Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/345907736

ANALISIS KETERBATASAN SISTEM PENANGANAN KEGAWATAN DARURATAN


PADA PELAYANAN UGD PUSKESMAS/ PRIMARY HEALTH CARE CENTER;
LITERATUR REVIEW

Preprint · January 2019

CITATIONS READS
0 182

5 authors, including:

Maria Imaculata Ose


Universitas Borneo Tarakan
15 PUBLICATIONS   15 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

LIMITATION ANALYSIS OF EMERGENCY HANDLING SYSTEM IN PUSKESMAS / PRIMARY HEALTH CARE CENTER SERVICES; LITERATURE REVIEW View project

All content following this page was uploaded by Maria Imaculata Ose on 15 November 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Journal of Borneo Holistic Health, Volume 2 No. 1 Juni 2019 hal 109-117
P ISSN 2621-9530 e ISSN 2621-9514

ANALISIS KETERBATASAN SISTEM PENANGANAN KEGAWATAN


DARURATAN PADA PELAYANAN UGD PUSKESMAS/ PRIMARY
HEALTH CARE CENTER; LITERATUR REVIEW
Maria Imaculata Ose 1
1, Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan
*Email : onijuntak@gmail.com

Abstrak

Banyaknya masalah yang timbul pada pelayanan kesehatan didaerah terpencil yang tidak memiliki akses kepelayanan
kesehatan yang dilatarbelakangi mulai dari sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang terbatas, letak geografis yang
terdiri dari laut, maupun pegunuangan. Untuk mencapai pusat rujukan. Penanganan pertama dan proses rujukan
merupakan proses yang rangkaian yang selalu di hadapi oleh petugas kesehatan. Tujuan penulisan ini adalah
mendeskripsikan keterbatasan system penanganan kegawatdaruratan pada pelayanan UGD Puskesmas/ Primery
Health Care. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah Literature Review, yaitu sebuah pencarian
literatur baik internasional maupun nasional yang dilakukan dengan mengunakan data dengan mengulas literatur
keperawatan, kedokteran dari media elektronik CINAHL, dan menggunakan Sciene Direct, EBSCO dengan
menggunakan kata kunci penanganan Gawat darurat,system penanganan gawat darurat.. Kriteria dalam artikel ini
adalah fulltext dan di terbitkan dalam periode 2005-2019. Hambatan dalam pelaksanaan pelayanan UGD Puskesmas/
primary health care center pada pelayanan kegawatdaruratan dasar, pelayananan Obesteri Neonatus dan Penanganan
Kesiap Siagaan Bencana Secara teoritis ada dua kelompok variabel yang dapat mempengaruhi hal tersebut, meliputi :
varibel individu dan variabel organisasi. Varibel individu meliputi rasa cemas, ketakutan dan ketidakberdayaan.
Hambatan dari varibel organisasi meliputi sarana dan prasarana, keterbatasan ketenagaan baik dari sisi kuantitas dan
kualitas, SDM, hambatan dalam factor komunikasi.

Kata Kunci : system kegawatdarutan, puskesmas, PHC

Abstract

Analysis Of Limitations Of Emergency Systems In Puskesmas / Primary Health Care Center Education Services;
Literatur Review. Many problems exist in health services in remote areas that do not have access to health services
based on the background of limited human resources (HR), geographical location consisting of the sea, and financial
resources. To reach the referral center. The first treatment and referral process is the process that is always faced by
health workers. The purpose of this paper is to describe the limitations of the emergency handling system at the
Puskesmas / Primery Health Care ED services. The method used in writing this article is Literature Review, which is
a search for literature both internationally and nationally conducted using data by reviewing nursing literature,
medicine from CINAHL electronic media, and using Sciene Direct, EBSCO by using emergency handling keywords,
systems emergency treatment .. The criteria in this article are full text and published in the period 2005-2019. Obstacles
in implementing Puskesmas / primary health care center services for basic emergency services, Neonatal Obestery
services and Handling Disaster Preparedness Theoretically there are two groups of variables that can affect this,
including: individual variables and organizational variables. Individual variables include anxiety, fear and
helplessness. Obstacles from organizational variables include facilities and infrastructure, limited workforce both in
terms of quantity and quality, human resources, obstacles in communication factors.

