Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA KLIEN

DENGAN CRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Makalah ini disusun guna memenuhi


tugas mata kuliah Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu : Ns. Diah Tika Anggraeni, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh :
Muhamad Panji Asmoro 1710711015
Desiana Rachmawati 1710711038
Nur Aulia Fikri 1710711039
Rifah Miladdina 1710711040
Lies Rahmayanti 1710711041
Parida Pebruanti 1710711042

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cronic Kidney Disease (CKD) merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan
fungsi ginjal karena adanya kerusakan parenkim ginjal yang bersifat kronik dan
ireversibel. Gagal Ginjal Kronis merupakan salah satu penyakit tidak menular yang perlu
mendapatkan perhatian karena telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan
kejadiannya yang cukup tinggi dan berdampak besar terhadap morbiditas, mortalitas dan
sosial ekonomi masyarakat karena biaya perawatan yang cukup tinggi.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit gagal ginjal kronis telah
menyebabkan kematian pada 850.000 orang setiap tahun. Angka tersebut menunjukkan
bahwa penyakit gagal ginjalkronis peringkat ke-12 tertinggi sebagai penyebab kematian.
Prevalensi gagal ginjal di dunia menurut ESRD Pasien (Stadium Akhir Renal Disease)
pada tahun 2011 sebanyak 2.786.000 orang, tahun 2012 sebanyak 3.018.860 orang dan
tahun 2013 sebanyak 3.200.000 orang. Dari data tersebut disfungsi peningkatan
peningkatan angka kesakitan pasien gagal ginjal tiap per tahun sebesar 6%. Sekitar 78,8%
dari pasien gagal ginjal kronik di dunia menggunakan terapi dialisis untuk kelangsungan
hidup.
Prevalensi CKD di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan.
Perkumpulan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dalam Program Indonesia Renal Registry
(IRR) melaporkan jumlah penderita CKD di Indonesia pada tahun 2011 tercatat 22.304
dengan 68,8% kasus baru dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 28.782 dengan 68,1%
kasus baru. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi gagal kronis berdasarkan
diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2% dan penyakit batu ginjal 0,6%. Laporan
Indonesian Renal Registry (IRR) menunjukkan 82,4% pasien GGK di Indonesia
menjalani hemodialisis pada tahun 2014 dan jumlah pasien hemodialisis mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya. Laporan IRR mencatat bahwa penyebab gagal ginjal
pada pasien yang menjalani hemodialisis adalah hipertensi (37%), diabetes melitus (27%)
dan glomerulopati primer (10%).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan CKD?


2. Apa saja penyebab CKD?
3. Apa saja tanda dan gejala CKD ?
4. Apa saja komplikasi CKD?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik CKD?
6. Bagaimana manajemen pengobatan pada klien dengan CKD?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Kritis pada klien dengan CKD ?

A. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas , maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi CKD
2. Mengetahui penyebab CKD
3. Mengetahui tanda dan gejala CKD
4. Mengetahui komplikasi CKD
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostik CKD
6. Mengetahui manajemen pengobatan pada klien dengan CKD
7. Mengetahui Asuhan Keperawatan Kritis pada klien dengan CKD
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan normal. Gagal ginjal dibagi
menjadi dua kategori yaitu gagal ginjal kronik dan gagal ginjal akut. (Price & Welson,
2006)
Gagal ginjal akut adalah keadaan di mana fungsi ginjal menurun secara
mendadak. Gagal ginjal akut ditandai dengan gejala yang timbul tiba-tiba dan
menurunkan volume urin secara cepat. Laju filtrasi glomerulus dapat menurun secara
tiba-tiba sampai dibawah 15 mL / menit. Penyakit ini mengakibatkan peningkatan
kadar serum urea, kreatinin, dan bahan lain. Gagal ginjal akut bersifat reversibel,
namun secara umum tingkat kematian pasien tinggi (Kenward & Tan, 2003).
Gagal ginjal kronik atau disebut juga Cronic Kidney Disease (CKD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
(Brunner & Suddarth, 2001; 1448)

B. Etiologi
Penyebab gagal ginjal kronik antara lain:
1. Diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 yang tidak terkontrol dan menyebabkan
nefropati diabetikum.
2. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
3. Peradangan dan kerusakan pada glomerulus (glomerulonefritis), misalnya karena
penyakit lupus atau pasca infeksi.
4. Penyakit ginjal polikistik, kelainan bawaan di mana kedua ginjal memiliki kista
multipel.
5. Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka lama atau penggunaan obat yang
bersifat toksik terhadap ginjal.
6. Pembuluh darah arteri yang tersumbat dan mengeras (atherosklerosis)
menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang, sehingga sel-sel ginjal menjadi
rusak (iskemia).
7. Sumbatan aliran urin karena batu, prostat yang membesar, keganasan prostat.
8. Infeksi HIV, penggunaan heroin, amyloidosis, infeksi ginjal kronis, dan berbagai
macam keganasan pada ginjal.

