Anda di halaman 1dari 2

NOTULENSI PELATIHAN ACLS PERKI 2019

Tanggal : 14-16 Februari 2020


Tempat : RS Bethesda Yogyakarta
Peserta :
1. dr. Hanum Enggar Pradini
2. dr. M. Nur Arif

Materi 1. BCLS
Trainer : Dr. Lidwina Tarigan, SpJP
Materi 2. EKG
Trainer : Dr. Fera, SpJP
Materi 3: Airway Management
Trainer : Dr. Juni Kurniawaty, SpAn
Materi 4: ACLS
Trainer : Dr. Lidwina Tarigan, SpJP
Materi 5 : Perawatan Pasca Henti Jantung dan Obat obatan dalam kasus ACLS
Trainer : Dr. Fera, SpJP

RANGKUMAN
Rantai Kelangsungan Hidup (Chain of survival)
Ada 4 rantai penyelamatan untuk pasien henti jantung. Agar mencapai hasil yang baik,
semua rantai penyelamatan harus dikerjakan sesuai urutan (timely manner) :
● Akses SPGDT pada awal kejadian
● RJP sejak dini (early CPR)
● Defibrilasi secepatmungkin
● Perawatan lanjutan ( termasuk perawatan pasca henti jantung)
Survei Primer
Survei primer pada ACLS berfokus pada resusitasi jantung paru (RJP) dasar dan
defibrilasi, dimulai dengan menilai ada tidaknya respon pasien dan memulai CABD pada
survei primer.
Berikut adalah rangkuman langkah – langkah :
● Berfokus pada kualitas CPR dasar yang baik dengan interupsi minimal dan defibrilasi
● Dapat menetapkan tidak adanya respon
● C-A-B-D pertama
1. Circulation : cek nadi dan mulai kompresi dada
2. Airway : membuka jalan nafas
3. Breathing : jika tidak ada nafas atau nafas agonal abnormal
4. Defibrilasi : “shock” fibrilasi ventrikel (Ventricular Fibrilation, VF) atau takikardi
5. ventrikel (ventricular tachycardia, VT) tanpa nadi

High Quality CPR


● Frekuensi kompresi 100-120x/m
● Kedalaman kompresi 5-6cm
● Recoill sempurna
● Minimal interrupsi
● Jangan hiperventilasi

Survei Sekunder ABCD


Pada survei sekunder, amankan jalan nafas dengan teknik lanjut, lakukan intubasi
jika diperlukan. Kompresi dada merupakan prioritas utama, prosedur intubasi tidak boleh
menghentikan kompresi dada. Jika didapatkan kesulitan pada saat percobaan intubasi,
maka lakukan ventilasi dengan bag-valve mask hingga tenaga kesehatan yang ahli sampai
di tempat. Usaha intubasi berulang yang gagal mengakibatkan interupsi kompresi dada yang
tidak perlu dan dapat mengakibatkan cedera pada orofaring.
Setelah intubasi berhasil, lakukan ventilasi dengan ventilasi tekanan positif.

ROSC (Return Of Spontaneous Circulation) – Kembalinya Sirkulasi Spontan


Sekali ditemukan ROSC, lakukan identifikasi dan koreksi penyebab yang reversibel.
Penilaian kembali ABCD, monitoring tekanan darah, denyut nadi, EKG dan saturasi oksigen.
Lakukan pemeriksaan EKG 12 lead dan foto thoraks serta lakukan pemeriksaan ureum
darah, elektrolit, enzim jantung, analisa gas darah, darah lengkap dan pemeriksaan darah
lain yang relevan. Pasang kateter urin dan NGT.

Perawatan Pasca Henti Jantung


1. Hipotermia terapeutik. Hipotermia terkontrol dapat memperbaiki kondisi neurologis dan
kemungkinan bertahan hidup pasca henti jantung. Jika fasilitas dan ahli memadai,pasien
didinginkan pada temperatur 32 – 34 °C selama 24 jam setelah ROSC
2. Hindari hiperventilasi yang berlebihan dan hiperoksia. Pada pasien terintubasi, ventilasi
berlebihan dapat mengakibatkan cedera pada paru. Hiperoksia mengakibatkan
terbentuknya radikal bebas, sindrom reperfusi dan disfungsi multiorgan. Saturasi
oksigen (SaO2) 100% berkorelasi denga PaO2 80 – 500 mmHg. Dengan demikian
lakukan titrasi fraksi oksigen terinspirasi (FiO2 untuk mempertahankan SaO2 antara 94
– 99%).
3. Identifikasi dan terapi sindrom koroner akut. Pasien dengan kecurigaan ACS sebagai
penyebab henti jantung harus dirujuk untuk angiografi koroner segera dan terapi
reperfusi jika perlu
Hubungi ruang rawat intensif yang sesuai untuk rencana transfer. Yang terutama, berikan
informasi kepada keluarga bahwa pasien dalam keadaan kritis dan berikan informasi terbaru
mengenai kondisi pasien.

Pertimbangkan penyebab yang berpotensi reversible (5H+5T)


Hypovolemia, Hipoksia, Hidrogen-ion, hipotermia, hipo/hioerkalemi
Thrombosis koroner (ACS), Thrombosis, pulmonal (embolism), Toxin, Tension pneumothorax,
Tamponade Jantung

Anda mungkin juga menyukai