Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN MINGGU PERTAMA

DI RUANG TURSINA II

Oleh
UMAYRA HIJRIAH
P1337420921208

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2022
Lampiran 18
KONTRAK BELAJAR (LEARNING CONTRACT) KDP (Squamous Cell Carcinoma)
Nama : Umayra Hijriah NIM : P1337420921208
Ruang : Tursina 2 Stase : KDP
Capaian Srategi/ Metode Referensi Hasil yang diharapkan
Pembelajaran Pembelajaran
Tujuan Umum : Untuk mencapai tujuan 1. http://www.academia.edu Selama pembelajaran praktek klinik
Setelah tersebut saya akan 2. https://www.scribd.com saya kan menunjukan kemampuan saya
menjalankan melakukan : 3. http://snars.web.id/skdi dalam mengelola pasien dan melakukan
praktek klinik di 1. Mencari buku 4. Tim Pokja SIKI asuhan keperawatan pada pasien dengan
ruang tursina 2 sumber yang relavan PPNI(2018). Standar gangguan Squamous Cell Carcinoma
selama 3 minggu, 2. Berkonsultasi Intervensi KeperawataTim dengan bukti :
saya mampu/ dengan CI, perawat Pokja SIKI PPNI (2018). 1. Disetujuinya kontrak belajar dan
Standar Intervensi
kompeten dalam ruangan dan dosen laporan pendahuluan berupa klinikal
Keperawatan Indonesia.
memberi asuhan 3. Ikut berpartisipasi pathways sebelum praktek
Indonesia.Jakata Selatan:
keperawatan pada lansung dalam 2. Tercapainya kegiatan praktek sesuai
DPP PPNI.Jakata Selatan:
pasien dengan melakukan kontrak
DPP PPNI.
gangguan perawatan kepada 3. Terpenuhi target/ kompetensi
Squamous Cell pasien (komunikasi, skill kompetensi)
Carcinoma Mencari jurnal yang 4. Terdokumentasinya kegiatan praktek
relavan di internet
meliputi : pada catatan harian
1. Mengkaji 5. Tercapainya beberapa ketrampilan
riwayat keperawatan yang berhubungan
kesehatan dengan keperawatan pada pasien
pasien dengan kasus Squamous Cell
2. Mengkaji data Carcinoma.
dengan
pendekatan
pola
fungsional
3. Melakukan
pengumpulan
data melalui
pemeriksaan
fisik pada
pasien
4. Melakukan
pengumpulan
data melalui
pemeriksaan
penunjang
5. Pengelompoka
n data untuk
menetapkan
Semarang, 15 Meret 2022
Penyusun,

(Umayra Hijriah)

Menyetujui,
1. Preceptor : (ditanda tangan)

2. Pembimbing Akademik : (ditanda tangan)


FORM LAPORAN AKTIFITAS HARIAN (LOGBOOK)

No Tanggal/ Aktifitas Hasil Yang Kendala Rencana Paraf


Hari Diperoleh Kegiatan
Selanjutnya
1 Selasa, 15 Menyusun Membuat WOC Kurangnya Menuyusun
Maret 2022 WOC dan kebutuhan reverensi dan laporan kasus
membuat nutrisi dan kurang
kontrak belajar membuat dalam
sesuai dengan kontrak belajar pembuatan
kasus selama 1 WOC
minggu
2 Rabu, 16 Membina Pasien dan Tidak ada 1. Membuat video
Maret 2022 hubungan keluarga keterampilan
teurapetik kooperatif klinik
dengan pasien
3 Kamis, 17 1. Membuat Tidak ada 1. Memberikan
Maret 2022 video asuhan
keterampilan keperawatan pada
klinik pasien dengan
masalah kebutuhan
nutrisi
2. Melakukan pre
conference dengan
pembimbing
akademik
4 Jumat, 18 1. Melakukan 1. Masalah Tidak ada Menyusun askep
Maret 2022 asuhan kebutuhan kepada pasien
asuhan nutrisi
keperawatan pasien
pada pasien teratasi
2. Melakukan sebagian
pre 2. Dapat
conference pengarahan
dengan untuk
pembimbing mempersiap
akademik kan laporan
yang akan
dikumpulka
n pada
minggu 1
5 Sabtu, 19 Asuhan Pasien Menargetkan
Maret 2022 keperawatan pulang pengumpulan
dihentikan laporan minggu 1
yang dikirimkan ke
helti

LAPORAN PENDAHULUAN PADA T.n A DENGAN DIANGNOSA


SQUAMOUS CELL CARCINOMA
DI RUANG TURSINA II

Oleh
UMAYRA HIJRIAH
P1337420921208

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2022
A. Oral Squamous Cell Carcinoma
Squamous Cell Carcinoma bentuk kedua paling umum dari kanker
kulit setelah basal cell carcinoma (BCC). Beberapa kasus yang disebabkan
oleh SCC meningkat setiap tahunnya dan tidak menunjukkan adanya tanda
tanda penurunan.
Squamous Cell Carsinoma adalah kanker kulit yang tumbuh cukup
lambat. Tidak seperti jenis kanker kulit lainnya, ia dapat menyebar ke
jaringan, tulang, dan kelenjar getah bening di dekatnya, di mana hal itu
mungkin menjadi sulit untuk diobati. Sekitar 90% kanker mulut adalah SCC,
yang biasanya terlihat pada batas lateral lidah, orofaring, dan dasar mulut,
seperti lesi merah (eritroplakia), lesi putih (leukoplakia), atau campuran
keduanya (eritroleukoplakia) dengan ulkus.
Squamous Cell Carcinoma sangat umum terjadi di negara
berkembang, kebanyakan pada laki-laki yang lebih tua, hal ini disebabkan
karena adanya kecendrungan pada untuk memiliki kebiasaan mengkonsumsi
tembakau dan alcohol, namun hal ini dapat juga terjadi pada wanita yang
mengkonsumsi tembakau dan alkohol. Ada kekhawatiran tentang
peningkatan berkelanjutan pada pasien yang lebih muda dan terutama pada
wanita, dan juga pada orofaring, kemungkinan karena infeksi virus HPV
(human papillomavirus).
B. Faktor Penyebab Oral Squamous Cell Carcinoma

