Anda di halaman 1dari 11

Prima Wiyata Health

Volume I Nomor 1 Tahun 2020


ISSN : 2716-1706

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN PERAWAT


TENTANG PENANGANAN PERTAMA PASIEN GAWAT DARURAT DI RUANG
IGD,ICU,NICU DAN BEDAH PADARUMAH SAKIT UMUM KAREL SADSUITUBUN
LANGGUR MALUKU TENGGARA
Stephen Roynald Letelay, STIKes HUSADA JOMBANG
Elly Rustanti, STIKes HUSADA JOMBANG
Najah Soraya Niah, STIKes HUSADA JOMBANG
email : letelay74@yahoo.com

ABSTRAK

Penanganan Pertama Pasien Gawat Darurat (PPGD) merupakan salah satu usaha yang segera
dilakukan oleh seseorang apababila menemukan korban yang membutuhkannya, oleh karena itu
setiap individu apalagi tenaga kesehatan wajib mengetahinya.Desain penelitian yang digunakan
adalah deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang
penanganan pertama pasien gawat darurat di Rumah Sakit Umum Daerah Karelsadsuitubun
Langgur Kabupeten Maluku tenggara Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawata yang
melakukan tindakan keperawatan di Rumah Sakit Karelsadsuitubun Langgur yakni pada ruangan
IGD, NICU,ICU dan Bedah sedangkan sampel yang diambil adalah total sampel yakni berjumlah
52 responden. Data primer diperoleh melalui kuisioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari
bagian medical record Rumah Sakit Umum Daerah Karelsadsuitubun Langgur Maluku Tenggara
maupun studi kepustakaan. Pengolahan data dengan menggunakan komputer dengan analisa
univariat statistic deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel deskriptif frekwensi Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa pengetahuan tentang penanganan pertama pasien gawat darurat 44%
berpengetahuan baik, 56,0% berpengetahuan kurang. Satu hal pula yang menjadi fenomena
ternyata sebagian besar perawat yang diteliti adalah perawat yang baru bertugas di Rumah Sakit
Umum Karel Sadsuitubun Langgur belum pernah mendapatkan pelatihan atau teori-teori baru
tentang kegawat daruratan . fenomena ini yang membuat penulis terpanggil untuk melakukan
penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Penanganan Pertama pada Pasien
Gawat Darurat di Ruang IGD,ICU,NICU dan Bedah Rumah Sakit Karel Sadsuitubun Langgur
Kabupaten Maluku Tenggara .
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan perawat tentang penanganan pertama
pasien gawat darurat masih rendah dan belum sesuai harapan oleh sebab itu penulis menyarankan
kepada manajemen rumah sakit untuk membuat pelatihan serta seminar guna meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan serta mengupdate ilmu yang telah ada.

Kata Kunci : Pengetahuan PPGD, Perawat RSUD Karel sadsuitubun Langgur

Halaman | 13
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Tahun 2020
ISSN : 2716-1706

Factors That Influence Nurses Doubts About The Firsh Handling Of Emergency Patients
Is The Karel Sadsaitubun Langgur Regional General Hospital Southeast Maluku District

ABSTRACT

The first handler for emergency patient (PPGD) is one of the efforts that a person shouid
immediately do if hef fids a victim who needs it ,therefore every individual , espec cially health
workers must know it . The research design used was analitytic with the aim of tinding out the
reration ship between the level of know ledge of nurses regarting the handling of the first
emergency patients in the general hospitak in karel sadsaitubun langgur ,sout heast Maluku
district.The population in this study were all nurses who performend nursing action in the general
hospital karel sadsaitubun langgur general hospital namely in the IGD,
TRIGGER,TRYGGER,and surgical room .While the sample taken was a total sample of 52
respondent .Primary data were obtained through questionnaires , while secondary data were
obtained from the medical records of the general hospital in karel sadsaitubun langgur mall,south
east Maluku and liferaturestudies .Data processing using a kumputer with descriptive univatiate
statistical analysis and presentendin the from of a trequency descriptive table the resuts of this
study indicate that know ledge of the first treamet of emergency patiets is 44 parsen will –informed
56 persen are lacking one thing that also became aphenomenon turnedout that most of the nurses
studied were nurses who had just served in the general hospital karel sadsaitubun langgur
neverreceived training or new theories about emergency ,emergencies. The conclusion of this
study is the level of nurses knowledge about the first handling of emergency patients is still low
and not as expected therefore yhe authors suggest to hospital management to make training.

