AV SHUNT
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Reska Asnita (P07120417 033)
Risky Monika (P07120417 034)
Shinta Zulmaidar (P07120417 035)
Siti Hamidah (P07120417 036)
Siti Maisarah (P07120417 037)
Umayra Hijriah (P07120417 040)
Dosen Pembimbing :
1
KATA PENGANTAR
Makalah Av Shunt disusun guna memenuhi tugas bapak Ns. Saiful Riza, S.Kep.,
M.Kep pada bidang studi keperawatan mata kuliah intra-operatif II di keperawatan
poltekkes kemenkes Aceh Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang Av Shunt.
kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ns. Saiful Riza, S.Kep., M.Kep
(SR) selaku pembimbing mata kuliah intra-operatif II. kami juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Banda Aceh
1 Oktober 2020
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Dari Pembedahan TKV
2. Deskripsi Tindakan Pembedahan TKV
3. Tujuan Tindakan Pembedahan TKV
4. Indikasi Dan Kontra Indikasi Pembedahan TKV
5. Persiapan Alat Dan Bahan Pembedahan TKV
6. Persiapan Pasien Pembedahan TKV
7. Komplikasi Pembedahan TKV
3
BAB II
KONSEP TEORITIS
2.1 Definisi
Bedah TKV atau toraks adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
diagmosais dan tindakan operasi untuk gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
penyakit atau cedera pada kerongkongan, paru-paru, dan organ tubuh lain yang ada di
dada. Dalam konsep teori kali ini akan dibahas tentang bedah AV shunt.
Bedah a-v shunt adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara
menghubungkan arteri radialis dengan vena caphalica sehingga terjadi fistula arteiovena
sebagai akses dialisis.
a) . Thrombotic occlusion
b) Non- Thrombotic occlusion:
1. Bleeding – Early complication ( 8 mg/dl, Trombosit dalam batas normal,Gula Darah
Sewaktu dalam batas normal untuk pasien tanpa riwayat DM dan untuk pasien dengan
DM harus dikonsultasikan lagi dengan ahli bedahnya ( Berdasarkan pengalaman GDS
dibawah 200 mg/dl bisa di lakukan operasi AV-Shunt )
5
2. Penting untuk perawat untuk menghindari akses vaskular ( outlet ) pada tangan yang
akan dilakukan operasi.
3. Lakukan program free heparin sebelum dilakukan operasi,menurut literatur sebaiknya
heparin tidak diberikan 6-8 jam sebelum operasi dan diharapkan tidak diberikan
kembali setelah 12 jam post operasi atau dikondisikan sampai luka operasi mengering.
4. Latihan dibutuhkan pada pasien yang mempunyai pembuluh darah yang sangat kecil
saat di insfeksi atau palpasi.
5. Sebelum operasi perawat HD bisa melakukan palpasi pada arteri radialis dan ulnaris
untuk merasakan kuat tidaknya aliran darah arterinya kemudian dilaporkan ke
ahli bedah.bila salah satu arteri (a.radilis/a.ulnaris ) tidak teraba dan tidak ditemukan
dengan alat penditeksi ( dopler ) maka kontra indikasi untuk dilakukan AV-Shunt.
(Ronco : 2004, Sumer DS, 1987, Suzane C,2002 )
Komplikasi yang terjadi pada AVF memang lebih sedikit dibandingkan pada
akses pembuluh darah yang lain, namun komplikasi ini kadang muncul danharus
ditangani secara efektif. Beathar (2003)
mengelompokkan komplikasi utama menjadi kegagalan maturasi fistulaawal dan
lambat, flow yang berlebihan, pembentukan aneurisma, dan infeksi.