Faktor penyebab dari oral squamous cell carcinoma dapat dilihat pada
tabel berikut (Butterworth et al., 2000) :

Faktor risiko yang telah Merokok/ tembakau – rokok, cerutu, pipes,


ditetapkan bidis
Smokeless tobacco – mengunyah tembakau,
atau produk yang tidak terbakar lainnya.
Mengunyah betel quid/paan/guktha
Konsumsi alcohol yang tinggi (sinergis dengan
tembakau)
Adanya keadaan yang berpotensi malignant
Adanya riwayat kanker rongga mulut dan
saluran cerna
Paparan sinar matahari berlebih atau radiasi
(untuk kanker pada bibir)
Usia, dikaitkan dengan faktor risiko lainnya
Faktor risiko lainnya Kurangnya konsumsi buah segar dan sayur
Infeksi virus, misalnya human
papillomaviruses (HPVs)
Penyakit yang dapat menekan system imun

Minum mate
Sepsis kronik dalam mulut

Beberapa faktor etiologi dari oral squamous cell carcinoma adalah:

 Tembakau dan Alkohol : 75% dari seluruh kanker mulut dan faring di
Amerika Serikat berhubungan dengan penggunaan tembakau yaitu
termasuk merokok dan mengkonsumsi alkohol. Penggunaan alkohol
dengan rokok bersama-sama secara signifikan memiliki resiko yang lebih
tinggi daripada digunakan secara terpisah. Merokok cerutu dan merokok
menggunakan pipa mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap kanker
mulut dibandingkan dengan merokok kretek.

 Bahan Kimia : Sebagian besar bahan-bahan kimia berhubungan dengan


terjadinya kanker. Bahan-bahan yang dapat menimbulkan kanker di
lingkungan antara lain, seperti cool tar, polycylic aromatic hydrocarbons,
aromatic amines, nitrat, nitrit, dan nitrosamin.
 Nutrisi : Pola diet makanan sangat berpengaruh terhadap timbulnya
kanker. Defisiensi dari beberapa mikronutriensi seperti vitamin A, C, E,
dan Fe dilaporkan mempunyai hubungan dengan terjadinya kanker.
Vitamin-vitamin tersebut mempunyai efek antioksidan. Defisiensi zat besi
yang menyebabkan anemia. Radiasi sinar ultraviolet adalah suatu bahan
yang diketahui bersifat karsinogenik. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Takeichi dkk, (1983) terhadap efek radiasi di Hiroshima
dan Nagasaki Jepang, melaporkan bahwa terjadi peningkatan insidensi
kanker kelenjar ludah pada orang yang selamat setelah terkena radiasi bom
atom pada periode antara 1957-1970, terjadinya kanker 2,6 kali lebih
tinggi dibandingkan yang tidak terkena radiasi.

 Faktor genetik : Seseorang yang memiliki riwayat keluarga menderita


kanker memiliki risiko terkena kanker sebanyak 3 sampai 4 kali lebih
besar dari yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita kanker.
 Sistem Kekebalan Tubuh : Dilaporkan bahwa ada peningkatan insidensi
kanker pada pasien yang mendapat penekanan sistem kekebalan tubuh,
seperti pada penderita transplantasi, AIDS, dan defisiensi kekebalan
genetik. Insidensi tumor pada pasien yang mendapat tekanan sistem
kekebalan tubuh sebesar 10%. Gangguan sistem kekebalan selain
disebabkan kerusakan genetik juga disebabkan oleh penuaan, obat-obatan,
infeksi virus.
Dari beberapa faktor risiko di atas, usia sebenarnya bukan merupakan
faktor risiko, tetapi dimasukkan dalam faktor risiko karena paparan terhadap
faktor-faktor risiko lainnya akan meningkat sesuai dengan usia.
Bagaimanapun bahwa kanker mulut tidak hanya terjadi pada usia tua.
C. Manisfestasi Klinis
Menurut Medawati. (2013), Pembengkakan atau ulkus yang teraba, rasa nyeri pada
lidah, warna putih atau merah pada lidah, rasa nyeri menyebar ke leher atau telinga,
terdapat pembengkakan di leher dan meraskan kesukaran atau rasa nyeri pada waktu
menelan.
Gambaran klinis karsinoma sel skuamosa meliputi:
1. Eksofitik (pembentukan massa
Pertumbuhan eksofitik (lesi superfisial) dapat berbentuk bunga kol atau papiler,
dan mudah berdarah
2. Endofitik (berlubang dan ulserasi)
Untuk pertumbuhan endofitik biasanya terdapat batas tegas antara lesi dan jaringan
normal invasinya dapat merusak tulang yang dapat menyebabkan nyeri dan
penampakan pada radiografnya adalah radiolucency yang hampir sama dengan
penyakit osteomyelitis.Penampakan klinis berupa ulser dengan diameter kurang
dari 2 cm, kebanyakan berwarna merah dengan atau tanpa disertai komponen
putih, licin, halus dan memperlihatkan elevasi yang minimal. Karakteristik dari
lesi karsinoma yang berlubang dengan dasar merah dan ditutupi oleh krusta
karena hiposalivasi
3. Leukoplakia (bercak putih),
4. Eritroplakia (bercak merah),
5. Eritroleukoplakia (kombinasi bercak merah dan putih.
D. Klasifikasi
Tabel 1.1
Menurut Wahyuni, 2012 Klasifikasi stadium TNM karsinoma lidah berdasarkan kesepakatan
Amerika Serikat (AJCC) dan Perancis (UICC) edisi 7 tahun 2010
Tumor Kelenjar Metastasis
primer getah bening jauh
regional
Tx Tumor primer Nx metastasis kel Mx Metastasis
tidak dapat limfe jauh tidak
dinilai regional tidak dapat dinilai
dapat dinilai
TO tidak tampak NO tidak teraba MO Tidak ada
tumor pembesaran metastasis
kelenjar jauh Tis
tumor in situ
Tis tumor in situ N1 diameter < 3 M1 terdapat
cm, tunggal, metastasis
ipsilateral jauh
T1 diameter < 2 N2a diameter 3-6
cm cm, tunggal,
ipsilateral
T2 diameter antara N2b diameter < 6
2-4 cm cm, multipel,
ipsilateral
T3 diameter > 4 N2c diameter < 6
cm, cm, bilateral
atau
kontralateral
E. Patofisiologi
Robbins dan Cotran (2009) menyebutkan sembilan puluh lima persen semua jenis
kanker oral merupakan karsinoma skuamosa; penyakit kanker ini secara khas didiagnosis
pada usia antara 56 dan 70 tahun dan paling sering ditemukan pada dasar mulut,lidah,
palatum mole, serta bagian pangkal lidah. Lesi dapat menonjol, keras, berulkus, atau
veruksa; secara histologik, kanker tersebut merupakan karsinoma skuamosa yang tipikal
dengan berbagai diferensiasi. Kanker ini cenderung mengadakan infiltrasi lokal sebelum
bermetastasis, khususnya ke limfonodi , paru-paru, hati, dan tulang. Prognosis yang paling
baik terlihat pada lesi bibir dan yang paling buruk pada dasar mulut serta bagian pangkal
lidah (angka kelangsungan hidup 5 tahun adalan 20-30%). Patogenesis:
1. Tembakau dan alkohol merupakan korelasi yang paling sering ditemukan para
perokok menghadapi risiko 15 kali lipat lebih besar (daripada bukan perokok) untuk
mengalami keganasan.
2. Human papillomavirus (HPV) tipe 6, 16, dan 18 turut terlibat pada 10% hingga 15%.
3. Kebiasaan mengunyah gambir atau menyirih marupakan merupakan penyebab
penting di India dan sebagian negara Asia.
4. Faktor genetik dapat ikut memainkan peranan (delesi pada kromosom 18q, 10q, 8q,
dan 3q turut terkait.
Prof. dr. Win de Jong menyebutkan resiko meningkat akibat alkohol dan tembakau dan
faktor penyebab lain yang ikut berperan. Misalnya rangsangan kronis pada selaput lendir
karena kurangnya kebersihan mulut dan gigi-geligi atau gigi palus yang longgar. Gejala
pertamanya seperti pada sebagian besar keganasan, adalah penyimpangan yang tidak
terasa nyeri, tidak menyebabkan kesulitan, dan sesuatu yang dapat diremehkan. Lama
kelamaan terjadi sebuah borok kecil dan kemudian borok yang cukup luas. Sebuah
bengkakkecil di dasar mulut yang dapat bergerak dan gidak terasa nyeri, serta agak
tersembunyi I belakang tepi rahang, dapat merupakan penyebaran kelenjar limfe. Untuk
menentukan diagnosisnya senantiasa diperlukan: anamnesis, pemeriksaan mulut,
perabaan, dan biopsy. Penyimpangan praganas yang terjadi di selaput lendir mulut disebut
leukoplakia, berupa daerah agak putih dengan permukaan agak kasar yang muncul di tepi
lidah, di sebelah dalam pipi atau di tempat lain di mulut. Pada stadium ini, dapat ditangani
secara memadai tanpa banyak kesulitan. Terapi bedah radikal dahulu disebut
komandoreseksi karena diperluakna seorang komandan yaitu salah seorang anggota tim,
yang menjaga agar seluruh tim selama proses pembedahan (bedah kepala, leher, rahang,
dan rekonstruktif) tetap berada pada arah yang benar. Ini disebabkan pada suau reseksi
radikal, sering juga diperlukan pemotongan rahang dan atau pembuangan lidah. Angka
harapan hidup lima tahunannya antara 40-50 persen.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi CT Scan atau MRI dapat digunakan untuk menentukan batas
dan ukuran tumor serta keterlibatan kelenjar getah bening leher. Pembesaran kelenjar
getah bening lebih dari satu sentimeter dapat dideteksi pada pemeriksaan CT scan.
Pemeriksaan CT scan juga dapat mendeteksi penjalaran karsinoma lidah ke tulang
berupa nekrosis tulang, sedangkan MRI dapat mendeteksi luasnya suatu massa pada
jaringan lunak. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
metastasis jauh adalah foto toraks dan pemeriksaan fungsi hati.
G. Penatalaksanaan
Saat ini perawatan kanker rongga mulut masih menggunakan cara yang konvensial,
seperti keoterapi, radioterapi, imunoterapi, pembedahan dan terapi kombinasi. Perawatan
secara konvensional belum menunjukkan peningkatan lamanya hidup penderita secara
signifikan, oleh sebab itu diperlukan strategi terapi baru untuk menghambat pertumbuhan
sel kanker secara efektif dan efisien tanpa efek samping yang besar.
Terapi karsinoma sel skuamosa dapat melibatkan satu atau beberapa terapi sekaligus,
terdiri dari: pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Lokasi dan luas dari lesi
berpengaruh dalam pemilihan terapi yang tepat. Terapi yang paling sering digunakan
adalah terapi menggunakan radioterapi. Kanker rongga mulut pada lidah mempunyai
invasi lokal dan metastasis regional yang tinggi ke limfonodi servikal, dan sering
menyebabkan rekurensi local.
1. Pembedahan
a. Tumor primer
Tindakan pembedahan karsinoma lidah pada bagian anterior lidah dilakukan
dengan pendekatan transoral berupa eksisi luas, hemiglosektomi atau glosektomi
subtotal. Eksisi luas merupakan teknik pengambilan jaringan lidah kurang dari
separuh lidah. Hemiglosektomi adalah pengambilan separuh jaringan lidah.
Glosektomi subtotal adalah pengambilan jaringan lidah lebih dari separuh tetapi
tidak sampai seluruh lidah terambil. Glosektomi total adalah mengambil seluruh
jaringan lidah. Glosektomi total dilakukan pada karsinoma lidah yang luas,
karsinoma yang melibatkan dua sisi pangkal lidah dan permukaan ventral lidah.
Pull-through operation dilakukan pada karsinoma lidah yang menyebar ke dasar
mulut. Pendekatan ini dilakukan dengan cara insisi horisontal pada leher atas dan
flap diangkat untuk memperluas lapang pandang. Kemudian tumor ditarik dari
bawah dagu tanpa merusak merusak lengkung mandibula.
Pada tumor besar yang melekat ke mandibula dapat dilakukan dengan tehnik ini
dilanjutkan diseksi leher serta mandibulektomi marginal.
Pada karsinoma lidah yang sudah menyebar ke mandibula sebaiknya dilakukan dengan
pendekatan commando jaw-neck resection atau jaw-tongue-neck resection dimana
selain dilakukan pengambilan tumor lidah juga dilakukan hemimandibulektomi dan
diseksi leher ipsilateral. Pada tumor pangkal lidah jarang dilakukan tehnik transoral
tetapi melalui transhioid seperti transhioid faringotomi dan faringotomi lateral.
Tehnik transhioid faringotomi digunakan untuk mengangkat tumor kecil pada
pangkal lidah. Dilakukan pemotongan tulang hioid dan mengikutsertakan valekula.
Hal yang perlu diperhatikan pada tehnik ini adalah menghindari kerusakan
lingualis dan N. hipoglosus pada sisi lesi. Meskipun dengan tehnik ini menghasilkan
lapangan operasi yang terbatas tetapi keuntungannya dapat mempertahankan
integritas mandibula dan mobilitas lidah. Pada tumor yang besar digunakan
kombinasi pendekatan transoral dan transhioid. Pendekatan faringotomi lateral
menghasilkan lapangan operasi yang cukup luas untuk pengangkatan tumor pangkal
lidah. Prosedur operasi ini cukup sulit dilakukan dan mempunyai resiko terjadi
trauma n. lingualis, n. hipoglosus dan n. laringeus superior Pendekatan anterior
midline glossotomy digunakan untuk pengangkatan tumor yang kecil dan terbatas
pada dasar lidah. Pada tehnik ini lidah dibagi 2 pada bagian anteromidline dimana
daerah ini relatif avaskular dan mudah mencapai daerah dasar lidah.
Metode operasi yang lebih baik tanpa mengganggu fungsi menelan yaitu
melalui pendekatan mandibulotomi median dengan ekstensi paralingual atau the
mandibular swing operation. Pendekatan ini dilakukan dengan membuat insisi
secara vertikal melalui bibir bawah membelok pada dagu sekitar protuberansia
mental, kemudian dilanjutkan dengan memotong bagian lateral dasar mulut.
Keuntungan pendekatan ini adalah menyediakan lapang pandang operasi yang cukup
luas sehingga tumor dapat diangkat secara intoto. Tetapi pendekatan ini
menimbulkan komplikasi kosmetik, perdarahan dan gangguan fungsi yang minimal.
b. Tumor leher
Lidah mempunyai drainase limfatik yang sangat banyak sehingga cepat terjadi
metastasis regional berupa pembesaran kelenjar getah bening leher. Sekitar 40%
penderita karsinoma lidah sudah terdapat tumor metastasis di leher saat pertama kali
datang berobat. Meskipun secara klinis tidak teraba pembesaran kelenjar leher (NO),
tetapi pada pemeriksaan histopatologis sudah didapatkan adanya mikro
metastasis.
Atas dasar pertimbangan ini maka pada kasus karsinoma lidah dengan N0 perlu
dilakukan diseksi leher elektif yaitu diseksi kelenjar getah bening leher bagian atas
(upper neck dissection / UND) berupa diseksi leher supra omohioid (supra
omohyoid neck dissection / SOND). Pada karsinoma lidah dengan pembesaran tumor
leher terutama bila dari hasil potong beku atau VC didapatkan keganasan maka
dilakukan diseksi leher terapeutik berupa diseksi leher radikal modifikasi (modified
radical neck dissection / MRND) atau diseksi leher radikal (radical neck dissection /
RND).
Diseksi leher selektif dilakukan untuk mengangkat kelompok kelenjar getah bening
yang berada pada level yang sesuai tempat metastasis tumor primer dengan
mempertahankan sternokleidomastoideus, jugularis interna dan spinal asesorius.
Terdapat 4 tipe diseksi leher selektif dan salah satunya adalah diseksi leher supra
omohioid yaitu mengangkat kelompok kelenjar getah bening pada level I – III.
Diseksi leher radikal modifikasi dilakukan untuk mengangkat secara bersamaan
semua kelompok kelenjar getah bening dan jaringan ikat yang terletak pada level I –
V dengan mempertahankan salah satu dari sternokleidomastoideus, jugularis interna
atau spinal asesorius. Diseksi leher radikal adalah mengangkat secara bersamaan
semua kelompok kelenjar getah bening dan jaringan ikat yang terletak antara
mandibula dan klavikula, termasuk mengangkat sternokleidomastoideus, jugularis
interna dan spinal asesorius pada level I – V.
1. Radioterapi
Karsinoma lidah dapat dilakukan dengan terapi radiasi eksternal maupun
radiasi internal. Sebelum radioterapi harus diperhatikan higiene rongga mulut
yang baik dengan membersihkan atau mencabut gigi yang karies, mencegah
dan mengeliminasi sumber infeksi dari dental.
Pada tumor primer T1 dengan lokasi dimana saja pada lidah dapat
dilakukan radioterapi dengan menggunakan brakiterapi implan jarum Ir-192.
Pada tumor primer T2 dan T3 yang eksofitik atau dengan infiltrasi minimal
diberikan radioterapi eksternal menggunakan radiasi sinar X, Co-60 dengan
dosis 40-60 Gy selama 4-6 minggu selanjutnya diberikan radiasi internal
implan interstisial. Pada penderita yang tidak dapat dilakukan tindakan
pembedahan diberikan radiasi ekternal paliatif dengan dosis total 70 Gy/7
minggu. Dosis yang diterima medula spinal dibatasi kurang dari 40 Gy untuk
mencegah mielitis radiasi.
1. Kombinasi pembedahan dan radioterapi
Terapi kombinasi pembedahan dan radioterapi memberikan hasil terapi
yang lebih baik untuk karsinoma lidah stadium III dan IV. Terapi kombinasi
dilakukan dengan 2 cara yaitu terapi kombinasi terencana dan terapi kombinasi
tanpa rencana. :

