Anda di halaman 1dari 46

Proses Keperawatan pada

Asuhan Keperawatan
Spiritual Islam
Ns. Inggriane Puspita Dewi.,S.Kep.,M.Kep
Istilah penyakit akut dan kronis
• Istilah akut lebih tepat digunakan untuk penyakit yang
dialami dalam durasi atau jangka waktu yang relatif
singkat. Atau untuk keadaan seperti serangan yang terjadi
dalam waktu cepat dan secara tiba-tiba.
• Sedangkan untuk suatu penyakit yang dialami dalam
jangka waktu yang lama atau berkembang secara
perlahan-lahan biasanya disebut dengan istilah kronis
Prilaku Sakit

• Faktor internal : Faktor Eksternal :


visibilitas gejala, kelompok sosial,
Persepsi
budaya latar belakang, variabel
Keyakinan ekonomi,aksesibilitas pelayanan
Coping skill kesehatan dan dukungan sosial.

Pasien dengan penyakit akut


cenderung mencari perawatan
kesehatan dan segera patuhi terapi
Dampak sakit
• Perubahan prilaku dan emosi
• Perubahan dinamika keluarga
• Pandangan terhadap body image bisa berubah
• Berimbas pada konsep diri secara keseluruhan
Respon Individu terhadap sakit akut
Respon emosi saat sakit akut
• Meskipun stres mungkin diperlukan untuk
kelangsungan hidup manusia, kelebihan stres itu tentu
saja memengaruhi kesehatan dan produktivitas kita.
• Stres menyebabkan ketegangan mental, fisik,
emosional atau spiritual.
• Kita tidak bisa lari dari stres & yang terpenting adalah
bagaimana kita mengatasi stres.
Respon verbal ketika sakit akut
• Kenapa aku ?
• Mengapa baru sekarang?
• Apa artinya ini?
• Apakah ada harapan?
• Dapatkah saya dimaafkan?
• Apakah saya akan mati?
• Bagaimana saya ke depannya ?
Pasien yang membutuhkan dukungan
spiritual
• Pasien kesepian
• Pasien ketakutan dan cemas
• Pasien yang harus mengubah gaya hidup
Siklus Proses Keperawatan
Pengkajian Spiritual secara umum
• Ada banyak Skala Penilaian yang tersedia di literatur. Dossey
menawarkan 3 dimensi pengkajian spiritual, yaitu
1. Pemaknaan

2. Keyakinan dalam diri

3. Interconnections (hubungan dengan diri, Tuhan, Alam sekitar)


Spiritual Assessment Tools

 SPIRIT
 FICA (Pulchalski 1999)
 LET GO (Storey and Knight 1997)
 Nurses and MDs should know the patient’s
personal values and wishes. The patients
religion is specified in the medical record.

“The secret in the care of the patient is in


caring for the patient.”

 Francis Peabody
Beberapa contoh format pengkajian
spiritual
George H. Grant,M.Div., PhC.

Taking a spiritual history. . .


• S Spiritual Belief System
• P Personal Spirituality
• I Integration in a Spiritual Community
• R Ritualized Practices and Restrictions
• I Implications for Health Care
• T Terminal Events Planning (advance directives,
DNR wishes, DPOA etc..)
FICA assessment tool

