Anda di halaman 1dari 14

KESIAPAN PENANGANAN GAWAT DARURAT PRE-HOSPITAL PADA MAHASISWA KNC-E

DI STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

1) 2) 3)
Fatimah Ika Subekti Wulandari Wahyu Dwi Agussafutri

1) Mahasiswa Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta


2) 3) Dosen Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
fatimahlalalala@gmail.com

Abstrak

Kasus gawat darurat dapat kita temukan pada kehidupan sehari-hari, maka penting untuk
mengetahui bagaimana cara memberikan pertolongan pertama. Kusuma Nursing Care Emergency adalah
suatu organisasi mahasiswa bidang kegawatdaruratan Program Studi Sarjana Keperawatan di STIKes
Kusuma Husada Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan penanganan gawat darurat
pre-hospital pada mahasiswa KNC-E di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi. Teknik sampling dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Sampel dalam penelitian adalah 4 informan. Wawancara dalam
penelitian dilakukan dengan teknik in-depth interview semi struktur. Data dalam penelitian ini dianalisa
menggunakan metode Collaizi.
Hasil penelitian ini didapatkan 10 tema yaitu urgensi penanganan gawat darurat pre-hospital,
faktor pengetahuan, faktor sarana prasarana, faktor komunikasi, faktor geografis, kesiapan SDM, kesiapan
sarana prasarana, motivasi internal mahasiswa, ketepatan dalam penanganan gadar, dan upaya
meningkatkan kesiapan penanganan gawat darurat untuk masyarakat.
Kesimpulan penelitian adalah mahasiswa KNC-E menyatakan siap untuk memberikan
penanganan gawat darurat pre-hospital. Kesiapan penanganan gawat darurat pre-hospital dapat dilihat
dari kesiapan SDM dan kesiapan sarana prasarana. Mahasiswa KNC-E diharapkan dapat menjadi role
model bagi mahasiswa lainnya dan dapat membantu meningkatkan kesiapan penanganan gawat darurat
untuk masyarakat.

Kata kunci : Gawat Darurat, KNC-E, Pre-hospital

Preparedness in Pre-hospital Emergency Handling of KNC-E Students of Kusuma Husada School


of Health Sciences of Surakarta

Abstract

Emergency cases can be found in daily life, and therefore it is important to know how to extend
the first aid. Kusuma Nursing Care Emergency (KNC-E) is a student organization in the emergency field
of Bachelor’s Degree Program in Nursing Science, Kusuma Husada School of Health of Surakarta. The
objective of this research is to investigate the preparedness in pre-hospital emergency handling of the
KNC-E students of Kusuma Husada School of Health of Surakarta.
This research used the qualitative research method with the phenomenological approach.
Purposive sampling technique was used to determine its samples. The samples consisted of four
informants. Its data were collected through semi-structured in-depth interview. The data of the research
were analyzed by using the Collaizi’s method.
Ten themes were found, namely: (1) pre-hospital emergency handling urgency, (2) knowledge
factor, (3) facilities and infrastructures, (4), communication factor, (5) geographical factor, (6)
preparedness of human resources, (7) preparedness of facilities and infrastructures, (8) students’ internal
motivation, (9) emergency handling appropriateness, and (10) effort of improving the community
emergency handling preparedness.
Thus, the KNC-E students claimed that they are ready to extend the pre-hospital emergency
handling. Their pre-hospital handling preparedness could be seen from the preparedness of human
resources and that of facilities and infrastructures. The KNC-E students, therefore, ate expected to be
role model for other students and can help to improve the community emergency handling preparedness.