C. Patofisiologi
Pada gagal ginjal kronik , terjadi banyak nephron-nephron yang rusak sehingga
nephron yang ada tidak mampu memfungsikan ginjal secara normal. Dalam keadaan
normal, sepertiga jumlah nephron dapat mengeliminasi sejumlah produk sisa dalam
tubuh untuk mencegah penumpukan di cairan tubuh. Tiap pengurangan nephron
berikutnya, bagaimanapun juga akan menyebabkan retensi produk sisa dan ion kalium.
Bila kerusakan nephron progresif maka gravitasi urin sekitar 1,008. Gagal ginjal kronik
hampir selalu berhubungan dengan anemi berat.
Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF, dan hipertensi.
Hipotensi dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angitensin dan kerja sama keduanya
meningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan garam mengakibatkan risiko hipotensi dan
hipovolemia. Muntah dan diare menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga
status uremik memburuk (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam (H⁺) yang
berlebihan. Penurunan sekresi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu men sekresi
ammonia dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan ekskresi fosfat dan
asam organik lain terjadi (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya
usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecendurungan untuk mengalami perdarahan
akibat status uremik pasien, terutama dari saluran pencernaan. Eritropoietin yang
diproduksi oleh ginjal, menstimulasi sumsum tulang untuk menhasilkan sel darah merah,
dan produksi eritropoietin menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai
keletihan, angina, dan sesak napas (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Pada gagal ginjal kronik filtrasi glomerulus rata-rata menurun dan selanjutnya
terjadi retensi air dan natrium yang sering berhubungan dengan hipertensi. Hipertensi
akan berlanjut bila salah satu bagian dari ginjal mengalami iskemi. Jaringan ginjal yang
iskemi mengeluarkan sejumlah besar renin , yang selanjutnya membentuk angiotensin II,
dan seterusnya terjadi vasokonstriksi dan hipertensi.
PATHWAY

infeksi vaskuler zat toksik Obstruksi saluran


kemih
reaksi arteriosklerosis tertimbun ginjal Retensi urin batu besar dan iritasi / cidera
antigen kasar jaringan
antibodi suplai darah
menekan hematuria
ginjal turun
saraf perifer
anemia
nyeri pinggang

GFR turun
Hemodialisa SDM rusak saat HD Anemia
CKD/GGK
sekresi protein terganggu retensi Na sekresi eritropoitis turun

sindrom uremia urokrom total CES MK: resiko suplai nutrisi produksi Hb turun
tertimbun di kulit naik Ketidakseimbangan dalam darah
nutrisi < keb. tubuh turun
perpospatemia gang. tek. kapiler oksihemoglobin turun
keseimbangan naik
pruritis perubahan warna MK: gangguan MK:
asam - basa vol. suplai O2 kasar turun
kulit perfusi jaringan intoleransi
interstisial
MK: gangguan. prod. asam naik aktivitas
n a i k
e d em a GAGAL JANTUNG bendungan atrium kiri
integritas KIRI (CHF)
as. lambung naik (kelebihan volume MK: Penurunan naik
kulit
cairan) curah jantung
nausea, vomitus iritasi lambung preload COP turun
tek. vena pulmonalis
naik
infeksi perdarahan beban jantung aliran darah ginjal suplai O2 - nyeri sendi suplai O2 ke otak turun
resiko turun
naik jaringan turun
gangguan gastritis
nutrisi - hematemesis syncope (kehilangan
hipertrofi RAA turun kesadaran)
mual, - melena metab. anaerob
ventrikel kiri
muntah retensi Na & H2O timb. as. laktat
anemia naik naik

MK: kelebihan vol. cairan


- fatigue
kapiler paru
naik
Cairan berpindah ke
intertitial

Akumulasi cairan MK:


>> intoleransi
aktivitas
Akumulasi cairan >>

Edema Paru

MK: Gangguan pertukaran gas


Alveoli terisi cairan

Pertukaran gas di alveoli terganggu

Perfusi jaringan terganggu

Brain Breath Blood Bladder Bowel Bone

Iscemic jaringan otak: pons Takipnea, dispnea Hipoksia Perfusi ginjal


Perfusi GIT Kelemahan

Kesadaran – pusat pernafasan Retensi Na & H2O


terganggu pucat
Iscemic sal. pencernaan
Produksi urin <<
Gagal nafas
Mual, muntah

Pemasangan ventilator Control tekanan vent yg MK: Risiko cedera Sumber: Smeltzer&Bare, 2001
tidak sesuai Muttaqin & Sari, 2011
Jones & Fix, 2009
Interpretasi Nilai GFR
Stadium GFR Deskripsi
(ml/menit/1.73m2)
1 90 – 120 Kerusakan minimal pada ginjal, filtrasi masi h
normal atau sedikit meningkat.
2 60-89 Fungsi ginjal sedikit menurun
3 30-59 Penurunan fungsi ginjal yang sedang
4 15-29 Penurunan fungsi ginjal yang berat
5 Kurang dari 15 Gagal ginjal stadium akhir (End Stage Rena l
Disease)
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin
Test ) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85