F Faith, Belief, Meaning


I Importance and Influence
C Community
A Address

Christina Puchalski MD
The HOPE Questions
• H: Sources of hope, meaning,
comfort, strength, peace, love and
connection
• O: Organized religion
• P: Personal spirituality and practices
• E: Effects on medical care and end-
of-life issues
Spiritual History
F Do you have a spiritual belief? Faith? Do you
have spiritual beliefs that help you cope with
stress? What gives your life meaning?
I Are these beliefs important to you? How do they
influence you in how you care for yourself?
C Are you part of a spiritual or religious
community?
A How would you like your healthcare provider to
address these issues with you?
Christina Puchalski MD
LET GO
• Listening to the patient’s story
• Encouraging the search for meaning
• Telling of your concern and acknowledging the
pain of loss
• Generating hope whenever possible
• Owning your limitations
Saat assessment spiritual
• Curigai rasa sakit spiritual
• Ciptakan suasana yang kondusif
• Tunjukkan minat, ajukan pertanyaan spesifik
• Dengarkan makna yang lebih luas
• Sadar akan keyakinan dan bias Anda sendiri
Pengkajian spiritual juga mencakup:
• Persepsi pasien tentang apa yang sedang terjadi.
• Apa yang memberi makna dan tujuan hidup?
• Bagaimana, atau apakah keyakinan yang saat ini diyakini pasien.
• Cinta: Oleh siapa pasien merasa diterima dan dicintai?
• Memaafkan - membutuhkannya? Apakah perlu memberikannya
kepada orang lain?
• Doa – bagaimana kebiasaan berdo’a?
• Apa yang membantu pasien merasakan ketenangan / kedamaian
lanjutan
• Arti, nilai - pribadi, penyakit
• beban, kendali, kemandirian, martabat
• Kekuatan iman dalam keputusan medis
• Kehidupan religius, kehidupan spiritual
• Identifikasi area krisis spiritual. Apakah intervensi
rohaniawan diperlukan atau diinginkan?
Standar pengkajian spiritual
• “Klarifikasi Standar” tentang penilaian spiritual
menyatakan:
Penilaian spiritual harus, setidaknya, menentukan
denominasi pasien, keyakinan, dan aktifitas spiritual apa
yang penting bagi pasien.
• Informasi ini akan membantu dalam menentukan dampak
spiritualitas, jika ada, pada perawatan / jasa yang ada
disediakan dan akan mengidentifikasi jika ada penilaian
lebih lanjut dibutuhkan.
Quick assessment spiritual
• Makna sakit
• Penerimaan sakit
• Aspek ibadah
• Support sosial
Area Pengkajian spiritual
 Hubungan kesehatan dengan spiritual
(kaji persepsi sehat dan sakit menurut pasien, situasi sakit terhadap
perasaannya, bagian tubuh yang dirasakan paling dirasakan
sakit/mengganggu, fase berduka pasien, tindakan keperawatan atau medis
lainnya yang bertentangan dengan keyakinan pasien, sumber
kekuatan/harapan pasien, harapan tentang kesembuhan, upaya yang
dilakukan) Isi dalam bentuk narasi.
 Konsep ketuhanan
(Kaji persepsi pasien tentang Allah TA’ALA ketika sakit_apakah
mengganggap sebagai hukuman atau kasih sayang Allah TA’ALA, merasa
dibantu oleh Allah TA’ALA atau sebaliknya ketika sakit, kondisi perasaan
terhadap Allah TA’ALA ketika sakit, makna hidup bagi pasien, upaya
mendekatkan diri kepada Allah TA’ALA ketika situasi sakit, kebiaasaan
berdoa)
 Support system dan dukungan
(dukungan dari keluarga, kerabat atau sejawat yang didapatkan, bentuk
dukungan yang diberikan, makna dukungan bagi pasien, identifikasi kebutuhan
dukungan spiritual pasien oleh tenaga kesehatan dan rohaniwan/ustadz).