Keywords : Emergency, KNC-E, Pre-hospital

1. Pendahuluan diperkirakan mencapai 500.000 kasus, yang


terdiri dari cedera kepala ringan sebanyak
Pelayanan gawat darurat perlu 296.678 orang (59,3%), cedera kepala sedang
penanganan segera untuk menentukan prioritas sebanyak 100.890 orang (20,17%) dan cedera
kegawatdaruratan pasien (Mahyawati, 2015). kepala berat sebanyak 102.432 orang (20,4%)
Kasus atau kejadian gawat darurat pre-hospital dari sejumlah kasus tersebut 10% penderita
merupakan kejadian gawat darurat sehari hari di meninggal sebelum tiba di rumah sakit (Martini,
mana korban belum dibawa sampai ke rumah 2016). Sedangkan untuk kasus lain yaitu
sakit. Upaya pelayanan gawat darurat yang kejadian asma, angka kematian dan prevalensi
dilaksanakan di tingkat pra rumah sakit meliputi asma meningkat karena sulitnya mendiagnosis
diketahuinya adanya penderita gawat darurat gejala asma pada anak di bawah umur 5 tahun.
oleh masyarakat, penderita gawat darurat itu (Lukman, 2012).
dilaporkan ke organisasi pelayanan penderita Dalam memberikan pertolongan
gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan pertama, masyarakat perlu memiliki
medis, pertolongan di tempat kejadian oleh pengetahuan tentang kegawatdaruratan,
anggota masyarakat awam khusus (satpam, misalnya tentang bantuan hidup dasar. Selain
pramuka, polisi, dan lain-lain), dan pengetahuan, kesiapan dan perilaku dari
pengangkutan penderita gawat darurat untuk masyarakat sangat mempengaruhi kecepatan dan
pertolongan lanjutan dari tempat kejadian ke ketepatan dalam melakukan pertolongan.
rumah sakit (Perwali, 2015). Kesiapan menolong diharapkan akan
Kejadian gawat darurat di dunia antara menghasilkan keuntungan terhadap pihak lain.
lain di Amerika Serikat setiap tahunnya Kegiatan pertolongan medis dan perawatan
dalam keadaan siaga atau darurat dapat juga paru, balut bidai, triage, glasgow coma scale,
dilakukan oleh mahasiswa keperawatan. evakuasi. Dari wawancara tidak terstruktur
Mahasiswa keperawatan tidak hanya dituntut terhadap 10 mahasiswa anggota KNC-E tentang
memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar pengetahuan BHD, 7 mahasiswa dapat
praktek keperawatan saja, tetapi juga harus menjawab pertanyaan dengan tepat, 2
memiliki kemampuan tanggap kondisi gawat mahasiswa dapat menjawab tapi ragu-ragu, dan
darurat atau bencana. Hal ini diharapkan 1 mahasiswa diam tidak menjawab. Sedangkan
menjadi bekal bagi mahasiswa keperawatan dari pertanyaan kesiapan menolong ada 4
untuk bisa terjun memberikan pertolongan mahasiswa menjawab yakin siap, sebanyak 4
dalam situasi gawat darurat sehari-hari mahasiswa KNC-E menjawab siap tapi dengan
(Sudiharto dan Sartono, 2011). ragu-ragu, dan 2 orang diam tanpa jawaban ya
Dalam suatu penelitian yang dilakukan atau belum siap. Dari wawancara tidak
oleh Perkins et al. (2008) menyatakan bahwa terstruktur dengan beberapa mahasiswa KNC-E
knowledge dan skills sangat diperlukan dalam tersebut menunjukkan bahwa dengan
melakukan tindakan RJP, tetapi dalam konteks pengetahuan yang dimiliki mahasiswa KNC-E
mahasiswa yang kurang terpapar dalam tentang kegawatdaruratan belum menjamin
peristiwa-peristiwa yang membutuhkan tindakan apakah mereka siap atau belum dalam
tersebut, sering tidak mempunyai kompetensi menghadapi kenyataan di lapangan. Peneliti
dalam BLS. Dalam kompetensi dasar pada menjadikan fenomena ini untuk diteliti yaitu
pendidikan S1 Keperawatan, mahasiswa harus Kesiapan Penanganan Gawat Darurat Pre-
mampu melakukan tindakan resusitasi atau Hospital pada Mahasiswa KNC-E di STIKes
bantuan hidup dasar (AIPNI, 2010). Kusuma Husada Surakarta. Tujuan dari
Kusuma Nursing Care Emergency penelitian ini adalah untuk mengetahui
adalah suatu organisasi mahasiswa bidang bagaimana gambaran kesiapan penanganan
kegawatdaruratan Program Studi Sarjana gawat darurat pre-hospital pada mahasiswa
Keperawatan di STIKes Kusuma Husada Kusuma Nursing Care Emergency (KNC-E) di
Surakarta. Tujuan terbentuknya KNC-E yaitu STIKes Kusuma Husada Surakarta. Tujuan
membentuk suatu organisasi tim kesehatan di khusus dari penelitian ini yaitu :
bidang kegawatdaruratan. Berdasarkan studi a. Mengidentifikasi persepsi tentang
pendahuluan yang dilakukan pada 11 Januari penanganan gawat darurat pre-hospital pada
2017 terhadap mahasiswa KNC-E di STIKes mahasiswa Kusuma Nursing Care Emergency