D. Manifestasi klinis
Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan
ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
1. Kardiovaskuler :
a. Pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium
dari aktivasi system rennin-angiotensin-aldosteron)
b. Pitting edema (kaki, tangan, sakrum)
c. Edema periorbital
d. Gagal jantung kongestif
e. Edema pulmoner (akibat cairan berlebih)
f. Pembesaran vena leher
g. Nyeri dada dan sesak napas akibat perikarditis (akibat iritasi pada lapisan
pericardial oleh toksin uremik), efusi pericardial, penyakit jantung koroner
akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan
cairan dan hipertensi.
h. Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis, gangguan elektrolit dan
kalsifikasi metastatic.
2. Dermatologi/integument :
a. Rasa gatal yang parah (pruritis) dengan ekskoriasis akibat toksin uremik dan
pengendapan kalsium di pori-pori kulit.
b. Warna kulit abu-abu mengkilat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom.
c. Kulit kering, bersisik
d. Kuku tipis dan rapuh
e. Rambut tipis dan kasar
3. Gastrointestinal :
1. Fetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh
bakteri di mulut menjadi ammonia sehingga napas berbau ammonia. Akibat
lain adalah timbulnya stomatitis dan parotitis
2. Ulserasi dan perdarahan pada mulut
3. Anoreksia, mual, muntah yang berhubungan dengan gangguan metabolism di
dalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat metabolism bakteri usus seperti
ammonia dan metil guanidine, serta sembabnya mukosa usus
4. Cegukan (hiccup) sebabnya yang pasti belum diketahui
5. Konstipasi dan diare
6. Perdarahan dari saluran GI (gastritis erosive, ulkus peptic, dan colitis uremik)
7. Neurologi :
a. Ensefalopati metabolic. Kelemahan dan keletihan, tidak bias tidur,
gangguan konsentrasi, tremor, asteriksis, mioklonus, kejang
b. Konfusi
c. Disorientasi
d. Kelemahan pada tungkai
e. Rasa panas pada telapak kaki
f. Perubahan perilaku
g. Burning feet syndrome. Rasa kesemutan dan seperti terbakar, terutama di
telapak kaki.
8. Muskuloskleletal :
a. Kram otot
b. Kekuatan otot hilang
c. Fraktur tulang
d. Foot drop
e. Restless leg syndrome. Pasien merasa pegal pada kakinya sehingga selalu
digerakkan
f. Miopati. Kelemahan dan hipertrofi otot-otot terutama otot-otot ekstremitas
proksimal.
9. Reproduksi :
a. Atrofi testikuler
b. Gangguan seksual: libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki
akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang menurun. Sebab
lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu (seng, hormone
paratiroid). Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi
sampai amenore
10. Hematologi :
a. Anemia, dapat disebabkan berbagai factor antara lain :
- Berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga rangsangan eritropoesis
pada sumsum tulang menurun.
- Hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana
uremia toksik.
- Defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain, akibat nafsu makan yang
berkurang.
- Perdarahan, paling sering pada saluran cerna dan kulit
b. Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisme sekunder
c. Gangguan perfusi trombosit dan trombositopenia. Mengakibatkan
perdarahan akibat agregasi dan adhesi trombosit yang berkurang serta
menurunnya factor trombosit III dan ADP (adenosine difosfat).
d. Gangguan fungsi leukosit. Fagositosis dan kemotaksis berkurang, fungsi
limfosit menurun sehingga imunitas juga menurun.
11. Endokrin :
a. Gangguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin<15 mL/menit),
terjadi penurunan klirens metabolic insulin menyebabkan waktu paruh
hormone aktif memanjang. Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan
obat penurun glukosa darah akan berkurang.
b. Gangguan metabolisme lemak
c. Gangguan metabolisme vitamin D
12. Sistem lain :
a. Tulang: osteodistrofi renal, yaitu osteomalasia, osteitis fibrosa,
osteosklerosis, dan kalsifikasi metastatic
b. Asidosis metabolic akibat penimbunan asam organic sebagai hasil
metabolisme.
c. Elektrolit : hiperfosfatemia, hiperkalemia, hipokalsemia

E. Komplikasi
Komplikasi dari CKD menurut Suwitra (2006) antara lain adalah :
 Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan
masukan diit berlebih.
 Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
 Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
 Anemia akibat penurunan eritropoitin.
 Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
 Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
 Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
 Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
 Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

F. Pemeriksaan Penunjang
1) Urin
 Volume : biasanya kurang dari 400cc/24 jam atau tak ada (anuria)
 Warna : secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan
adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
 Berat jenis; kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat
 Osmoalitas; kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal tubular
dan rasio urin/serum sering 1:1
 Klirens kreatinin; menurun
 Natrium; lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium
 Protein; derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
2) Darah
- BUN/kreatinine meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
- Hb menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/db
- SDM; menurun, defisiensi eritropoitin
- GDA; asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
- Natrium serum; rendah
- Kalium; meningkat
- Magnesium; meningkat
- Kalsium; menurun
- Protein (albumin); menurun
3) Osmolalitas serum; lebih dari 285 mOsm/kg
4) Pelogram retrograd; abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5) Ultrasono ginjal; menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas
6) Endoskopi ginjal, nefroskopi; untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
7) Arteriogram ginjal; mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, masa
8) EKG; ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
9) Foto polos abdomen; menunjukkan ukuran ginjal/ureter /kandung kemih dan
adanya obstruksi (batu).