Keywords: emergency system, health center, PHC

109
Maria Imaculata Ose. Analisis Keterbatasan Sistem Penanganan Kegawatan Daruratan Pada
Pelayanan UGD Puskesmas/ Primary Health Care Center; Literatur Review

Pendahuluan ujung tombak dalam memberikan pelayanan


kesehatan. Salah satu sasaran strategis
Wacana Indonesia sehat dapat di awali
Kementerian Kesehatan antara lainnya
dari pembangunan Kesehatan. Pembangunan
meningkatnya akses dan mutu fasilitas
kesehatan dimulai dari pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan dengan sasaran yang di
pada puskesmas, polides sampai ke rumah
akan capai jumlah kecamatan yang memiliki
sakit. Pelayanan kesehatan merupakan ujung
minimal 1 puskesmas yang terakreditasi
tombak dalam mengevaluasi tingkat
5.600, jumlah kab/kota yang memiliki
kesehatan masyarakat yang berada di wilayah
minimal 1 RSUD yang terakreditasi
tatanan kesehatan tersebut. Secara geografis
sebanyak 481 kab/kota.
letak Indonesia yang merupakan negara
kepulauan dengan jumlah yang sangat Banyaknya masalah yang timbul pada

banyak. Jumlah pulau yang telah di daftarkan pelayanan kesehatan didaerah terpencil yang

secara resmi oleh pemerintah ke PBB tidak memiliki akses kepelayanan kesehatan

sebanyak 16.056 pulau (Kementerian Dalam yang dilatarbelakangi mulai dari sumber daya

Negeri RI, 2018). Sedangkan menurut Data manusia (SDM) kesehatan yang terbatas,

Nasional yang dirilis oleh Kemenkes tahun letak geografis yang terdiri dari laut, maupun

2019 jumlah rumah sakit mulai dari tahun pegunuangan. Untuk mencapai pusat

2012 sampai dengan 2019 tercatat sebanyak rujukan. Penanganan pertama dan proses

2,810 baik rumah sakit Negeri maupun rujukan merupakan proses yang rangkaian

rumah sakit swasta. Jumlah Puskesmas yang selalu di hadapi oleh petugas kesehatan.

bersumber pada Pusat Data dan Informasi, Puskesmas atau primary health care
Kemenkes RI, 2019 menyebutkan pada tahun center sebagai ujung tombak utama
2018 jumlah Puskesmas di Indonesia pelayanan yang terdiri dari beberapa program
sebanyak 9.993 (Farida dkk, 2018). Data lain kesehatan masyarakat yang memiliki tujuan
yang di rilis oleh Kemenkes tahun 2018 promosi dan preventif. Puskesmas pada
jumlah tenaga kesehatan 491.059 orang. masyarakat di harapkan juga dapat berperan
Gambaran dari data tersebut menjelaskan menangani kondisi gawat darurat pada
bahwa masih terbatasnya pelayananan korban kecelakaan lalu lintas (Mubarak &
kesehatan meliputi Rumah Sakit dan jumlah Chayatin, 2009). Naddumba (2008)
puskesmas tidak seimbang dengan wilayah menyebutkan bahwa Public Health menjadi
Indonesia. Puskesmas merupakan salah satu

110
Maria Imaculata Ose. Analisis Keterbatasan Sistem Penanganan Kegawatan Daruratan Pada
Pelayanan UGD Puskesmas/ Primary Health Care Center; Literatur Review
alternatif solusi untuk penanganan korban dilakukan dengan mengunakan data dengan
kecelaksaan lalu lintas ada negara yang tidak mengulas literatur keperawatan, kedokteran
memiliki sistem Emergency Medical Service dari media elektronik CINAHL, dan
(EMS). Keterkaiatan keterbatasan sarana menggunakan Sciene Direct, EBSCO, google
maupun fasilitas namun yang menjadi suatu scholar dengan menggunakan kata kunci
permasalahan serius ketika pasien dalam penanganan Gawat darurat,system
kondisi kegawatandaruratan yang serius dan penanganan gawat darurat.. Kriteria dalam
membutuh penanganan dalam waktu yang artikel ini adalah fulltext dan di terbitkan
cepat. Tidak jarang petugas tidak mampu dalam periode 2005-2019.
memberikan pertolongan secara maksimal
Hasil dan Pembahasan
sehingga pasien kehilangan nyawa.
Keadaan gawat darurat yang sering
Selain Kasus kegawat daruratan
terjadi di masyarakat antara lain keadaan
kecelakaan lalu lintas, kegawatdaruratan lain
seseorang yang mengalami henti napas, henti
meliputi kasus-kasus pelayananan Obesteri
jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan,
Neonatus dan Penanganan Kesiap Siagaan
cedera, misalnya patah tulang, kasus stroke,
Bencana. Puskemas menjadi system
kejang, keracunan, dan korban bencana.
pendukung dalam pelayanan Obstetric
Dalam kondisi tersebut, pertolongan yang
Neonatal dan Emergency Dasar. Kismoyo
bersifat bantuan hidup dasar harus dapat
dkk (2012) menyebutkan masih adanya
segera diberikan untuk mencegah morbiditas
puskesmas PONED yang belum mampu
dan mortalitas bagi pasien. Kondisi yang
memahami pelayanan dengan baik . Tujuan
demikian berlanjut hingga adanya keputusan
penulisan ini adalah mendeskripsikan
yang dibuat oleh pelayanan kesehatan yang
keterbatasan system penanganan
profesional bahwa pasien berada dalam
kegawatdaruratan pada pelayanan UGD
kondisi yang baik dan tidak dalam kondisi
Puskesmas/ Primery Health Care.
mengancam jiwa. Puskesmas sebagai
Metode pemberi pelayanan kesehatan primer dan
rujukan pada pasien.
Metode yang digunakan dalam
penulisan artikel ini adalah Literature Dari hasil analisis Artikel tersebut
Review, yaitu sebuah pencarian literatur baik beberapa variable yang menjadi hambatan
Internasional maupun nasional yang dalam pelaksanaan pelayanan UGD

111
Maria Imaculata Ose. Analisis Keterbatasan Sistem Penanganan Kegawatan Daruratan Pada
Pelayanan UGD Puskesmas/ Primary Health Care Center; Literatur Review
Puskesmas/ primary health care center telepon. Perawat menilai konsultasi melalui
meliputi: varibel individu dan variabel telepon ini tidak efektif sehingga
organisasi. menyebabkan perawat binggung dan merasa
repot. Kondisi ini diungkapkan juga Curtis
Variable Individu
(2001) Komunikasi yang tidak efektif antara
Hasil penelitian menunjukan bahwa perawat dan dokter atau tenaga kesehatan
perawat merasa takut dan cemas jika lain dapat menimbulkan stress dan kejadian
membahayakan pasien. kecemasaan yang yang tidak diinginkan. Stres yang terjadi
mereka alami karena takut terjadi perburukan dapat menimbulkan efek yang buruk pada
pada pasien atau pasien meninggal. Keadaan perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Efek
dimana mereka takut membahayakan pasien tersebut antara lain turunnya motivasi,
adalah salah satu perannya sebagai advokat menurunnya kemampuan memecahkan
pasien. menurut American Nurses masalah dan penurunan kualitas pelayanan.
Association (2011) tidak membahayakan Yuswantoro (2015) menyebutkan
pasien artinya mencegah pasien mengalami pelaksanaan pelayanan mengalami hambatan
cedera lebih lanjut dan penularan infeksi, dalam pelaksanan kolaborasi karena dokter
sehingga menghindari kesalahan dalam tidak dinas selama 24 jam pelayanan dan
merawat pasien. Kusumaningrum, (2013) menggunakan sistem On-Call. Sistem
menyebutkan bahwa perawat sangat menjaga kolaborasi dengan cara On-Call mengalami
tindakannya agar tidak melanggar hukum kesulitan menghubungi dokter pada saat
dengan cara berkonsultasi dengan dokter malam hari dan karena faktor topografi
tentang obat dan tindakan yang dilakukan. daerah penggunaan sehingga menganggu
Konsultasi dilakukan terutama jika dinas sore signal komunikasi. Kolaborasi merupakan
dan malam karena tidak ada dokter yang salah saru pendukung utama yang dapat
berada di puskesmas, dokter jaga hanya di meningkatkan kualitas pelayanan dan
hubungi melalui telepon. kesembuhan pasien (Sayed&Sleem, 2011).
Banning (2007) juga menyebutkan bahwa
Penyebab ketidakberdayaan perawat
untuk membuat suatu keputusan klinis dalam
yang lain adalah seringnya mereka mendapat
kondisi gawat darurat di butuhkan
perintah dari dokter sehingga mereka
pengetahuan yang memadai. Hal ini tidak
kehilangan otoritas. Perintah tindakan
terjadi di Indonesia saja, Mahfouzh et al
mereka dapartkan dari komunikasi melalui