7
terbentuk dari rusaknya dinding pembuluh darah dan secara fisiologis
digantikan oleh jaringan kolagen. Kondisi ini diperburuk dengan tusukan jarum
dialisis berulang. Sekali aneurisma terbentuk, hukum Laplace memprediksi
kemungkinan terjadi pembesaran secara spontan, karena stress pada dinding pembuluh
darah menjadi lebih besar seiring dengan peningkatan diameter aneurisma. Kondisi
awal dalam pembentukan aneurisma biasanya disebab kan oleh adanya stenosis dari
outflow. Komplikasi yang dapat terjadi dapat berupa pecahnya aneurisma,
infeksi dan pada kasus yang jarang terjadi adalah retrograde emboli. Penanganan
secara bedah meliputi reseksi sebagian atau total dari kantong aneurisma, mengkoreksi
stenosis dan merekonstruksi lumen agar kembali adekuat (Konner dkk, 2003)
4. Infeksi
Angka kejadian infeksi pada fistula berkisar kurang dari3 %. Infeksi bakteri
dapat terjadi dengan gejala pembengkakan, kulit berwarna kemerahan, nyeri,
peninggian suhu ditempat tersebut. Hal ini juga disebabkan imunitas pasien
penyakit ginjal kronis relatif rendah sehingga mudah mengalami infeksi.
Pencegahannya adalah dengan melakukan tindakan aseptik dan antiseptik seperti
menggunakan kainsteril, betadine dan alkohol 70% baik saat tindakan maupun
saat penusukan jarum dialisa. Bila terjadi infeksi, harus diberikan antibiotika dan 3
analgesia selama paling sedikit 5 hari. Untuk membantu mempercepat
berkurangnya pembengkakan dapat diberikan tablet Diosmin-Hesperidin
(Ardium) sehari 2x1 tablet sesudah makanselama 7 hari berturut –turut
(Yuwono,2010).
3.1 Definisi
AV shunt adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara menghubungkan
arteri radialis dengan vena cephalica sehingga terjadi fistula arteriovena sebagai akses
dialisis.A-V Shunt merupakan tindakan operasi menyambungkan arteri dan vena pada
lengan atau pun bagian tubuh lain dengan tujuan menjadikan sambungan tersebut
akses vascular untuk hemodialisis dengan penurunan fungsi ginjal dan ESRD.A-V
Shunt diciptakan untuk meningkatkan efektivitas dari dialisis dan mengurangi resiko
Kontraindikasi operasi:
1. Lokasi pada vena yang telah dilakukan penusukan untuk akses cairan intravena,
vena seksi atau trauma.
2. Pada vena yang telah mengalami kalsifikasi atau terdapat atheroma.
3. Tes Allen menunjukkan aliran pembuluh arteri yang abnormal.
10
Lampu operasi, mesin couter, mesin anastesi, meja operasi, meja instrumen, tiang
infuse, tempat sampah, bantal dan selimut.
c. Bahan Habis Pakai
1. Kassa 7. Benang vicril 3/0
2. Betadin 8. Handscoon steril
3. Mess no 11 dan 21 9. Jarum jahit cutting
4. Hypafix 10. Sufratulle
5. Benang etilon 7/0 11. Alcohol 70%
6. Benang zyde 3/0 12. NaCl 0,9%
Set av shunt:
1. Pinset anatomis
2. Pinset cirurgis
3. Nal fuder/needle holder
4. Koker
5. Com
6. Klem duk
7. Pean
8. Gunting mata
9. Bulldog
10. Scalpel
11. Klem
11
d. Persiapan Atau Prosedur di Ruang Operasi
1. Persiapan meja operasi dan alat-alatnya
Persiapan meja operasi diposisikan datar.
2. Lampu
Cek lampu operasi, lampu operasi harus nyala semua. Perhatikan dalam
penggeseran lampu saat akan memfokuskan lampu pada daerah operasi
jangan sampai menyentuh daerah steril.
3. Kursi
Kursi harus ada, kursi ini dibutuhkan untuk operasi yang membutuhkan
waktu lama.
4. Meja instrument
Meja instrument harus sudah disiapkan lengkap dengan set instrumennya.
Yang harus diingat antara medan operasi dengan meja instrument harus
terpasang duk steril karena daerah ini harus daerah steril. Siapkan juga
yang akan dibutuhkan.