a. Terapi kombinasi terencana yaitu dilakukan pembedahan untuk mengambil semua


tumor yang nampak dan teraba sampai 1–2 cm dari tepi tumor yang merupakan
jaringan normal. Selanjutnya dilakukan radioterapi untuk eradikasi tumor residu
secara mikroskopik.
b. Terapi kombinasi tanpa rencana dilakukan sebagai terapi kuratif dan belum ada
kesepakatan tentang waktu untuk dilakukan radioterapi. Keuntungan pemberian
radioterapi preoperatif adalah sel kanker pada tepi tumor menjadi inaktif,
radioterapi menyebabkan sklerosis dan menyumbat aliran kelenjar getah bening
serta mengurangi penyebaran karsinoma saat pembedahan. Tetapi radioterapi
preoperatif menyebabkan gangguan penyembuhan luka seperti fistula
orofaringokutan, luka yang mengelupas serta ruptur vaskuler. Saat ini ada
kecenderungan untuk melakukan pembedahan terlebih dahulu dan selanjutnya
diberikan radioterapi. Keuntungan pendekatan ini adalah morbiditas operasi dapat
dikurangi dan kerugiannya adalah apabila terjadi komplikasi pembedahan maka
pemberian radioterapi menjadi terlambat dan tidak efektif.
1. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan pada karsinoma stadium lanjut dan sebagai terapi
paliatif pada tumor rekuren untuk mengurangi rasa nyeri. Regimen yang
digunakan adalah cisplatin dan 5-fluorouracil.

G. Diagnosis Squamous Cell Carcinoma

Pemeriksaan intra oral dilakukan untuk mengamati secara klinis adanya


kelainan atau anomali pada daerah mulut. Biopsi dilakukan bila ditemukan lesi
yang dicurigai, maka dapat dilakukan biopsi untuk melihat gambaran secara
mikroskopis. Gambaran histopatologis pada karsinoma sel skuamosa telah
dijelaskan pada sub bab histopatologis karsinoma sel skuamosa.
Keberhasilan dari suatu pengobatan dan kesempatan hidup dari pasien
dengan kanker mulut sangat bergantung dari diagnosis yang baik dari tumor
tersebut dan lesi prekursornya. Prosedur diagnosis Squamous cell Carcinoma
adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan visual dan palpasi pada
seluruh permukaan mukosa, palpasi bimanual pada dasar mulut, dan
pemeriksaan klinis pada leher untuk mencari ada tidaknya keterlibatan
nodul limfatik (Barnes et al., 2005).
b. Toluidine blue staining
Toluidine blue adalah pewarna yang mudah diserap. Untuk
pewarnaan intravital, 1% larutan toluidine blue diaplikasikan pada
mukosa rongga mulut dan dihilangkan setelah satu sampai dua menit
dengan 2% asam asetat. Toluidine blue berdifusi menuju sel, mewarnai
nukleusnya. Sel mukosa rongga mulut yang malignan memiliki nucleus
yang lebih besar dibandingkan sel yang normal dan setelah pewarnaan
terlihat lebih gelap. Metode ini dapat membantu mendeteksi lesi dengan
potensi malignan pada pasien beresiko tinggi serta membantu memilih
area untuk dibiopsi (Driemel et al., 2007).
Namun adanya peningkatan rasio nucleus/plasma pada sel yang
tidak malignan, tumor jinak, atau sel yang mengalami perubahan radang
dapat memberikan hasil yang ambigu, hal ini membatasi ketepatan dari
hasil dengan pewarnaan toluidine blue. Penggunaan toluidine blue lebih
tepat digunakan untuk mengidentifikasi carcinoma invasive namun
asimptomatik yang dapat terlewatkan dalam pemeriksaan klinis (Driemel
et al., 2007).

c. Photodynamic diagnosis
Diagnosis photodynamic atau fluorescence diagnosis pada oral
carcinoma menggunakan 5-aminolevulinic acid (5-ALA), yang
diproduksi oleh tubuh pada sintesis heme sebagai photosensitizing stain.
Aplikasi secara topical dari 5-ALA menstimulasi meningkatnya produksi
dan akumulasi intraselular dari protoporphyrin IX pada jaringan
dysplastic dan cancerous, yang sensitive terhadap paparan cahaya
dengan panjang gelombang 405 nm. Jaringan fluorescent dicurigai
sebagai jaringan malignan dan harus dibiopsi (Driemel et al., 2007).
d. Autofluorescence
Autofluorescence mendeskripsikan karakteristik biologis dari suatu
jaringan yang mengkilap saat dipaparkan cahaya dengan gelombang
yang sesuai, efek ini disebabkan oleh adanya fluorophores seperti flavin,
tryptophan, elastin, dan collagen. Pada sel yang malignan, glikolisis
umumnya dilakukan secara anaerob, sedangkan sel normal umumnya
melakukan glikolisis secara aerob. Mononucleotide flavin berfungsi
sebagai coenzyme pada glikolisis aerob, namun tidak terdapat pada
glikolisis secara anaerob. Saat distimulasi oleh cahaya biru, flavin
memancarkan cahaya hijau sehingga dapat membedakan jaringan sehat
dengan jaringan kanker yang terlihat gelap (Driemel et al., 2007).
e. Biopsi
Diagnosis ditetapkan melalui biopsi. Specimen diambil dari area
yang paling dicurigai secara klinis dengan menghindari area yang
mengalami nekrosis dan ulserasi, lebih dari satu area biopsi dapat
dibutuhkan. Pada pasien dengan nodul limfatik yang membesar dan
tumor primer yang jelas terlihat pada rongga mulut atau orofaring, biopsi
tidak selalu diambil melalui area primer tersebut dan nodul limfatik,
pada situasi tersebut, aspirasi sitologi dapat dilakukan untuk mencari
tahu keterlibatan dari nodul limfatik (Barnes et al., 2005).

Jika tidak ditemukan letak tumor primer pada pasien dengan nodul
limfatik yang membesar, aspirasi pada nodul limfatik dapat dilakukan
untuk menetapkan diagnosis. Pada pasien yang dilakukan aspirasi
menunjukan hasil non-diagnostic dan terdapat kecurigaan adanya
Squamous Cell Carcinoma, biopsi dilakukan dengan melakukan eksisi
pada nodul limfatik. (Barnes et al., 2005).
Prosedur mencari tumor primer dapat dilakukan dengan direct
pharyngolaryngoscopy, kemudian dilanjutkan dengan biopsi pada area
dengan resiko terjadinya SCC terbanyak seperti dasar lidah, nasofaring,
dan lain-lain (Barnes et al., 2005).
H. Tampilan Klinis Oral Squamous Cell Carcinoma
Menurut Neville, et al. Squamous cell carcinoma memiliki beragam
gambara klinis yaitu:
a. Exophytic (pembentuk massa)
b. Endophytic (berlubang dan ulserasi).
c. Leukoplakia (bercak putih)
d. Erythroplakia (bercak merah)
e. Erythroleukoplakia (kombinasi bercak merah dan putih)
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, M. L. (2014). Nurse to Nurse Palliative Care. Jakarta: Salemba Medika.


Driemel, O., Kunkel, M., Hullmann, M., Eggeling, F., Müller-Richter, U., Kosmehl, H. and
Reichert, T. (2007). Diagnosis of oral squamous cell carcinoma and its precursor
lesions. JDDG, [online] 5(12), pp.1096-1100. Diakses pada:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/.pdf
Jong, Win de Prof. dr. 2005. Kanker, Apakah Itu?. Jakarta: Arcan.
Medawati, A. (2013). Karsinoma Sel Skuamosa Sebagai Salah Satu Kanker Rongga Mulut
Dan Permasalahannya. Insisiva Dental Journal, 2(1).
Rasjidi, I. (2010). Perawatan Palliatif Suportif & Bebas Nyeri pada Kanker. Jakarta: Sagung
Seto.
Robbins & Cotran. 2009 Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC.
Suhartiningtyas, D., Chrismawaty, B. E., Agustina, D., & Subagyo, G. (2012). Toluidine Blue
Vital Staining sebagai Alat Bantu Diagnostik pada Karsinoma Sel Skuamosa Lidah.
Majalah Kedokteran Gigi, 19(2012).
Wahyuni, A. (2012). Diagnosis Dan Penatalaksanaan Karsinoma Lidah. Vol 1. Jurnal THT
Universitas Airlangga, 44-61
Wahyuni dan kontjono. 2012. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Karsinoma Lidah. Jurnal THT-
KL.Vol. 5, No.1, Januari – April 2012, hlm. 44 – 61,
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtkl1f3d8dc6c1full.pdf, 16 Meret
2022
WOC
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI
DI RUANG THURSINA 2

oleh
Umayra Hijriah
P1337420921208

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022
A. KONSEP DASAR

1. DEFINISI

Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Pada umumnya
tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi organ dan
pergerakan badan. Ketika energi tunuh dipenuhi lengkap oleh asupan kalori pada
makanan. Ketika energy tubuh dipenuhi lengkap oleh asupan kalori pada makanan, maka
berat badan tidak berubah. Jika pemasukan kalori melebihi kebutuhan energi, maka berat
seseorang akan bertambah, begitu juga sebaliknya. (Potter Perry, 1997).

Makanan terkadang digambarkan menurut kepadatan nutrient. Proporsi nutrient


penting untuk jumlah kalori. Makanan dengan kepadatan nutrient tinggi menyediakan
sejumlah besar nutrient yang berhubungan dengan kalori. (A. Aziz Alimul, 2006)

2. JENIS NUTRISI

Nutrisi yang terkandung dalam suatu makan sebagian besar terdiri dari enam
kategori, yaitu :

a. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energy utama dalam diet. Tiap gram


karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori. Karbohidrat diperoleh terutama dari
tumbuhan, kecuali laktosa.

Tanaman menyimpan karbohidrat seperti tepung. Zat tepung dibuat dari biji
yang tertutup oleh dinding sel. Karbohidrat sendiri punya peranan dalam nutrisi
manusia karena bias menambah serat untuk diet. Serat berguna pada pencegahan
dan penyembuhan penyakit ketika pemberian makanan melalui selang.

b. Protein

Protein berfungsi pada tubuh untuk mensitesis jaringan tubuh dalam


pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan. Protein yang lengkap terdiri dari semua
asam amino essensial dalam kualitas yang cukup untuk pertumbuhan dan
mempertahankan keseimbangan nitrogen dalam tubuh. Ketika tubuh dalam keadaan
nitrogen lebih, maka maka tubuh dalam keseimbangan nitrogen positive. Nitrogen
yang berlebih akan digunakan untuk pembangunan, perbaikan, dan penempatan
kembali jaringan tubuh.
c. Lipid

Lipid merupakan bentuk penghasul energy tubuh utama. Monogliserida dari


porsi lipid yang dicerna dapat diubah menjadi glukosa dalam proses
glukoneogenesis. Semua sel tubuh kecuali sel darah merah dan neuron dapat
mengoksidasi asam lemak dari energy.

d. Air

Air merupakan komponen kritis dalam bentuk cairan dalam tubuh karena fungsi
sel bergantung pada lingkungan cair. Air menyusun 60 % - 70 % dari seluruh berat
badan. Ketika kehilangan air, seseorang dapat bertahan tidak lebih dari beberapa
jam di padang pasir atau beberapa hari di lingkungan yang sangat terlindungi.

Kebutuhan cairan dipenuhi oleh konsumsi cairan dan makanan padat yang
tinggi kadar air, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. Orang yang sakit
mengalami peningkatan kebutuhan cairan seperti penderita demam.

e. Vitamin

Vitamin merupakan substansi organic dalam jumlah kecil pada makanan yang
essensial untuk metabolisme normal. Vitamin terbagi menjadi 2 jenis yaitu vitamin
larut air yang terdiri dari vitamin C dan B, sedang vitamin yang lainnya masuk
kedalam klasifikasi vitamin larut lemak seperti vitamin A,D,E, dan K.

f. Mineral

Mineral adalah elemen essensial nonorganic pada tubuh sebagai katalis dalam
reaksi biokimia. Kenutuhan mineral sehari-hari adalah 100 mg. ketika berkurang
maka elemen renik juga akan berkurang dari kadar kebutuhan sehari-hari.

(Potter, Perry 1997)

3. GANGGUAN NUTRISI

Gangguan nutrisi seperti mal nutrisi biasanya terjadi pada klien-klien yang
mengalami gangguan dalam saluran gastrointestinalnya. Klien yang dianjurkan untuk
tidak mengkonsumsi melalui mulut biasanya beresiko mempunyai gangguan pada
nutrisinya. Asupan makanan terkadang berubah pada pasien operatif. Persiapan operasi
biasanya melibatkan pembersihan perut minimal 8 jam berpuasa. Permulaan asupan
makanan pascaoperasi bergantung pada pengembalian fungsi perut, tingkat prosedur
bedah, keberadaaan komplikasi apapun, dan pilihan pembedah untuk mengawali
pemberian makanan. (Johnson, 2000)

4. TANDA DAN GEJALA KEKURANGAN NUTRISI

Tanda-tanda subjektif dari pasien biasanya pasien mengeluh seperti :

 Mual

 Anoreksia

 Lemas

 Lesu

Sedangkan tanda-tanda obyektif yang muncul akibat gangguan nutrisi biasanya seperti :

 Rambut berserabut, kusam ,kusut, kering tipis, dan kasar

 Kulit kasar, kering, pucat, bersisik

 Wajah mengalami diskolorasi, bersisik, bengkak, kulit gelap di pipi dan di bawah
mata

 Konjungtiva pucat, konjungtiva serosis

 Bibir kering, lesi anguler pada sudut mulut

(Carpenito, 1995)

5. PATHWAYS

Malnutrisi Kerusakan saluran pencernaan

Kurangnya nutrisi masuk Gangguan makanan yg dicerna

ke sel

Sel kekurangan nutrisi Terjadinya mual dan refluks


Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Lemah Lemas Gangguan aktifitas Berat badan turun

6. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi
 Fisiologis (intake nutrient)
- Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
- Pengetahuan
- Gangguan menelan
- Perasaan tidak nyaman setelah makan
- Anoreksia
- Nausea dan vomitus
- Intake kalori dan lemak yang berlebih
 Kemampuan mencerna nutrient
- Obstruksi saluran cerna
- Malaborbsi nutrient
- DM
 Kebutuhan metabolism
- Pertumbuhan
- Stres
- Kondisi yang meningkatkan BMR (latihan,hipertyroid)
- Kanker
 Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan makan yang baik perlu diterapkan pada usia toddler
 Kebudayaan dan kepercayaan
Kebudayaan orang asia lebih memilih padi sebagai makanan pokok
 Sumber ekonomi
 Tinggal sendiri
Seseorang yang hidup sendirian sering tidak mempedulikan tugas memasak
untuk menyediakan makanannya.
 Kelemahan fisik
Contohnya atritis atau cedera serebrovaskular (CVA) yang menyebabkan
kesulitan untuk berbelanja dan masak. Mereka tidak mampu merencanakan dan
menyediakan makanannya sendiri.
 Kehilangan
Terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk mereka
sendiri. Mereka biasanya tidak memahami nilai suatu makanan yang gizinya
seimbang.
 Depresi
Menyebabkan kehilangan nafsu makan. Mereka tidak mau bersusah payah
berbelanja, memasak atau memakan makanannya.
 Pendapatan yang rendah
Ketidakmampuan untuk membeli makanan yang cermat untuk meningkatkan
pengonsumsian makanan yang bergizi.
 Penyakit saluran pencernaan
Termasuk sakit gigi, ulkus
 Obat
Pada lansia yang mendapat lebih banyak obat dibandingkan kelompok usia lain
yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan
mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.
(Johnson, 2000)
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan fisik: apatis, lesu.
b. Berat badan: obesitas, kurus (underweight).
c. Otot: flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.
d. Sistem saraf: bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun.
e. Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran
liver/lien.
f. Kariovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal, tekanan
darah rendah/tinggi.
g. Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
h. Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
i. Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane mukosa pucat.
j. Gusi: pendarahan, peradangan.
k. Lidah: edema, hiperemis.
l. Gigi: karies, nyeri, kotor.
m. Mata: konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
n. Kuku: mudah patah.
o. Pengukuran antropometri:
- Berat badan ideal : (TB-100) ± 10%
- Lingkar pergelangan tangan
- Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
- Lipatan kulit pada otot trisep (TSF):
Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5 cm
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemerikasaan diagnose dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium
dengan ketentuan nilai normal yakni sebagai berikut:

a. Albumin (N: 4-5,5 mg/100 ml).


b. Ransferin (N: 170-25 mg/100 ml).
c. Hb (N: 12 mg %).
d. BUN (N: 10-20 mg/100 ml).
e. Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-laki: 0,6-1,3 mg/100 ml,wanita: 0,5-
1,0 mg/100 ml).
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pelaksanaan (Tindakan) yang dapat dilakukan pada klien yang mengalami
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah sebai berikut:

1. Pemberian Nutrisi Melalui Oral


Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan cara
membantu memberikan makan/nutrisi melalui oral (mulut), bertujuan memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera makan pada pasien.
 Alat dan Bahan
1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Gelas
5. Serbet
6. Mangkok cuci tangan
7. Pangalas
8. Jenis diet
 Prosedur Kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien.
4. Pasang pengalas.
5. Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum makan.
6. Bantu untuk melakukan makan dengan cara menyuapkan makanan secara sedikit
demi sedikit dan berikan minum sesudah makan.
7. Setelah selesai, bersihkan mulut pasien dan anjurkan untuk duduk sebentar.
8. Catat hasil atau respons pemenuhan terhadap makan.
9. Cuci tangan.
2. Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga/Lambung
Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung merupakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau
tidak mampu menelan dengan cara memberi makanan melalui pipa lambung atau pipa
penduga. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