112
Maria Imaculata Ose. Analisis Keterbatasan Sistem Penanganan Kegawatan Daruratan Pada
Pelayanan UGD Puskesmas/ Primary Health Care Center; Literatur Review
(2007) menyebutkan bahwa di South Terbatasan Sarana dan Prasana
Western Saudi Arabia di distrik Abha
Keterbatasan sarana dan prasarana
terdapat 28 Puskesmas dimana dokter tidak
terjadi karena tidak adanya kewenangan
mengetahui dengan pasti kasus di hadapi true
koordinator pelaksana untuk merealisasikan
emergency atau tidak.
kebutuhan sarana dan prasarana yang
Variabel Organisasi dibutuhkan. Dukungan sarana fisik,
perlengkapan, dan peralatan mendukung
Pelayanan unit Gawat Darurat (UGD)
mutu pelayanan kesehatan (Bustami, 2011).
di Puskesmas/ primary health care center
merupakan jenis pelayanan pengembangan Idealnya pasien yang mengalami

bagian integral dengan pelayanan rawat inap kondisi gawat darurat dengan prioritas

(Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI pertama sebaiknya diberikan pertolongan di

Nomor 128/MENKES/SK/II/2004). Tujuan rumah sakit yang memiliki fasilitas seperti

pelayanan keperawatan gawat darurat dokter jaga 24 jam, ruang operasi, ruang ICU,

puskesmas/ primary health care center dan sarana penunjang diagnostik lainnya.

adalah memberikan pertolongan pertama Akan tetapi dalam pelaksanaannya, pada

pada pasien gawat darurat, menetapkan daerah yang belum memiliki rumah sakit

diagnosis dan upaya penyelamatan jiwa, sehingga hanya mendapatkan pertolongan

mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien pertama pada puskemas.

sebelum di rujuk (Kemenkes, 2011). Terbatasan Tenaga Kesehatan


Pelayanan kegawatdaruratan merupakan
Pertolongan dalam kondisi dapat
kunci dalam pelayanan kegawatdaruratan
diberikan oleh tenaga kesehatan, baik dokter
dan pelayanan rawat inap pada pasien
maupun perawat, yang memiliki kompetensi
(Molan, 2013) . Variabel organisasi yang
untuk menolong pasien gawat darurat dengan
berdampak pada pelaksanan
prioritas pertama. Pasien dengan prioritas
kegawatdaruratan antara lain terbatasan
pertama adalah pasien dengan kondisi yang
sarana prasarana, terbatasan tenaga
disebabkan oleh trauma atau penyakit dalam,
kesehatan, kendala system rujukan dan factor
memerlukan pertolongan segera, dan apabila
komunikasi.
tidak segera diberikan pertolongan maka
akan dapat menyebabkan kematian dan atau
kecacatan permanen (Kristiana, 2013).

113
Maria Imaculata Ose. Analisis Keterbatasan Sistem Penanganan Kegawatan Daruratan Pada
Pelayanan UGD Puskesmas/ Primary Health Care Center; Literatur Review
Kurangnya tenaga pendukung dengan prasarana yang belum mencukupi. Dalam
tidak adanya tenaga pelaksana khusus di mengatasi masalah tersebut telah dilakukan
UGD menjadi kendala dalam pelaksanaan pendekatan dengan komunikasi pada Dinas
pelayanan ini. Kurangnya jumlah SDM Kesehatan dalam pemenuhan obat maupun
menjadi penyebab dari kendala ini. Ketenaga alat-alat yang mendukung pelayanan
yang kurang, formasi yang tidak sesuai akan kebidanan (Handayani, dkk 2013)
mempengaruhi kualitas pelayanan pada
Kendala system Rujukan
masyarakat. Tetapi ada beberapa yang
berpendapat, waktu tenaga cukup tetapi Puskesmas merupakan rujukan

motivasi petugas tidak ada maka pelaksanaan pelayanan kesehatan yang tingkat pertama.