5. Suction apparatus
Terdiri dari 2 tabung:
a. Tabung penampung
b. Tabung vacum
Alat ini berfungsi untuk menyedot cairan pada daerah operasi misalnya
setelah dilakukan pencucian dengan NaCl. Usahakan cairan kotor hanya
tertampung pada tabung penampunan. Bila suction tidak berfungsi dengan
baik cek dulu bagian tutup tabung, mungkin tutupnya kurang kencang.
6. Elektro couter
Cek alat ini dengan menyalakannya semua harus pada angka 30. Untuk
ground sebelum digunakan harus diolesi dengan jelly ultra sonic. Ground
jangan ditempatkan pada daerah yang menyeberangi jantung. Tombol
kuning berfungsi sebagai pisau, tombol biru berfungsi untuk menghentikan
perdarahan. Bila elektro couter tidak berfungsi cek dulu groundnya jangan
langsung menambahkan angka.
Yang perlu diperhatikan saat akan mematikan couter semua tombol harus
pada angka 30.
12
7. Anastesi set
Anastesi disiapkan oleh anestiolog
8. Tempat limbah operasi
Tempat limbah harus dibedakan antara tempat limbah medis dan non medis
9. Obat-obat emergency
Obat-obat emergency harus disiapkan dahulu
3.7 Komplikasi
Komplikasi pasca pembedahan ialah terjadi stenosis, trombosis, infeksi,
aneurysma, sindrom“steal”arteri, gagaljantung kongestif:
a. Stenosis
Stenosis dapat terjadiakibat terjadinya hiperplasia inti mavena
cephalica distal dari anastomosis pada A-V shunt radio cephalica sehingga A-V
shunt tidak berfungsi. Sedangkan pada penggunaan bahan sintetai ePTFE terjadi
stenosis akibat hiperplasia pseudo intima atau neointima. Stenosis merupakan
factor penyebab timbulnya trombosis sebesar85%. Hiperplasis intima timbul
karena: Terjadinya cedera vaskular yang ditimbulkan baik oleh karena
operasinya ataupun kanulasi jarum yang berulang yang kemudian memicu
terjadinya kejadian biologis (proliferasi sel otot polos vaskular medial sel lalu
13
bermigrasi melalui intima proliferasi selotot polos vaskular intima ekskresi
matriks ekstra selular intima). Tekanan arteri yang konstan pada anastomosis
vena, khususnya jika terjadi aliran turbulen, dapat menyebabkan cedera yang
progesif terhadap dinding vena tersebut. Compliance mismatchantara vena
dengan graftpada lokasi anastomosis Rusaknya integritas dan fungsi daripada
selendotelial PDGF (platelet derived growth factor), bFGF (basic fibroblast
growth factor), IGF-1 (insulin growth factor-1) turut memicu terjadi hiperplasia
intima dengan mekanismenya masing-masing
b.Trombosis
Muncul beberapa bulan setelah dilakukannya operasi. Sering diakibatkan
karena faktor anatomi atau factor teknik seperti rendahnya aliran keluar vena,
tehnik penjahitan yang tidak baik, graftkinking, dan akhirnya disebabkan oleh
stenosis pada lokasi anastomosis. Penanganan thrombosis meliputi trombektomi
dan revisi secara pembedahan. Trombosis yang diakibatkan penggunaan bahan
sintetik dapat diatasi dengan farmakoterapi (heparin, anti plateletagregasi),
trombektomi, angioplasty dan penanganan secara pembedahan.
c. infeksi
Kejadian infeksi jarang terjadi. Penyebab utama ialah kuman
Staphylococcusaureus. Jika terjadi emboli septik maka fistula harus direvisi
atau dipindahkan. Infeksi pada penggunaan bahan sintetik merupakan masalah
dan sering diperlukan tindakan bedah disertai penggunaanan tibiotik. Pada awal
infeksi gunakan antibiotik spektrum luasdan lakukan kultur kuman untuk
memastikan penggunaan antibiotik yang tepat. Kadang diperlukan eksisigraft.
e. Aneurysma
Umumnya disebabkan karena penusukan jarum berulang pada graft. PadaA-
Vfistula jarang terjadi aneurysma akibat penusukan jarum berulang tetapi oleh
karena stenosis aliran keluar vena.
