yang sifatnya ekstremis ataupun separatis.
3. Narasumber mengingatkan agar awardee tidak menimbulkan kecemburuan sosial
dengan pelajar-pelajar luar negeri atau dalam negeri lainnya.
4. Narasumber mengingatkan agar awardee tidak take for granted semua forecast dan
observasi tentang potensi Indonesia yang sangat besar. Potensi Indonesia hanya
akan menjadi “milik” Indonesia jika sumber daya manusianya siap untuk mengasah
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk maju.

Anda mungkin juga menyukai