Kusuma Husada didapatkan data bahwa semua (KNC-E) di STIKes Kusuma Husada Surakarta
anggota KNC-E telah mendapatkan materi b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang
kegawatdaruratan tentang resusitasi jantung mempengaruhi kesiapan penanganan gawat
udarurat pre-hospital pada mahasiswa Kusuma a. Persetujuan riset (informed consent), sebelum
Nursing Care Emergency (KNC-E) di STIKes dilakukan wawancara peneliti mengajukan
Kusuma Husada Surakarta informed consent terlebih dahulu
c. Mengidentifikasi kesiapan penanganan gawat b. Kerahasiaan (confidentiality), peneliti
darurat pre-hospital pada mahasiswa Kusuma menyimpan data informan serta tidak
Nursing Care Emergency (KNC-E) di STIKes mempublikasikan semua informasi yang didapat
Kusuma Husada Surakarta dari informan.
d. Mengidentifikasi harapan mahasiswa c. Tanpa nama (anonimity) yaitu dengan
Kusuma Nursing Care Emergency (KNC-E) menggunakan kode informan
tentang penanganan gawat darurat pre-hospital
3. Hasil dan Pembahasan
2. Metodologi
Tema-tema yang didapatkan dari
Penelitian ini dilakukan di STIKes penelitian ini diperoleh berdasarkan wawancara
Kusuma Husada Surakarta pada bulan Februari yang dilakukan pada 4 mahasiswa anggota
hingga Mei 2017. Desain penelitian dengan Kusuma Nursing Care Emergency. Tema yang
menggunakan pendekatan fenomenologi. didapat meliputi 10 tema antara lain urgensi
Pendekatan fenomenologi digunakan untuk penanganan gawat darurat pre-hospital, faktor
memberikan deskripsi, refleksi, interpretasi, dan pengetahuan, faktor sarana prasarana, faktor
modus riset yang menyampaikan intisari dari komunikasi, faktor geografis, kesiapan sumber
pengalaman kehidupan individu yang diteliti daya manusia (SDM), kesiapan sarana
(Afiyanti dan Rachmawati, 2014). Informan prasarana, motivasi internal mahasiswa,
dalam penelitian ini ada 4 mahasiswa KNC-E. ketepatan dalam penanganan gadar, dan upaya
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini meningkatkan kesiapan penanganan gadar untuk
adalah dengan menggunakan purposive masyarakat.
sampling.
Pengambilan sampel tersebut dihentikan 3.1. Tujuan khusus : Mengetahui persepsi
oleh peneliti ketika sudah mendapatkan mahasiswa KNC-E tentang penanganan
kelengkapan informasi atau data diperlukan, gawat darurat pre-hospital
atau dengan kata lain telah tercapai kejenuhan 3.1.1. Urgensi Penanganan Gawat Darurat
(saturated) pada data yang diperlukan atau tidak Pre-hospital
terdapat informasi baru yang ditemukan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(Afiyanti dan Rachmawati, 2014). penanganan gadar pre-hospital perlu diberikan
Etika penelitiannya yaitu : penanganan karena penting, sangat dibutuhkan,
dan utama untuk dilakukan. Penanganan gadar membutuhkan penanganan segera. Upaya
pre-hospital perlu penanganan yang segera, mengatasi kegawatdaruratan pada penyelamatan
cepat dan jangan sampai telat dalam pemberian jiwa (life saving) dengan mempertimbangkan
pertolongannya. Hal ini sesuai dengan teori yang waktu, tantangannya adalah nyawa (Hipgabi,
diungkapkan oleh Pusponegoro dan Sujudi 2012). Rankin dkk. (2013) juga menyatakan
(2016) bahwa kegawatan adalah suatu kondisi bahwa keterlambatan dalam semenit saja sangat
atau situasi dalam keadaan ancaman bahaya mempengaruhi prognosis seseorang karena
ataupun sudah terjadi dampak buruk dari bahaya kegagalan sistem otak dan jantung selama 4-6
tersebut yang mengakibatkan kerusakan lebih menit dapat menyebabkan kematian biologi
lanjut. Berikut ungkapan dari informan sementara kematian klinis dapat terjadi
mengenai kategori penting dan segera : setelahnya.
“...penanganan pre-hospital itu juga
sangat penting untuk menentukan keadaan 3.2. Tujuan khusus : Mengetahui faktor-
korban berikutnya...”. faktor yang mempengaruhi kesiapan
“...penanganan pre-hospital sebaiknya penanganan gawat darurat pre-hospital
dilakukan segera saat ditemui ada 3.2.1. Faktor Pengetahuan
korban...”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
Menurut Maatilu dkk. (2014) dalam yang mempengaruhi kesiapan penanganan gawat
penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang darurat pre-hospital adalah pengetahuan, sarana
berhubungan dengan response time perawat prasarana, faktor komunikasi dan faktor
pada penanganan pasien gawat darurat di IGD geografis. Berikut pernyataan dari informan
