Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

INFARK MIOKARD AKUT (IMA)

Dosen : Alfrina Hany, S.Kp., MNg

Disusun Oleh :

Agina Amalia Putri

175070201111025

Kelompok 1 Reguler 1 PSIK 2017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2021
A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian IMA
Infark Miokard Akut (IMA) merupakan kondisi nekrosis pada sel miokard / sel jantung
yang diakibatkan oleh peningkatan kebutuhan metabolik jantung dan penurunan transportasi darah
serta oksigen ke jantung. Penegakan IMA dapat didasarkan pada presentasi klinis angina,
perubahan EKG, dan peningkatan enzim jantung.

2. Epidemiologi IMA
World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 menyatakan jika penyakit
kardiovaskuler lebih banyak menyebabkan kematian dan IMA merupakan penyebab kematian
utama di dunia. Tahun 2020 penyakit jantung koroner menjadi penyebab terbesar dari seluruh
kematian sebesar 36% di Indonesia dan IMA merupakan salah satu dari manifestasi utama
penyakit jantung koroner. Sekitar satu orang menderita IMA dengan kematian sekitar 450.000
pasien setiap tahun di Amerika Serikat. Di Indonesia, angka fatalitas kasus (CFR) IMA paling
tinggi dibandingkan dengan penyakit jantung lainnya seitu 14,1% pada tahun 2002.

3. Etiologi IMA
IMA terjadi akibat tidak adekuatnya pasokan dari ke jantung. Hal ini disebabkan karena
adanya sumbatan / plak pada arteri koroner. Sehingga aterosklerosis sering menjadi etiologi dari
terjadinya IMA.

4. Klasifikasi IMA
IMA terbagi menjadi dua, yaitu:
a. ST Elevasi Miokard Infark (STEMI)
STEMI merupakan klien dengan keluhan nyeri dada atau gejala iskemik lain yang disertai
dengan segmen ST elevasi pada dua sadapan dari rekaman EKG.
b. Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI)
NSTEMI merupakan klien dengan gejalan iskemik namun tidak disertasi dengan segmen ST
elevasi dari rekaman EKG.

5. Patofisiologi IMA
Patofisiologi IMA dimulai dengan terjadinya plak pada arteri koroner / proses
aterosklerosis. Proses ini diawali dengan terbentuknya fatty streak yang timbul akibat stresor
kimia dan fisika yang menyebabkan terganggunya fungsi endotel sehingga lipid akan masuk ke
subintima. Masuknya lipid ke dalam subintima memicu aktivasi platelet seperti leukosit, monosit,
dan T limfosit ikut masuk ke subintima.
Aktivasi platelet mengakibatkan berbagai subtansi seperti sitokin, growth factor, dan
derived growth factor menyebar. Penyebaran berbagai subtansi ini menjadikan sel otot polos
berproliferasi dan migrasi dan arteri media ke intima sehingga terbentuknya dinding fibrous cap
yang mengandung inti lipid / plak atheroma fibrosa. Terbentuknya plak menyebabkan terjadi nya
iskemia jaringan akibat suplai darah koroner menjadi terhambat dan kurang dari kebutuhan lalu
terjadi nekrosis sel miokard. Nekrosis sel miokard mengalibatkan perubahan pada repolarisasi
miokard, pelepasan enzim lisosom, iritabilitas miokard, penurunan kontraktilitas jantung, dan
penurunan fungsi ventrikel jantung.