Keywords : PPGD knowledge, nurse RSUD Karel Sadsuitubun graceful

PENDAHULUAN jumlah penderita gawat darurat di dunia


Pelayanan keperawatan adalah pelayanan bertambah 6,50 juta orang. Dalam 5-6 tahun
professional yang di dasarkan pada ilmu dan mendatang 15 juta orang akan meninggal
teknologi keperawatan yang berbentuk setiap tahunnya akibat kecelakaan baik di
pelayanan bio-psiko-spiritual yang darat, laut, perairan maupun di alam
komprehensif. Demikian halnya dengan bebas.kecelakaan lalulintas di daratan akan
pelayanan keperawatan gawat darurat yang semakin meningkat prioritasnya, serta akan
ditujukan kepada klien/pasien yang menjadi masalah kesehatan yang penting.
mempunyai masalahaktual atau resiko yang Kecenderungan ini didukung oleh suatu
di sertai kondisi lingkungan yang tidak dapat analisa dalam suatu rencana pembangunan
dikendalikan, maka salah satu bentuk kesehatan (RPJK) mengenai pola penyakit
pelayana keperawatan adalah pelayana gawat berdasarkan komposisi umur dimana
darut, gawat artinya mengancam nyawa, penyakit penyebab kematian tertinggi selain
sedangkan darurat adalah perlu mendapat penyakit kardiovaskuler maupun kanker,
penanganan atau tindakan dengan segera kecelakaan lalulintas merupakan urutan
untuk menghilangakan ancaman nyawa tertinggi.
korban ( Musliha, 2014). Diperkirakan di Indonesia terdapat 100-
Berdasarkan data dari World health 200 penderita menderita akibat kecelakaan
Organisation (WHO), bahwa setiap tahun baru untuk setiap 100.000 pendudukyang di

Halaman | 14
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Tahun 2020
ISSN : 2716-1706
rawat di unit gawat darurat pertahunnya. lain.Pengetahuan ini menyangkut kegawatan
Prevalensi penderita gawat darurat akibat ,dimana yang harus dipahami adalah langkah
kecelakaan meningkat setiap tahunnya, awal dalam PPGD dikenal dengan singkatan
akibat pengenalan tentang pertolongan A-B-C-D ( Airway – Breathing – Circulation
pertama masih sangat minim. Menurut hasil – Disability ). Keempat poin tersebut adalah
survey kesehatan rumah tinggal (SKRT) poin-poin yang harus diperhtikan dalam
2014 kegawat daruratan penyakit urutan penaggulangan pasien dalam kondisi gawat
tertinggi dari penyakit kardiovaskuler, darurat. Lalu bagaimana dengan tenaga
kanker maupun penyakit lainnya. kesehatan khususnya perawat , apakah telah
Apabila kecelakaan terjadi disekitar kita, menguasai tindakan tersebut?
maka kita harus dapat melakukan Iswanto (2014) pernah meneliti tentang
pertolongan pada korban sesegera mungkin, kegawatan nafas dan tindakan resusitasi pada
Karena apabila tidak ada tindakan selama 3- neonatus yang megalami kegawatan
8 menit maka otak tidak berfungsi lagi, suatu pernafasan di ruang UGD , ruang
hal yang perlu di perhatikan ketika terjadi perinatologi dan ruang anak RSUD Liun
kegawatan dan kedaruratan yaitu pastikan Kendage Tahuna Propinsi Sulawesi Utara
kita bersikap tenang dan melakukan didapatkan bahwa pengetahuan perawatyang
pertolongan dengan cepat dan tepat, jangan dikategorikan baik masih sangat kurang.
terburu- buru untuk menolong sekalipun kita Berdasarkan penelitian tersebut disarankak
tidak meragukan tindakan pertolongan yang bahwa pengetahuan perawat dan ketrampilan
akan di berikan, tetaplah memberikan tindakan resusitasi untuk selalu ditingkatkan
pertolongan sesuai tanda dan gejala yang ada baik formal maupun non formal sehingga
(Iskandar, 2014) dalam pemberian asuhan keperawatan pada
Penanganan pertama gawat darurat situasi kritis dapat dilakukan secara efektif.
efektif jika segera dilaksanakan saat
penderita mengalami gangguan yang TINJAUAN PUSTAKA
membutuhkan tindakan segera . Semakin Pengertian Gawat Darurat
cepat tindakan pertolongan pertama Keperawatan gawat darurat (Emergency
dilakukan maka semakin besar tingkat Nursing) merupakan pelayanan keperawatan
keberhasilanpertolongan, sebaiknya semakin yang komprehensif diberikan kepeda pasien
lambat tindakan yang diberikan maka tingkat dengan injuri akut atau sakit yang
keberhasilan pertolongan semakin kecil . mengancam kehidupan (Ns. Paula dkk,2014).
Prinsip utama Pertolongan Pertama Gawat artinya mengancam nyawa,
Gawat Darurat(PPGD) adalah sedangkan darurat adalah perlu mendapat
menyelamatkan pasien dari kondisi gawaat pelayanan atau tindakan untuk
darurat. Dengan filosofi adalah “ Time menghilangkan ancaman nyawa korban
Saving is Life Saving”, dalam artian bahwa (Mushila, 2014).
seluruh tindakan yang dilakukan pada saat Upaya peningkatan mutu di Rumah Sakit
kondisi gawat daruratharuslah benar-benar meliputi semua bidang pelayanan yang ada
efektifdan efesien, karena pada saat kondisi dan harus dilakukan secara terencana terpadu
tersebut pasien dapat kehilangan nyawa (integrated) dan barkesinambungan
dalam hitungan menit saja (Iswanto, 2014 (continue). Pelayanan gawat darurat adalah
dikutip dalam Nelson 2009). salah satu faktor penting dalam proses
Pada saat ini pengetahuan tentang PPGD tindakan penyelamatan jiwa pasien (Life
telah diajarkan kepada masyarakat Saving). sehingga dalam pelayanan gawat
seperi:Nelayan,Kepolisian,Tentara, dan lain-