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado mengenai faktor pengetahuan :
menyatakan bahwa tingkat pendidikan, “...setidaknya kita dengan menjadi role
pengetahuan, lama kerja dan pelatihan tidak model masyarakat sekitar akan melihat
berhubungan dengan response time perawat kita oh iya itu cara mengangkat yang
pada penanganan gadar pre-hospital pada pasien benar...”.
gawat darurat di IGD RSUP Prof. Dr. R. D. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi
Kandou Manado. Response time tergantung pada setelah orang melakukan penginderaan terhadap
kecepatan yang tersedia serta kualitas pemberian suatu objek tertentu. Pengetahuan juga sangat
pertolongan untuk menyelamatkan nyawa/ erat dengan pendidikan, sebab pengetahuan
mencegah cacat. didapat baik melalui pendidikan formal maupun
Kesimpulan dari tema hasil penelitian informal (Notoatmodjo, 2010).
ini bahwa persepsi tentang penanganan gawat Hasil penelitian Hidayati (2008)
darurat itu merupakan sesuatu yang penting dan menunjukkan bahwa Pengetahuan perawat IRD
RSUP Dr. Sardjito menghadapi bencana secara 3.2.3. Faktor Komunikasi
kognitif dikategorikan baik (82%). Pengetahuan Hasil penelitian yang dilakukan oleh
perawat IRD RSUP Dr. Sardjito dalam kesiapan peneliti bahwa akses komunikasi mempengaruhi
menghadapi bencana pada tahap preparedness kesiapan penanganan gawat darurat pre-hospital.
secara keseluruhan dikategorikan baik. Masalah muncul ketika pemberian penanganan
Pengetahuan yang baik akan meningkatkan pada korban bencana, misalnya masalah
kesiapan dalam penanganan gadar pre-hospital. komunikasi. Sebagai contoh penanganan
3.2.2. Faktor Sarana Prasarana bencana di NAD terdapat kelemahan dalam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses komunikasi dan informasi yang
sarana prasarana yang ada dapat mempengaruhi mengakibatkan koordinasi penanganannya
kesiapan penanganan gawat darurat pre-hospital. menjadi tidak stabil. Seandainya jika pemerintah
Pelayanan gawat darurat bertujuan dan masyarakat bisa menggunakan sarana
menyelamatkan kehidupan penderita. Penyebab komunikasi yang memadai maka hal tersebut
tingginya angka kematian dan kecacatan akibat tidak akan terjadi (Badri, 2008). Sesuai dengan
kegawatdaruratan adalah tingkat keparahan pernyataan informan yaitu :
akibat suatu kejadian atau kecelakaan, “…kita dapatkan informasi kemudian kita
kurangnya pengetahuan perawat terhadap peran komunikasikan kemudian kita bisa
dalam penanganan pasien gawat darurat sehari- laksanakan…”.
hari, dan kurang memadainya peralatan juga Pernyataan informan menunjukkan bahwa
dapat mempengaruhi pemberian penanganan adanya komunikasi akan mempengaruhi
gadar pada korban (Humardani, 2013). kesiapan penanganan gadar oleh timkes.
Dalam memberikan penanganan gawat Hasil penelitian didukung oleh
darurat diperlukan pengetahuan, keterampilan, penelitian dari Hidayati (2008) tentang
dan logistik untuk membantu korban. Jika Pengetahuan perawat Instalasi Rawat Darurat
logistik siap maka penolong tidak akan RSUP Dr. Sardjito dalam kesiapan menghadapi
kewalahan dan apabila alat sudah digunakan bencana pada tahap preparedness yaitu bahwa
nanti bisa dipersiapkan kembali untuk menolong jaringan komunikasi dikategorikan baik (82%).
korban selanjutnya. Sebagaimana ungkapan dari Jaringan komunikasi merupakan suatu hal yang
informan berikut : harus dimiliki perawat. Pada penelitian tersebut
“…kalau peralatan kita mau nggak mau setelah bahwa jaringan komunikasi menunjang pada
kita gunakan itu harus dipersiapkan kembali…”. tahap preparedness. Jika komunikasinya baik
Jadi logistik ini mempengaruhi kesiapan maka kesiapan dalam penanganan gadar juga
penanganan gawat darurat pre-hospital. baik yang mana perlu ditunjang oleh hal-hal
lainnya seperti pengetahuan dan sarana waktu tempuh ke sarana kesehatan, dan status
prasarana. sosial ekonomi dan budaya. Kemudahan akses
ke puskesmas ini akan berpengaruh terhadap
3.2.4. Faktor Geografis kondisi korban pre-hospital sampai intra
Hasil penelitian yang dilakukan oleh hospital.
peneliti bahwa faktor yang mempengaruhi
kesiapan penanganan gadar pre-hospital salah 3.3. Tujuan khusus : Mengidentifikasi
satunya adalah faktor geografis. Berikut kesiapan penanganan gawat darurat pre-
pernyataan informan : hospital
“…semisal itu tanah longsor itu sangatlah 3.3.1. Kesiapan Sumber Daya Manusia
susah bagi kita untuk melakukan (SDM)
penolongan karena juga naik ke atasnya Hasil penelitian menunjukkan kesiapan
juga susah apalagi tanah longsor yang sumber daya manusia mempengaruhi kesiapan
berlumpur dan lain sebagainya…”. penanganan gawat darurat pre-hospital.
“…faktor juga yang istilahnya itu Kesiapan SDM dipersepsikan sebagai kesiapan
penghambat pada saat kita melakukan yang perlu dimiliki penolong, kesiapan
penolongan…”. mahasiswa KNC-E, dan sistem pembelajaran
Ungkapan informan tersebut berarti bahwa organisasi KNC-E. Sumber daya adalah suatu
medan yang susah dijangkau dan menghambat nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau
pemberian pertolongan merupakan faktor unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya
geografis yang harus ditangani ketika menolong tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga non fisik.
korban. Sumber daya manusia adalah ilmu dan seni
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengatur proses pendayagunaan sumber daya
oleh Suharmiyati dkk. (2012) tentang Faktor- manusia dan sumber lainnya secara efisien,
faktor yang mempengaruhi keterjangkauan efektif, dan produktif (Rivai, 2005). Sesuai
pelayanan kesehatan di Puskesmas Daerah dengan teori di atas bahwa kesiapan yang perlu
Terpencil Perbatasan di Kabupaten Sambas dimiliki penolong juga dipersepsikan oleh
(Studi Kasus di Puskesmas Sajingan Besar) informan berikut :
menyebutkan bahwa penggunaan puskesmas di “…mental penolong juga sudah harus siap
daerah terpencil perbatasan antara lain dalam kondisi apapun...”.
dipengaruhi oleh akses pelayanan. Kemudahan “…kesehatan fisik… itu juga harus a…
akses ke puskesmas sebagai salah satu bentuk siap untuk tim itu sendiri…”
pelayanan kesehatan yang dipengaruhi oleh Hasil penelitian mempersepsikan bahwa
beberapa faktor antara lain jarak tempat tinggal, sistem pembelajaran organisasi KNC-E adalah
dengan belajar, berlatih dan ikut pelatihan. wawasan mahasiswa KNC-E, beriku persepsi
Berikut ungkapan dari informan : informan :
“…kami di knc terus mempelajari “…kalau kita mengikuti seminar- seminar
pengetahuan tentang penanganan itu banyak ilmunya...”.
kegawatdaruratan...”. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan
Insufisiensi kompetensi perawat menyebabkan oleh Lontoh (2013) tentang pengaruh pelatihan
ketidakmampun untuk melakukan tindakan teori bantuan hidup dasar terhadap pengetahuan
secara optimal, sehingga perlu meningkatkan resusitasi jantung paru menyatakan bahwa
kemampuan dalam pendidikan, keterampilan adanya hubungan antara pelatihan dengan
dan pengalaman (Aloyce et al, 2013). Belajar di pengetahuan. Penelitian tersebut sesuai dengan
bangku pendidikan formal ataupun nonformal hasil apa yang diungkapkan informan bahwa
sangat dibutuhkan. dengan pelatihan/seminar dapat meningkatkan
Persepsi informan tentang sistem pengetahuan. Adanya pengetahuan akan
pembelajaran organisasi KNC-E yaitu juga mempengaruhi kesiapan penanganan gawat
dengan berlatih “…kami juga dibiasakan seperti darurat pre-hospital.
berlatih simulasi mempraktikkan....”. Hal ini 3.3.2. Kesiapan sarana prasarana
didukung oleh penelitian dari Kasiman (2010) Kesiapan sarana prasarana dipersepsikan
tentang analisis pembelajaran laboratorium merupakan bagian dari kesiapan penanganan
keperawatan Akper Kosgoro Pandaan untuk gawat darurat pre-hospital. Kesiapan sarana
mencapai Standar Kompetensi Dasar Asuhan prasarana diperlukan sejak dari pre-hospital
Keperawatan Gawat Darurat salah satunya sampai intra hospital. Berikut ini persepsi dari
menunjukkan bahwa dengan menggunakan informan, “…kita harus siap dalam berbagai
metode demonstrasi, role play dan diskusi sudah hal mulai dari kita persiapan di markas sampai
berjalan dengan baik namun masih ada beberapa di lapangan…”. Kesiapan di lapangan
kendala dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu diperlukan guna penanganan ketika korban di
ada mahasiswa kurang aktif dan kurang motivasi lapangan sehingga dapat mengurangi kecacatan
dalam mengikuti pembelajaran laboraturium dan memperbaiki kondisi korban secepat
keperawatan utamanya waktu demonstrasi. mungkin. Menurut penelitian Hidayati (2008)
Sesuai dengan hasil penelitian tersebut bahwa tentang Pengetahuan perawat Instalasi Rawat
