Anda di halaman 1dari 20

Format Laporan Persiapan Instrument Pembedahan

AV SHUNT

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Reska Asnita (P07120417 033)
Risky Monika (P07120417 034)
Shinta Zulmaidar (P07120417 035)
Siti Hamidah (P07120417 036)
Siti Maisarah (P07120417 037)
Umayra Hijriah (P07120417 040)

Dosen Pembimbing :

Ns. Saiful Riza, S.kep.,M.kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN ACEH


JURUSAN KEPERAWATAN BANDA ACEH
PRODI DIPLOMA IV KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Av Shunt tepat waktu.

Makalah Av Shunt disusun guna memenuhi tugas bapak Ns. Saiful Riza, S.Kep.,
M.Kep pada bidang studi keperawatan mata kuliah intra-operatif II di keperawatan
poltekkes kemenkes Aceh Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang Av Shunt.

kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ns. Saiful Riza, S.Kep., M.Kep
(SR) selaku pembimbing mata kuliah intra-operatif II. kami juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh

1 Oktober 2020

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif
dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan
tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah bagian yang akan
ditangani ditampilkan dilakukan tindak perbaikan yang akan diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat, 2010).
Tindakan operasi tentunya tidak terlepas dari penatalaksanaan pembiusan atau
anestesi. Pelayanan Anestesi dan reanimasi merupakan bagian integral dan tidak
dapat dipisahkan dengan pelayanan kesehatan. Melibatkan berbagai pihak dan
mempunyai kepentingan berbeda menurut fungsi masing-masing. dalam pelayanan
anastesi perlu adanya kesatuan pandang demi terwujudnya peningkatan pelayanan
sesuai pedoman yang ditetapkan guna mencapai derajat kesehatan masyarakat
( Kemenkes RI No. 519, 2011).
Operasi toraks adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari diagnosis dan
tindakan operasi untuk gangguan kesehatan yang disebabkan oleh penyakit atau
cedera pada kerongkongan, paru-paru, dan organ tubuh lain yang ada di dada.
Operasi toraks akan membutuhkan keahlian dari banyak dokter bedah, termasuk
dokter bedah kardiotoraks, dokter spesialis penyakit jantung bawaan, dokter toraks
umum, dan dokter bedah kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).

1.2 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Dari Pembedahan TKV
2. Deskripsi Tindakan Pembedahan TKV
3. Tujuan Tindakan Pembedahan TKV
4. Indikasi Dan Kontra Indikasi Pembedahan TKV
5. Persiapan Alat Dan Bahan Pembedahan TKV
6. Persiapan Pasien Pembedahan TKV
7. Komplikasi Pembedahan TKV

3
BAB II
KONSEP TEORITIS
2.1 Definisi
Bedah TKV atau toraks adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
diagmosais dan tindakan operasi untuk gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
penyakit atau cedera pada kerongkongan, paru-paru, dan organ tubuh lain yang ada di
dada. Dalam konsep teori kali ini akan dibahas tentang bedah AV shunt.
Bedah a-v shunt adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara
menghubungkan arteri radialis dengan vena caphalica sehingga terjadi fistula arteiovena
sebagai akses dialisis.

2.2 Deskripsi Tindakan Pembedahan


Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pada pembedahan thoraks, mulai
dari metode diagnostik (prebedadahan), pembedahan (intrabedah), dan perawatan
pascabedah. Aspek diagnistik perlu diperhatian untuk mengetahui kelainan organic
yang ada, kemampuan pasien menerima pembedahan toraks, menetukan parameter
klinis sebagai penilaian perawatan pascabedah, dan menetukan prognosis.
Sedangkan aspek pembedahan yang perlu diperhatikan adalah sarana tepat
operasi , alat dan bahan pembedahan yang sesuai dengan jenis tindakan yang akan
dilakukan serta pemilihan teknik pembedahan. Teknik pembedahan sebisa mungkin
dipilih yang paling sederhana dengan memperhatiksn fungsi dan anatomi toraks.
Aspek pembedahan pascabedah yaitu perawatan diruang intensif, selama kirakira 4-5
hari pasca bedah dengan pengamatan dan pemeriksaan evaluasi tindakan bedah, lalu
rehabilitasi untuk fungsi kardiopulmonar pascabedah.

2.3 Tujuan Tindakan


Tujuan tindakan AV shunt adalah:
Untuk membentuk fistula arteriovena sebagai akses dialisis.

2.4 Indikasi Dan Kontraindikasi


1. Indikasi
- Pasien dengan End Stage Renal disease (ESRD) yang memerlukan akses vaskuler
untuk dialisis berulang dan jangka panjang.
- Akses pembuluh darah untuk dialisisyang biasa dilakukan (femoral,yang biasa
dilakukan (femoral,subclavia, dsb) sudah sulit akibatsubclavia, dsb) sudah sulit
akibat rusaknya pembuluh darah karena komplikasi kanulasi berulang.
2. Kontra indikasi
- Operasi sebelumnya pada arteri atau vena dilokasi pembuatan shunt,
ekstremitas atas, , ekstremitas atas,leher, dan thorax
- Hanya satu arteri yang mensuplai vaskularisasi ke jari dan tangan.
- Kerusakan pembuluh darah akibat obat-obatan iv, pungsi vena berulang.

2.5 Persiapan Alat Dan Bahan


4
1. Basic set
a. Doek klem
b. Desinfektan klem
c. Pinset chirugis
d. Pinset anatomis
e. Gunting matzemboum
f. Gunting benang
g. Hand mess
h. Mosquito klem
i. Pean
j. Nald foeder
k. Hak kombinasi
2. Extra set
a. Pinset anatomi vaskuler
b. Klem 90 ֩֩
c. Gunting vaskuler
d. Nald foeder vaskuler
e. Boldog klem
f. Santinski
g. Sprider
h. Tegel
i. Raber shoes

2.6 Persiapan Pasien


1. lengan bawah, lengan atas yang akan dibuat av-shunt tidak boleh dilakukan
pumhsi vena unuk tujuan apapun ( infus, ambil darah, memasukkan obat,
dll)
2. vena subclavia tidak boleh ditusuk, tidak boleh dipasang dobel lumen,
tripel lumen atau kateter apapun
sebelum membuat av-shunt harus dilalukan :
 anamnesis dan pemeriksaan fisik
 duplex ultrasoumd vascular mapping pembuluh darah lengan
 evaluasi vena sentral sesuai dengan indikasi dan gejala yang ditemukan
sehubungan dengan pemasangan kateter atau pacu jantung sebelumnya

2.7 Komplikasi AV – Shunt

a) . Thrombotic occlusion
b) Non- Thrombotic occlusion:
1. Bleeding – Early complication ( 8 mg/dl, Trombosit dalam batas normal,Gula Darah
Sewaktu dalam batas normal untuk pasien tanpa riwayat DM dan untuk pasien dengan
DM harus dikonsultasikan lagi dengan ahli bedahnya ( Berdasarkan pengalaman GDS
dibawah 200 mg/dl bisa di lakukan operasi AV-Shunt )

5
2. Penting untuk perawat untuk menghindari akses vaskular ( outlet ) pada tangan yang
akan dilakukan operasi.
3. Lakukan program free heparin sebelum dilakukan operasi,menurut literatur sebaiknya
heparin tidak diberikan 6-8 jam sebelum operasi dan diharapkan tidak diberikan
kembali setelah 12 jam post operasi atau dikondisikan sampai luka operasi mengering.
4. Latihan dibutuhkan pada pasien yang mempunyai pembuluh darah yang sangat kecil
saat di insfeksi atau palpasi.
5. Sebelum operasi perawat HD bisa melakukan palpasi pada arteri radialis dan ulnaris
untuk merasakan kuat tidaknya aliran darah arterinya kemudian dilaporkan ke
ahli bedah.bila salah satu arteri (a.radilis/a.ulnaris ) tidak teraba dan tidak ditemukan
dengan alat penditeksi ( dopler ) maka kontra indikasi untuk dilakukan AV-Shunt.
(Ronco : 2004, Sumer DS, 1987, Suzane C,2002 )

2.8 Komplikasi Tindakan

Komplikasi yang terjadi pada AVF memang lebih sedikit dibandingkan pada
akses pembuluh darah yang lain, namun komplikasi ini kadang muncul danharus
ditangani secara efektif. Beathar (2003)
mengelompokkan komplikasi utama menjadi kegagalan maturasi fistulaawal dan
lambat, flow yang berlebihan, pembentukan aneurisma, dan infeksi.

1. Kegagalan maturasi awal dan lambat


Penyebab kegagalan fistula awal dapat dikelompokkan menjadi problem
inflow dan outflow. Masalah pada aliran masuk (inflow) ini berkaitan dengan
feeding arteri yang abnormal, kecilnya suatu lumen untuk pembuatan akses atau
adanya penyakit arteri seperti aterosklerotik serta lesi yang diperoleh yaitu juxta-
anastomosis stenosis. Etiologi dari lesi juxta -anastomosis stenosis ini masih belum
jelas, namun kemungkinan berkaitan dengan manipulasi dari ujung vena, torsi,
dan angulasi yang tidak baik. Lesi ini dapat ditangani dengan percutaneous
angioplasty atau secara pembedahan. Masalah aliran keluar (outflow) ini
disebabkan tidak adanya aliran yang baik pada vena. Masalah ini disebabkan
karena anatomi vena yang terlalu kecil, vena yang mengalami fibrotik atau
stenosis yang disebabkan oleh trauma seperti penusukan Dan adanya vena -vena
tambahan (accessory veins). Kegagalan fistulayanglambat biasanya terjadi setelah
tiga bulan pascapembuatan. Penyebabutamanya adalah stenosis dan trombosis.
6
Stenosis umumnya terbentuk secara khusus pada area bifurkasio vena, titik tekanan
dan berkaitan dengan katup – katup vena, sementara pada kegagalan maturasi.
Disebabkan oleh karena trombosis terjadi pada vena menuju jantung dekat dengan
penyambungan, angka kejadiannya sebesar 9% (Allon, 2007).
Trombosis dapat terjadi di awal atau kemudian. Pada awal Pasca bedah
biasanya terjadi beberapa jam sampai 1-2 hari. Hal ini sering akibat kesalahan
teknik operasi. Trombosis yang terjadi kemudian timbul beberapa bulan sampai
beberapa tahun pasca operasi, biasanya akibat hipotensi, penyempitan pembuluh vena
oleh Hiperplasia endothelium, penyempitan oleh karena trauma tusukan jarum
hemodialisis atau tekanan tensimeter (Yuwono, 2010).
Trombosis sering ditemukan pada wanita, pasien bukan kulit putih, usia
tua, dengan penyakit vaskular (Allon, 2007).
Trombosis dapat ditangani dengan tindakan trombektomi (Davies dan
Gibbons, 2007).

2. Aliran yang berlebihan


Aliran yang berlebihan menghasilkan dua masalah yaitu iskemia dan high
cardiac output. Aliran darah balik vena menuju jantung dankerja otot jantung dapat
meningkat secara signifikan setelah tindakan AVF atau penggunaan graft. Kondisi
ini dapat menyebabkan kardiomegali dan congestive heart failure (CHF) pada
beberapa pasien.
Hipersirkulasi terjadi apabila tahanan outflowterlalu rendah dan
penyambungan terlalu lebar. Masalah ini lebih sering terjadi pada penggunaan graft
(PTFE graft) dan fistula pada arteri brachialis. Upaya untuk memperbaikinya dengan
jalan mempersempit proksimal fistula atau graft baik dengan prosthetic band atau
penjahitan. Adakalanya, akses yang baru mungkin harus dibuat dengan menggunakan
conduit diameter lebih kecil atau menggunakan tapered prosthetic material
(Chambers danSicard, 2008). Sementara pada iskemia dimana terjadi aliran darah
arteri yang bertekanan tinggi menuju sistem vena dengan tekanan rendah. Hal ini
akan menyebabkan hipertensi vena dengan terjadi pembengkakan jaringan distal,
hiperpigmentasi, indurasi kulit dan ulserasi kulit seperti pada lengan pasien dengan
stasis vena (Yuwono, 2010)

3.Pembentukan aneurisma Aneurisma pada AVF

7
terbentuk dari rusaknya dinding pembuluh darah dan secara fisiologis
digantikan oleh jaringan kolagen. Kondisi ini diperburuk dengan tusukan jarum
dialisis berulang. Sekali aneurisma terbentuk, hukum Laplace memprediksi
kemungkinan terjadi pembesaran secara spontan, karena stress pada dinding pembuluh
darah menjadi lebih besar seiring dengan peningkatan diameter aneurisma. Kondisi
awal dalam pembentukan aneurisma biasanya disebab kan oleh adanya stenosis dari
outflow. Komplikasi yang dapat terjadi dapat berupa pecahnya aneurisma,
infeksi dan pada kasus yang jarang terjadi adalah retrograde emboli. Penanganan
secara bedah meliputi reseksi sebagian atau total dari kantong aneurisma, mengkoreksi
stenosis dan merekonstruksi lumen agar kembali adekuat (Konner dkk, 2003)

4. Infeksi
Angka kejadian infeksi pada fistula berkisar kurang dari3 %. Infeksi bakteri
dapat terjadi dengan gejala pembengkakan, kulit berwarna kemerahan, nyeri,
peninggian suhu ditempat tersebut. Hal ini juga disebabkan imunitas pasien
penyakit ginjal kronis relatif rendah sehingga mudah mengalami infeksi.
Pencegahannya adalah dengan melakukan tindakan aseptik dan antiseptik seperti
menggunakan kainsteril, betadine dan alkohol 70% baik saat tindakan maupun
saat penusukan jarum dialisa. Bila terjadi infeksi, harus diberikan antibiotika dan 3
analgesia selama paling sedikit 5 hari. Untuk membantu mempercepat
berkurangnya pembengkakan dapat diberikan tablet Diosmin-Hesperidin
(Ardium) sehari 2x1 tablet sesudah makanselama 7 hari berturut –turut
(Yuwono,2010).

Selain komplikasi diatas juga ditemukan beberapa komplikasi lainnya


yaitu berupa arterial steal syndrome dan iskemia terjadi 1.6% dari pasien dengan AVF.
Masalah ini jarang terjadi pada fistula di daerah pergelangan tangan dan
cenderung lebih sering ditemukan pada fistula yang letaknya lebih ke proksimal
yaitu fistula brachiocephalica yang berkisar 30%. Steal syndrome terjadi oleh
karena aliran darah dari sambungan arteri terhadap vena dengan resistensi yang
rendah, dimana terjadi aliran balik dari tangan dan forearm sehingga
menyebabkan iskemia. Secara klinis clinical steal syndrome dengan gejala
spesifik berupa nyeri, kelemahan, parestesi, atropi otot dan apabila tetap dibiarkan
akan menjadi ganggren. Hal ini bisa diatasi dengan jalan menutup fistula tersebut
(Parker dkk, 2007)
8
BAB III
PEMBAHASAN ARTIKEL

3.1 Definisi
AV shunt adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara menghubungkan

arteri radialis dengan vena cephalica sehingga terjadi fistula arteriovena sebagai akses

dialisis.A-V Shunt merupakan tindakan operasi menyambungkan arteri dan vena pada

lengan atau pun bagian tubuh lain dengan tujuan menjadikan sambungan tersebut

menjadi akses untuk hemodialisis.A-VShunt adalah baku emas untuk menciptakan

akses vascular untuk hemodialisis dengan penurunan fungsi ginjal dan ESRD.A-V

Shunt diciptakan untuk meningkatkan efektivitas dari dialisis dan mengurangi resiko

dan komplikasi dari pada akses vascular lain (Shah, etal.,2012).

3.2 Deskripsi tindakan pembedahan

Operasi A-V Shunt yang dilakukan merupakan implementasi dari panduan


Dialisis Outcomes Quality Initiative (DOQI) pada manajemen penatalaksanaan akses
vaskular tahun 1997. Melibatkan berbagai disiplin ilmu antara lain ahli nefrologi, ahli
bedah dan ahli radiologi intervensi.
Operasi A-V shunt dilakukan secara side to side anastomosis atau side to end
anastomosis atau end toend anastomosis antara arteri radialis dan vena cephalica pada
lengan non dominan terlebih dahulu. Operasi dilakukan pada lokasi paling distal
Sehingga memungkinkan dilakukan operasi lebih proksimal jika gagal. Dapat
dilakukan pada ekstremitas bawah jika operasi gagal atau tidak dapat dilakukan pada
ekstremitas atas.
1. Persyaratan pada pembuluh darah arteri:
9
 Perbedaan tekanan antara kedua lengan < 20mmHg
 Cabang arteri daerah palmar pasien dalam kondisi baik dengan melakukan
tes Allen.
 Diameter lumen pembuluh arteri ≥ 2.0 mm pada lokasi dimana akan dilakukan
anastomosis.
2. Persyaratanpadapembuluhdarah vena :
 Diameterlumen pembuluh vena≥2.0 mmpada lokasidimanaakan
dilakukananastomosis.
 Tidakada obstruksiataustenosis
 Kanulasidilakukan pada segmen yanglurus.

3.3 Tujuan Tindakan Operasi


Tujuan dilakukan operasi AV shunt yaitu untuk membentuk fistula arteriovena
sebagai akses dialisis.

3.4 Indikasi dan Kontraindikasi operasi


Indikasi
Pasien dengan End Stage Renal Disease (ESRD) yang memerlukan akses
vaskular untuk dialisis berulang dan jangka panjang atau pasienyang
harusdilakukanA-VShuntadalahpasienyang memerlukantindakanhemodialisisyang
berulang dandalamjangka waktuyang panjang(National KidneyFoundation, 2006).

Kontraindikasi operasi:
1. Lokasi pada vena yang telah dilakukan penusukan untuk akses cairan intravena,
vena seksi atau trauma.
2. Pada vena yang telah mengalami kalsifikasi atau terdapat atheroma.
3. Tes Allen menunjukkan aliran pembuluh arteri yang abnormal.

3.5 Persiapan alat dan bahan


a. Alat steril
Jas operasi, kassa, duk, minor set, couter, jarum, benang, com, infus set, bengkok,
mess.
b. Alat tidak steril

10
Lampu operasi, mesin couter, mesin anastesi, meja operasi, meja instrumen, tiang
infuse, tempat sampah, bantal dan selimut.
c. Bahan Habis Pakai
1. Kassa 7. Benang vicril 3/0
2. Betadin 8. Handscoon steril
3. Mess no 11 dan 21 9. Jarum jahit cutting
4. Hypafix 10. Sufratulle
5. Benang etilon 7/0 11. Alcohol 70%
6. Benang zyde 3/0 12. NaCl 0,9%

Set av shunt:
1. Pinset anatomis
2. Pinset cirurgis
3. Nal fuder/needle holder
4. Koker
5. Com
6. Klem duk
7. Pean
8. Gunting mata
9. Bulldog
10. Scalpel
11. Klem

11
d. Persiapan Atau Prosedur di Ruang Operasi
1. Persiapan meja operasi dan alat-alatnya
Persiapan meja operasi diposisikan datar.
2. Lampu
Cek lampu operasi, lampu operasi harus nyala semua. Perhatikan dalam
penggeseran lampu saat akan memfokuskan lampu pada daerah operasi
jangan sampai menyentuh daerah steril.
3. Kursi
Kursi harus ada, kursi ini dibutuhkan untuk operasi yang membutuhkan
waktu lama.
4. Meja instrument
Meja instrument harus sudah disiapkan lengkap dengan set instrumennya.
Yang harus diingat antara medan operasi dengan meja instrument harus
terpasang duk steril karena daerah ini harus daerah steril. Siapkan juga
yang akan dibutuhkan.
5. Suction apparatus
Terdiri dari 2 tabung:
a. Tabung penampung
b. Tabung vacum
Alat ini berfungsi untuk menyedot cairan pada daerah operasi misalnya
setelah dilakukan pencucian dengan NaCl. Usahakan cairan kotor hanya
tertampung pada tabung penampunan. Bila suction tidak berfungsi dengan
baik cek dulu bagian tutup tabung, mungkin tutupnya kurang kencang.
6. Elektro couter
Cek alat ini dengan menyalakannya semua harus pada angka 30. Untuk
ground sebelum digunakan harus diolesi dengan jelly ultra sonic. Ground
jangan ditempatkan pada daerah yang menyeberangi jantung. Tombol
kuning berfungsi sebagai pisau, tombol biru berfungsi untuk menghentikan
perdarahan. Bila elektro couter tidak berfungsi cek dulu groundnya jangan
langsung menambahkan angka.
Yang perlu diperhatikan saat akan mematikan couter semua tombol harus
pada angka 30.

12
7. Anastesi set
Anastesi disiapkan oleh anestiolog
8. Tempat limbah operasi
Tempat limbah harus dibedakan antara tempat limbah medis dan non medis
9. Obat-obat emergency
Obat-obat emergency harus disiapkan dahulu

3.6 Persiapan Preoperative di Ruangan


1. Status Pasien
Lembar status pasien harus diisi dengan lengkap meliputi berat badan,
riwayat pemberian anti tetanus, riwayat perkawinan, last meal.
2. Informed Consent
Merupakan penjelasan kepada pasien sampai pasien mengerti. Sebelum
dilakukan tindakan operasi, keluarga pasien diminta persetujuannya,
sebaiknya dalam hal ini ada saksi, pasien, dan petugas.
3. Barang-barang
Segala macam perhiasan yang menempel pada tubuh pasien harus dilepas.
4. Darah
Transfusi darah pada pasien pre operasi harus disediakan terutama pada
kasus- kasus emergency dengan haemoglobin kurang dari 10

3.7 Komplikasi
Komplikasi pasca pembedahan ialah terjadi stenosis, trombosis, infeksi,
aneurysma, sindrom“steal”arteri, gagaljantung kongestif:
a. Stenosis
Stenosis dapat terjadiakibat terjadinya hiperplasia inti mavena
cephalica distal dari anastomosis pada A-V shunt radio cephalica sehingga A-V
shunt tidak berfungsi. Sedangkan pada penggunaan bahan sintetai ePTFE terjadi
stenosis akibat hiperplasia pseudo intima atau neointima. Stenosis merupakan
factor penyebab timbulnya trombosis sebesar85%. Hiperplasis intima timbul
karena: Terjadinya cedera vaskular yang ditimbulkan baik oleh karena
operasinya ataupun kanulasi jarum yang berulang yang kemudian memicu
terjadinya kejadian biologis (proliferasi sel otot polos vaskular medial  sel lalu

13
bermigrasi melalui intima proliferasi selotot polos vaskular intima ekskresi
matriks ekstra selular intima). Tekanan arteri yang konstan pada anastomosis
vena, khususnya jika terjadi aliran turbulen, dapat menyebabkan cedera yang
progesif terhadap dinding vena tersebut. Compliance mismatchantara vena
dengan graftpada lokasi anastomosis Rusaknya integritas dan fungsi daripada
selendotelial PDGF (platelet derived growth factor), bFGF (basic fibroblast
growth factor), IGF-1 (insulin growth factor-1) turut memicu terjadi hiperplasia
intima dengan mekanismenya masing-masing

b.Trombosis
Muncul beberapa bulan setelah dilakukannya operasi. Sering diakibatkan
karena faktor anatomi atau factor teknik seperti rendahnya aliran keluar vena,
tehnik penjahitan yang tidak baik, graftkinking, dan akhirnya disebabkan oleh
stenosis pada lokasi anastomosis. Penanganan thrombosis meliputi trombektomi
dan revisi secara pembedahan. Trombosis yang diakibatkan penggunaan bahan
sintetik dapat diatasi dengan farmakoterapi (heparin, anti plateletagregasi),
trombektomi, angioplasty dan penanganan secara pembedahan.

c. infeksi
Kejadian infeksi jarang terjadi. Penyebab utama ialah kuman
Staphylococcusaureus. Jika terjadi emboli septik maka fistula harus direvisi
atau dipindahkan. Infeksi pada penggunaan bahan sintetik merupakan masalah
dan sering diperlukan tindakan bedah disertai penggunaanan tibiotik. Pada awal
infeksi gunakan antibiotik spektrum luasdan lakukan kultur kuman untuk
memastikan penggunaan antibiotik yang tepat. Kadang diperlukan eksisigraft.

e. Aneurysma
Umumnya disebabkan karena penusukan jarum berulang pada graft. PadaA-
Vfistula jarang terjadi aneurysma akibat penusukan jarum berulang tetapi oleh
karena stenosis aliran keluar vena.

14
f. Sindrom “steal” arteri
Dikatakan sindrom “steal” arteri jika distal dari ekstremitas yang dilakukan
A-Vshunt terjadi iskemik. Hal ini disebabkan karena perubahan aliran darah
dari arteri melalui anastomosis menuju ke vena yang memiliki resistensi yang
rendah ditambah aliran darah yang retrograde dari tangan dan lengan yang
memperberat terjadinya iskemik tersebut. Pasien dengan iskemik ringan akan
merasakan parestesi dan teraba dingan distal dari anastomosis tetapi sensorik dan
motoric tidak terganggu. Hal ini dapat diatasi dengan terapi simptomatik.
Iskemik yang berat membutuhkan tindakan emergensi pembedahan dan harus
segera diatasi untuk menghindari cedera saraf.

g. Hiper tensi vena


Gejala yang Nampak ialah pembengkakan, perubahan warna kulit dan
hiperpigmentasi. Paling sering disebabkan karena stenosis dan obstruksi pada
vena. Lama kelamaan akan terjadi ulserasidan nyeri. Manajemen penanganan
terdiri dari koreksi stenosis dan kadang diperlukan ligase vena distal dari tempat
akses dialisis.

h. Gagal jantung kongestif


A-Vshunt secara signifikan akan meningkatkan aliran darah balik
kejantung. Akibatnya akan meningkatkan kerja jantung dan cardiac out
put, kardio megali dan akhirnya terjadi gagal jantung kongestif pada
beberapa pasien. Penanganannya berupa koreksis ecara operatif.

15
DAFTAR CEKPENUNTUNBELAJARPROSEDUROPERASI

Sudah Belum
No Daftar cek penuntun belajar prosedur operasi dikerjakan dikerjakan
PERSIAPANPREOPERASI
1 Informed consent
2 Laboratorium
3 Pemeriksaan tambahan
4 Anti biotik propilaksis/ tanpa
5 Cairan dan Darah
6 Peralatan dan instrumen operasikhusus
ANASTESI
1 Narcose dengan generalanesthesia, local
PERSIAPAN LOKAL DAERAH OPERASI
1 Penderita diatur dalam posisi terlentang sesuai dengan letak
a. Radialis/a. Brachialis
2 Lakukan desinfeksi dan tindakan asepsis/anti sepsis pada
daerah operasi.
3 Lapangan pembedahan dipersempit dengan linensteril.
TINDAKAN OPERASI
1 Insisi kulit sesuai dengan indikasi operasi di extrimitas
Superior
2 Selanjutnya irisan diperdalam menurut jenis operasi tersebut
Diatas
PERAWATANPASCA BEDAH
1 Komplikasidan penanganannya
2 Pengawasan terhadap ABC
3 Perawatanluka operasi

Catatan: Sudah/Belum dikerjakan beri tanda


16
DAFTAR TILIK

Berikan tanda  dalam kotak yang tersedia bila keterampilan/tugas telah dikerjakan dengan
memuaskan (1);tidak memuaskan (2)dan tidak di amati (3)
1. Memuaskan Langkah/ tugasdikerjakan sesuai dengan prosedur standar atau penuntun
2. Tidak Tidak mampu untuk mengerjakan langkah/ tugas sesuai dengan prosedur
memuaskan standar atau penuntun
3. Tidak diamati Langkah, tugas atau ketrampilan tidak dilakukan oleh peserta latih selama
penilaian oleh pelatih

Nama peserta didik Tanggal


Nama pasien No RekamMedis

DAFTAR TILIK
Penilaian
No Kegiatan /langkah klinik
1 2 3
1 Persiapan Pre-Operasi

2 Anestesi

3 Tindakan Medik/operasi

4 Perawatan Pasca Operasi&Follow-up

Pesertadinyatakan : Tandatangan pelatih


 Layak
 Tidaklayak
melakukan prosedur

17
Tandatangan dannama terang

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bedah TKV atau toraks adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
diagmosais dan tindakan operasi untuk gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
penyakit atau cedera pada kerongkongan, paru-paru, dan organ tubuh lain yang ada di
dada. Dalam konsep teori kali ini akan dibahas tentang bedah AV shunt. Bedah a-v shunt
adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara menghubungkan arteri radialis dengan
vena caphalica sehingga terjadi fistula arteiovena sebagai akses dialisis.

4.2 Saran
Diharapkan dengan ditulisnya makalah ini maka dapat memberikan informasi dan
wawasan baru bagi para pembaca sehingga dapat memahami dengan baik sebagaimana
konsep Anestesi.

19
Daftar Pustaka

Bruner dan Suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Carpenito, LJ.(2001). Buku Saku Keperawatan, Edisi VIII. Penerjemah Monica Ester, SKp.
Jakarta : EGC.
Latief, dkk.2001.Petunjuk Praktis Anestesi. Jakarta: Penerbit FK UI.
Swearingen. 2004. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC

20

Anda mungkin juga menyukai