G. Manajemen pengobatan
1. Pemeliharaan fungsi ginjal dan menunda dialisis
Pemeliharaan fungsi ginjal dapat menunda kebutuhan untuk terapi dialisis. Usaha
ini dapat dicapai dengan mengontrol tekanan darah dan mengurangi asupan protein
dan katabolisme.
2. Memperbaiki kimia tubuh
Kimia tubuh klien dapat diperbaiki melalui dialysis, obat, dan diet. Dialysis
menghilangkan kelebihan air dan sisa nitrogen, mengurangi manifestasi gagal ginjal.
Berikut adalah empat tujuan dasar terapi dialysis:
a) Untuk menghilangkan produk akhir metabolism protein, seperti ureum dan
kreatin dari dalam darah.
b) Untuk menjaga konsentrasi aman serum elektrolit
c) Untuk mengoreksi asidosis dan menambah kadar bikarbonat darah
d) Untuk menghilangkan kelebihan cairan dari darah
Ada dua jenis dialysis : hemodialysis dan dialysis peritoneal.
1) Hemodialysis dikenal sebagai "cuci darah", menggunakan alat dialiser (ginjal
buatan) untuk membuang kelebihan cairan, elektrolit, dan produk sisa
metabolisme dari darah. Seorang pasien mungkin memerlukan 2 hingga 3 kali
pengobatan hemodialisis per minggu, dan setiap sesi pengobatan akan
memakan waktu 4 hingga 6 jam.
2) Dialysis peritoneal dikenal sebagai "pembersihan perut", memanfaatkan
pembuluh darah pada peritoneum (selaput tipis yang melapisi bagian dalam
perut dan mengelilingi serta menopang organ-organ perut) yang
memungkinkan dilakukannya proses dialisis. Cairan dialisis lalu
dikeluarkan dari tubuh (bersama dengan produk sisa metabolisme) setelah
4-10 jam dan cairan dialisis baru dimasukkan ke dalam perut kembali.
Proses ini diulang sebanyak 3-4 kali per hari.
3. Pembatasan Elektrolit dan Cairan
Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya oedem dan komplikasi
kardiovaskuler. Air yang masuk ke dalam tubuh dibuat seimbang dengan air yang
keluar, baik melalui urin maupun Insensible Water Loss (IWL), dengan berasumsi
bahwa air yang keluar melalui IWL antara 500-800 ml/hari. Elektrolit yang harus
diwaspadai asupannya adalah kalium dan natrium. Pembatasan kalium dilakukan
karena hiperkalemia dapat mengakibatkan aritmia jantung yang fatal. Oleh karena
itu, pemberian obat-obatan yang mengandung kalium dan makanan yang tinggi
kalium (seperti buah dan sayuran) harus dibatasi. Kadar kalium yang dianjurkan
3,5-5,5 mEq/lt. Pembatasan natrium dimaksudkan untuk me-ngendalikan
hipertensi dan oedem. Selain itu, untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulus
adalah dengan pembatasan asupan protein dan terapi farmakologis. Pembatasan
asupan protein mulai dilakukan pada LFG ≤ 60 ml/mnt, sedangkan di atas nilai
tersebut pembatasan asupan protein tidak selalu dianjurkan.
4. Transfusi darah
Pada pasien dengan penyakit CKD, terjadi anemia pada 80-90% pasien.
pemberian transfusi darah untuk meningkatkan jumlah sel darah merah. Transfusi
yang dilakukan secara tidak cermat dapat mengakibatkan kelebihan cairan tubuh,
hiperkalemia dan pemburukan fungsi ginjal. Sasaran hemoglobin menurut
berbagai studi klinik adalah 11-12 gr/dl.
5. Pemberian obat-obatan
Pemakaian obat antihipertensi, di samping bermanfaat untuk memperkecil
resiko kardiovaskuler, juga sangat penting untuk memperlambat perburukan
kerusakan nefron dengan mengurangi hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi
glomerulus. Beberapa obat antihipertensi terutama ACE inhibitor (Angiotensin
Converting Enzyme inhibitor), seperti Captopril, melalui berbagai studi terbukti
dapat memperlambat proses perburukan fungsi ginjal.24 Hal ini terjadi melalui
mekanisme kerjanya sebagai antihipertensi dan antiproteinuria
Bicnat merupakan salah satu antasida dimana merupakan basa lemah yang
bereaksi dengan asam lambung untuk membentuk air dan garam, dengan
demikian menghilangkan keasaman lambung. Obat ini juga memiliki efek lain
seperti pengurangan kolonisasi H. pylori dan merangsang sintesis prostaglandin.
Zat-zat antasida sangat bervariasi dalam komposisi kimia, kemampuan
menetralkan asam, kandungan natrium, rasa dan harganya. Kemampuan
menetralkan asam suatu antasida tergantung pada kapasitas untuk menetralkan
HCl lambung dan apakah lambung dalam keadaan penuh atau kosong (makanan
memperlambat pengosongan lambung, memungkinkan antasida bekerja untuk
waktu yang lebih lama). pemberian Lasix (Furosemide) yang merupakan “Loop
atau HighCeiling Diuretic” dapat menghambat kotranspor Na+ /K+ /Cl- dari
membrane lumen pada pars ascenden ansa Henle sehingga reabsorbsi Na+ /K+
/Cl- menurun. Loop diuretic berkerja cepat bahkan di antara pasien dengan fungsi
ginjal yang terganggu atau yang tidak bereaksi terhadap tiazid atau diuretic lain .
Jadi, pada pasien dengan Gagal ginjal kronik perlu diberikan obat antihipertensi,
suplemen besi (tambah darah), agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid
(membantu berkemih), dan bicnat sebagai obat lambung.
6. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan 1 dari 3 terapi pengganti ginjal pada penderita
gagal ginjal kronis tahap akhir, selain cuci darah dan continuous ambulatory
peritoneal dialysis (CAPD), atau yang dikenal dengan cuci darah lewat perut.
Dinamakan terapi pengganti ginjal karena ginjal yang sudah rusak akibat gagal
ginjal kronis tidak dapat membaik, tetapi dapat digantikan kerjanya. Pada
transplantasi ginjal, ginjal yang sudah rusak akan digantikan kerjanya oleh ginjal
donor yang cocok.