belajar dan berlatih bisa meningkatkan Darurat RSUP Dr.Sardjito dalam kesiapan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. menghadapi bencana pada tahap preparedness
Mengikuti seminar merupakan bagian dari yaitu peralatan dan sumber daya yang
upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan menunjang pelayanan keperawatan
dikategorikan baik (72%). Pengembangan sub
sistem transportasi baik (76%). Peralatan dan hasil penelitian ini motivasi internal mahasiswa
transportasi merupakan bagian dari pengetahuan bisa dari dalam diri maupun orang lain atau
yang harus dimiliki perawat pada tahap lingkungan.
preparedness. Dari hasil penelitian tersebut Menurut Limantara dkk. (2015) bahwa
menunjukkan bahwa kesiapan peralatan dan pengembangan sistem penanganan kegawatan
transportasi yang baik menunjang kesiapan berbasis wilayah yang terintegrasi dan
perawat dalam memberikan penanganan gawat komprehensif perlu dikembangkan mengingat
darurat. pentingnya kecepatan dan ketepatan pelayanan
dalam fase yang pendek sebagai faktor utama
3.4. Tujuan khusus : Mengidentifikasi yang mempengaruhi mortalitas pada kegawatan.
harapan mahasiswa Kusuma Nursing Care Proses untuk menurunkan tingginya angka
Emergency (KNC-E) tentang penanganan kematian di IGD bukanlah proses yang berdiri
gawat darurat pre-hospital sendiri melainkan aspek pre-hospital juga
3.4.1. Motivasi Internal Mahasiswa berpengaruh.
Motivasi internal mahasiswa dalam Upaya pelayanan penderita gawat
penelitian dipersepsikan berasal dari diri sendiri darurat menurut Haryatun dan Sudaryanto
dan orang lain. Motivasi dari informan yaitu (2008) menyatakan bahwa pada dasarnya
menolong merupakan kewajiban, berikut mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus
persepsi informan : dikembangkan sedemikian rupa sehingga
“…menolong merupakan kewajiban kita mampu mencegah kematian atau cacat yang
ya sebagai umat manusia kita...”. mungkin terjadi. Teori tersebut sesuai dengan
Hasil penelitian Sunanto (2011) menyatakan pernyataan informan yaitu :
adanya hubungan motivasi terhadap kompetensi “…penanganan gawat darurat dengan
keterampilan dasar praktek klinik kebutuhan benar sehingga resiko kecacatan dan
dasar manusia I, karena motivasi memberikan kematian bisa berkurang...”.
dorongan pada individu atau mahasiswa untuk Salah satu indikator keberhasilan
melakukan kegiatan belajar klinik, semakin penanggulangan medik penderita gawat darurat
tinggi motivasi baik dari lingkungan maupun adalah kecepatan memberikan pertolongan yang
dari dalam diri, semakin membuat seseorang memadai kepada penderita gawat darurat baik
melakukan tindakan tertentu agar lebih dapat pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu
belajar atau lebih siap untuk belajar sehingga bencana.
dapat melakukan praktek ketrampilan dasar
praktek klinik dengan baik dan lebih kompeten
(Cahyanto, 2009). Teori tersebut sesuai dengan
3.4.2. Ketepatan dalam penanganan gadar memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada
Ketepatan dalam penananganan gadar masyarakat. Rakhmat (2011) mendefinisikan
dipersepsikan oleh informan yaitu bisa bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu proses
melakukan dengan benar, tahu, dan siap. Berikut penyediaan pengalaman belajar yang bertujuan
persepsi dari informan untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap dan
“…bukan hanya tenaga kesehatan bisa perilaku yang ada hubungannya dengan
melakukannya tetapi orang awam orang kesehatan perorangan atau kelompok. Apa yang
awam juga bisa melakukannya...”. “…jadi diungkapkan oleh informan sesuai dengan teori
masyarakat umum itu harus tahu untuk tersebut yaitu :
penanganan-penanganan pada saat kita “…dari knc ya harus melakukan
melakukan tindakan a.. pada saaat kita penyuluhan penyuluhan, penyuluhan
menolong korban…”. “…bagaimanapun penyuluhan kegawatdaruratan kepada
keadaannya kita nggak tau jadi sewaktu masyarakat masyarakat awam…”.
waktu ada bencana itu kita bisa siap Ungkapan informan menunjukkan bahwa
semuanya...” (I4) pendidikan kesehatan dapat meningkatkan
Menurut Limantara dkk. (2015) bahwa pengetahuan yang mana juga akan
pengembangan sistem penanganan kegawatan meningkatkan kesiapan masyarakat nantinya.
berbasis wilayah yang terintegrasi dan Menurut Erawati (2015) dalam
komprehensif perlu dikembangkan mengingat penelitiannya bahwa masyarakat diharapkan
