Anda di halaman 1dari 6

Pentingnya Dimensi Spiritual

Coyle (2002 dalam Oswald, 2004): McSherry (1998): terpenuhinya kebutuhan


spiritual pasien, akan dapat membantu mereka beradaptasi dan melakukan koping
terhadap sakit yang dideritanya.
Oswald (2004): spiritualitas dan pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan salah satu
aspek kunci untuk meningkatkan kualitas hidup pasien, selain kebutuhan fisik dan
psikologis. Penting bagi seorang perawat untuk mengenali dan mengintegrasikan
dimensi body, mind & spirit dalam praktik kliniknya sehari-hari (Dossey, 2005).

Tidak terpenuhinya kebutuhan klien pada salah satu dari dimensi yang ada dapat
menyebabkan gangguan kesehatan dan kesejahteraan.

Plato (dalam Makhija, 2002): tidak sepatutnya berusaha mengobati dan


menyembuhkan mata tanpa kepala, atau mengobati kepala tanpa badan, demikian juga
badan tanpa jiwa, karena bagian-bagian tersebut tidak akan pernah sejahtera kecuali
keseluruhannya sejahtera

Evidence-Based
94% dari pasien yang berkunjung ke rumah sakit di US meyakini kesehatan spiritual sama
pentingnya dengan kesehatan fisik (Anandarajah, 2001).
90% pasien di Amerika menyandarkan pada agama untuk mendapatkan kenyamanan
dan kekuatan ketika mereka mengalami sakit serius (Koenig, 2001 dalam Clark, 2008)
77% pasien menginginkan untuk membicarakan keluhan spiritual mereka sebagai
bagian dari pelayanan kesehatan (Brown, 2007)
Faktor yang Berperanan Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Saat di RS
Hoffert, Henshaw & Maududu (2007): Kebanyakan perawat dan mahasiswa keperawatan
melaporkan ke-kurang-nyamanannya (lack ofcomfort) dan ke-kurang-mampuan-nya
(lack of ability) dalam melakukan pengkajian aspek spiritual saat memberikan asuhan
keperawatan
Rankin dan DeLashmutt (2006):
Konsep spiritualitas merupakan hal yang bagi
mahasiswa keperawatan masih sukar untuk
memahami, mengidentifikasi dan
mengaplikasikannya

Vance (2001): faktor yang turut berperanan terhadap hambatan perawat


dalam pemberian asuhan spiritual:
1. keyakinan bahwa spiritualitas pasien merupakan hal yang bersifat
pribadi (private) dari individu pasien dan diluar dari peran
keperawatan
2. kecemasan yang berlebihan dalam membedakan antara pemberian
asuhan spiritual dan usaha menarik masuk kedalam spiritualitas
pribadi (proselytizing)

3. kurangnya pendidikan dan pelatihan tentang memenuhi kebutuhan


spiritual pasien, terutama jika kyakinan dan praktik spiritual perawat
berbeda dengan pasiennya
4. tidak cukup/kurangnya waktu
5. takut terhadap masalah yang akan dihadapi ketika perawat tidak
mampu mengatasinya
6. kurangnya perhatian perawat terhadap spiritualitas dirinya

Beberapa Fakta Asuhan Spiritual di RS


di Jakarta
Suparmi (2007) mengobservasi 30 klien di tiga
rumah sakit besar di Jakarta:
79% klien tidak mendapatkan pendampingan
spiritual saat sakit dan dirawat di rumah sakit
21% klien mengaku mendapatkan pendampingan
spiritual, bukan oleh perawat tetapi oleh pemuka
agama.

Survey R. Azzam (2010) di RS berbasis agama di


Jakarta:
88% perawat menyatakan jarang melakukan
pengkajian aspek spiritual klien
100% perawat menyatakan tidak pernah merumuskan
diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan
kebutuhan spiritual klien
100% perawat menyatakan selalu meminta dan
membimbing kliennya untuk berdoa setiap akan dan
setelah dilakukan intervensi, termasuk ketika akan
dilakukan operasi.