H. ASUHAN
KEPERAWATAN Kasus
CKD
Tn.D (78 tahun) dirawat di ICU dengan diagnosis CKD Pro HD, Asidosis metabolic,
Ketosis DM, Anemia, Riwayat penyakit sekarang : Pasien tidak mau makan, mual,
nyeri ulu hati, demam hilang timbul sejak 3 hari sebelum masuk RS.
Hasil Pengkajian : GCS : E4M5V4, kesadaran : apatis, TTV: TD: 110/51 mmHg,
MAP: 67, HR: 78X/menit, Suhu: 36,5 oC, RR: 17x/ menit dengan Rebreathing Mask
8 lpm. Diameter pupil: 2mm/2mm, Refleks cahaya:+/+.

Hasil pemeriksaan Hematologis :


- Hb: 10,4 g/dl
- Hematokrit: 33%
- Leukosit: 10,7 x 103/uL
- Trombosit: 204 x 103/uL
- Eritrosit: 4,12 x 106/uL
- GDS: 120 mg/dl
- SGOT: 12 U/L
- SPGT: 9 U/L
- Ureum: 293 mg/dL
- Kreatinin: 10,66 mg/dL
- Natrium: 151 mmol/L
- Kalium: 4,70 mmol/L
- PT/PTT: 16,2 detik/35,6 detik

Hasil AGD :
 PH: 7,35
 PCO2: 30 mmHg
 HCO3: 13,9 mmol/L
 PO2: 181,5 mmHg
 SpO2 :98%
 Hasil Rongten: Cardiomegali dengan konfigurasi RVH pneumonia.
PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 78 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Jl. TB Simatupang
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Tanggal Masuk RS : 23 september 2020
Tanggal Pengkajian : 23 september 2020
No Rekam Medis 12345678
Diagnosa Medis : CKD Pro HD

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. S
Umur : 70 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Istri

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan lemas,mual, nyeri ulu hati, demam hilang
timbul sejak 3 hari.
b. Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu klien terdapat DM kurang lebih 14 tahun


c. Riwayat Penyakit sekarang
Riwayat Ketosis DM, Anemia, Asidosis Metabolic
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga ps mengatakan tidak tahu menahu penyakit yang di derita ibu ps,
tetapi saudara klien juga mempunyai penyakit yang sama yaitu DM dan
hipertensi tetapi tidak ada yang menderita gagal ginjal (CKD).
.
3. Primary Survey
a. Airway
1. Keadaan Jalan Nafas
Tingkat kesadaran : Apatis
Pernafasan :-
Upaya Bernafas :-
Benda asing di jalan Nafas : -
Bunyi Nafas :-
Hembusan Nafas :+
2. Masalah Keperawatan :
b. Breathing
1. Fungsi pernafasan
Jenis pernafasan : snoring (-), Gurgling (-), Stridor (-)
Frekuensi pernafasan : Respirasi 17x/menit, SPO2 = 98 %
Retraksi Otot Bantu Nafas : + (stemocleidomastoidius dan
intercosta)
Kelainan Dinding Thoraks : simetris, perlukaan (-), jejas (-),trauma (-)
Bunyi nafas :-
Hembusan Nafas :+
c. Circulation
1. Keadaan sirkulasi
Tingkat kesadaran : CM
Perdarahan (internal/eksternal) : Tidak ada perdarahan
Nadi Radial/carotis : Teraba
Akral Perifer : Hangat
Kapilari Refill : >2 detik
Pulse : 86x/menit
Blood Preasure : 99/73 mmHg
2. Masalah Keperawatan :
d. Disability
1. Pemeriksaan Neurologis
GCS :
Reflex Fisiologis :+
Reflex Patologis :-
Kekakuan Otot :
2. Masalah Kperawatan :

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : CM
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 101/51 mmHg
Herat Rate : 78x/mnt
Respirasi : 17x/mnt
Suhu : 36,5ͦ c

c. Pemeriksaan Sistem Tubuh


1. Keadaan Umum
Pasien tampak pucat, lemah, mual, muntah dan anoreksia. Kesadaran
apatis dengan GCS E4M5V4. Kulit tampak keriput.
2. Kepala : Muka simetris, Warna Rambut mulai beruban, Kulit kepala bersih
tidak ada lesi, tidak ada deformasi.
3. Mata : Bentuk bola mata bulat (sferik), konjungtiva anemis, sclera putih,
pupil isokor, gerakan mata tidak kaku dan dapat bergerak bebas, lapang
pandang luas, tekanan bola mata tidak ada nyeri tekan. Kulit pada sekitar
daerah mata tampak keriput.
4. Telinga : daun telinga bersih dan simetris, liang telinga ada serumen
bewarna coklat dan kotor, tidak ada nyeri tekan, pendengaran sedikit
terganggu karena bisa mendengar ketika suara di keraskan sedikit.
5. Hidung : bagian luar terlihat simetris, tidak ada ingus, tidak ada
pendarahan,tidak ada penyumbatan, tidak ada nyeri tekan pada sinus,
terdengar suara mengi, terpasamg O2 3/lpm.
6. Mulut : mukosa bibir kering, susunan gigi sudah tidak lengkap lagi, faring
tidak ada pembengkakan, ovula tidak ada pembengkakan, tonsil tidak ada
pembengkakan, tidak ada nyeri tekan pada lidah dan pipi dan terdapat bau
mulut.
7. Leher : bentuknya simetris, warna kulit normal, tidak ada pembengkakan,
tidak ada tumor, dan dapat bergerak bebas serta tidak kaku, kelenjar limfe
tidak ada pembengkakan , kelenjar tiroid tidak ada pembengkakan.
8. Dada
Paru-Paru :
Inspeksi Bentuk : bentuk normal, bentuk simetris antara kanan dan kiri
Kulit : normal, tidak ada lesi
Palpasi : Pengembangan : dapat mengembang maksimal
Taktil/Vokal Fremilus : antara kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Frekuensi dan Irama : 28x/menit dan ireguller, Suara mengi
Jantung :
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : Iktus kordis teraba di interkostal ke 5
Perkusi : Pekak / Datar / Redup
Auskultasi : Bunyi jantung normal
- BJ I (S1) : penutupan katub mitral dan trikuspidalis = LUB
- BJ II (S2) : penutupan katub Aorta dan Pulmonal = DUB
9. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen pasien tampak buncit
Auskultrasi : Peristaltik usus 22x/menit
Palpasi : Pasien mengatakan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Tympani
10. Extremitas : tangan kanan dan kedua punggung kaki tampak bengkak
seperti ada cairan atau oedem.
` 11. Anus dan Rectum : Tidak ada hemoroid

d. Aspek Sosial
Pasien merupakan pribadi yang jarang bertetangga, pasien juga tidak aktif dalam
kegiatan masyarakat
e. Aspek Spiritual
Pasien beragama Islam dan sering beribadah ke masjid

Skor CPOT = 5
No Indikator Skala pengukuran Skor Hasil
Penilaian
1 Ekspresi wajah Rileks, netral 0 1
Tegang 1
Meringis 2
2 Gerakan tubuh Tidak bergerak 0 1
Perlindungan 1
Gelisah 2
3 Kesesuaian dengan Dapat mentoleransi 0 2
ventilasi mekanik Batuk, tapi dapat 1
mentoleransi
Fighting ventilator 2
4 Ketegangan otot Rileks 0 1
Tegang dan kaku 1
Sangat tegang /kaku 2
Total skor 5
5. Data Penunjang
a. Data Laboratorium (Hematologi, Analisis gas darah arteri, dll)
Tanggal dan Jam Pemeriksaan
No Pemeriksaa Hasil Nilai Normal Interpretasi
n
1 Darah Hemoglobin: 10,4 12 – 16 Hemoglobin
Leukosit: 10700 5000 – 10000 rendah
Hematokrit: 33 36 – 48 (<12g/dL)
Trombosit: 240 150 – 390 Hematokrit
Ureum: 293 15 – 40 rendah
Kreatinin: 10,66 0,5 – 0,9 (<36%),
Natrium: 151 135 – 145 Ureum tinggi
Kalium: 4,70 3,5 – 5,0 (>40mg/dL),
Klorida: 116 98 – 106 Kreatinin
GDS: 117 74 – 139 tinggi
(>0,9mg/dL),
Klorida
cukup tinggi
(>106
mmol/L)

b. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
No Nama Pemeriksaan Hasil
1 Rontgen COR tampak membesar ( CTR>50) diafragma normal
Sinuses normal
Pulmo : tak tampak infiltrate
Cardiomegali dengan konfigurasi RVH pneumonia
2 USG Abdomen Hepar : tidak membesar, permukaan rata,vasculature
normal, tidak tampak sol di dalamnya
Gall Blader : dindingtidak menebal, tampak bayangan
hiperechoik kecil-kecil dengan akustik shadow
Pancreas : bentuk dan ukuran normal, ductus pancreaticus
tidak dilatasi, sol ngatif
Lien : bentuk dan ukuran normal
Renal dextra : ukuan 7,1 mm x 25,8 mm, cortico medular
kabur, tampak bayangan bulat anechoic, ukuran 24,8 mm
x 30,3 mm
Renal sinistra : ukuran 79,6mm x 38,7 mm, cortico
medular kabur, tampak bayangan bulat anechoic, ukuran
17,9 mm x 17,5 mm
Vesical urinaria : tidak terisi penu
Uterus : mengecil, homgen

Kesan : kista multiple ginjal bilateral,


Kedua ginjal mengecil (proses cronis) dengan sludge
gallbladder
c. APACHE II SCOR (1X24 jam)

d. SOFA score

Sesuai Kasus : tidak dapat dihitung, karna data dalam kasus tidak lengkap.