pentingnya kecepatan dan ketepatan pelayanan dapat mengimbangi pengetahuan yang dimiliki
dalam fase yang pendek sebagai faktor utama dengan meningkatkan keterampilan dalam
yang mempengaruhi mortalitas pada kegawatan. melakukan bantuan hidup dasar salah satunya
Proses untuk menurunkan tingginya angka dengan mengikuti pelatihan, sesuai dengan
kematian di IGD bukanlah proses yang berdiri pernyataan informan yaitu, “…atau memberikan
sendiri melainkan aspek pre-hospital juga pelatihan seperti itu…”. Dapat disimpulkan
berpengaruh. Penolong yang memberikan bahwa dengan penyuluhan dan pelatihan atau
penanganan harus tahu bagaimana menangani simulasi dapat meningkatkan pengetahuan yang
yang benar dan siap ketika menolong yang juga akan meningkatkan kesiapan penanganan
berarti yakin akan kemampuan yang dimiliki. gawat darurat pre-hospital oleh masyarakat
3.4.3. Upaya Meningkatkan Kesiapan sebagai first responder.
Penanganan Gadar Pre-Hospital untuk
Masyarakat
Meningkatkan kesiapan penanganan
gadar untuk masyarakat dapat dilakukan dengan
4. Simpulan dan Saran b. Bagi Mahasiswa KNC-E
4.1. Kesimpulan Mahasiswa KNC-E supaya bisa menjadi role
Berdasarkan hasil dari penelitian dan model bagi mahasiswa lainnya khususnya dalam
pembahasan didapatkan kesimpulan bahwa : bidang kegawatdaruratan
a Persepsi mahasiswa KNC-E tentang c. Bagi Peneliti
penanganan gawat darurat pre-hospital didapat Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti
tema yaitu urgensi penanganan gawat darurat dalam bidang kegawatdaruratan khususnya
pre-hospital. tentang kesiapan penanganan gawat darurat pre-
b Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan hospital
penanganan gawat darurat pre-hospital ada 4 d. Bagi Peneliti Selanjutnya
tema yang didapat yaitu faktor pengetahuan, Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan
sarana prasarana, komunikasi dan geografis. penelitian lain dengan menggunakan metode
c Kesiapan penanganan gawat darurat pre- yang berbeda misalnya kuantitatif untuk
hospital didapat 2 tema yaitu kesiapan SDM dan mengetahui perbedaan kesiapan pada mahasiswa
kesiapan sarana prasarana, KNC-E dengan mahasiswa keperawatan lainnya.
d Harapan mahasiswa Kusuma Nursing Care
DAFTAR PUSTAKA
Emergency (KNC-E) tentang penanganan gawat
Afiyanti, Y dan Rachmawati, IN. (2014).
darurat pre-hospital didapat 3 tema yaitu
Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam
motivasi internal mahasiswa, ketepatan dalam
Riset Keperawatan. Jakarta : PT Raja
penanganan gadar dan upaya meningkatkan
Grafindo
kesiapan penanganan gawat darurat untuk
AIPNI. (2010). Kurikulum Kbk Aipni. Jakarta,
masyarakat.
diakses pada 5 januari 2017,
<www.kmshpeq.net/doc/.../2_2_018_20
4.2. Saran
110500_kurikulum_kbk_aipni_2010.
Saran yang dapat diberikan antara lain adalah
pdf>
sebagai berikut :
Aloyce, R., Leshabari,S., & Brysiewicz, P. 2013.
a. Bagi Institusi Pendidikan
“Assessment of knowledge and skill of
STIKes Kusuma Husada dapat meningkatkan
triage amongost nurses working in the
kognitif dan psikomotor mahasiswa khususnya
emergency centres in Dar es Salaam.
dalam bidang kegawatdaruratan melalui
Tanzania”. Disertasi. Muhimbili
program seminar dan pelatihan
University of Health and Allied Science,
kegawatdaruratan
diakses pada 16 Juli 2017,
<http://dx.doi.org/10.1016/j.afjem>
Badri, Hubeis, dan Maksum. (2008). Karya Tulis Ilmiah. Universitas Gajah
Pemberdayaan Komunikasi Pemuka Mada. Yogyakarta
Pendapat Dalam Penanganan Bencana Hipgabi. (2012). Kumpulan materi pelatihan
Gempa Bumi di Yogyakarta (Kasus Emergency Nursing. Jakarta
Kabupaten Bantul). Jurnal Komunikasi Humardani, A. (2013). “Hubungan Pengetahuan
Pembangunan, vol. 6, no. 1, diakses dengan Peran Perawat UGD dengan
pada 17 Juli 2017, Sikap dalam Penanganan Pertolongan
<mail.student.ipb.ac.id/index.php/jurnal Pertama pada Pasien Gawat Darurat
kmp/article/download> Kecelakaan Lalulintas”. Karya Tulis
Cahyanto. E. (2009). “Implementasi Ilmiah. Universitas Muhammadiyah
pembelajaran skills lab (Studi kasus di Ponorogo. Ponorogo, diakses pada 11
fakultas kedokteran UNS)”. Tesis. Januari 2017, <digilib.umpo.ac.id
Universitas Sebelas Maret. Surakarta /files/disk1/10/jkptumpo-gdl-
Erawati. (2015). “Tingkat Pengetahuan alihumarda-477-1-abstrak,-i.pdf>
Masyarakat tentang Bantuan Hidup Kasiman. (2010). “Analisis Pembelajaran