Halaman | 15
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Tahun 2020
ISSN : 2716-1706
darurat rumahsakit harus memperhatikan dapat kehilangan nyawa dalam hitungan
beberapa indikator antara lain : menit saja (henti napas selama 2-3 menit
1. Penatalaksanaan Bantuan Hidup Dasar dapat mengakibatkan kematian). Sedangkan
(BHD) prinsip dari BLS yaitu save, respon, airway,
2. Penanganan Pertama Pasien Gawat breathyng dan circulation. Save
Darurat (PPGD) dimaksudkan agar penolong memastikan
3. Angka keterlambatan pertama gawat keamanan diri, lingkungan dan korban,
darurat (Emergency Respon Time) sebelum melakukan pertolongan. Respon
diperlukan untuk mengetahui tingkat
Pengetian BHD kesadaran korban.
Pengertian BHD (Basic Life Suport)
adalah usaha yang dilakukan untuk Tujuan Pertolongan Pertama Gawat
mempertahankan kehidupan pada saat Darurat
penderita mengalami keadaan yang Kejadian gawat darurat biasanya
mengancam nyawa (Goyten, 2008). Prinsip berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga sulit
BLSitu sendiri adalah SARABC yaitusave, memprediksi kapan terjadinya. Langkah
respon, airway, breathyng dan circulation. terbaik untuk situasi ini adalah waspada dan
Save dimaksudkan agar penolong malakukan upaya kongkrit untuk
memastikan keamanan diri, lingkungan dan mengantisipasinya . Harus dipikirkan satu
korban, sebelum melakukan pertolongan. bentuk mekanisme bantuan kepada korban
Respon diperlukan untuk mengetahui tingkat dari awal tempat kejadian, selama perjalanan
kesadaran korban. menuju sarana kesehatan, bantuan di fasilitas
Sedangkan indikasi dari BHD adalah: kesehatan sampai paska kejadian cedera.
a. Henti napas Tercapainya kualitas hidup penderita pada
b. Henti jantung akhir bantuan tetap menjadi tujuan dari
seluruh rangkaian pertolonganyang di
Pengertian PPGD berikan. Tujuan dari Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama gawat darurat Gawat Darurat adalah:
(PPGD) merupakan penanganan asuhan 1. Mencegah banyak kematian atau
yang di berikan dengan segera dan semantara mempertahankan hidup
bagi orang yang menderita cedera atau sakit 2. Mencegah cacat
mendadak.(Muriel Skeet, 2014). 3. Mencegah penurunan kondisi fisik
Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat 4. Mencegah infeksi
(PPGD) adalah serangkaian usaha-usaha 5. Mengurangi rasa sakit
pertama yang dapat dilakukan pada kondisi
gawat daruat dalam rangka menyelamatkan Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
pasien dari kematian. (Goiton 2015). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
Prinsip utama dari Pertolongan Pertama dan pegetahuan ini terjadi setelah orang
Gawat Darurat (PPGD) adalah malakukan penginderaan terhadap suatu
menyelamatkan pasien dari kematian pada objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
kondisi gawat darurat. Dengan filosofi “Time panca indra manusia, yakni indera
Saving is Life Saving”,“(waktu adalah penglihatan, pendengaran, penciuman,
nyawa) dalam artian bahwa seluruhtindakan rasa(mojo, 2014).
yang di lakukan pada saat kondisi gawat Pengetahuan atau kognitif merupakan
darurat haruslah benar-benar efektif dan domain yang sangat penting dalam
efesien, karena pada kondisi tersebut pasien

