Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini kelompok akan membahas tentang kasus post Primary PCI,
data yang didapatkan, diagnosa keperawatan, intervensi yang ditetapkan,
implementasi yang kelompok lakukan dan evaluasi dari kondisi pasien.
Kasus yang kelompok ambil adalah post PCI dengan STEMI Inferior.
Pasien Tn. JS dengan diagnosa STEMI Inferior merupakan rujukan dari Rumah
Sakit Tk. II Moh. Ridwan Meuraksa dan dirujuk ke Rumah Sakit Jantung Jakarta
pada tanggal 15 Juli 2023 dengan tindakan PCI pada tanggal 15 Juli 2023.
Pada saat masuk pasien mengeluh nyeri dada sejak 2 jam SMRS, disertai sesak
nafas, pusing dan lemas. Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit
Cholelithiasis.
Pada tanggal 15 Juli 2023 pasien dilakukan PCI. Dari data laporan
tindakan PCI di dapatkan data :
1. Dipasang Sheat di arteri radialis kanan dengan kanulasi guiding JR
3.5 6 Fr.
2. Dari hasil pemeriksaan didapatkan di LMS : Normal, LAD : Stenosis
40% di proximal, LCX : Stenosis di proximal (small vessels) dan RCA :
Stenosis 70-80% di mid, total oklusi di distal.
3. Prosedur : Primary PCI RCA dengan kontras IOHEXOL 90 ml: kanulasi
dengan guiding JR 3.5 6 Fr. Guidewire Samurai diinsersikan hingga
distal RCA. Predilatasi dengan ballon Emerge (2.5 x 15 mm) inflated
pada tekanan 6-12 atm/10sec. Stenting di distal-proximal PL dengan
DES M’Sure (2.75 x 36 mm) dengan support guidezilla deployed pada
tekanan 6 atm/sec. Postdilatasi dengan ballon stent inflated pada
tekanan 8-10 atm/10 sec. Hasil baik, TIMI 3 flow. Kesimpulan : CAD 2
VD.
4. Kesimpulan : Post Primary PCI 1 DES di RCA.

Pada tanggal 15 Juli 2023 pukul 08.00 WIB dilakukan pengakajian. Pada
saat itu pasien berada di tempat tidur, pasien mengeluh nyeri di area puncture.
Nyeri dirasakan menetap walaupun saat istirahat, nyeri dirasakan seperti tertusuk,
nyeri dirasakan di daerah pergelangan tangan kanan (arteri radialis dextra) dengan
skala nyeri 2-3. Nyeri dirasakan menetap dan semakin bertambah saat digerakkan.
Pasien tampak tenang namun kadang tampak meringis dan mengerutkan
dahi saat menggerakkan tangan kanan, VAS 2-3. Tanda-tanda vital : tekanan darah
113/66 mmHg, nadi 72 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, suhu 36,1 o C, saturasi
98% room air. Keadaan umum baik. GCS E4V5M6.
Berdasarkan hal-hal yang ditemukan pada pasien dan dilihat dari tinjauan
teori,kelompok melakukan pembahasan sebagai berikut.
1. Berdasarkan teori tindakan PCI
Pasien dengan STEMI Inferior dengan onset 2 jam ditemukan
ST Elevasi pada Lead II, III, AVF disertai resiprokal pada Lead V1,
V2, V3, I, AVL dengan kesan Sinus Rhytm dengan ST Elevasi pada
Inferior (Lead II, III, AVF) disertai resiprokal ditandai dengan ST
depresi di lateroseptal (Lead V1, V2, V3, I, AVL) dengan Normal Axis
Deviation. Pasien mengeluhkan nyeri dada dan dirasakan seperti
tertimpa beban berat yang tembus ke punggung disertai keringat dingin
dan sesak nafas. PCI adalah prosedur intervensi non bedah dengan
menggunakan kateter untuk melebarkan atau membuka pembuluh
darah koroner yang menyempit dengan balon atau stent (Kowalak,
Welsh, & Mayer, 2017). Primary Percutaneous Coronary Intervention
adalah tidakan yang dilakukan pada Akut Coroner Infark dengan Onset
gejala kurang dari 12 jam.
2. Berdasarkan gambaran patofisiologi
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh bahwa pasien STEMI
Inferior. Dari hasil angiografi diperoleh Stenosis 70-80% di mid dan
total oklusi di distal pada RCA, kemudian dilakukan predilatasi dengan
ballon dan stenting di distal-proximal RCA. Dari pengkajian yang
kelompok lakukan, tindakan pertama yang dilakukan pada prosedur
PCI adalah memasukkan sheath di arteri radialis kanan. Dimana hal
tersebut akan menyebabkan resiko perdarahan, port of entry masuknya
kuman, dan gangguan rasa nyaman nyeri.