6. Tanda dan Gejala IMA


Tanda gejala IMA secara simtomatik :
a. Nyeri dada angina saat istirahat lebih dari 20 menit
b. Nyeri dada angina pertama kali dengan tingkatan CCS III
c. Crescendo angina
d. Angina paska infark
e. Pucat
f. Berkeringat
g. Palpitasi
h. Pusing dan rasa ingin pingsan

7. Faktor Risiko IMA


Faktor risiko pada klien dengan IMA terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Faktor risiko tinggi
a. Klien dengan gejala berat :
- Gejala iskemia yang berulang dalam 48 jam atau terus menerus nyeri saat istirahat
selama 20 menit
- Klien dengan angina saat istirahat dan tidak hilang dengan nitrat
- Klien dengan infark baru sebelumnya
- Klien dengan Riwayat revaskularisasi (PCI, CABG)
- Klien dengan pengobatan Antibody Sperm Autoimmune (ASA) kurang dari 7 hari
b. Klien dengan hemodinamika tidak stabil selama periode observasi
- Edema paru
- Hipotensi, bradikardi, atau takikardi
- Regurgitasi mitral / kelaian pada katup mitral jantung baru atau perburukan
c. Klien dengan kelainan EKG
d. Klien dengan peningkatan kadar troponin
e. Klien dengan disfungsi ventrikel dan fraksi ejeksi yang menurun

2. Faktor risiko rendah


a. Klien tanpa keluhan nyeri dada berulang selama periode observasi
b. Klien tanpa depresi atau elevasi segmen ST tetapi menunjukkan sedikit gelombang T
negatif, gelombang T mendatar, atau normal EKG
c. Klien tanpa peningkatan kadar troponin atau petanda lain dari kerusakan jantung
d. Riwayat hipertensi
e. Peningkatan kolestrol darah
f. Riwayat peyakit keluarga
g. Usia
h. Jenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki hormon estrogen yang
dapat menjaga elastisitas pembuluh darah

8. Komplikasi IMA
Komplikasi pada klien dengan IMA adalah sebagai berikut:
a. Gagal jantung akut
b. Syok kardiogenik
c. Aritmia fatal
d. Tromboemboli
e. Aneurisma ventrikel
f. Rupture miokardium
g. Perikarditis

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG adalah pemeriksaan penting yang harus dilakukan untuk penegakkan
diagnosa IMA. Manifestasi awal pada IMA biasnaya ditunjukkan dengan ST elevasi, T
inversi, dan Q patologis.
b. Deteksi biomarker
Pendeteksian menggunakan penanda biokimiawi yang dapat dilakukan adalah CK-MB
(tes spesifik untuk mendeteksi kerusakan otot jantung) dan troponin.
c. Chest X-Ray (CXR)
CXR adalah pemeriksaan radiografi untuk menggambarkan kondisi thorax untuk
mendiagnosis kondisi yang mempengaruhinya seperti kardiomegali.
d. Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan lab yang dapat dilakukan seperti kadar kolestrol, BGA, elektrolit, dan sel
darah putih.

10. Terapi IMA


Terapi yang dapat diberikan adalah terapi fibrinolitik dan primary percutaneous coronary
intervention (primary PCI). Kedua terapi tersebut dapat diberikan dalam waktu <30 menit untuk
terapi fibrinolitik dan <90 menit untuk primary PCI. Terapi ini dapat menurunkan kejadian
komplikasi dan kematian apabila diberikan tepat waktu.
Primary PCI merupakan tindakan endovaskuler dengan memasukkan wire ke arteri
penyebab, lalu diberikan intervensi kateter perkutan yaitu balon angioplasty dengan atau tanpa
pemasangan stent.

11. Penatalaksanaan IMA

Berdasarkan Perhimpunan Dokter Spesialias Kardiovaskular Indonesia, tatalaksana yang dapat


diberikan pada klien dengan IMA adalah sebagai berikut:

a. Melakukan tirah baring


b. Pemberian oksigen untuk klien dengan distress napas atau saturasi oksigen <95%
c. Pemberian suplemen oksigen dalam 6 jam pertama tanpa mempertimbangkan saturasi oksigen
d. Pemberian aspirin tanpa salut 160-320 mg pada semua pasien yang toleran terhadap aspirin
e. Pemberian clopidogrel dosis awal 300 mg lalu dilanjutkan 75 mg/hari
f. Pemberian anti iskemik seperti NTG spray / tab, morfin sulfat 1-5 mg IV dan diulang setiap
10-30 menit