Halaman | 16
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Tahun 2020
ISSN : 2716-1706
membentuk tindakan seseorang (overt Tinjauan Tentang Pelatihan Kerja
behavior). Moekijat (1993:3) jmenyatakan bahwa
“pelatihan adalah suatu bagian pendidikan
Tinjaun Umum Tentang Pendidikan. yang menyangkut proses belajar untuk
Pendidikan adalah suatu penarapan memperoleh dan meningkatkan keterampilan
konsep pendidikan didalam bidan kesehatan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam
.Pendidikan kesehatan merupakan suatu waktu yang relatif singkat dan dengan
kegiatan untuk memberikan atau metode yang lebih mengutamakan praktek
meningkatkan pengetahuan masyarakat daripada teori.
dalam memelihara dan meningkatkan Alex S. Nitisemito (1982:86)
kesehatan.Konsep dasar pendidikan mengungkapkan tentang tujuan pelatihan
merupakan suatu proses belajar hal ini berarti sebagai usaha untuk memperbaiki dan
didalam pendidikan itu terjadi proses mengembangkan sikap, tingkah laku dan
perkembangan atau perubahan arahyang pengetahuan, sesuai dari keinginan individu,
lebih dewasa , lebih baik dan lebih matang masyarakat, maupun lembaga yang
pada diri individu,kelompok atau masyarakat bersangkutan. Dengan demikian pelatihan
dari yang tidak tau tentang nilai- nilai dimaksudkan dalam pengertian yang lebih
kesehatan.Konsep ini bahwa manusia sebagai luas, dan tidak terbatas sematamata hanya
makluk sosial dalam kehidupannya untuk untuk mengembangkan keterampilan dan
mencapai nilai- nilai di dalam masyarakat bimbingan saja. Pelatihan diberikan dengan
selalu memerlukan orang lain yang lebih harapan individu dapat melaksanakan
dewasa , lebih mampu dan lebih tau ( pekerjaannya dengan baik. Seseorang yang
Notoatmojo 2014). telah mengikuti pelatihan dengan baik
Salah satu upaya untuk meningkatkan biasanya akan memberikan hasil pekerjaan
sumber daya keperawatan adalah melalui lebih banyak dan baik pula dari pada individu
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yang tidak mengikuti pelatihan.
mengikuti pelatihan perawatan keterampilan Dengan demikian, kegiatan pelatihan
teknis atau keterampilan dalam hubungan lebih ditekankan pada peningkatan
interpersonal. Sebagian besar pendidikan pengetahuan, keahlian/keterampilan (skill),
perawat adalah vokasional (D3 pengalaman, dan sikap peserta pelatihan
Keperawatan). tentang bagaimana melaksanakan aktivitas
Untuk menjadi perawat profesional, atau pekerjaan tertentu. Hal ini sejalan
lulusan SLTA harus menempuh pendidikan dengan pendapat Henry Simamora
akademik S1 Keperawatan dan Profesi Ners. (1995:287) yang menjelaskan bahwa
Tetapi bila ingin menjadi perawat vokasional, pelatihan merupakan serangkaian aktivitas
(primary nurse) dapat mengambil D3 yang dirancang untuk meningkatkan
Keperawatan/Akademi Keperawatan. keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun
Lulusan SPK yang masih ingin menjadi perubahan sikap seorang individu atau
perawat harus segera ke D3 Keperawatan kelompok dalam menjalankan tugas tertentu.
atau langsung ke S1 Keperawatan. Tinjauan Tentang Lama Kerja
Selanjutnya, lulusan D3 Keperawatan dapat Lama bekerja adalah lama waktu untuk
melanjutkan ke S1 Keperawatan dan Ners. melakukan suatu kegiatan atau lama waktu
Dari pendidikan S1 dan Ners, baru ke seseorang sudah bekerja (KKBI,2010). Lama
Magister Keperawatan/spesialis dan bekerja adalah jangka waktu yang telah
Doktor/Konsultan (Gartinah, dkk., 1999) dilalui seseorang sejak menekuni pekerjaan.
Lama kerja dapat menggambarkan

Halaman | 17
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Tahun 2020
ISSN : 2716-1706
pengalaman seseorang dalam menguasai ,1998) sampel adalah sebagian dari populasi
bidang tugasnya. Pada umumnya, petugas atau obJek yang memiliki karakteristik sama
dengan pengalaman kerja yang banyak tidak tapi pada penelitian ini penulis mengambil
memerlukan bimbingan dibandingkan metode accidental sampling yakni semua
dengan petugas yang pengalamn kerjannya perawat yang kebetulan hadir dan memenuhi
sedikit. Menurut Ranupendoyo dan Saud kriteria sebanyak 52 orang
(2005), semakin lama seseorang bekerja pada
suatu organisasi maka akan semakin HASIL DAN PEMBAHASAN
berpengalaman orang tersebut sehingga Hasil Penelitian
kecakapan kerjannya semakin baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Faktor-Faktor Lama Kerja gambaran pengetahuan perawat tentang
Menurut Handoko (2007), faktor yang penanganan pertama pada pasien gawat
mempengaruhi lama bekerja diantaranya ; darurat (PPGD). Desain yang di gunaikan
a. Tingkat kepuasan kerja adalah deskriptif yang di laksanakan pada
b. Stres lingkungan kerja tanggal 4 Juli sampai dengan 4 Agustus 2019
c. Pengembangan karier di Rumah Sakit Umum Daerah Karel
d. Kompensasi hasil kerja Sadsiutubun Langgur Kabupaten
Lama kerja menurut Handoko (2007) MalukuTenggara Propinsi Maluku dengan
dikategorikan menjadi dua, meliputi: menggunakan total sampling yakni sebanyak
a. Lama kerja kategori baru ˂ 3 tahun 52 responden.
b. Lama kerja kategori lama > 3 tahun Analis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis univariat dalam
METODOLOGI PENELITIAN bentuk table deskriptif frekwensi. Adapuun
Desain Penelitian hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
Berdasarkan ruang lingkup permasalahan
dan ruang lingkup penilitian maka peneliti Data umum
menggunakan penelitian analitik tentang a. Karakteristik Responden Berdasarkan
Penanganan Pertama Pasien Gawat Darurat, Karakteristik Usia
peneliti melihat bagaimana faktor-faktor Tabel 1. Karakteristik Usia Perawat Tentang
yang mempengaruhi pengetahuan perawat Penanganan Pertama Pasien gawat darurat
yang bekerja di ruang perawatan dan ruang di RSUD Karel Sadsuitubun Langgur
tindakan khusus tentang tindakan Ket Frekuensi Persentase
penanganan pertama pasien gawat darurat (%)
Usia
yang mengacu pada standar America Heart
20-28 Thn 26 50
Association (AHA) 2015. 29-34 Thn 12 23,1
>34 Thn 14 26,9
Total 52 100
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Sumber data primer,2019
semua perawat yang melakukan tindakan Pada tabel 1 menunjukan hampir sebagian
kePerawatan di ruang IGD,NICU,ICU dan dari responden 50 % berusia 20-28 tahun,
BEDAH bejumlah 60 orang.Sampel sebagian kecil dari responden 26,9 % berusia
Istilah sampel sering juga disebut sebagai >34 tahun dan 23,1 % berusia 29-34 tahun.
percontoh atau bagian dari populasi
(Hermawanto, 2014). Menurut (Budiman

Halaman | 18
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Tahun 2020
ISSN : 2716-1706
b. Karakteristik Responden Berdasarkan
Karakteristik Ruang Kerja d. Karakteristik Responden Berdasarkan
Karakteristik Lama Kerja
Tabel 2. Karakteristik Ruang Kerja Perawat
Tentang Penanganan Pertama Pasien gawat Tabel 4. Karakteristik Lama Kerja Perawat
darurat di RSUD Karel Sadsuitubun Tentang Penanganan Pertama Pasien gawat
Langgur darurat di RSUD Karel Sadsuitubun
Keterangan Frekuensi Persentase Keterangan Frekuensi Persentase
(%) (%)
Ruang Lama Kerja
Kerja 16 30,8 6 bulan-5 11 21,2
IGD 9 17,3 tahun
NICU 14 26,9 6-10 tahun 19 36,5
BEDAH 13 25,0 > 10 tahun 22 42,3
ICU
Total 52 100 Total 52 100
Sumber data primer,2019 Sumber data primer, 2019

Pada tabel 2 menunjukan hampir sebagian Pada tabel 4 menunjukan hampir sebagian
dari responden 30,8 % bekerja di ruang IGD, dari responden 42,3 % bekerja >10 tahun,
hampir sebagian dari responden 26,9 % hampir sebagian dari responden 36,5 %
bekerja di ruang Bedah, sebagian kecil dari bekerja 6-10 tahun dan sebagian kecil dari
responden 25% bekerja di ruang ICU, dan responden 21,2 % bekerja 6 bulan-5 tahun.
sebagian kecil dari responden 17,3% bekerja
di ruang NICU, e. Karakteristik Responden Berdasarkan
Karakteristik Pelatihan
c. Karakteristik Responden Berdasarkan
Karakteristik Pendidikan Tabel 5. Karakteristik Ruang Kerja Perawat
Tentang Penanganan Pertama Pasien gawat
Tabel 3 Karakteristik Pendidikan Perawat darurat di RSUD Karel Sadsuitubun
Tentang Penanganan Pertama Pasien gawat Keterangan Frekuensi Persentase
darurat di RSUD Karel Sadsuitubun (%)
Keterangan Frekuensi Persentase Pelatihan
(%) Tidak pernah 29 55,8
Pendidikan Pernah 23 44,2
SPK 5 9,6 Total 52 100
DIII Kep 44 84,6 Sumber data primer,2019
SARJANA 3 5,8

Total 52 100
Pada tabel 5 menunjukan lebih dari setengah
responden 55,8 % pernah mengikuti
Sumber data primer,2019
pelatihan dan hampir sebagian dari
Pada tabel 3 menunjukan sebagian besar dari responden 44,2 % tidak pernah mengikuti
responden 84,6 % berpendidikan DIII pelatihan.
Keperawatan, sebagian kecil dari responden
9,6 % berpendidikan SPK, dan sebagian
kecil dari responden 5,8 % berpendidikan
Sarjana