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan agen cedera fisik : prosedur primary
PCI
Puncture arteri radialis kanan menggunakan sheath
menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan yang
mengakibatkan terjadinya pelepasan nosiseptor dan merangsang
nosiseptor untuk pelepasan neurotransmitter (prostaglandin)
kemudian mengirim impuls ke serabut saraf perifer aferen yang
ditransmisikan ke thalamus dan dipersepsikan nyeri oleh
korteks serebri sehingga muncul masalah keperawatan nyeri
akut.
b. Risiko perdarahan
Puncture arteri radialis kanan menggunakan sheath serta
penggunaan obat antiplatelet (heparin, ticagleror, aspirin)
mengakibatkan terhambatnya faktor pembekuan darah sehingga
viskositas darah menurun sehingga memunculkan masalah
keperawatan risiko perdarahan.
c. Risiko infeksi
Puncture arteri radialis kanan menggunakan sheath
menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan yang
mengakibatkan kerusakan barrier kulit menyebabkan pajanan
mikroorganisme sehingga muncul masalah keperawatan risiko
infeksi.

4. Intervensi dan Implementasi


Intervensi dan implementasi yang dilakukan berfokus untuk
mengatasi nyeri dan pencegahan terhadap beberapa resiko yang
mungkin terjadi. Untuk mengatasi nyeri diajarkan teknik
nonfarmakologis (Teknik distraksi dan nafas dalam) serta mengontrol
lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
Untuk mencegah resiko perdarahan, kelompok melakukan
monitoring tanda dan gejala perdarahan seperti adanya tanda-tanda
perdarahan baik ditempat penusukan sheath maupun tanda perdarahan
lain, misalnya hematuri, epistaksis serta monitoring koagulasi.
Untuk mencegah resiko infeksi, kelompok memonitor tanda dan
gejala infeksi lokal dan sistemik, mengajarkan cara mencuci tangan
dengan benar serta menjelaskan tanda dan gejala infeksi.
Guna mempercepat dan mengoptimalkan pemulihan pasien,
kelompok memberikan pendidikan kesehatan dan mencegah
komplikasi
5. Evaluasi
Pada evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan kelompok,
diperoleh hasil bahwa nyeri berkurang, perdarahan tidak terjadi dan
infeksi tidak terjadi. Pengetahuan pasien mengenai pencegahan
komplikasi bertambah dan mengikuti program pemulihan sesuai
dengan pendidikan kesehatan yang telah diberikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan STEMI Inferior dengan
Post PCI di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jantung Jakarta, maka kelompok dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Pasien dengan post tindakan PCI perlu diawasi area puncture terkait rasa nyeri,
perdarahan dan infeksi yang mungkin terjadi.
2. Perawat wajib mampu mengidentifikasi nyeri yang mungkin timbul, tanda dan
gejala perdarahan serta tanda dan gejala infeksi pada pasien post PCI, sehingga
permasalahan yang muncul dapat diatasi dengan cepat sebelum menimbulkan
komplikasi.

5.2 Saran
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan keperawatan kardiovaskuler pada
pasien dengan post PCI, maka kelompok bermaksud menyampaikan beberapa masukan
dan saran diharapkan dapat menjadi referensi dalam penyusunan asuhan keperawatan, Adapun
saran tersebut sebagai berikut :
1. Bagi perawat
a. Perawat wajib mampu mengidentifikasi nyeri yang mungkin timbul, tanda
dan gejala perdarahan serta tanda dan gejala infeksi pada pasien post PCI,
sehingga permasalahan yang muncul dapat diatasi dengan cepat sebelum
menimbulkan komplikasi. Diharapkan adanya peningkatan wawasan,
pengawasan dan perawatan antara perawat dapat mengoptimalisasi
perawatan dan mempercepat proses pemulihan pasien.
b. Perawat memahami konsep dasar penyakit (patofisiologi), tatalaksana serta
perawatan pasca tindakan PCI.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan adanya peningkatan kualitas dalam melakukan asuhan
keperawatan kepada semua pasien dengan Post PCI di Rumah Sakit Jantung
Jakarta terutama dalam hal pendidikan kesehatan yang berkesinambungan baik
melalui diskusi maupun berupa leaflet selama pasien dirawat.

Anda mungkin juga menyukai