pelayanan tidak akan maksimal (Manggala, Alur pyramid primer lebih banyak di pilih

2006). Menurut Dinh et al (2012) dari pelayanan kesehatan tingkat sekunder

mengatakan dengan komposisi dokter, disebabkan arak dan layanan kesehatan.

perawat praktisi dan perawat senior dan Pasien-pasien yang memerlukan penanganan

jumlah yang cukup memberikan kualitas dan intervensi yang lebih komperhensip

perawatan yang tinggi.Luti dkk (2012) harus dirujuk pada fasilitas layanan yang

menyebutkan perlunya contracting Out memiliki kapasitas sebagai rumah sakit

pelayanan Kesehatan Primer untuk rujukan. Sistem rujukan pada puskesmas

mengatasi persoalan ketenangan dan sangat ini terbanyak banyak kerkurangan.

pelayanan kesehatan di daerah terpencil. Antara lain kompetensi petugas luti dkk

Contracting out adalah mekanisme (2012) menyebutkan beberapa petugas

pembelian yang digunakan untuk puskesmas mengalami kesulitan dalam

mendapatkan pelayanan tertentu selama merujuk karena tidak memiliki sarana

periode waktu tertentu yang di lakukan ambulans.

pemerintah atau agen luar kesehatan untuk Faktor komunikasi


menyediakan pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan pelayanan
Disisi lain dalam penanganan kasus kegawatdaruratan maupun pelayanan
PONED di puskesmas sudah berjalan di Obstetri Neonatal Emergency Dasar belum
beberapa tempat namun disebutkan bahwa berjalan optimal karena terbatasnnya
beberapa puksesmas yang belum berjalan sosialisasi dan pemasaran lintar sector seperti
disebabkan factor terbatasan sarana dan tidak efektifnya komunikasi dan kurangnya

114
Maria Imaculata Ose. Analisis Keterbatasan Sistem Penanganan Kegawatan Daruratan Pada
Pelayanan UGD Puskesmas/ Primary Health Care Center; Literatur Review
response pada Dinas Kesehatan maupun current research. J. Clinical Nursing
pemerintah setempat dan pemerintah pusat 17 (2): 187-195
(Handayani dkk, 2012). Bustami. (2011). Penjaminan Mutu
Pelayanan Kesehatan &
Kesimpulan
Akseptablitasnya. Jakarta : Penerbit
Hambatan dalam pelaksanaan Erlangga.
pelayanan UGD Puskesmas/ primary health Dinh, M., Enright, N., & Parameswaran, A.
care center pada pelayanan (2012). Evaluating the quality of
kegawatdaruratan dasar, pelayananan care delivered by an emergency
Obesteri Neonatus dan Penanganan Kesiap departement fasr track unit with
Siagaan Bencana Secara teoritis ada dua both nurse practicioners and
kelompok variabel yang dapat doctors. Australasian Emergency
mempengaruhi hal tersebut, meliputi : varibel Nursing Journal 15, 188-194.
individu dan variabel organisasi. Varibel Farida, L. N. (2016). Gambaran
individu meliputi rasa cemas, ketakutan dan kesiapsiagaan perawat puskesmas
ketidakberdayaan. Hambatan dari varibel dalam manajemen bencana di
organisasi meliputi sarana dan prasarana, puskesmas kasihan i bantul
keterbatasan ketenagaan baik dari sisi yogyakarta. Mutiara Medika:
kuantitas dan kualitas, SDM, hambatan Jurnal Kedokteran dan Kesehatan,
dalam factor komunikasi. 10(2), 128-134.
Handayan, S., Kartasurya, M. I., & Sriatmi,
Referensi
A. (2013). Analisis Pelaksanaan
Artlinta, A. (2015). Pengaruh Kompetensi
Pelayanan Obstetri Neonatal
terhadap Kinerja Perawat dalam
Emergensi Dasar (PONED) di
Kesiapsiagaan Triase dan
Puskesmas PONED Kabupaten
Kegawatdaruratan pada Korban
Kendal.
Bencana Massal di Puskesmas
Kemenkes. (2011). Standar Pelayanan
Langsa Baro Tahun 2013 (Master's
Keperawatan Gawat Darurat Di
thesis).
Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat
Banning, M. (2007). A review of clinical
Bina Pelayanan Keperawatan dan
decision making: models and