 Kebiasaan praktik ibadah


(kaji kebiasaan ibadah ketika di rumah saat sebelum sakit, jenis ibadah wajib
dan sunnah, persepsi ibadah menurut pasien).
(kaji kebiasaan ibadah ketika di rumah sakit saat setelah kondisi sakit, jenis
ibadah wajib dan sunnah yang dilakukan, hambatan religius yang dirasakan
pasien, persepsi ibadah menurut pasien, kebutuhan ibadah ketika sakit,
kemauan atau kesiapan untuk dibimbing).
Pengkajian spiritual yang dilakukan
secara observasi
• Afek dan sikap : apakah klien tampak kesepian, depresi, marah,
cemas, agitasi, apatis.
• Prilaku
– Apakah klien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci atau
buku keagaamaan ?
– Apakah klien sering mengeluh tidak bisa tidur, mimpi buruk, bagaimana
cara mengekspresikan marahnya ?
• Hubungan interpersonal
- Siapa pengunjung klien
- Bagaimana klien berespon terhadap pengunjung
- Apakah pemuka agama datang mengunjungi klien
- Bagaimana hubungan klien dengan klien yang lainnya dan
tenaga keperawatan
Teknik Komunikasi dalam pengkajian
spiritual
 Teknik untuk membuka tema obrolan
1. Menawarkan diri (self offering)
2. Membuka percakapan (broad opening)
3. Diam (silence).

 Teknik untuk mendorong keberanian


1. Komentar terbuka (open-ended comment)
2. Refleksi (reflection)
3. Pengulangan (restating)
 Teknik untuk fokus pada respon verbal dan nonverbal klien
1. Memfokuskan (Focusing)
2. Mengarahkan (directing)
3. Mendalami (Exploring)
4. Pengakuan(recognition)
 Teknik untuk mendorong keberanian mengungkapkan perasaan
1. Mem-verbal-kan hal yang tersirat
2. Observasi (making observations)
3. Klarifikasi (clarifying)
 Teknik untuk mendorong beberapa perubahan pada klien
1. Konfrontatif (confronting)
2. Pembatasan (limit setting)
• Lingkungan
– Apakah klien
membawa kitab
suci, perlengkapan
sholat lainnya ?
– Apakah klien
menerima kiriman
tanda simpati dari
unsur keagamaan ? Gambar Latihan pengkajian
spiritual
Diagnosis Keperawatan Spiritual
Resiko distress Distress Kesiapan peningkatan
spiritual spiritual kesejahteraan spiritual
Makna sakit Buruk/baik buruk baik
(aktifitas spiritual)
Ketaatan ibadah Baik/buruk buruk baik
(aktifitas religius)
Denial - √ -
anger - √ -
bargaining √ - -
depresi - √ -
acceptance - - baik
Support sosial - - baik
Diagnosis Keperawatan Spiritual
Resiko
Hambatan
hambatan Resiko
Hambatan
hambatan Kesiapan peningkatan
religiusitas
religiusitas religiusitas
religiusitas religiusitas
Ritual ibadah Rentan terganggu Rentan
terganggu terganggu
terganggu terlaksana
Enggan
Tidakberibadah
tahu, mau Tidak terlaksana
Tidak tahu, Tidak tahu, mau
Jenis pasien tidak mau
Tahu, mau Tahu, tidak Mau, termotivasi
Tidakdibimbing
tahu, tidak mau mau
Tidak tahu,
mau dibimbing
Tahu, tidak mau Tahu, mau
dibimbing dibimbing
Diagnosa Keperawatan Spiritual
Berduka Berduka Berduka complicated
antisipatif disfungsional
Sedih (< 3 bulan) √ - -
Sedih ( 3-6 bulan) - √ -
Sedih (≥ 6 bulan) - - √
Respon sedih yang √ berlebihan Masa berduka seolah-olah tidak
kunjung berakhir
wajar
menarik diri dari sementara Rutin masih dilakukan, Cenderung menetap
aktifitas hobi ditinggalkan
aktivitas
Support sosial √ kurang Tidak ada

Berduka complicated yang tidak teratasi dan berlangsung lama mencetuskan


diagnosis kepedihan kronis (domain 9)
Kesiapan
meningkatkan
• Distress kesejahteraa
spiritual n spiritual
• Berduka
menahun • Distress • Hambatan
(complicat spiritual Religiusitas
ed) • Anxietas • Distress
kematian spiritual
• Hambatan • Resiko
religiusitas Hambatan
Religiusitas
• Resiko
distress
spiritual
Capaian dalam Spiritual Islam
Imam Asy-Syatibi dalam a. kehidupan yang baik ( ‫ط ِّيبَة‬ َ ً‫ ) َحيَاة‬keturunan
Maqasid Syari’ah, abad 13 َ ً‫ )ذُ ِّريَّة‬dan negeri yang baik
yang baik (‫طيِّبَة‬
َ ً‫)بَ ْل َدة‬.
(‫ط ِّيبَة‬
1. Kehidupan yang baik
b. Kehidupan yang baik adalah kehidupan
(Hayatan-thayyibah)
yang menerima ketentuan Allah
Subhanallahu wa ta’ala.