6. Penatalaksanaan Medis
a. Ventilator : ON
Mode : Pressure Control (PC) kontrol tekanan
Triger :-
FiO2 : 100%
PEEP : 7 cmH2O
RR : 17x/menit

b. Obat Obatan

Nama Obat Dosis Cara Indikasi Side effects


Pemberia
n
IVFD NACL 500cc Infus Vena Pengganti cairan menyebabkan
0,9% yang hilang dalam penumpukan
tubuh natrium dan udem.
Omeprazol 2x4mg Injeksi mengurangi Nyeri perut dan
produksi asam di sakit kepala
dalam lambung.
Ceftriaxone 1x2gr Injeksi Mengatasi berbagai Nyeri perut, mual,
infeksi bakteri pada muntah, diare,
tubuh pusing, mengantuk,
sakit kepala,
bengkak dan iritasi
pada area suntikan,
muncul keringat
berlebih
Ondancentron 3x4mg Injeksi Mencegah dan Sakit kepala,
mengobati mual sembelit, lelah dan
dan muntah karena lemah,
operasi, meriang,mengantuk
kemoterapi, dan , dan pusing.
radioterapi
Furosemide 2x40mg Injeksi Edema akibat Pusing, vertigo,
gangguan jantung, mual, muntah,
hati,dan ginjal, diare, peglihatan
serta hipertensi. buram dan sembelit
Novorapid 5 unit Injeksi Terapi diabetes Kulit kemerahan,
melitus terjadi
pembengkakan
pada area injeksi,
sembelit, kenaikan
berat badan, kulit
terasa kebal.
Asam Folat 3x1 tab Oral Mengatasi berbagai Demam tinggi,
kondisi yang kulit memerah,
disebabkan karena nafas pendek, ruam
kurangnya kulit, gatal-gatal
asupanfolat pada kulit, dada
contohnya dialisis sesak, kesulitan
ginjal bernapas, mengi
Bicnat 2x1 tab Oral Mengatasi asidosis Mual, haus, perut
metabolik, urine kembung, kram
yang terlalu asam, perut
dan asam lambung
berlebih.
Simvastatin 1x20mg Oral Peningkatan resiko Bersin-bersin,
atherosklerosis pilek, sakit
vaskuler yang tenggorokan, mual,
disebabkan oleh sembelit.
hiperkolesterolemi
a, penyakit jantung
koroner,
mengurangi resiko
mortalitas
Bisoprolol 1x Oral mengobati Pusing, mual,
Rebreathing 1,25mg hipertensi atau muntah, kelelahan,
Mask 8 lpm tekanan darah denyut jantung
tinggi, angina lambat, konstipasi,
pektoris, aritmia, diare, akral dingin.
dan gagal jantung

7. Analisa Data
NO DATA PROLEM ETIOLOGI
1 S: Kelebihan volume cairan Penurunan haluaran urin
- Keluarga ps mengatakan ibunya dan fungsi ginjal
mengeluh lemas, mual serta
begah untuk nafas.
- Keluarga pasien mengatakan
tangan dan kakinya bengkak
- Keluarga pasien mengatakan
mempunyai penyakit DM sejak
14 tahun yang lalu
- Keluarga pasien mengatakan
aktifitas bapaknya di bantu
seluruhnya oleh keluarga
- Pasien minum banyak ± 2 gelas/
hari atau sekitar 500 cc
- Keluarga ps mengatakan BAK
tidak banyak hanya ± 400 cc/hari

O:
- Ps tampak pucat dengan hasil lab
HB : 10,4, HT : 33, UR : 293,
CR : 10,66
- TD: 101/51, N: 78/menit, RR:
17/menit, S: 36.5C
- Asites
- CRT > 2 detik
- Pitting edema (+)
- Oedem pada extremitas atas dan
bawah
- Ps tampak berbaring di tempat
tidur saja
- Hasil USG abdomen : Ginjal
tampak mengecil
- Tangan kanan dan kedua kaki
tampak oedem
- Turgor kulit jelek
2 S: Gangguan Pertukaran Gas Ketidakseimbangan
- Ps mengatakan nafasnya masih ventilasi perfusi
sesak
- Ps mengatakan pusing dan lemas

O:
- TD : 101/51, RR : 17/menit
- Terdengar suara mengi
- HB : 10,4
- Hasil AGD :
PH: 7,35
PCO2: 30 mmHg
HCO3: 13,9 mmol/L
PO2: 181,5 mmHg
SpO2 :98%
- Sianosis
- Hasil rontgen :
kardiomegali dengan konfigurasi
RVH pneumonia
- Ps hanya terbaring saja
- Posisi pasien semifowler
- Pasien tampak gelisah dan warna
kulit pucat
3 S : - Pasien mengatakan lemas Intoleran Aktivitas Tirah Baring
- Pasien mengatakan nyeri pada ulu
hati
O:
- TD : 101/51, RR : 17/menit HR:
78x/menit
- HB : 10,4
- Hasil Rontgen: Cardiomegali
dengan konfigurasi RVH
pneumonia
T
- Pasien tampak kelelahan
- Pasien tampak pucat
- Pasien dispneu setelah
beraktivitas