14
f. Sindrom “steal” arteri
Dikatakan sindrom “steal” arteri jika distal dari ekstremitas yang dilakukan
A-Vshunt terjadi iskemik. Hal ini disebabkan karena perubahan aliran darah
dari arteri melalui anastomosis menuju ke vena yang memiliki resistensi yang
rendah ditambah aliran darah yang retrograde dari tangan dan lengan yang
memperberat terjadinya iskemik tersebut. Pasien dengan iskemik ringan akan
merasakan parestesi dan teraba dingan distal dari anastomosis tetapi sensorik dan
motoric tidak terganggu. Hal ini dapat diatasi dengan terapi simptomatik.
Iskemik yang berat membutuhkan tindakan emergensi pembedahan dan harus
segera diatasi untuk menghindari cedera saraf.
15
DAFTAR CEKPENUNTUNBELAJARPROSEDUROPERASI
Sudah Belum
No Daftar cek penuntun belajar prosedur operasi dikerjakan dikerjakan
PERSIAPANPREOPERASI
1 Informed consent
2 Laboratorium
3 Pemeriksaan tambahan
4 Anti biotik propilaksis/ tanpa
5 Cairan dan Darah
6 Peralatan dan instrumen operasikhusus
ANASTESI
1 Narcose dengan generalanesthesia, local
PERSIAPAN LOKAL DAERAH OPERASI
1 Penderita diatur dalam posisi terlentang sesuai dengan letak
a. Radialis/a. Brachialis
2 Lakukan desinfeksi dan tindakan asepsis/anti sepsis pada
daerah operasi.
3 Lapangan pembedahan dipersempit dengan linensteril.
TINDAKAN OPERASI
1 Insisi kulit sesuai dengan indikasi operasi di extrimitas
Superior
2 Selanjutnya irisan diperdalam menurut jenis operasi tersebut
Diatas
PERAWATANPASCA BEDAH
1 Komplikasidan penanganannya
2 Pengawasan terhadap ABC
3 Perawatanluka operasi
16
DAFTAR TILIK
Berikan tanda dalam kotak yang tersedia bila keterampilan/tugas telah dikerjakan dengan
memuaskan (1);tidak memuaskan (2)dan tidak di amati (3)
1. Memuaskan Langkah/ tugasdikerjakan sesuai dengan prosedur standar atau penuntun
2. Tidak Tidak mampu untuk mengerjakan langkah/ tugas sesuai dengan prosedur
memuaskan standar atau penuntun
3. Tidak diamati Langkah, tugas atau ketrampilan tidak dilakukan oleh peserta latih selama
penilaian oleh pelatih
DAFTAR TILIK
Penilaian
No Kegiatan /langkah klinik
1 2 3
1 Persiapan Pre-Operasi
2 Anestesi
3 Tindakan Medik/operasi
17
Tandatangan dannama terang
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bedah TKV atau toraks adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
diagmosais dan tindakan operasi untuk gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
penyakit atau cedera pada kerongkongan, paru-paru, dan organ tubuh lain yang ada di
dada. Dalam konsep teori kali ini akan dibahas tentang bedah AV shunt. Bedah a-v shunt
adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara menghubungkan arteri radialis dengan
vena caphalica sehingga terjadi fistula arteiovena sebagai akses dialisis.
4.2 Saran
Diharapkan dengan ditulisnya makalah ini maka dapat memberikan informasi dan
wawasan baru bagi para pembaca sehingga dapat memahami dengan baik sebagaimana
konsep Anestesi.
19
Daftar Pustaka
Bruner dan Suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Carpenito, LJ.(2001). Buku Saku Keperawatan, Edisi VIII. Penerjemah Monica Ester, SKp.
Jakarta : EGC.
Latief, dkk.2001.Petunjuk Praktis Anestesi. Jakarta: Penerbit FK UI.
Swearingen. 2004. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC
20