c. Kehidupan yang didominasi dengan


kerelaan pada ketentuan-Nya, sehingga
melahirkan kepuasan dan kenikmatan dalam
hidupnya (sabar-ikhlas-syukur)
Capaian dalam Spiritual Islam
Hati yang murni (qolbun salim)
adalah keadaan nafs-
Hati yang murni muthmainnah di mana individu
dapat menemukan karakteristik
(Qolbun-Salim).
yang baik seperti, berpikir, dekat
dengan Allah ta’ala, iman,
kebaikan, jujur, kepercayaan,
kasih sayang bagi orang lain
dan kedamaian
Intervensi
Landasan AQ surat An-
Nahl: 125
f. Memberikan harapan kepada pasien
a. Iyaddah al maridh (mengunjungi selama sakit
orang yang sakit) g. Spiritualitas Islam menanamkan nilai-nilai
b. rifq (sikap lemah lembut) kebaikan dalam menjaga hubungan antar
c. Ihsan (memberikan pelayanan sebaik sesama melalui ekspresi cinta dan kasih
mungkin). sayang
d. Memfasilitasi praktik ibadah pasien h. Perawatan pasien fase terminal (end of
e. Memandu pasien untuk menemukan life care)
makna-makna sakit, penderitaan i. Pertimbangan gender
(dealing with pain) serta j. Pemberian nutrisi (halalan-thayyiban)
hubungannya dengan Allah Ta’ala
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
Intervensi Spiritual Islami :
Intervensi Spiritual Islami :
Intervensi Spiritual Islami :
Katagori intervensi spiritual Islami

•Istinja

advanced

Rujukan
basic

•Bimbingan
thaharah
•Bimbingan shalat
•Bimbingan do’a
•Bimbingan
sakaratul maut
•Qur’anic healing

Mulai PK 1 Mulai PK 4 dan


Mulai PK 3
Rohaniawan
Caring Islami : Iyaddah al maridh (mengunjungi orang yang sakit), rifq (sikap
lemah lembut), Ihsan (memberikan pelayanan sebaik mungkin), harapan dan
nilai-nilai kebaikan.
Indikator kebutuhan spiritual terpenuhi

1. Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan


keberadaannya didunia/kehidupan
2. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah
dari suatu kejadian atau penderitaan.
3. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan,
rasa percaya dan cinta
4. Membina integritas personal dan merasa diri berharga
5. Merasakan kehidupan yang terarah yang terlihat melalui
harapan
6. Mengembangkan hubungan antar manusia yang positif
Contoh studi kasus
Ny A, usia 28 tahun, dengan post partum blues, P2A0 hari ke-2 post SC
Menolak kontak dengan bayinya, sering terlihat murung, pandangan mata kosong, interaksi dengan
orang terdekat (suami) terlihat sering marah-marah.
Komunikasi dengan perawat baik
Data hasil pengkajian:
Keadaan sakit (respon terhadap sakit)
Bagian tubuh yang paling dirasakan sakit: bagian perut. Ny A menyatakan sulit menerima kondisinya,
karena kehamilan ini tidak direncanakan, suaminyalah yang paling menginginkan bayi ini, Ia juga
menyatakan sangat menderita akibat kehamilan ini, karena nyeri tulang belakang sepanjang waktu,
ditambah harus operasi sesar, sementara anak pertama lahir spontan dan baru berumur 15 bulan.
Keyakinan (tentang ketuhanan – motivasi-harapan) dan support system
Ny A mengatakan, “Kadang-kadang ada penyesalan, kenapa Allah mengizinkan kehamilan saya
sampai persalinan, padahal saya ga terlalu peduli selama hamil, tapi kalau ingat lagi takdir, saya suka
nangis jadinya, pengen nerima, tapi kalo lihat si dede kebayang lagi rasa sakit selama hamil s.d
sekarang, gara-gara dia jadi begini, apalagi kalo lihat suami, tambah kesel jadinya” Suka berdo’a sih,
pengen hati jadi tenang, paling suka curhat sama ibu”. Ny.A menyatakan belum membutuhkan
pembimbing rohani (rohaniawan_pen).
Aspek ibadah
Selama hamil masih bisa rutin dilakukan, saat ini tidak melakukan karena sedang nifas
Analisis kasus
Makna sakit Hubungan dengan Suport sosial Aspek
Allah Ta’ala ibadah
Sulit menerima Ada penyesalan Kesal terhadap suami Ibadah rutin
keadaan saat ini terhadap takdir-Nya dilakukan
Fase bargaining Kebiasaan berdo’a (+) Ibu yang paling dekat
Menganggap bayi Belum membutuhkan
penyebab rasa pembimbing ruhani
sakitnya

Diagnosis keperawatan Resiko distress spiritual b.d sulit


spiritual menerima realitas
Nursing care plan
Kriteria hasil Intervensi

3 x 24 jam, klien dapat menerima kenyataan, Tazkiyatun-Nafs


dengan kriteria: 1. Qur’anic healing
2. Terapi dzikr asmaul hus’na

1. Klien masuk fase acceptance (sabar - ikhlas 3. TBQ (terapi Bacaan Qur’an) sebagai
– syukur) biblioterapi Islami
2. Mampu kontak dengan bayi dan menyusui 4. SEFT (spiritual Emotional Freedom
3. Interaksi dengan suami menjadi baik Technique)
4. Tampak tenang
Implementasi dan evaluasi
Implementasi Evaluasi

Tanggal 5 September 2017 DS: Klien menyatakan hatinya merasa tenang


1. Memberikan terapi Qur’anic healing: setelah mengikuti sesi terapi dengan baik dan
mendengarkan murrotal al-Qur’an surat Ar- kooperatif
Rahman selama 15 menit, pada pukul 06.30 Klien menyatakan belum mau menggendong
wib dan 15.30 WIB bayinya, takut melukai bayinya
2. Membimbing terapi dzikir asma’ul husna DO: klien tampak tenang
(yaa rahmaan, yaa rahiim,,yaa lathif) klien mau rooming in dengan bayinya
sebanyak masing-masing 33x pukul 20.30 A : masalah teratasi sebagian
wib P : lanjutkan intervensi
Tanggal 6 September 2017 DS : saya baru tau, sebegitu besarnya sayang
Memberikan TBQ dengan tema pahala utama Allah buat seorang ibu
ibu Hamill dan menyusui (QS Al-Mu’minun: 14), DO : klien tampak menangis, klien meminta
hadist keutamaan hamil dan menyusui, serta untuk menggendong bayi dan mencium bayinya
qisah keutamaan seorang ibu A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Implementasi Evaluasi

Tanggal 7 September 2017 DS: Klien menyatakan hatinya merasa tenang


Menghadirkan suami klien dan benar-benar sudah ikhlas dengan
Membimbing klien melakukan terapi SEFT keadaannya
(Spiritual Emotional Freedom Technique) DO: klien tampak tenang
klien mau menggendong bayinya
Klien terlihat senyum kepada suaminya
Klien dapat melakukan SEFT secara
mandiri
A : masalah teratasi (klien masuk fase
acceptance)
P : rencanakan untuk kesiapan peningkatan
kesejahteraan spiritual
Referensi

Link Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UC9JsU6iVY2AMENFu7gu8Pyw?view_as=subscriber
Alhamdulillah

Anda mungkin juga menyukai