Halaman | 19
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Tahun 2020
ISSN : 2716-1706
f. Karakteristik Responden Berdasarkan
Karakteristik Pengetahuan b. Pengaruh Lama Kerja
Tabel 8. Pengaruh Lama Kerja terhadap
Tabel 6. Karakteristik Pengetahuan Perawat pengetahuan perawat tentang penanganan
Tentang Penanganan Pertama Pasien gawat pertama pasien gawat darurat di RSUD
darurat di RSUD Karel Sadsuitubun Karel Sadsuitubun Langgur
Keterangan Frekuens Persentas
i e (%) Pengetahuan P
Lama Kerja
Pengetahua r Value
n 23 44,2
6 bulan-5
Baik 13 25,0
tahun
Cukup 16 30,8
6-10 tahun 0,035 0,05
Kurang
>10 tahun
Total 52 100
Total
Sumber data primer,2019
Sumber data primer,2019
Pada tabel 5.4 menunjukan hampir sebagian
Hasil analisa bivariat ini menggunakan uji
dari responden 44,2 % pengetahuan baik,
Chi square dengan signifikasi 5% (α 0,05)
hampir sebagian dari responden 30,8 %
dan didapatkan r : 0,035 (≤ 0,05) yang berarti
pengetahuan kurang,dan sebagian kecil dari
Ho diterima (ada hubungan yang bermakna
responden 25 % pengetahuan cukup.
antara kedua variabel).
Analisis Khusus c. Pengaruh Pelatihan
Distribusi faktor-faktor yang Tabel 9. Pengaruh Pelatihan terhadap
mempengaruhi pengetahuan perawat tentang pengetahuan perawat tentang penanganan
penanganan pertama pasien gawat darurat di pertama pasien gawat darurat di RSUD
RSUD Karel Sadsuitubun Langgur Karel Sadsuitubun Langgur

a. Pengaruh Pendididikan Pengetahuan P


Pelatihan
Tabel 7. Pengaruh Pendididikan terhadap R value
pengetahuan perawat tentang penanganan
pertama pasien gawat darurat di RSUD Karel Pernah
Sadsuitubun Langgur Tidak Pernah 0,000 0,05

Pengetahuan Total
Pendidikan P Sumber data primer,2019
r
Value
SPK Hasil analisa bivariat ini menggunakan uji
DIII
0,041 0,05 Chi square dengan signifikasi 5% (α 0,05)
Sarjana dan didapatkan r : 0,000 (≤ 0,05) yang berarti
Total Ho diterima (ada hubungan yang bermakna
Sumber data primer, 2019 antara kedua variabel)
Hasil analisa bivariat ini menggunakan uji Pembahasan
Chi square dengan signifikasi 5% (α 0,05) Pendidikan dan Pengetahuan
dan didapatkan r : 0,041 (≤ 0,05) yang berarti Salah satu upaya untuk meningkatkan
Ho diterima (ada hubungan yang bermakna sumber daya keperawatan adalah melalui
antara kedua variabel pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,

Halaman | 20
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Tahun 2020
ISSN : 2716-1706
mengikuti pelatihan perawatan keterampilan ketrampilan perawat tentang penanganan
teknis atau keterampilan dalam hubungan pertama pasien gawat darurat ,antara lain
interpersonal. Sebagian besar pendidikan suatu pelatihan kegawatandaruratan
perawat adalah vokasional (D3 Hasil analisa data menunjukan bahwa
Keperawatan). responden 48 dengan lama kerja ˂3 tahun,
Hasil analisa data menunjukan bahwa semuannya memiliki pengetahuan kurang.
responden 20 dengan Pendidikan Rendah Kemudian dari 48 Responden dengan lama
(SPK), memiliki pengetahuan baik 12 orang, kerja > 3 tahun, pengetahuan baik 23 orang,
pengetahuan cukup 5 orang, pengetahuan pengetahuan kurang 13 orang, pengetahuan
kurang 3 orang. Kemudian dari 29 kurang 12 orang. Dari hasil analisis bivariat
Responden dengan pendidikan menengah didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang
(D3), memiliki pengetahuan baik 11 orang, bermakna antara pendidikan dengan
pengetahuan kurang 8 orang, pengetahuan pengetahuan dengan p value 0,035.
kurang 10 orang. Kemudian dari 3 Pada umumnya, petugas dengan
Responden dengan pendidikan tinggi (S1), pengalaman kerja yang banyak tidak
semuanya mempunyai pengetahuan baik memerlukan bimbingan dibandingkan
sebanyak 3 orang. Dari hasil analisis bivariat dengan petugas yang pengalamn kerjannya
didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang sedikit. Menurut Ranupendoyo dan Saud
bermakna antara pendidikan dengan (2005), semakin lama seseorang bekerja
pengetahuan dengan p value 0,041. pada suatu organisasi maka akan semakin
Pengetahuan sangatlah penting untuk berpengalaman orang tersebut sehingga
dikuasai karena tidak mungkin seseorang kecakapan kerjannya semakin baik.
dapat memberikan tindakan yang cepat,tepat
dan akurat kalau tidak menguasai ilmunya, Pelatihan dan pengetahuan
hal itu seiring dengan pendapat seorang ahli pelatihan adalah suatu bagian pendidikan
yang mengemukakan bahwa pengetahuan yang menyangkut proses belajar untuk
sangat mempengaruhi perilaku seseorang memperoleh dan meningkatkan keterampilan
(Notoatmojo, 2014). Apalagi pengetahuan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam
tentang kegawatdaruratan dimana waktu yang relatif singkat dan dengan
keterlambatan dalam semenit saja sangat metode yang lebih mengutamakan praktek
mempengaruhi prognosis seseorang karena daripada teori.
kegagalan system otak dan jantung selama 3- Diharapkan dapat mengadakan suatu
8 menit dapat menyebabkan kematian klinis pelatihan atau seminar secara kontiyu
sementara kematian biologis dapat terjadi disetiap daerah sehingga pengetahuan
setelahnya (Sterz, 2014). perawat terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan khususnya kegawatdaruratan
Lama Kerja dan Pengetahuan dapat tersebar secara merata serta cepat
Lama bekerja adalah lama waktu untuk diperoleh.
melakukan suatu kegiatan atau lama waktu Melakukan suatu uji sertifikasi kepada
seseorang sudah bekerja (KKBI,2010). Lama semua perawat terhadap kelayakan dan
bekerja adalah jangka waktu yang telah kemampuan dalam melakukan tindakan
dilalui seseorang sejak menekuni pekerjaan. sehingga semua perawat yang bekerja di
Lama kerja dapat menggambarkan rumah sakit atau balai kesehatan lain benar-
pengalaman seseorang dalam menguasai benar mampu secara professional dalam
bidang tugasnya. Dalam merencanakan suatu memberikan asuhan keperawatan termasuk
program peningkatan pengetahuan dan tindakan kegawatdaruratan

Halaman | 21
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Tahun 2020
ISSN : 2716-1706
Hasil analisa data menunjukan bahwa yang disiapkan di unit tersebut tidak dapat di
responden 23 yang pernah mengikuti operasikan kecuali dokter atau tenaga
pelatihan memiliki pengetahuan baik 9 orang, perawat / kesehatan yang terlatih
pengetahuan cukup 11 orang, pengetahuan Kesimpulan
kurang 3 orang. Kemudian responden 29 Berdasarkan hasil kajian dari
orang tidak pernah mengikuti pelatihan penelitian Gambaran Pengetahuan Perawat
memiliki pengetahuan baik 7 orang, Tentang Penanganan Pertama Pasien Gawat
pengetahuan cukup 2 orang, pengetahuan Darurat di RSUD Karelsadsuitubun Langgur
kurang 20 orang. Dari hasil analisis bivariat maka peneliti mengambil satu kesimpulan
didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bahwa :
bermakna antara pendidikan dengan 1. menunjukan sebagian besar dari
pengetahuan dengan p value 0,000. responden 84,6 % berpendidikan DIII
Data yang diperoleh dari penelitian ini Keperawatan, sebagian kecil dari
ternyata semua responden yang berjumlah 52 responden 9,6 % berpendidikan SPK, dan
orang, hanya sebagian kecil yang pernah sebagian kecil dari responden 5,8 %
mengikuti pelatihan kegawatdaruratan jadi berpendidikan Sarjana
otomatis sangat berpengaruh terhadap 2. menunjukan lebih dari setengah
pengetahuan tentang tindakan tersebut. Suatu responden 55,8 % pernah mengikuti
hal yang sangat beresiko untuk terus pelatihan dan hampir sebagian dari
dibiarkan dimana masyarakatlah yang sangat responden 44,2 % tidak pernah mengikuti
dirugikan karena tidak mendapatkaa pelatihan.
tindakan yang maksimal, pihak managemen 3. menunjukan hampir sebagian dari
Rumah Sakit memang telah mengadakan responden 42,3 % bekerja >10 tahun,
pelatihan kegawatdaruratan seperti Basic hampir sebagian dari responden 36,5 %
Live Support (BLS), Basic Trauma Cardiac bekerja 6-10 tahun dan sebagian kecil dari
Live Support (BTCLS) atau sejenisnya yang responden 21,2 % bekerja 6 bulan-5 tahun.
diselenggarakan langsung oleh pihak rumah 4. menunjukan hampir sebagian dari
sakit atas kerjasanya dengan Rumah Sakit responden 44,2 % pengetahuan baik,
Haji Jaklarta namun tidak semua orang/ hampir sebagian dari responden 30,8 %
petugas kesehatan berkesempatan untuk pengetahuan kurang,dan sebagian kecil
mengikuti kegiatan tersebut. dari responden 25 % pengetahuan cukup.
Di Negara Australia anak-anak sekolah 5. Hasil analisis data menunjukan bahwa
dasar telah diajarkan tentang penanganan responden 20 dengan Pendidikan Rendah
pertama pasien gawat darurat (PPGD) (SPK), memiliki pengetahuan baik 12 orang,
bahkan 86% dari 147 anak telah dianggap pengetahuan cukup 5 orang, pengetahuan
mampu dan mendapatkan sertifikasi kurang 3 orang. Kemudian dari 29 Responden
melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru dengan pendidikan menengah (D3), memiliki
(RJP),selain itu juga mereka telah mahir pengetahuan baik 11 orang, pengetahuan 54
mengoperasikan alat Automatic External kurang 8 orang, pengetahuan kurang 10 orang.
Deffirillation (AED). (Okezone.com). Kemudian dari 3 Responden dengan
Hal yang sangat berbeda terjadi di RSUD pendidikan tinggi (S1), semuanya mempunyai
pengetahuan baik sebanyak 3 orang.
Karelsadsuitubun Langgur, dari hasil
6. Hasil analisi data menunjukan bahwa
wawancara pada salah seorang petugas UGD
responden 48 dengan lama kerja ˂3 tahun,
diamana tindakan defibrillation jarang semuannya memiliki pengetahuan kurang.
dilakukan pada pasien yang memerlukannya Kemudian dari 48 Responden dengan lama
bahkan dari pernyataannya alat defibrillation kerja > 3 tahun, pengetahuan baik 23 orang,