Asuhan Spiritual
Definisi asuhan spiritual:
Praktik dan prosedur yang dilakukan oleh perawat untuk memenuhi kebutuhan spiritual
guna menopang kesehatan dan kesejahteraan klien (Oswald, 2004).
Hubert (1963, dalam Nelson, 1997): asuhan spiritual sebagai cara-cara dalam membantu
pasien untukmemahami lebih baik makna/arti dan tujuan hidup, memberikan keyakinannya
pada Tuhan, meningkatkan kapasitas pasien untuk mencintai, dan memberikan dukungan
lebih jauh dalam nilai-nilai spiritual.
Peran Perawat dalam Asuhan Spiritual
Peran perawat dalam asuhan spiritual dilakukan melalui:
peran pendampingan (accompanying),

pemberian bantuan (helping),


kehadiran (presencing),
penghargaan (valuing),
dan peran sebagai perantara (intercessory roles) (Virginia Henderson International Nursing
Library (2008)
Peran Perawat dalam Asuhan Spiritual
Peterson (2007): Peran perawat terkait dengan asuhan spiritual adalah mengidentifikasi
kebutuhan spirutual klien melalui pengkajian (assessment), merumuskan diagnosa
keperawatan terkait kebutuhan spiritual, merencanakan, melakukan intervensi dan melakukan
evaluasi terhadap kebutuhan spiritual klien.
Pengkajian Spiritual
Metode Pengkajian Kebutuhan Spiritual
Wawancara
Observasi klinis:
Perilaku klien
Verbal
Mood
Cakupan Pengkajian Kebutuhan Spiritual
1. Pengkajian riwayat keperawatan
(nursing history)
2. Pengkajian klinik (clinical assessment).

Rekomendasi Pengkajian Spiritual


Stoll (1989, dalam Kozier et al, 2004) menganjurkan pengkajian aspek spiritual klien
diarahkan untuk:
1. Menggali data ttg konsep ketuhanan klien
2. Menggali sumber2 harapan & kekuatan klien
3. Menggali ritual2 & praktik keagamaan klien
4. Menggali persepsi hubungan antara keyakinan spiritual dan kesehatan.
Riwayat Keperawatan
Komisi kerjasama akreditasi organisasi pelayanan kesehatan (JCAHO, 2000)
memerintahkan setiap pusatpusat pelayanan kesehatan untuk melakukan pengkajian
keyakinan dan praktik spiritual klien yang masuk dan dirawat di tempat tersebut.
Taylor (2002, dalam Kozier et al, 2004), merekomendasikan 2 pertanyaan:
Apakah keyakinan dan praktik spiritual penting bagi anda sekarang, saat anda
sedang sakit?
Bagaimana tim pelayanan kesehatan anda dapat memberikan dukungan
spiritualitas pada anda?
Pertanyaan dlm Wawancara (1)

1. Adakah praktik keagamaan tertentu yang


penting bagi anda? Jika ada, dapatkah anda
menceritakannya kepada saya?
2. Apa dan bagaimana sesuatu dapat mengganggu
praktik keagamaan anda saat ini?
3. Bagaimana keyakinan/keimanan anda
menolong/bermanfaat bagi anda? Apakah cara-cara itu penting bagi kebaikan anda sekarang?
Pertanyaan dlm Wawancara (2)
4. Dengan cara bagaimana saya dapat memberi dukungan pada praktik spiritual anda?
(misalnya, berkenankah anda, jika saya membacakan buku doa kepada anda?)
5. Apakah anda menginginkan dikunjungi pemuka agama di rumah sakit ini?
6. Apa harapan-harapan anda dan sumber-sumber kekuatan anda sekarang?
7. Apa yang membuat anda nyaman selama masa-masa sulit ini?
Pengkajian klinik
1. Lingkungan
2. Perilaku
3. Verbalisasi
4. Afek dan sikap
5. Hubungan interpersonal
1. Lingkungan
Perhatikan di lingkungan/ruangan pasien, adakah
hal berikut:
kitab suci,
buku doa,
literatur keagamaan,
pengahraan keagamaan,
simbol/lambang keagamaan lain: tasbih, salib, kiriman bunga, buletin dari masjid/gereja
2. Perilaku
Amati perilaku pasien:
Tampak berdoa
sebelum/sesudah makan/
waktu lainnya
Tampak membaca literatur
keagamaan
Ekspresi kemarahan pada representasi keagamaan atau pada Tuhan
3. Verbalisasi
Menyebut tentang Tuhan/kekuatan Maha Tinggi.
Mengucapkan doa-doa.
Membicarakan keimanan/keyakinan, masjid, gereja, sinagog, kuil,
pemimpin spiritual atau keagamaan, atau topik-topik keagamaan.
Mengungkapan kunjungan pemuka agama
Mengungkapkan berkunjung ke/dari tempat ibadah
Ekspresi ketakutan akan kematian
Konsen dengan makna kehidupan
Mengungkapkan konflik internal tentang keyakinan keagamaan
Menanyakan tentang keberadaan di dunia