115
Maria Imaculata Ose. Analisis Keterbatasan Sistem Penanganan Kegawatan Daruratan Pada
Pelayanan UGD Puskesmas/ Primary Health Care Center; Literatur Review
Teteknisan Medik, Direktorat Mahfouz, A.A Abdelmoneim, M.Y Khan,
Jenderal Bina Upaya Kesehatan Daffalla, A.A., Diab, M.M., El-
Farida dkk.(2018). Data dan Informasi Profi Gamal, M.N & Al-Sharif, A.I
Kesehatan Indoensia. Jakarta: (2007) Primari health care
Kemenkes. emergency services in Abha distric
Kismoyo, C. P., Hasanbasri, M., & Hakimi, of southwestern Saudi Arabia.
M. (2012). Benarkah puskesmas Eastern Mediterranean Health
poned efektif?. Jurnal Kebijakan Journal, 13: 103-112
Kesehatan Indonesia: JKKI, 1(2), Manggala . (2006) Improving nurse-
93-102. physician communication and
Kurniasari, R. (2016). Hubungan Antara satisfaction in the intensive care
Level Emergency Severity Index narasimhan. American Journal Of
(ESI) dengan Kepuasan Pasien di Critical Care. 15
Instalasi Gawat Darurat Rumah Meleis, A (2010) Transition Theory In
Sakit Sido Waras. Jurnal Tomey, A.M. & Alligood, M.R
Administrasi Kesehatan Indonesia, (Eds.) Nursing theory and their
4(2), 97-106. work. Philadelphia, Mosby
Kusumaningrum, B.R, Indah Winarni, & Molan, E.I. (2013). Sribbe during emergency
Setyoadi. Pengalaman perawat unit departemen resusitation : Registered
gawat darurat (UGD) dalam Nurse domian or up for grabs?
merawat korban kecelakaan lalu Australasian Emergency Nursing
lintas. Jurnal Ilmu Keperawatan I Journal 16, 45-51.
(2): 83-90). Mubarak, WI & Chayantin, N (2009) Ilmu
Luti, I., Hasanbasri, M., & Lazuardi, L. keperawatan komunitas pengantar
(2012). Kebijakan pemerintah dan teori. Buku 1. Jakarta: Salemba
daerah dalam meningkatkan sistem Medika.
rujukan kesehatan daerah kepulauan Mujiati, M., Lestary, H., & Laelasari, E.
di kabupaten Lingga Provinsi (2014). Kesiapan Puskesmas Poned
Kepulauan Riau. Jurnal Kebijakan (Pelayanan Obstetri Neonatal
Kesehatan Indonesia: JKKI, 1(1) Emergensi Dasar) Di Lima Regional
Indonesia. Media Penelitian dan

116
Maria Imaculata Ose. Analisis Keterbatasan Sistem Penanganan Kegawatan Daruratan Pada
Pelayanan UGD Puskesmas/ Primary Health Care Center; Literatur Review
Pengembangan Kesehatan, 24(1), maternal di kabupaten Karimun
36-41. provinsi Kepri tahun 2012.
Tangkeallo, Natalia. (2016). Kajian Pitt & Pusponegoro (2005) Prehospital care
Pembangunan Daerah Perbatasan di in Indonesia. Emerg Med J22: 144-
Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan. 147.
Thesis. Universitas Terbuka. Jakarta Yuswantoro, E., Retty R., & Setyoadi.
Trisnantoro, L., & Noor Zaenab, S. (2013). (2015). Pengalaman perawat
Problem dan tantangan puskesmas sebagai Koordinator pelaksana Unit
dan rumah sakit umum daerah Gawat Darurat Puskesmas di
dalam mendukung sistem rujukan Kabupaten Trenggalek. Jurnal Ilmu
Keperawatan. 3 (2): 97-120.

117

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai