Anda di halaman 1dari 22

Jesika W.

Nukami
Nur Mujahadatun
Hesti Handayani
Siti Julaiha
Maria Yanti Ismawati Setianingsih
Siti Maesaroh Hendri Tri Yulianto
Sucipto Abadi
Fifik Agustina
Markus Diki
Akmala Dewi
Trauma thorax terjadi hampir 50% dari seluruh kasus kecelakaan
dan merupakan penyebab kematian terbesar (25%). Umumnya
pada trauma thorax, trauma tumpul lebih sering terjadi lebih
sering terjadi dibandingkan trauma tajam. Meskipun demikian
hanya 15% dari seluruh trauma thorax yang memerlukan
tindakan bedah karena sebagian besar kasus (80-85%) dapat di
tatalaksanakan dengan tindakan yang sederhana seperti
pemasangan chest tube.
Trauma thorax merupakan trauma yang mengenai dinding thorax
dan atau organ intra thorax. Baik karena trauma tumpul maupun
oleh karena trauma tajam dan dapat menyebabkan keadaan
gawat thorax akut (Sudoyo, 2010).
• Tension pneumothorax
• Pneumothorax terbuka
• Hemothorax
• Pneumothorax tertutup
• Flail chest
• Kontusio paru
• Fraktur iga
• Kontusio jantung
Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah
sakit pada tanggal 05 oktober 2019 karena mengalami
kecelakaan bermobil. Dari pengkajian pasien mengalami
penurunan kesadaran. Penolong mengatakan dada korban
membentur stir mobil, setelah kecelakaan pasien muntah darah
lalu kemudian pasien tidak sadar. Keaadaan pasien saat di IGD
klien mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan
dangkal, auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok.
Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil
pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil
pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR :
35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba dingin, tampak sianosis,
penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas cuping hidung.
DS :
Penolong mengatakan dada korban membentur stir mobil, setelah
kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian pasien tidak sadar

DO :
klien mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal,
auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok. Terdapat bengkak
dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil pemeriksaan GCS 8(E2V2M4)
kesadaran sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg, nadi :
110x/menit, RR : 35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba dingin,
tampak sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas cuping
hidung.
• Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
secret yang berlebih, gumpalan darah yang menghalangi
pernapasan
• Gangguan pola napas, dispneu berhubungan dengan
penurunan kemampuan paru
• Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
• Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadi
sumbatan dan suplai oksigen turun dalam jaringan
• Nyeri dada berhubungan dengan bengkak, jejas dan infark
paru-paru
DX :Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret
yang berlebih, gumpalan darah yang menghalangi pernapasan
Tujuan :
• Status pernapasan : pertukaran gas
• Airway status
Kriteria Hasil
• Suara napas bersih, tidak ada sianosis, mampu bernapas dengan
mudah
• Menunjukan jalan napas yang pasten (irama napas dalam rentang
normal, tidak ada suara napas abnormal)
• Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang menghambat
jalan
• Pastikan kebutuhan oral/suction
• Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suction
• Berikan oksigen menggunakan nasal kanul
• Monitor status napas dan oksigen
• Buka jalan napas gunakan tekhnik chin lift
• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi keluarkan secret
dengan cara suction
• Monitor respirasi dan status oksigen
Persiapan alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
1. Unit pengisapan dinding atau unut pengisapan yang dapat dibawa
(portable)
dengan selang penghubung dan konektor Y, jika dibutuhkan.
2. Kateter steril (kateter suction)
3. Kateter yankauer (orofaring)
4. Air steril / air normal salin serta baskom steril (alkohol 70%, cairan NaCl
0,9%).
5. Sarung tangan steril dan sarung tangan tidak steril.
6. Kassa steril atau handuk.
7. Jalan napas oral atau nasal, jika diperlukan.
8. Masker/penutup mata
9. Oksigen dengan perlengkapanya.
10. Stetoskop, bengkok, dan spuit steril 5cc.
1. Lakukan pemeriksaan auskultasi paru-paru.
2. Informasikan pada klien mengenai prosedur yan akan dilakukan.
3. Atur kekuatan alat pengisap (suction).
4. Cuci tangan.
5. Lakukan pemeriksaan fungsi vital.
6. Berikan oksigen awal (praoksigenasi 100%).
7. Pakai sarung tangan atau gunakan pinset.
8. Siapkan kateter suction steril.
9. Siapkan kasa alkohol sebanyak 2-3 lembar.
10. Hubungkan kateter dengan selang suctin yang telah diprogram.
11.Buka konektor tube atau trakeostomi dan lakukan desinfeksi dengan
alkohol.
12. Masukkan kateter ke dalam trakea dalam keadaan tidak
menghisap.
13. Dorong kateter sampai karina, lalu tarik kurang lebih 1 cm,
kemudian tarik kembali kateter secara perlahan dengan gerakan
memutar dan dalam posisi mengisap.
14. Lakukan pengisapan selama 10 detik, tidak boleh lebih.
15. Bersihkan kateter dengan kasa alkohol lalu bilas dengan NaCl 0,9
% atau aqua steril.
16. Lakukan pengisapan secara berulang-ulang sampai suara napas
bersih.
17. Bersihkan alat-alat.
REVISI
Seorang laki-laki berusia 35 tahun dengan BB 65 kg, dengan
riwayat kecelakaan lalu lintas di rujuk dari RS lain,datang ke IGD.
Pasien jatuh sendiri dari sepeda motor saat di bonceng oleh
temennya. Pasien pingsan, tidak ada muntah, tidak ada kejang.
Kemudian pasien dibawa ke RS terdekat untuk mendapatkan
perawatan. Selama perawatan RS sebelumya, pasien mengeluh
nyeri dada sebelah kanan dan nyeri perut. Pemeriksaan fisik TD
86/48 Mmhg, N=100X/menit, RR=40X/menit, GCS
E=4,M=6,V=5. Di RS tsb pasien mendapat 02 10 Lpm, infus RL
sekitar 5000 ml, obat-obatan (injeksi piracetam, injeksi remopain
dan injeksi cefotaxim), pemasangan kateter urin, pemeriksaan
darah (Hb 12,5 g/dL) dan foto thorax.
• Jalan napas bebas sumbatan
• Terpasang collar brace di leher
• Tampak jejas maxilo facial
• Pernafasan spontan dan simetris
• Jejas dan krepitasi teraba di dinding dada
• Perkusi dada redup dikedua sisi
• Suara nafas vesikuler melemah di kedua sisi
• TD = 95/60 Mmhg, N= 110x/menit, bunyi jantung S1/S2 tunggal
tidak terdengar mur-mur
• GCS paien E=4, M=6, V=4
• Pupil bulat isokor, reflek cahaya baik dan tidak terdapat lateralisasi
pada regio frontal kanan terdapat fuldus apartum (luka).
• Jejas tampak pada axila kanan, flank kanan, pedis kanan dan kiri.
Berdasarkan masalah yang di rumuskan, yaitu :
• Syok hipovolemik kelas III
• Hematothorax kanan dan kiri
• Flail chest kanan dan kiri
• Kontusio paru
• Fraktur iga multiple kanan dan kiri
• Dilakukan pemberian O2 dengan jackson rees 10L/menit
• Kolaborasi Intubasi dengan ETT no 7,5 cuff
• Infus cairan melalui dua akses diberikan RL 5000 ml, NACL
1500 ml, Gelofusin 1000 ml transfusi whole blood (3 unit).
• Morfin iv 1 mg
• Foto thorax segera
• Insersi chest tube
• USG FAST.
Pemasangan ETT adalah memasukan pipa jalan nafas buatan ke
dalam trachea melalui mulut.
Indikasi dilakukannya ETT :
• Ancaman atau resiko terhadinya asprasi yang lebih besar
• Pemberian bantuan nafas dengan menggunakn sungkup sulit
dilakukan
• Ventilasi di rencanakan dalam waktu yang lama
• Sebagai prosedur tindakan bedah seperti bedah kepala-leher,
intra thorax dan lainnya.
• Endotrakeal (ET) tube dalam berbagai ukuran.
• Stylet (sejenis kawat yangdimasukkan kedalam kateter atau kanula
dan menjaga kanula tersebut agar tetap kaku/tegak)
• Laringoskop, bengkok dan berujung lurus.
• Jelli
• Spuit 10 cc
• Resusitasi bag dengan adafter dan masker yang dihubungkan
dengan tabung oksigen dan flowmeter.
• Peralatan penghisap lendir
• Kanul penghisap dengan sarung tangan.
• Plester 1 cm.
• Ventilator atau set oksigen.
• Stetoscope
• Posisikan pasien telentang dengan kepala ekstensi
• Petugas mencuci tangan
• Petugas memakai masker dan sarung tangan
• Lakukan suction jika diperlukan
 buka blade, pegang tangkai laringoskop dengan tenang
 buka mulut pasien
 Masukan blade pelan-pelan menyusuri dasar lidah,ujung blade sudah di
pangkal lidah, geser lidah pelan-pelan ke arah kiri
 Angkat tangkai laringoskop kedepan sehingga menyangkut keseluruh lidah
kedepan sehingga rona glotis terlihat.
 Ambil pipa ETT sesuai ukuran yang telah di tentukan sebelumnya
 Masukan dari sudut mulut kanan arahkan ke ujung ETT menyusur kerima
glotis masuk ke celah pita suara
 Dorong pelan sehingga seluruh balon ETT dibawah pita suara
 Cabut stylet
 Tiup balon ETT sesuai volumenya
 Cek dengan stethoskop dan dengarkan aliran udara yang masuk lewat ETT
apakah sama antara paru kanan dan kiri
 Fiksasi ETT dengan plester
 Hubungkan ETT dengan konektor sumber oksigen
 Cuci tangan setelah melakukan intubasi

Anda mungkin juga menyukai