Menanyakan makna tentang penderitaan


Membicarakan implikasi etika dan moral dari terapi
4. Afek dan Sikap
Tampak kesepian
Tampak depresi
Tampak marah
Memprlihatkan kecemasan
Memperlihatkan agitasi
Tempak apatis
Tampak khusyu.
Masalah/Diagnosa Keperawatan Terkait
Kebutuhan Spiritual
3 masalah utama:
1. Distres spiritual (spiritual distress),
2. Risiko terhadap distres spiritual (risk for
spiritual distress),
3. Potensial terhadap perbaikan/peningkatan
kesejahteraan spiritual (spiritual well-being,readiness for enhanced).
Perencanaan Keperawatan Terkait Kebutuhan Spiritual
Membantu klien untuk memenuhi kewajiban agamanya.
Membantu klien untuk mengambil nilai-nilai ke dalam dirinya dan
menggunakan sumber-sumber dalam dirinya secara lebih efektif
untuk memenuhi situasi/keadaan saat ini.
Membantu klien memelihara atau membangun hubungan personal
yang dinamis dengan yang maha tinggi dalam menghadapi situasi
yang tidak menyenangkan.
Membantu klien menemukan makna/arti tentang situasi yang ada.
Meningkatkan harapan.
Memberikan sumber-sumber spiritual jika tidak tersedia.

Implementasi Keperawatan Terkait Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Kozier (2004):


Pendampingan (providing prescence)
Dukungan praktik keagamaan
Membantu berdoa/mendoakan
Rujukan konseling spiritual.
Pendampingan
Pendampingan digambarkan sebagai
hadir dan menyatu dengan klien
Pendampingan, sering merupakan yang terbaik dan kadang-kadang satu-satunya intervensi
untuk mendukung
penderitaan klien dimana intervensi medic tidak dapat mengatasinya (Kozier,2004).
Ketika klien tidak mempunyai harapan (hopless), tidak berdaya (powerless), dan rentan,
maka pendampingan oleh perawat dapat sangat bermanfaat (Taylor, 2002, dalam Kozier,
2004).
Dukungan praktik keagamaan

Perawat perlu
mempertimbangkan praktik keagamaan tertentu yang akan mempengaruhi asuhan
keperawatan, seperti: keyakian klien tentang kelahiran, kematian, berpakaian, diet, berdoa,
tulisan/pesan suci dan symbol-simbol suci lainnya.
Membantu berdoa/mendoakan
Klien dapat memilih untuk berpartisipasi dalam berdoa secara pribadi atau secara kelompok
dengan keluarga, teman atau pemuka agama. Pada situasi seperti ini, tanggung jawab utama
perawat adalah memastikan ketenangan lingkungan dan privacy pribadi klien.
Karena berdoa melibatkan perasaan yang dalam, perwat perlu menyediakan waktu dengan
klien setelah selesai berdoa, untuk memberi kesempatan klien mengekspresikan perasaannya
(Kozier, 2004).

Rujukan konseling spiritual.


Sumber rujukan: pembina rohani
Menurut Kozier (2004) rujukan mungkin diperlukan ketika perawat membuat diagnosa
distress spiritual. Pada situasi ini, perawat dan konselor keagamaan dapat bekerja bersamasama untuk memenuhi kebutuhan klien.

Anda mungkin juga menyukai