Dasar (BHD) di Kota Administrasi Laboratorium Keperawatan Akper
Jakarta Selatan”. Skripsi. Universitas Kosgoro Pandaan untuk Mencapai
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Standar Kompetensi Dasar Asuhan
Jakarta, diakses pada 16 Juli 2017, Keperawatan Gawat Darurat”. Tesis.
<repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstrea Universitas Sebelas Maret. Surakarta
m/123456789> Limantara, Herjunianto, dan Roosalina. (2015).
Haryatun dan Sudaryanto. (2008). Perbedaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
waktu tanggap tindakan keperawatan Tingginya Angka Kematian di IGD
pasien cedera kepala kategori 1-V di Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran
instalasi gawat darurat RSUD Dr- Brawijaya, vol. 28, no. 2, diakses pada
Moewardi. Berita Ilmu Keperawatan, Juli 2017, <http://jkb.ub.ac.id/
vol. 1, no. 2, diakses pada 17 Juli 2017, index.php/jkb/article/viewFile/968/461>
<journals.ums.ac.id/index.php Lontoh, C. (2013). Pengaruh Pelatihan Teori
/BIK/article/download/3739/2408> Bantuan Hidup Dasar Terhadap
Hidayati. (2008). “Pengetahuan Perawat Pengetahuan Resusitasi Paru Siswa-
Instalasi Rawat Darurat RSUP Dr. Siswi SMA Negeri 1 Toili, diakses 17
Sardjito dalam Kesiapan Menghadapi Juli 2017, <http://ejournal.unsrat.ac.id
Bencana pada Tahap Preparedness”. /index.php/jkp/article/view/2173>
Lukman, VF. (2012). Hubungan Kondisi Fisik Perwali. (2015). Penanggulangan Gawat
Lingkungan Rumah dengan Kejadian Darurat Terpadu. 16-c. Surakarta:
Asma di Wilayah Kerja Puskesmas Bulu Walikota
Lor Kecamatan Semarang Utara. Jurnal Pusponegoro dan Sujudi. (2016).
Kesehatan Masyarakat. 1. (2): 493-503, Kegawatdaruratan dan Bencana.
diakses 12 Januari 2017, Jakarta Timur: PT Rayyana
<http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/ Komunikasindo
jkm> Maatilu, Mulyadi, dan Malara. (2014). Faktor-
Martini, Hidayat dan Kartikawatiningsih. faktor yang berhubungan dengan
(2016). Perbedaan Survival Pasien response time perawat pada
Rujukan dan Non Rujukan Dengan penanganan pasien gawat darurat di
Cedera Kepala di Instalasi Gawat IGD RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Darurat (IGD) RSUD dr. Saiful Anwar Manado, diakses pada 18 Juli 2017.
Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan, vol. <http://download.portalgaruda.org/articl
4, no. 2, diakses pada 8 Januari 2017, < e.php?article=172687&val=5798&title=
jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/downlo Faktor-faktor yang berhubungan dengan
ad /106/115> response time perawat pada penanganan
Mahyawati. (2015). “Hubungan pasien gawat darurat di IGD RSUP Prof.
Kegawatdaruratan Pasien dengan Waktu Dr. R. D. Kandou Manado>
Tanggap Perawat di IGD RS PKU Rakhmat, J. (2011). Psikologi Komunikasi.
Muhammadiyah Yogyakarta”. Skripsi. Bandung: Remaja Rosdakarya
STIKes Aisyiyah. Yogyakarta, < http: Rankin JA, Then KL, Atack L. (2013). Can
//opac.unisayogya.ac.id/123/1/Naskah Emergency Nurses Triage Skills Be
Publikasi PDF.pdf > Improved By Online Learning Result Of
An Experiment. Journal Of Emergency
Mulyadi. (2016). Pengaruh Penyuluhan dan
Nursing, diakses pada 14 Juli 2017,
Simulasi Bntuan Hidup Dasar (BHD)
<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa
pubmed/21906796>
SMAN 9 Kota Manado, diakses pada 18
Rivai, V. (2005). Manajemen Sumber Daya
Januari 2017,<http://
Manusia untuk Perusahaan dari Teori
ejournal.stikimmanuel. ac.id>
ke Praktik. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian
Persada
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudiharto dan Sartono. (2011). Basic Trauma Ketrampilan praktek klinik kebutuhan
Cardiac Life Support. Jakarta: CV dasar manusia mahasiswa tingkat I
Sagung Seto Akademi keperawatan Hafshawty Zainul
Suharmiyati, Handayani, dan Kristiana. (2012). Hasan Probolinggo”. Tesis. Universitas
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sebelas Maret. Surakarta.
Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Daerah Terpencil Perbatasan
di Kabupaten Sambas (Studi Kasus di
Puskesmas Sajingan Besar). Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, vol. 15,
no. 3, diakses pada 17 Juli 2017,
<ejournal.litbang.depkes.go.id>
Sunanto. (2011). “Hubungan antara motivasi
belajar dan prestasi belajar dengan

Anda mungkin juga menyukai