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian head to toe
1. Identitias pasien
2. Keluhan utama : nyeri dada, sesak napas
3. Riwayat kesehatan terdahulu
4. Riwayat kesehatan sekarang : kelemahan, nyeri
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Keadaan umum
- B1 (Breathing)
Klien sesak napas, frekuensi napas cepat, mengeluh seperti tercekik
- B2 (Blood)
 Inspeksi
 Palpasi : denyut nadi perifer melemah
 Auskultasi : tekanan darah menurun
 Perkusi
- B3 (Brain)
Kesadaran klien composmentis
- B4 (Bledder)
Oliguri (tanda awal syok kardiogenik)
- B5 (Bowel)
Klien mual dan muntah, nyeri tekan pada empat kuadran abdomen, penurunan
peristaltik usus
- B6 (Bone)
Klien lemah, lelah, tidak dapat tidur, keterbatasan aktivitas
7. Head to Toe
- Kepala : bentuk kepala normal dan simetris, tidak ada luka pada kulit kepala, wajah
simetris
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Telinga : bentuk simetris, tidak ada otorhoe, tidak ada luka
- Hidung : bentuk simetris, tidak ada rinorhea, tidak ada epistaksis
- Mulut : bentuk simetris, mukosa bibir merah mudah dan lembab, lidah simetris
- Leher : tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada deviasi posisi trachea
- Dada : pergerakan dinding dada tidak simetris, peningkatan frekuensi napas, nyeri
dada
- Perut dan pinggung : nyeri tekan pada empat kuadran abdomen, penurunan peristaltik
usus
- Pelvis dan perineum : bentuk pelvis simetris, tidak ada penonjolan tulang yang
abnormal, tidak terdapat luka dan kemerahan
- Ekstremitas : CRT, kekuatan otot

b. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d kecemasan d.d takipneu,
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri
3. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung d.d lelah, gambaran EKG aritmia, nadi
perifer melemah, oliguria
4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen d.d lelah, lemah,
gambaran EKG iskemia

c. Intervensi Keperawatan
1. Dx 1 : manajemen jalan napas
- Monitor pola napas
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Berikan oksigen jika perlu
- Kolaborasi pemberian bronkodilator jika perlu
2. Dx 2 : manajemen nyeri
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, kuantitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Anjurkan penggunaan analgetik secara tepat
- Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
3. Dx 3 : perawatan jantung
- Identifikasi tanda gejala penurunan curah jantung
- Monitor tekanan darah
- Monitor output cairan
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor EKG 12 sadapan
- Monitor keluhan nyeri
- Monitor nilai laboratorium jantung
- Berikan oksigen
- Kolaborasi pemberian aritmia jika perlu
4. Dx 4 : manajemen energi
- Identifikasi fungsi tubuh yang kelelahan
- Sediakan lingkungan nyaman
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
DAFTAR PUSTAKA

Amaliah, R., Yaswir, R., & Prihandani, T. (2019). Gambaran Homosistein pada Pasien Infark Miokard
Akut di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2), 351.
https://doi.org/10.25077/jka.v8.i2.p351-355.2019

Ermiati, . ., Rampengan, S. H., & Joseph, V. F. . (2017). Angka Keberhasilan Terapi Reperfusi pada
Pasien ST Elevasi Miokard Infark. E-CliniC, 5(2). https://doi.org/10.35790/ecl.5.2.2017.18279

Kurnia, A. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana Infark Miokard Akut Ventrikel Kanan. 47(6), 413–416.

Muhadi, M., & Prihartono, N. A. (2018). Cedera Hati Hipoksik Prediktor Komplikasi Akut Utama Pasien
Infark Miokard di Unit Rawat Intensif Koroner Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia, 5(3), 116. https://doi.org/10.7454/jpdi.v5i3.194

PPNI (2018) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. 1st edn.
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. 1st edn.
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil. 1st edn. Jakarta: DPP
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai