Oleh
UMAYRA HIJRIAH
P1337420921208
TAHUN 2022
Patofisiologi
Hipertensi disebabkan oleh
peningkatan tahanan perifer. Gen
yang berpengaruh pada hipertensi
WOC primer meliputi reseptor angiotensin
II, gen angiotensin dan renin, gen
sintetase oksida nitrat endothelial,
gen protein reseptor kinase G, gen
reseptor adrenergic, gen kalsium
transport dan natrium hydrogen
Tanda & Gejala antiporter dan gen yang
Individu yang menderita hipertensi berhubungan dengan resistensi
kadang tidak menampakan gejala insulin, obesitas, hyperlipidemia,
dan hipertensi sebagai kelompok
gejala yang lazim muncul seperti: bawaan. Beberapa teori
kelemahan, letih, napas pendek, menerangkan mengenai
ansietas, pusing, sakit kepala, peningkatan tekanan tahanan perifer
gangguan penglihatan,dll. akibat peningkatan vasokontsriktor
Pengertian (SNS<RAA) atau pengurangan
hipertensi secara umum vasodilator (ANF, adrenome ludin,
urodilatin, oksidanitrat) dan
dapat didefinisikan sebagai kemungkinan memediasi perubahan
tekanan darah sistolik lebih dalam apa yang disebut hubungan
dari 140 mmHg dan tekanan tekanan natriuresis yang
darah diastolic lebih dari 90 PENATALAKSANAN menyatakan bahwa individu
Brashers (2008) inti penderita hipertensi mengalami
mmHg (Manuntung,2018). ekskresi natrium ginjal yang lebih
penatalaksanaan hipertensi
antara lain pencegahan pada rendah bila ada peningkatakan
tekanan darah
sasaran individu yang
memiliki TD tinggi, riwayat
Etiologi keluarga hipertensi, dan satu
atau lebih gaya hidupyang
Hipertensi Primer:Penyebab
terkait dengan usia yang Klasifikasi Derajat Hipertensi
masih belum diketahui. meningkatkan TD, seperti
Hipertensi Sekunder: obesitas, asupan tinggi Normal: <120/80 mmHg
Penyebabnya dapat natrium, inaktivitas fisik, dan Prehipertensi: 120/80 atau
diketahui, antara lain KOMPLIKASI asupan alcohol berlebihan. 139/89 mmHg
kelainan pembuluh darah 1. Stroke Keputusan terapi pada pasien Hipertensi derajat 1:
ginjal, gangguan kelenjar 2. Infark Miokard hipertensi adalah berdasarkan 140/90 atau 159/99 mmHg
tiroid (hipertiroid), penyakit 3. Gagal Ginjal pada derajat hipertensi Hipertensi derajat II
kelenjar adrenal (Manuntung, 2018) >160/100
4. Gagal Jantung
5. Ensefalopati
(Manutung, 2018)
PENGKAJIAN KELUARGA
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: meninggal
: Tinggal dalam satu rumah
: Keluarga dengan hipertensi
Tipe Keluarga : keluarga bpk N merupakan nuclear family yang terdiri dari bpk N sebagai kepala
keluarga, Ibu H sebagai istri, anak tertua berumur 7 tahun.
1. Suku Bangsa : Bpk D dan kelurga merupakan suku Aceh dan menurut bpk D tidak ada norma dan
budayanya yang bertentangan dengan kesehatan
2. Agama: Bpk D beserta keluarganya menganut agama islam. Bpk D mengatakan selalu berdoa
dan teratur menjalankan ibadah shalat 5 waktu
3. Status Kelas Sosial Keluarga :
a. Status ekonomi : Penghasilan keluarga kurang lebih Rp. 5.000.000,-per bulan yg di peroleh dari gaji
tetap dan tambahan
b. Mobilitas sosial : Keluarga mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dengan mencari uang
tambahan dari usaha
1 4 3
2 5
6
7
C. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
a. Tingkat komunikasi fungsional dan disfungsional
Menurut Bpk N komunikasi dengan ank dan istrinya menggunakan bahasa indonesia yang baik.
b. Tingkat penyampaian dan ekspresi pesan emosional (afektif) :
Bpk N mengatakan jika ingin menyampaikan pesan atau nasehat bpk N dan Ibu H sering berbicara 4
mata dengan anaknya. Dan jika anaknya melanggar peraturan dirumah atau tidak mau mendengar
pesan dari bpk N maupun ibu H mereka langsung menengur dan menesahati anaknya jika ketiga
kalinya anaknya masih melakukan kesalahan yang sama maka bpk N langsung memarahi dan
menghukum anaknya.
c. Karakteristik komunikasi dalam subsistem keluarga :
Bpk N mengatakan komunikasi dalam keluarganya bersifat terbuka dan jika ada masalah dalam
keluarga bpk N berkumpul dan mencari solusi bersama sama.
d. Area komunikasi yang dekat/akrab
Bpk N mengatakan dimana saja bisa berkomunikasi, tempat yang paling sering berkomunikasi di
ruang tv dan ruang makan.
2. Struktur kekuatan keluarga
a. Distribusi bentuk kekuatan dalam keluarga
Keluarga bpk N memiliki 1 anak dengan tahap usia Anak Sekolah, jika ada salah satu keluarga yang
sedang sakit maka yang merawat adalah ibu H, jadi jika ibu H yang sakit maka anggota keluarga yang
merawatnya, dan Jika ibu H yang sakit keluarga tidak ada yang mengurus. Jika ada anggota keluarga
yg ada masalah kesehataan maupun masalah yang lain keluarga selalu mendukung dan memberi
solusi.
b. Proses pengambilan keputusan
Di dalam keluarga bpk N yang mengambil dan membuat keputusan adalah bpk N dan dibicarakan
kembali atau mencari solusi dengan ibu H dalam pengambilan keputusan.
c. Dasar kekuatan dalam keluarga
Menurut bpk N Jika ibu H yang sakit keluarga tidak ada yang mengurus. Karena sumber kekuatan
dalam keluarga adalah Ibu H.
3. Struktur peran
Peran kepala keluarga mencari nafkah, tugas istri merawat anak dan mengejakan kegiatan rumah tangga
dan memberikan pendidikan anak dilakukan bersama. Keluarga mengatakan pernah terjadi
kesalahpahaman karena jarangnya berkomunikasi antara anak dan kedua orang tua.
4. Nilai atau norma keluarga
a. Perbandingan antara nilai-nilai keluarga dengan nilai-nilai masyarakat :
Menurut keluarga bpk N tidak ada perbandingan antara nilai nilai keluarga dengan nilai nilai yang ada
di masyarakat.Keluarga bpk N adalah suku Aceh dan keluarga bpk N adalah masyarakat asli aceh
b. Perbedaan sistem nilai :
Keluarga bpk N mengatakan tidak ada perbedaan nilai nilai keluargan dan nilai nilai masyarakat.
c. Konflik nilai dalam keluarga :
Menurut keluarga bpk N belum pernah terjadi konflik nilai dalam keluarga karena kelurganya
mematuhi nilai atau norma dalam keluarga
d. Efek terhadap status kesehatan keluarga
Keluarga bpk N mengatakan efek nilai atau norma dalam kelurganya terhadap Status kesehatan sangat
berefek pada kesehatan seperti tidak boleh mandi diatas jam 19.00 wib. Dengan adanya norma
didalam keluarga bisa membuat status kesehatan kelurga bpk N semakin terjaga.
D. Fungsi keluarga
1. Fungsi efektif :
Dalam keluarga satu sama lain saling menghormati yang lebih tua dan mengasihi yang lebih kecil. Bila ada
masalah selalu dibicarakan dan berkumpul bersama anggota keluarga dan saling mencari jalan keluar dari
masalah yang ada.
2. Fungsi sosialisasi :
Keluarga bpk “N” sering berintetaksi dengan anggota keluarga yang lain, begitupun juga dengan
tetangga. bapak “N” sering mengikuti kegiatan sosialisasi dilingkungan sekitar tempat tinggalnya seperti
gotong royong, tahlilan dan kegiatan lainnya. Dan ibu “H” juga sering mengikuti kegiatan masyarakat
seperti arisan dan pengajian. Serta anak “S” juga sering mengikuti kegiatan seperti menjadi remaja
mesjid. Anggota keluarga diberi kebebasan untuk bergaul dengan tetangga dilingkungan rumahnya.
3. Fungsi perawatan kesehatan
a. Kepercayaan, nilai dan perilaku kesehatan :
Keluarga bpk N mengatakan perilaku kesehatan keluarganya masih sangat mengkhawatirkan karena
masih dengan gaya hidup yang tidak sehat.
b. Definisi sehat-sakit dan tingkat pengetahuan keluarga :
Bpk N mengatakan sakit itu ketika sudah tidak bisa bekerja lagi dan hanya terbaring di tempat tidur
saja, dan jika sehat bisa melakukan kegiatan apapun.
Ibu H mengatakan sakit ketika sudah merasakan gejala yang dirasakan atau respon tubuh. Dan sehat
itu ketika kita tidak merasakan gejala apapun itu baru dikatakan sehat.
Anak S mengatakan sakit itu pada saat kita kita sudah merasakan ketidaknyamanan baik secara
biologis maupun lingkungan,dan sakit itu ketika kita tidak bisa melakukan aktivitas kita sehari hari
dan tidak bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, baik aktivitas jasmani maupun rohani. Dan
sehat itu pada saat kita masih bisa melakukan hal hal yang produktif dan masih bisa beradaptasi baik
fisik maupun lingkungan sosialnya.
c. Persepsi keluarga tentang status kesehatan dan kerentanan terhadap penyakit
Menurut keluarga bpk N jika bpk N sudah mengalami hipertensi maka akan sangat mudah terkena
penyakit yang lebih parah seperti stroke dan penyakit yang kronis lainnya. Dan keluarga bpk N tidak
mengetahui bahwa penyakit hipertensi dapat diturunkan kepada anak anak nya.
d. Perilaku nutrisi keluarga
1) Keadekuatan diet keluarga (food history record selama 3 hari) :
Jenis makanan yang dimakan selama 3 hari adalah nasi, tempe, ikan lado, kuah lemak. Bpk N
sudah tau jika makanan yang mengandung garam dam lemak tidak boleh dimakan lagi tetapi bpk
N masih sering makan makanan yang berlemak dan masih mengkonsumsi garam.
2) Fungsi waktu makan dan sikap terhadap waktu makan :
Keluarga bpk N makan 3 kali sehari dan kelurga makan bersama 1 kali pada saat malam dan
keluarga bpk N sering makan tidak tepat waktu karna kerjaan dan kesibukan masing masing.
3) Perilaku pembelian makanan :
Kelurga Bpk N sering membeli buah buahan seperti rujak. Dan sering membeli jajanan fastfood
seperti burger, bakso, indomie, siomay.
4) Penanggung jawab dalam perencanaan, pembelian dan persiapan makanan:
Penanggung jawab dalam perencanaan, pembelian, menyiapkan makanan yaitu Ibu H dalam
mengatur makanan
e. Kebisaaan tidur dan istirahat :
Bpk N tidur selalu larut malam sekitar jam 01.00 / 02.00. sedangkan istri dan anaknya jam 22.00 wib
f. Aktifitas fisik dan rekreasi
Keluarga bpk N setiap 1 bln atau 1 minggu sekali pergi ke tempat rekreasi untuk menghilangkan stres
yang ada dan menghibur anak anaknya, dan keluarga Bpk N melakukan gotong royong setiap 1
minggu sekali untuk olahraga fisik yang tidak terlalu fukos seperti senam,menggantikan dengan
bergotong royong dan jarang berolahraga.
g. Penggunaan obat, alkohol, atau tembakau
Keluarga bpk N tidak ada yang mengkonsumsi obat terlarang dan tidak ada yg merokok.
h. Peran keluarga dalam perilaku perawatan kesehatan (pengkajian terhadap 5 tugas kesehatan keluarga
sesuai masalah):
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah.
Keluarga mengatakan belum mengenal masalah kesehatan yang dialami Bpk N, seperti tanda
dan gejala, penatalaksaannya, dan makanan pantangan pada pasien hipertensi
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah.
Untuk masalah kesehatan bpk”N” yang mengalami Hipertensi, keluarga langsung membawa ke
puskesmas terdekat jika bpk “N” kambuh penyakitnya.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit atau memiliki masalah kesehatan.
Keluarga mengatakan masih belum mampu dalam merawat bpk N dikarenakan belum mengerti
tentang penyakit bpk N.
4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
Keluarga mengatakan belum bisa memelihara dan memodifikasi lingkungan, bpk N masih makan
makanan yang sama dengan keluarganya yang lain, tidak ada pemisahan seperti lauk pauk.
5) Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
Keluarga mengatakan mampu menggunakan fasilitas kesehatan yaitu dibuktikan dengan bpk “N”
berobat ke puskesmas terdekat.
i. Tindakan pencegahan yang dilakukan keluarga :
Keluarga bpk N mengatakan belum tau untuk melakukan tindakan atau upaya pencegahan terhadap
penyakit bpk N maupun keluarganya yang lain, pada saat sakit hanya minum obat.
j. Terapi komplementari dan alternatif :
Keluarga bpk N mengatakan tidak pernah melakukan terapi ataupun pengobatan alternatif.
k. Riwayat kesehatan keluarga :
Bpk N pernah dirawat di rumah sakit, 2 bln yang lalu karena hipertensi, Ibu H 2 minggu yang lalu
mengalami diare, ank S sedang mengalami panas dalam.
l. Pemanfaatan pelayanan kesehatan :
Keluarga bpk N sudah memiliki kartu Askes untuk berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan dari
pemerintah.
m. Persepsi terhadap pelayanan kesehatan :
Keluarga bpk N puas dengan pelayanan kesehatan baik di puskesmas maupun di rumah sakit karena
pelayanannya sangat baik dan terbantu juga dengan adanya askes yang dapat membantu masyarakat
kurang mampu.
n. Pelayanan kesehatan untuk kondisi kegawatdaruratan :
Jika ada anggota keluarga bpk N dalam keadaan gawat darurat keluarga bisa pergi ke puskesmas
terdekat
o. Sumber pembayaran pelayanan kesehatan :
Keluarga bpk N memiliki askes dan Asuransi untuk pembayaran kesehatan dan jika pembayaran
mendesak keluarga bayar uang sendiri.
p. Akses terhadap pelayanan kesehatan :
Menurut Bpk N jarak rumah dengan pelayanan kesehatan dekat dan mudah dijangkau.
d. Strategi koping disfungsional (saat ini & masa lalu, tingkat penggunaan koping) :
Bpk N tidak pernah menjaga kesehatannya seperti pantang makanana hipertensi, olahraga. Makanya
bpk N sering kambuh hipertensinya.
3. Adaptasi keluarga
a. Adaptasi keseluruhan keluarga :
Bpk N dan keluarga jika ada masalah saling mendukung dan memberi solusi, keluarga sudah belum
bisa beradaptasi dengan penyakit bpk N.
b. Krisis keluarga :
Masalah yang ada di keluarga bpk N adalah masalah kesehatan yang dialami keluarga bpk N.
F. Pemeriksaan fisik seluruh anggota keluarga (head to toe)
1. Bpk N (67 Tahun)
TB: 175 cm, BB: 65 kg ( Bb sebelum sakit 75kg)
Keluhan : sering merasakan sakit kuduk sampai kepala dan pusing, kurang nafsu makan
Pemeriksaan fisik : TD: 150/90 mmhg, S: 36,7 C ,
N: 105*/menit RR: 24*/menit
Inspeksi : wajah tampak pucat, bibir kering, mata: anemis, turgor kulit kering
Palpasi : leher : Tidak ada pembesaran kelenjar,
Perkusi : jantung : redup
Auskultasi : jantung : bunyi jantung S1>S2
2. Ibu H (50 tahun)
Kondisi umum : Baik, tidak ada keluhan
3. An. S (7 tahun)
Kondisi umum : Baik, tidak ada keluhan
G. Analisa Data
1. Diagnosa Keperawatan: Gangguan pemenuhan nutrisi krang dari kebutuhan tubuh b/d Kurang efektifan
keluarga dalam membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anggota keluarga yang sakit
Total Skor 4
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keluarga
mampu
mengambil
keputusan
1 kaji
keputusan
yang di ambil
keluarga
2. Diskusikan
dengan
keluarga
tentang
keputusan
yang telah
dibuat
3. Evaluasi
kembali
tentang
keputusan
yang telah di
buat
4. berikan
pujian kepada
keluarga
setalah
menjawab
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari : Senin
Tanggal : 30/5/2022
Pukul : 13.00
DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Memberitahukan kepada S:
Gangguan pasien dan keluarga Bpk N mengatakan masih
pemenuhan nutrisi pentingnya menjaga kurang nafsu makan
krang dari keseimbangan nutrisi
kebutuhan tubuh walaupun saat sakit
2. Memberitahukan pasien dan O:
b/d Kurang
keluarga tentang komposisi Bpk N terlihat lemas
efektifan keluarga nutrisi yang seimbang Bpk N makan 1* hari
dalam membantu 3. Memberikan kesempatan
Mukosa bibir kering
memenuhi kepada keluarga untuk Bb sebelum sakit 75 kg
kebutuhan nutrisi bertanya dan mengulangi Bb setelah sakit 65 kg
anggota keluarga penjelasan apa yang sudah
yang sakit diajarkan
4. Memberitahukan keluarga
untuk lebih aktif dalam A : Masalah belum teratasi
membantu pemenuhan
nutrisi secara parsial P : Lanjutkan Intervensi
5. Memberikan motivasi pasien
dan membantu anggota
keluarga untuk membantu
bpk N makan sedikit tapi
sering
Defisiensi 1. Memberikan pendidikan S:
kesehatan mengenai Bpk N mengatakan masih
pengetahuan b/d
hipertensi sering sakit kuduk sampai
Ketidakmampuan Meliputi kepala
keluarga dalam Pengertian hipertensi Bpk N mengatakan jarang
Tanda dan gejala berolahraga
mengenal Penyebab Bpk N tidak merokok
karakteristik Komplikasi Bpk N suka mengkonsumsi
Memberitahu Pengobatan makanan berlemak dan
penyakit dan tradisional masih mengkonsumsi garam
perawatannya Cara memodifikasi O:
lingkungan pasien Bpk N masih Tampak lemas
hipertensi TTV : TD: 150/90
2. Memberikan masukan/ saran mmhg,
kepada keluarga untuk
membawa bpk N Suntuk S: 36,7 C ,
berobat ke faskes terdekat N: 105*/menit
sebagai kepusan yang bai.
RR: 24*/menit
3. Mengajukan kontrak waktu A: masalah belum teratasi
pada akhir pertemuan untuk P : intervensi dilanjutkan
dilakukan evaluasi keadaan bpk
N dan keluarga.
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari : Selasa
Tanggal : 31/5/2022
Pukul : 10.00
DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Memberitahukan kepada S:
Gangguan pasien dan keluarga Bpk N mengatakan masih
pemenuhan nutrisi pentingnya menjaga kurang nafsu makan
krang dari keseimbangan nutrisi
kebutuhan tubuh walaupun saat sakit
2. Memberitahukan pasien dan
b/d Kurang
keluarga tentang komposisi O:
efektifan keluarga nutrisi yang seimbang Bpk N terlihat lemas
dalam membantu 3. Memberikan kesempatan Bpk N makan 2X/ hari
memenuhi kepada keluarga untuk Mukosa bibir kering
kebutuhan nutrisi bertanya dan mengulangi Bb sebelum sakit 75 kg
anggota keluarga penjelasan apa yang sudah Bb setelah sakit 65 kg
yang sakit diajarkan
4. Memberitahukan keluarga
untuk lebih aktif dalam
membantu pemenuhan A : Masalah belum teratasi
nutrisi secara parsial
5. Memberikan motivasi pasien P : Lanjutkan Intervensi
dan membantu anggota
keluarga untuk membantu
bpk N makan sedikit tapi
sering
Defisiensi 2. Memberikan pendidikan S:
kesehatan mengenai Bpk N mengatakan masih
pengetahuan b/d
hipertensi sering sakit kuduk sampai
Ketidakmampuan Meliputi kepala
keluarga dalam Pengertian hipertensi Bpk N mengatakan jarang
Tanda dan gejala berolahraga
mengenal Penyebab Bpk N tidak merokok
karakteristik Komplikasi Bpk N suka mengkonsumsi
Memberitahu Pengobatan makanan berlemak dan
penyakit dan tradisional masih mengkonsumsi garam
perawatannya Cara memodifikasi O:
lingkungan pasien Bpk N masih Tampak lemas
hipertensi TTV : TD: 150/90
2. Memberikan masukan/ saran mmhg,
kepada keluarga untuk
membawa bpk Suntuk berobat S: 36,7 C ,
ke faskes terdekat sebagai N: 105*/menit
kepusan yang bai.
RR: 24*/menit
3. Mengajukan kontrak waktu A: masalah belum teratasi
pada akhir pertemuan untuk P : intervensi dilanjutkan
dilakukan evaluasi keadaan bpk
N dan keluarga.
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari : Kamis
Tanggal : 2 /6/2022
Pukul : 11.00
DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Memberitahukan kepada S:
Gangguan pasien dan keluarga Bpk N mengatakan masih
pemenuhan nutrisi pentingnya menjaga kurang nafsu makan
krang dari keseimbangan nutrisi
kebutuhan tubuh walaupun saat sakit
2. Memberitahukan pasien dan
b/d Kurang
keluarga tentang komposisi
efektifan keluarga nutrisi yang seimbang O:
dalam membantu 3. Memberikan kesempatan K/U Bpk N baik
memenuhi kepada keluarga untuk Bpk N makan sedikit tapi
kebutuhan nutrisi bertanya dan mengulangi sering
anggota keluarga penjelasan apa yang sudah Mukosa bibir Lembab
yang sakit diajarkan Bb sebelum sakit 75 kg
4. Memberitahukan keluarga Bb setelah sakit 65 kg
untuk lebih aktif dalam
membantu pemenuhan
nutrisi secara parsial
5. Memberikan motivasi pasien A : Masalah teratasi sebagian
dan membantu anggota
keluarga untuk membantu P : Lanjutkan Intervensi
bpk N makan sedikit tapi
sering
Hari : Jumat
Tanggal : 3/6/2022
Pukul : 10.00
DIAGNOSA
IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Memberitahukan kepada S:
Gangguan pasien dan keluarga Bpk N mengatakan sudah
pemenuhan nutrisi pentingnya menjaga nafsu makan
krang dari keseimbangan nutrisi
kebutuhan tubuh walaupun saat sakit
2. Memberitahukan pasien dan
b/d Kurang
keluarga tentang komposisi O:
efektifan keluarga nutrisi yang seimbang K/U: baik
dalam membantu 3. Memberikan kesempatan Bpk N sudah nafsu makan
memenuhi kepada keluarga untuk Mukosa bibir Lembab
kebutuhan nutrisi bertanya dan mengulangi Bb sebelum sakit 75 kg
anggota keluarga penjelasan apa yang sudah Bb setelah sakit 65 kg
yang sakit diajarkan
4. Memberitahukan keluarga
untuk lebih aktif dalam
membantu pemenuhan A : Masalah teratasi sebagian
nutrisi secara parsial
5. Memberikan motivasi pasien P : Lanjutkan Intervensi
dan membantu anggota
keluarga untuk membantu
bpk N makan sedikit tapi
sering
Defisiensi 4. Memberikan pendidikan S:
kesehatan mengenai hipertensi Bpk N mengatakan masih
pengetahuan b/d
Meliputi sering sakit kuduk sampai
Ketidakmampuan Pengertian hipertensi kepala
keluarga dalam Tanda dan gejala Bpk N mengatakan sudah
Penyebab berolahraga
mengenal Komplikasi Bpk N masih suka
karakteristik Memberitahu Pengobatan mengkonsumsi makanan
tradisional berlemak dan masih
penyakit dan Cara memodifikasi mengkonsumsi garam
perawatannya lingkungan pasien O:
hipertensi Bpk N masih Tampak
2. Memberikan masukan/ saran mengkonsumsi makanan
kepada keluarga untuk berlemak dan masih
membawa bpk Suntuk berobat mengkonsumsi garam
ke faskes terdekat sebagai Bpk N tampak sudah sering
kepusan yang baik. makan buah dan sayur
PRE PLANNING
A. Latar Belakang
1. Karakteristik keluarga
masyarakat yang mempunyai penyakit/faktor risiko terhadap penyakit yang mengacam kehidupan
didalam keluarga oleh sebab itu keperawatan keluarga merupakan sasaran keperawatan komunitas selain
individu, kelompok, dan masyarakat. Menurut Friedman, Bowden, & Jones (2010) mendefinisikan
keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena pertalian darah,
Elizabeth (2009) menyatakan bahwa hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang abnormal dan
diukur paling tidak pada tiga kali yang berbeda. Pada umumnya tekanan yang darah normal adalah
kurang dari 120 mmhg untuk sistolik dan 80 mmhg untuk diastolik, serta tekanan darah tinggi adalah
lebih dari 140/90 mmhg dan penyebab yang sering terjadi karena cepatnya jantung untuk berdenyut dan
disertai konsumsi garam yang berlebih. Akibat bila tekanan darah terus meningkat adalah seperti sakit
kepala yang menjalar ke tengkuk/leher belakang terkadang disertai mual muntah, penglihatan menjadi
kabur yang akan berdampak pada cara berjalan yang tidak tegap/sempoyongan serta edema/bengkak pada
bagian tubuh tertentu seperti tangan, kaki bahkan seluruh tubuh. Komplikasi umum yang sering terjadi
terutama sroke karena pembuluh darah di otak pecah. Hipertensi yang tinggi akan menimbulkan
gangguan rasa aman dan nyaman karena kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan
untuk melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan
sebagai ancaman mekanis, kimiawi, dan bakteriologis. Kebutuhan akan keamanan terkait dengan
fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang mengancam
tubuh (misal, penyakit, nyeri, cemas, dan sebaginya). Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat
perasaan cemas dan tidak aman. (Asmadi, 2006) Gangguan rasa aman dan nyaman sering dikaitkan
dengan sensasi yang tidak menyenangkan seperti seseorang dengan nyeri karena nyeri merupakan sebagai
suatu dasar sensasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan tubuh sehingga akan menimbulkan
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibatnya akan timbul rasa nyeri yang
Badan penelitian kesehatan dunia World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan
bahwa penyakit kardiovaskular merupakan pembunuh no 1 dunia untuk usia diatas 45 tahun dan akan
diperkirakan 12 juta orang meninggal setiap tahunnya. Secara global, hipertensi diperkirakan
menyebabkan 7,6 juta kematian atau sekitar 12,8% dari total seluruh kematian. Tekanan darah tinggi
merupakan faktor risiko utama pada penyakit jantung koroner dan stroke iskemik serta hemoragik.
Tingkat tekanan darah telah terbukti positif dan terus berhubungan dengan faktor risiko stroke dan
penyakit jantung koroner, selain penyakti jantung koroner dan stroke, komplikasi hipertensi antara lain
gagal jantung, penyakit pembuluh darah perifer, gangguan ginjal, dan gangguan penglihatan.
Fungsi keluarga secara umum diartikan sebagai hasil akhir atau akibat dari struktur keluarga, menurut
Friedman (2010) menjelaskan terdapat lima fungsi keluarga meliputi fungsi afektif, fungsi sosialisasi dan
tempat bersosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi dan fungsi perawatan kesehatan. Kesanggupan
keluarga melaksanakan perawatan kesehatan didalam keluarga dan pemeliharaan kesehatan keluarga
dapat dilihat dari tugas yang dilakukan didalam keluarga. Menurut Mubarak (2010) tugas kesehatan pada
keluarga meliputi lima hal yaitu: mengenal masalah atau gangguan kesehatan keluarga, mengambil
keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, merawat anggota keluarga yang sakit,
kesehatan.
serta pemeriksaan fisik anggota keluarga , pengkajian strategi koping keluarga penting dalam asuhan
keperawatan keluarga, serta mengkaji kemampuan keluarga dalam mengenal masalah dan merawat
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang
dianggab perlu, untuk memperoleh data yang sistematis dan komprehensif, memastikan atau
membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat
bagi klien (dewi sartika,2020) pemeriksaan fisik pada anggota keluarga penting untuk mengetahui status
Masalah keperawatan keluarga dari hasil data ada salah satu anggota keluarga terkena penyakit
hipertensi dan keluarga tidak mampu mengenal masalah dan merawat anggota keluarga yang sakit. Dan
diagnosa yang muncul Gangguan pemenuhan nutrisi dan defisit pengetahuan tentang Hipertensi.
Sehingga jika tidak ditangani maka akan berakibat buruk pada kesehatan keluarga.
B. Rencana Keperawatan
2. Tujuan Umum :
dapat memahami dan menerapkan cara pencegahan yang benar terhadap penyakit hipertensi
3. Tujuan Khusus
4. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria Struktur
3) Mahasiswa dapat menyiapkan materi, alat-alat dan media sesuai dengan yang diperlukan
b. Kriteria proses
1) 75% dari peserta penyuluhan yang hadir berperan serta secara aktif dalam diskusi.
2) Selama acara penyuluhan berlangsung tidak terjadi penyimpangan dari tujuan yang telah
ditetapkan
c. Kriteria hasil
h) 75% peserta mampu menyebutkan dengan benar makanan yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi
C. Rancangan Kegiatan
1. Topik : Pendidikan kesehatan pada keluarga hipertensi
2. Metoda : Wawancara dan ceramah dan diskusi (tanya jawab)
3. Media : Leaflet
4. Waktu : Di rumah keluarga
5. Strategi pelaksanaan (fase orientasi, kerja dan terminasi)
b. Memperhatikan
b. Menjelaskan Jenis hipertensi demonstrasi dengan
seksama
c. Menjelaskan Penyebab
hipertensi
e. Menjelaskan Komplikasi
hipertensi
f. Menjelaskan Pengobatan
hipertensi
g. Menjelaskan Pencegahan
hipertensi
h. Menjelaskan Makanan yang
dianjurkan untuk penderita
hipertensi
i. Menjelaskan Makanan yang
perlu dihindari
j. Menjelaskan pengobatan
tradisional untuk hipertensi
oleh
Umayra Hijriah
P1337420921208
PALANGKARAYA-ACEH
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistole 140 mmHg atau
lebih dan diastole 90 mmHg atau lebih, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih.
Hipertensi juga dikatakan suatu keadaan dimana pembuluh darah meningkat secara kronis,
dimana jantung bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi dalam
tubuh (S. U. Dewi & Rahmawati, 2019).
Penatalaksanaan hipertensi terdiri dari terapi farmakologi dan non farmakologi.
Terapi farmakologi yaitu dengan minum obat anti hipertensi secara rutin. Kegagalan
terapi farmakologi sering terjadi karena penderita yang kurang patuh minum obat, selain
itu biaya yang dikeluarkan relatif mahal dan dapat menimbulkan efek samping. Dalam
hal ini perawat diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan pada penderita
hipertensi secara non farmakologi. Terapi non farmakologi dapat dilakukan secara
mandiri dengan menjalani pola hidup sehat, salah satunya dengan latihan relaksasi otot
progresif. Selain itu terapi komplementer (pendamping terapi medis) lain yang dapat
menurunkan tekanan darah adalah melakukan rendam kaki air hangat, metode ini sama
dengan berjalan tanpa menggunakan alas kaki selama 30 menit.
Relaksasi otot progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot,
dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks (Purwanto, 2013 dalam
Tyani, 2015). Latihan relaksasi otot progresif mudah dilakukan dan dapat memberikan rasa
nyaman, tenang, dan rileks pada tubuh (Sulidah, 2016). Relaksasi otot progresif memiliki
beberapa manfaat antara lain dapat mengurangi ketegangan otot, mengurangi tingkat stres
dan kecemasan, meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari, meningkatkan
imunitas, sehingga status fungsional, dan kualitas hidup meningkat (Tyani, 2015).
Sedangkan terapi merendam kaki dengan air hangat yang bertemperatur 37,7-40,5
C selama 15-25 menit dapat merangsang syaraf yang ada di kaki untuk bekerja, dan
berfungsi memberikan respon lokal terhadap panas melalui stimulasi ini akan
mengirimkan impuls dari perifer ke hipotalamus untuk memperlebar pembuluh darah
sehingga aliran darah menjadi lancar (Asan, Samboring, & Gatum, 2016). Relaksasi
dengan terapi rendam kaki air hangat merupakan metode yang sederhana, mudah
dilakukan, praktis, biaya yang digunakan terjangkau, bisa dilakukan secara mandiri di
rumah dan tidak mempunyai efek yang merugikan bagi kesehatan tubuh (Ibrahimoglu,
2017).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif dan rendam kaki air
hangat terhadap tekanan darah penderita hipertensi
2. Tujuan khusus
a. Menggambarkan tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi pada latihan relaksasi
otot progresif dan terapi rendam kaki air hangat
b. Menganalisis efektivitas penurunan tekanan darah setelah intervensi latihan relaksasi otot
progresif dan terapi rendam kaki air hangat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Hipertensi
a. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistole 140 mmHg
atau lebih dan diastole 90 mmHg atau lebih, berdasarkan pada dua kali
pengukuran atau lebih. Hipertensi juga dikatakan suatu keadaan dimana pembuluh
darah meningkat secara kronis, dimana jantung bekerja lebih keras untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi dalam tubuh (S. U. Dewi & Rahmawati,
2019).
b. Etiologi
Menurut Triyanto (2014), Padila (2013), Karyadi (2002) penyebab hipertensi
terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi primer sampai saat ini belum dapat diketahui penyebabnya.
Hipertensi primer merupakan hipertensi yang paling banyak terjadi, sekitar
90% kasus hipertensi masuk dalam kategori hipertensi primer. Ada beberapa
faktor yang diduga sering menjadi penyebab hipertensi primer atau esensial,
antara lain genetic (keturunan), usia, jenis kelamin, berat badan/obesitas,
asupan garam berlebih, gaya hidup, faktor stres, dan merokok.
2) Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui. Sekitar 10% dari seluruh kasus hipertensi tergolong hipertensi
sekunder. Beberapa penyebab hipertensi sekunder antara lain penyakit ginjal,
kelainan endokrin, kehamilan dan obat-obatan.
c. Manifestasi klinik
Menurut (Anies, 2018) tanda dan gejala yang umum dialami penderita
hipertensi antara lain :
1) Biasanya orang yang menderita hipertensi akan mengalami sakit kepala dan
pusing akibat tekanan darah naik melebihi batas
2) Wajah akan kemerahan
3) Pada sebagian orang akan mengalami detak jantung yang berdebardebar
4) Pandangan mata menjadi kabur dan tidak jelas
5) Sering buang air kecil dan sulit berkonsentrasi
6) Mudah mengalami kelelahan saat melakukan aktivitas
7) Sering terjadi perdarahan di hidung atau mimisan
8) Gejala hipertensi yang parah dapat menyebabkan vertigo
9) Orang yang mempunyai darah tinggi biasanya sensitif dan mudah marah
terhadap hal-hal sepele yang tidak disukainya
d. Patofisiologi
1) Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pembuluh Darah
Tekanan darah arteri meningkat saat jantung memompa darah dengan
kekuatan yang lebih besar karena dinding arteri yang dilalui menebal, kaku
dan sempit. Dinding pembuluh darah menjadi tebal dan kaku biasanya terjadi
pada orang lanjut usia karena aterosklerosis yang berkembang secara perlahan
Aterosklerosis terjadi karena penumpukan plak disebabkan endothelium
(lapisan sel pada dinding dalam arteri) mengalami kerusakan. Plak yang
menyebabkan aterosklerosis terdiri dari kolesterol, substansi lemak, kalsium,
produk sampah seluler, dan fibrin. Plak akan memperkecil lumen pembuluh
darah dan menyebabkan penyumbatan yang dapat menganggu aliran darah.
Hal tersebut menyebabkan suplai oksigen dari arteri ke organ atau bagian
tubuh tertentu berkurang. Pembuluh darah yang sempit jika dipaksa agar
darah dapat melaluinya menyebabkan tekanan darah naik (Padila, 2013).
2) Sistem Renin-Angiostenin
Ginjal merupakan organ tubuh yang juga berperan penting dalam mengontrol
tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan ekstraseluler dan sekresi renin.
Jika volume cairan dan jumlah natrium dalam tubuh meningkat, maka ginjal
membutuhkan tekanan darah yang tinggi untuk membuangnya (Triyanto,
2014).
3) Sistem Saraf Simpatis
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, dimana
sistem saraf ini bekerja mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari.
Seseorang dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut terjadi. Korteks adrenal
juga mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pada pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin. Pada saat
terjadi vasokonstriksi, tekanan darah juga dapat meningkat dimana arteriola
atau arteri kecil mengalami penyempitan untuk sementara karena adanya
hormon atau rangsangan saraf pada tubuh (Padila, 2013).
2. Terapi relaksasi otot progresif
Relaksasi otot progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot,
dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks (Purwanto, 2013 dalam
Tyani, 2015). Latihan relaksasi otot progresif mudah dilakukan dan dapat memberikan rasa
nyaman, tenang, dan rileks pada tubuh (Sulidah, 2016).
Relaksasi otot progresif memiliki beberapa manfaat antara lain dapat mengurangi
ketegangan otot, mengurangi tingkat stres dan kecemasan, meningkatkan toleransi
terhadap aktivitas sehari-hari, meningkatkan imunitas, sehingga status fungsional, dan
kualitas hidup meningkat (Tyani, 2015).
3. Terapi rendam kaki air hangat
Terapi air adalah suatu terapi komplementer dengan menggunakan air hangat,
secara ilmiah air hangat memiliki dampak fisiologis bagi tubuh yang bisa mengurangi
beban pada sendi, penopang berat badan dan melancarkan sirkulasi peredaran darah, otot
jantung, paru-paru dan menimbulkan rasa rileks pada tubuh. Terapi merendam kaki
dengan air hangat yang bertemperatur 37,7-40,5 C selama 15-25 menit dapat merangsang
syaraf yang ada di kaki untuk bekerja, dan berfungsi memberikan respon lokal terhadap
panas melalui stimulasi ini akan mengirimkan impuls dari perifer ke hipotalamus untuk
memperlebar pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar (Asan, Samboring, &
Gatum, 2016).
Rendam kaki air hangat mempunyai efektivitas dalam menurunkan tekanan darah
karena air hangat dapat mempengaruhi sistem pembuluh darah dengan cara vasodilatasi
dan dapat merileksasi otot-otot pada tubuh terutama pembuluh darah dan otot pada
jantung sehingga dapat memperlancar aliran darah yang ada pada jantung.
B. Manajemen
1. Posisikan klien dengan nyaman
2. Kolaborasi dengan keluarga klien
3. Keamanan dan kenyamanan lingkungan
C. Teknik/cara
1. Terapi relaksasi otot progresif
a. Anjurkan pasien untuk posisi berbaring atau duduk bersandar. (sandaran pada kaki
dan bahu).
b. Bimbing pasien untuk melakukan latihan nafas dalam dan menarik nafas melalui
hidung dan menghembuska dari mulut seperti bersiul.
c. Kepalkan kedua telapak tangan, lalu kencangkan bisep dan lengan bawah selama
lima sampai tujuh detik. Bimbing klien ke daerah otot yang tegang, anjurkan klien
untuk merasakan, dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaksasi 12-30 detik.
d. Kerutkan dahi ke atas pada saat yang sama, tekan kepala mungkin ke belakang, putar
searah jarum jam dan kebalikannya, kemudian anjurkan klien untuk mengerutkan
otot seperti kenari, yaitu cemburut, mata di kedip – kedipkan, monyongkan kedepan,
lidah di tekan kelangit - langit dan bahu dibungkukan selama lima sampai tujuh detik.
Bimbing klien ke daerah otot yang tegang, anjurkan klien untuk memikirkan rasanya,
dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian relaks selama 12-30 detik.
e. Lengkungkan punggung kebelakang sambil menarik nafas napas dalam, dan keluar
lambung, tahan, lalu relaks. Tarik nafas dalam, tekan keluar perut, tahan, relaks.
f. Tarik kaki dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka, tahan, relaks. Lipat ibu jari
secara serentak, kencangkan betis paha dan bokong selama lima sampai tujuh detik,
bimbing klien ke daerah yang tegang, lalu anjurkan klien 10 merasakannya dan
tegangkan otot sepenuhnya, kemudian relaks selama 12-30 detik.
g. Selama melakukan teknik relaksasi, catat respons nonverbal klien. Jika klien menjadi
tidak nyaman, hentikan latihan, dan jika klien terlihat kesulitan, relaksasi hanya pada
bagian tubuh. Lambatkan kecepatan latihan latihan dan berkonsentrasi pada bagian
tubuh yang tegang.
2. Terapi rendam kaki air hangat
a. Menganjurkan pasien untuk duduk
b. Memasang tensimeter ke lengan pasien
c. Mencatat hasil tekanan darah awal
d. Siapkan ember lalu isi dengan air dingin dan air pana sampai seengah penuh lalu
ukur suhu air (37,7-40,5 C) dengan thermometer air
e. Jika kaki tampak kotor, maka disarankan untuk mencuci kaki terlebih dahulu.
f. Celupkan dan rendam kaki sampai betis (10 menit)
g. Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika suhu turun maka tambahkan air
panas (kaki diangkat dari ember) dan ukur kembali suhunya dengan thermometr.
Atau bisa dengan langsung menganti ember yang baru dengan suhu yang sudah
diukur dan pindahkan kaki pasien pada ember selanjutnya atau ember kedua
h. Setelah selesai (10 menit), angkat kaki dan keringkan dengan handuk
i. Mencatat hasil tekanan darah
BAB III
METODOLOGI
A. Topik
Gangguan mobilitas fisik
B. Sub topic
Terapi relaksasi otot progresif dan terapi komplementer: rendam kaki air hangat
C. Pelaksana
Munira Ulfa Muna
D. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif dan rendam kaki air hangat
terhadap tekanan darah penderita hipertensi
E. Tujuan khusus
1. Menggambarkan tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi pada latihan relaksasi
otot progresif dan terapi rendam kaki air hangat
2. Menganalisis efektivitas penurunan tekanan darah setelah intervensi latihan relaksasi
otot progresif dan terapi rendam kaki air hangat.
F. Waktu
Tanggal : sabtu, 23 april
2022 Jam : 14.00 WIB
G. Tempat
Di rumah anak Ny.R
H. Setting
Di kursi
I. Media/alat yang digunakan
1. Ember
2. Thermometer
3. Kursi
4. Sphygmomanometer
J. Prosedur operasional tindakan yang dilakukan
Fase terminasi
Kaji respon klien terhadap teknik relaksasi, dan perubahan tingkat
nyeri pada pasien.
SOP TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT
Fase terminasi
Kaji respon klien terhadap teknik relaksasi, dan perubahan tingkat
nyeri pada pasien.
K. Referensi
Anies. (2018). “Buku Ajar Kedokteran & Kesehatan Penyakit
Degeneratif”. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Azizah. O. C., Hasanah. U., dan Pakarti. T. A. (2021). “Penerapan
Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah Pasien
Hipertensi”. 4(1).
Fadlilah. S., Amestitasih. T., Pebrianda. B., dan Lanni. F. (2021).
“Terapi Komplementer Kombinasi Rendam Kaki Air Hangat dan
Aromaterapi Lemon dalam Menurunkan Tekanan Darah”. 8(2),
84-91
Firdaus., Pranata. L., Manurung. A. (2018). “Comparison Of Heavy
Air Foot Therapy Therapy And Progressive Muscle Relaxation
Technique On Hipertension In Elderly In The Orphanage Of
Tresna Werdha Palembang”. 3(1), 31-40
Nopriani, Y., Prianda, Y., dan Nurul Makiyah S. N. (2018).
“Efektivitas Kombinasi Relaksasi Otot Progresif dan Rendam
Kaki Air Hangat terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi”.
9(2).
Triyanto, E. (2014). “Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi
Secara Terpadu”.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tyani, E. S., Wasito, U., & Yesi, H. N. (2015). “Efektifitas Relaksasi
Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi Esensial”. 2.(2), 1068- 1075.
LOG BOOK PRAKTIK KLINIK KELUARGA DAN KOMUNITAS DI
DESA JEULINGKE KECAMATAN SYAHKUALA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS JEULINGKE BANDA ACEH
Nim: P1337420921208
Rabu, 18 Mei 2022 08.00 Penyerahan mahasiswa statse Berangkat ke puskesmas menghadiri acara
1. penyerahan praktek komunitas dan
10.00 komunitas dan keluarga di
keluarga, sampai di puskesmas menunggu
Puskesmas Jeulingke CI, cara penyerahan di puskesmas yang
dihadiri oleh mahasiswa praktik dan CI, ibu
Suarni
11.00 Pembagaian tugas setiap Bertugas dalam menjaga setiap poli yang
sudah ditepatkan.
14.00 mahasiswa dalam mengelola
poli
Umayra
Kamis, 19 Mei
2. 2022 08. 00 Mengaja Poli NON Infeksius Melakukan pengukuran dan pengkajian
pada pasien yang berkunjung ke poli Non
14.00 Infeksius
1. Senin, 23 Mei 2022 08.00 Mengaja Poli Infeksius Melakukan pengukuran dan pengkajian
pada pasien yang berkunjung ke poli IGD
10.00
Berkumpul dengan kelompok di pukesmas
12.30 Diskusi kelompok melakukan persiapan pengkajian Komunitas
tentang permasalaahan dan kuesioner yang
14.00
ingin ditujukan di desa Jeulingke terkait
permasalahan kurang pengetahun pasien
dengan masalah Hipertensi
2. Selasa, 24 Mei 08.00 Berangkat ke Kantor Geucik Berangkat dari rumah menuju kantor geucik
2022 Jeulingke Jeulingke untuk melakukan pengambilan
10.00 data warga desa jeulingke
4. Kamis, 26 Mei 10.00 Melakukan pengkajian door Melakukan pengkajian pada pasien kelolaan
2022 to door keluarga
5. Jumat, 27 Mei 10.00 Menyusun dan membuat Melakukan tabulasi data anak terkait
2022 tabulasi data masalah kurangnya pengatahuan tentang
hipertensi, kesehatan gigi dan muluj, dan
kebersihan lingkunan di desa Jeulingke.
6. Sabtu, 28 Mei 2022 08.00 Diskusi kelompok Diskusi diruang rapat puskesmas mengenai
rencana kegiatan yang akan di laksanakan.
10.00
1. Selasa, 31 Mei 09.00 Merekap hasil pengkajian menggabungkann tabulasi data pengkajian
2022 dalam laptop yang sudah dilakukan di desa Lamdingin
11.00 terkait orang dewasa, ibu hamil, ibu
menyusui, balita, anak dan anak sekolah.
12.30 Menyetorkan sesuai target Menggabungkan dan menjumlah data orang
pada target anak yang sudah dikaji pada
14.00 semua
2. Kamis, 2 juni 2022 10.00 Menyusun laporan komunitas Menyusun pengkajian laporan komunitas di
target pada anak dan balita desa Jeulingke
11.30 Menyusun analisa data Membuat analisa data sesuai dengan data
pengkajian yang didapat dadi hasil
observasi, wawancara, dan angket yang
dibagikan dengan hasil terdapat masalah
yaitu kurangnya pengetahuan Warga
Jeulingke terhadap Hipertensi dan lesehatan
gigi dan mulut pada anak Pra sekolah.
4. Sabtu, 4 juni 2022 09.00 Berkumpul di Puskesmas Berkumpul di puskesmas untuk rencana
kegiatan yang akan di laksanakan.