Halaman | 22
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Tahun 2020
ISSN : 2716-1706
pengetahuan kurang 13 orang, pengetahuan Karo, Santoso.dkk. (2009) Buku Panduan
kurang 12 orang. Khusus Bantuan Hidup Jantung Lanjut
7. Hasil analisa data menunjukan bahwa ACLS (Advanced Cardiac Life
responden 23 yang pernah mengikuti Support) Indonesia. Jakarta: PERKI-
pelatihan memiliki pengetahuan baik 9 orang, 2008.
pengetahuan cukup 11 orang, pengetahuan
Mushila. (2014).”Keperawatan Gawat
kurang 3 orang. Kemudian responden 29
orang tidak pernah mengikuti pelatihan
Darurat”.Nuha Medika.Yogyakarta
memiliki pengetahuan baik 7 orang, Notoatmojo,S.(214).”Promosi Kesehatan &
pengetahuan cukup 2 orang, pengetahuan Perilaku”Rrineke Cip.ta.Jak arta
kurang 20 orang. Nurchayati, S.,Pranowo,S.,
Jumaini.(2014).”Upaya peningkatan
DAFTAR PUSTAKA pengetahuan dan ketrampilan
American Heart Association. (2015). masyarakat dalam memberikan
Overview of CPR. Diakses tanggal 26 bantuan hidup dasar dan kejadian
Desember 2018 dari <http//circ. gawat darurat kelautan di kelurahan
Ahajournals. Org>. Cilacap kecamatan Cilacap Selatan
Boswick, J A. (2014). “Perawatan Gawat kabupaten Cilacap tahun 2008”.
Darurat”. EGC. Jakarta. Diaskes tanggal 16 mei 2013 dari
Cristian, H. (2013). Pertolongan Pertama & <httpbemfkunud. Kanashi.
Bantuan Hidup Dasar. Diaskes tanggal Cainjeksi022009.pdf >
5 januari 2018 dari Oman,K., Koziol, J &Scheetz, L.(2012).
<//venusianaliz.blogspot.com/2014/1/p Panduan Belajar Keperawatan
ertolongan-pertama-hidup- Emergensy.EGC. Jakarta.
dasar_06.html> Rahmanta, A. (2008). Pertolongan Pertama
Dewi K rtikawati.(2018). “Buku Ajar Gawat Daruratd. Diaskess tanggal 16
Dasar - Dasar Gawat Darurat”. mei 2009 dari <
Salemba Medika. Jakarta. www.amsiku.multiply.com >.
Drew dkk. (2013). “ Resusitasi Bayi Baru Sastroasmoro, S & Ismael, S.(2008). Dasar-
Lahir”.EGC. Jakarta. Dasar Metodologi Penilitian Klinis.
Guyton & Hall. (2012). “Buku Ajar Fisiologi Sagung Seto, Jakarta.
Kedokteran”.edisi 11.EGC. Jakarta. Sutanto, L S. “Statistik Kesehatan. PT Raja
Hermaanto Hery. (2o10). “Biostatistika Grafindo. Jakarta.2011.
Dasar”. TIM. Jakarta. Tabes, D. (2009).” Pertolongan Pertama
Iskandar Junaidi. (2014) “Pedoman Gawat Darurat”. Diaskes tanggal 26
Pertolongan Pertama Yang Harus Desember2013,Dari<http://dtbestabes.
Dilakukan saat Gawat & Darurat blogspot.com/2010/12/pertolongan-
Medis”. Andi. Jakarta. pertama-gawat-darurat.

Halaman | 23

Anda mungkin juga menyukai