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin dan fungsi
ginjal
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
3. Intoleran Aktivitas berhubungan dengan tirah baring

RENCANA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan & KH Kode Intervensi Keperawatan


. Keperawatan NIC
1. Kelebihan volume Tujuan: 4130 Fluid Management :
cairan b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji status cairan ; timbang berat
penurunan haluran keperawatan selama 1 x 5 badan,keseimbangan masukan dan
urin dan jam volume cairan
penurunan fungsi haluaran, turgor kulit dan adanya edema
seimbang.
ginjal 2. Batasi masukan cairan
Kriteria Hasil: 3. Identifikasi sumber potensial cairan
NOC : Fluid Balance 4. Jelaskan pada pasien dan keluarga
 Terbebas dari edema, rasional pembatasan cairan
efusi, anasarka 5. Kolaborasi pemberian cairan sesuai
 Bunyi nafas 2100 terapi.
bersih,tidak adanya Hemodialysis therapy
dipsnea 1. Ambil sampel darah dan meninjau kimia
 Memilihara tekanan darah (misalnya BUN, kreatinin,
vena sentral, tekanan natrium, pottasium, tingkat phospor)
kapiler paru, output sebelum perawatan untuk mengevaluasi
jantung respon thdp terapi.
 Vital sign normal.
2. Rekam tanda vital: berat badan, denyut
nadi, pernapasan, dan tekanan darah
untuk mengevaluasi respon terhadap
terapi.
3. Sesuaikan tekanan filtrasi untuk
menghilangkan jumlah yang tepat dari
cairan berlebih di tubuh klien.
4. Bekerja secara kolaboratif dengan pasien
untuk menyesuaikan panjang dialisis,
peraturan diet, keterbatasan cairan dan
obat-obatan untuk mengatur cairan dan
elektrolit pergeseran antara pengobatan
2. Gangguan Respiration status : Guy 3320 Oxygen Therapy
pertukaran gas Exchange 1. Pertahankan kepatern jalan napas
berhubungan 2. Kelola pemberian oksigen tambahan
dengan
Tujuan : sesuai resep
ketidakseimbanga
n ventilasi perfusi Setelah dilakukan 3. Anjurkan pasien untuk mendapatkan
keperawatan selama 2 x 24 resep oksigen tambahan sebelum
jam klien Gangguan perjalanan udara atau perjalanan ke
pertukaran gas teratasi dataran tinggi yang sesuai
dengan kriteria hasil : 4. Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain
1. Tekanan oksigen di darah mengenai penggunaan oksigen tambahan
anten ( Pao ( 4 ) saat aktivitas dan atau tidur
2. Tekan karbondioksida di
5. Pantau efektivitas terapi oksigen (pulse
darah arteri ( PCO ) ( 4 )
3. PH arterial (4 ) oximetry BGA )
4. Saturasi oksigen ( 4 ) 6. Observasi anda pada oksigen yang
5. Keseimbangan perfusi disebabkan hipoventilasi
Ventilasi ( 4 ) 7. Monitor aliran oksigen liter
6. Siaposis ( 4 ) 8. Monitor posisi dalam oksigenast
9. Monitor tanda - tando keracunan oksigen
dan atelektasis
10. Monitor peralatan oksigen untuk
memastikan bahwa tidak mengganggu
pasien dalam berapa
3. Intoleran Aktivitas Activity Tolerance Activity Therapy
berhubungan Setelah dilakukan 1. Kolaborasikan dengan Tenaga
dengan tirah
baring keperawatan selama 3 x 24 Rehabilitasi dalam merencanakan
jam pasien bertoleransi program terapi yang tepat
terhadap aktivitas Kriteria 2. Buntu klien untuk mengidentifikasi
hasil : aktivitas yang mampu dilakukan
1. Saturasi Oksigen saat 3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
aktivitas ( 4 ) yang sesuai dengan kettiampuan fisk ,
psikologi dan secial
2. Nadi saat aktivitas ( 4 ) 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan
3. RR saat aktivitas ( 4 ) mendapatkan sumber yang diperlukan
4. Tekanan dari sistol dan untuk aktivitas yang diinginkan
diastol saat istirahat ( 4 ) 5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
5. Mampu melakukan aktivitas seperti kursi roda , krek
aktivitas sehari - hari 6. Bantu klien tintuk membuat jadwal
(ADLs) secara mandiri latihan diwaktu luang
(4) 7. Bantu pasien keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
8. Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
9. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
10. Observasi adanya pembatasan klien
dalam melakukan aktivitas
11. Monitor nutrisi

DAFTAR PUSTAKA

(2020). Chronic Kidney Disease, Stage 1. In Definitions. Qeios.


https://doi.org/10.32388/yzopkc
Wijaksana, S. W. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. S DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT
PATOLOGI SISTEM PERKEMIHAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI
PAVILIUM MARWAH ATAS RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA
PUTIH. Universitas Muhammadiyah Jakarta, 01, 1–7.
Milnawati, N. K. A. (2019). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Komprehensif pada Tn. A.
H dengan Chronic Kidnet Disease (CKD) di Runag Komodo RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johanes Kupang. Duke Law Journal, 1(1), 1–13.

Anda mungkin juga menyukai