Disusun Oleh :
175070201111025
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian IMA
Infark Miokard Akut (IMA) merupakan kondisi nekrosis pada sel miokard / sel jantung
yang diakibatkan oleh peningkatan kebutuhan metabolik jantung dan penurunan transportasi darah
serta oksigen ke jantung. Penegakan IMA dapat didasarkan pada presentasi klinis angina,
perubahan EKG, dan peningkatan enzim jantung.
2. Epidemiologi IMA
World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 menyatakan jika penyakit
kardiovaskuler lebih banyak menyebabkan kematian dan IMA merupakan penyebab kematian
utama di dunia. Tahun 2020 penyakit jantung koroner menjadi penyebab terbesar dari seluruh
kematian sebesar 36% di Indonesia dan IMA merupakan salah satu dari manifestasi utama
penyakit jantung koroner. Sekitar satu orang menderita IMA dengan kematian sekitar 450.000
pasien setiap tahun di Amerika Serikat. Di Indonesia, angka fatalitas kasus (CFR) IMA paling
tinggi dibandingkan dengan penyakit jantung lainnya seitu 14,1% pada tahun 2002.
3. Etiologi IMA
IMA terjadi akibat tidak adekuatnya pasokan dari ke jantung. Hal ini disebabkan karena
adanya sumbatan / plak pada arteri koroner. Sehingga aterosklerosis sering menjadi etiologi dari
terjadinya IMA.
4. Klasifikasi IMA
IMA terbagi menjadi dua, yaitu:
a. ST Elevasi Miokard Infark (STEMI)
STEMI merupakan klien dengan keluhan nyeri dada atau gejala iskemik lain yang disertai
dengan segmen ST elevasi pada dua sadapan dari rekaman EKG.
b. Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI)
NSTEMI merupakan klien dengan gejalan iskemik namun tidak disertasi dengan segmen ST
elevasi dari rekaman EKG.
5. Patofisiologi IMA
Patofisiologi IMA dimulai dengan terjadinya plak pada arteri koroner / proses
aterosklerosis. Proses ini diawali dengan terbentuknya fatty streak yang timbul akibat stresor
kimia dan fisika yang menyebabkan terganggunya fungsi endotel sehingga lipid akan masuk ke
subintima. Masuknya lipid ke dalam subintima memicu aktivasi platelet seperti leukosit, monosit,
dan T limfosit ikut masuk ke subintima.
Aktivasi platelet mengakibatkan berbagai subtansi seperti sitokin, growth factor, dan
derived growth factor menyebar. Penyebaran berbagai subtansi ini menjadikan sel otot polos
berproliferasi dan migrasi dan arteri media ke intima sehingga terbentuknya dinding fibrous cap
yang mengandung inti lipid / plak atheroma fibrosa. Terbentuknya plak menyebabkan terjadi nya
iskemia jaringan akibat suplai darah koroner menjadi terhambat dan kurang dari kebutuhan lalu
terjadi nekrosis sel miokard. Nekrosis sel miokard mengalibatkan perubahan pada repolarisasi
miokard, pelepasan enzim lisosom, iritabilitas miokard, penurunan kontraktilitas jantung, dan
penurunan fungsi ventrikel jantung.
8. Komplikasi IMA
Komplikasi pada klien dengan IMA adalah sebagai berikut:
a. Gagal jantung akut
b. Syok kardiogenik
c. Aritmia fatal
d. Tromboemboli
e. Aneurisma ventrikel
f. Rupture miokardium
g. Perikarditis
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG adalah pemeriksaan penting yang harus dilakukan untuk penegakkan
diagnosa IMA. Manifestasi awal pada IMA biasnaya ditunjukkan dengan ST elevasi, T
inversi, dan Q patologis.
b. Deteksi biomarker
Pendeteksian menggunakan penanda biokimiawi yang dapat dilakukan adalah CK-MB
(tes spesifik untuk mendeteksi kerusakan otot jantung) dan troponin.
c. Chest X-Ray (CXR)
CXR adalah pemeriksaan radiografi untuk menggambarkan kondisi thorax untuk
mendiagnosis kondisi yang mempengaruhinya seperti kardiomegali.
d. Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab yang dapat dilakukan seperti kadar kolestrol, BGA, elektrolit, dan sel
darah putih.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d kecemasan d.d takipneu,
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri
3. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung d.d lelah, gambaran EKG aritmia, nadi
perifer melemah, oliguria
4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen d.d lelah, lemah,
gambaran EKG iskemia
c. Intervensi Keperawatan
1. Dx 1 : manajemen jalan napas
- Monitor pola napas
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Berikan oksigen jika perlu
- Kolaborasi pemberian bronkodilator jika perlu
2. Dx 2 : manajemen nyeri
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, kuantitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Anjurkan penggunaan analgetik secara tepat
- Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
3. Dx 3 : perawatan jantung
- Identifikasi tanda gejala penurunan curah jantung
- Monitor tekanan darah
- Monitor output cairan
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor EKG 12 sadapan
- Monitor keluhan nyeri
- Monitor nilai laboratorium jantung
- Berikan oksigen
- Kolaborasi pemberian aritmia jika perlu
4. Dx 4 : manajemen energi
- Identifikasi fungsi tubuh yang kelelahan
- Sediakan lingkungan nyaman
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, R., Yaswir, R., & Prihandani, T. (2019). Gambaran Homosistein pada Pasien Infark Miokard
Akut di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2), 351.
https://doi.org/10.25077/jka.v8.i2.p351-355.2019
Ermiati, . ., Rampengan, S. H., & Joseph, V. F. . (2017). Angka Keberhasilan Terapi Reperfusi pada
Pasien ST Elevasi Miokard Infark. E-CliniC, 5(2). https://doi.org/10.35790/ecl.5.2.2017.18279
Kurnia, A. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana Infark Miokard Akut Ventrikel Kanan. 47(6), 413–416.
Muhadi, M., & Prihartono, N. A. (2018). Cedera Hati Hipoksik Prediktor Komplikasi Akut Utama Pasien
Infark Miokard di Unit Rawat Intensif Koroner Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia, 5(3), 116. https://doi.org/10.7454/jpdi.v5i3.194
PPNI (2018) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. 1st edn.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. 1st edn.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil. 1st edn. Jakarta: DPP
PPNI.