 Alat dan Bahan


1. Pipa penduga dalam tempatnya
2. Corong
3. Spuit 20 cc
4. Pengalas
5. Bengkok
6. Plester, gunting
7. Makanan dalam bentuk cair
8. Air matang
9. Obat
10. Stetoskop
11. Klem
12. Baskom berisi air (kalau tidak ada stetoskop)
13. Vaselin
 Prosedur Kerja
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi semifowler.
4. Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas di daerah dada.
5. Letakkan bengkok di dekat pasien.
6. Tentukan letak pipa penduga dengan cara mengukur panjang pipa dari epigastrium
sampai hidung kemudian dibengkokkan ke telingan dan beri tanda batasnya.
7. Berikan vaselin atau pelican pada ujung pipa dan klem pangkal pipa tersebut lalu
masukkan melalui hidung secara perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan untuk
menelannya.
8. Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk ke lambung dengan cara
sebagai berikut.
a. Masukkan ujung slang yang diklem ke dalam baskom yang berisi air (klem
dibuka), perhatikan bila ada gelembung maka pipa masuk ke paru, dan jika
tidak ada gelembung maka pipa masuk ke lambung. Setelah itu diklem atau
dilipat kembali.
b. Masukkan udara dengan spuit ke dalam lambung melalui pipa tersebut dan
dengarkan dengan stetoskop. Bila di lambung terdengar bunyi, berarti pipa
tersebut sudah masuk, setelah itu dikeluarkan udara yang ada di dalam
sebanyak jumlah yang dimasukkan.
9. Setelah selesai, maka lakukan tindakan pemeberian makanan dengan cara pasang
corong atau spuit pada pangkal pipa.
10. Masukkan air matang ± 15 cc pada awal dengan cara dituangkan lewat pinggirnya.
11. Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia, setelah itu bila ada masukkan
obat dan beri minum lalu pipa penduga diklem.
12. Catat hasil atau respons pasien selama pemberian makanan.
13. Cuci tangan
3. Pemberian Nutrisi Melalui Parenteral
Pemeberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberian nutrisi berupa
cairan infus yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui dara vena, baik secara sentral
(untuk nutrisi parenteral total) ataupun vena perifer ( untuk nutrisi parenteral parsial).
Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pada pasien yang tidak bisa makan
melalui oral atau pipa nasogastric dengan tujuan untuk menunjang nutrisi enteral yang
hanya memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi harian.

Metode Pemberian

a) Nutrisi parenteral parsial


Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena yang digunakan untuk memenuhi
sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien kerena pasien masih dapat menggunakan
saluran pencernaan. Cairan yang biasanya digunakan dalam bentuk dekstrosa atau
cairan asam amino.
b) Nutrisi parenteral total
Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena yakni kebutuhan nutrisi
sepenuhnya melalui cairan infus karena keadaan saluran pencernaan pasien tidak
dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang mengandung
asam amino seperti Pan Amin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti
intralipid.
c) Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui vena sentral untuk jangka waktu
lama dan melalui vena perifer(Hidayat dan Uliyah, 2005).
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN (KEBUTUHAN NUTRISI)

1. Pengkajian

a) Mengkaji antropometri klien seperti berat badan, tinggi badan, lingkar lengan

b) Mencari tahu obat-obatan yang sering atau perah dikonsumsi klien

c) Megobservasi tanda-tanda perubahan nutrisi klien

d) Melihat tes laboratorium klien mengenai Hb, albumin, dan GDS

(Potter Perry, 2006)

2. Diagnosa Keprawatan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

a) Peningkatan laju metabolik

b) Asupan nutrient yang tidak adekuat dalam diet


c) Kebutuhan energi tinggi akibat latihan yang berlebihan

Perubahan nutris lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

a) Penurunan laju metabolic

b) Asupan nutrient dan kilokalori yang berlebihan

c) Latihan atau aktivitas yang tidak adekuat

Perubahan nutrisi risiko untuk leih dari kebutuhan berhubungan denan

a) Pola asupan makanan yang disfungsional

b) Gangguan hubungan dengan orang yang pentinga atau bermakna

c) Gangguan menelan akibat jalan nafas buatan

(Potter Perry, 2006)

3. Intervensi

a) Biasakan klien untuk diet dan gunakan suplemen oral untuk mencapai energi dan
asupan nutrient yang adekuat

b) Anjurkan klien untuk banyak minum air putih

(Potter Perry, 2006)

4. Implementasi

a) Menstimulasi nafsu makan klien

b) Terapi diet dalam manajemen penyakit

c) Memberi makan klien melalui oral

d) Konseling dengan klien dan keluarga

(Potter Perry, 2006)

5. Evaluasi

a) Berat badan klien kembali normal

b) Nafsu makan klien kembali normal

c) Hasil laboratorium klien menunjukkan peningkatan parameter nutrisi

(Potter Perry, 2006)


DAFTAR PUSTAKA

Alimul H. A. Aziz. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Perry, Potter. (1997). Fundamental of Nursing. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Potter, Patricia A, Anne Geryfin Perry. (2006). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktek. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Carpenito, L.J. (1995). Buku Saku: Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Johnson. M. Moorhead. S. (2000). Nursing Outcome Classification (NOC). Philadelpia.


Mosby.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA T.n A DENGAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI: KURANG DARI KEBUTUHAN
DI RUANG TURSINA II

Oleh
UMAYRA HIJRIAH
P1337420921208

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2022
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA T.n A DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
NUTRISI: KURANG DARI KEBUTUHAN
DI RUANG TURSINA II

Tanggal Pengkajian/Jam: 15-03-2022 Ruang/RS: Thursina 2


A. BIODATA
1. Biodata Pasien
a. Nama : Alisyah Bin M.Din
b. Umur : 60 th
c. Alamat : Blang Tampu, Bukit, Bener Meriah
d. Pendidikan : Tamat SD
e. Pekerjaan : Petani
f. Tanggal masuk : 14-03-2022
g. Diagnosa medis : Squamous Cell Carcinoma
h. Nomor register : 02-2426570

2. Biodata Penanggung jawab


a. Nama : Rahmi
b. Alamat : Blang Tampu, Bukit, Bener Meriah
c. Umur : 30
d. Pekerjaan : Guru
e. Hubungan dengan klien: Anak Kandung
B. KELUHAN UTAMA
Saat di kaji pasien mengatakan kurang nafsu makan dikarenakan efek dari obat kemoterapi.
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang kerumah sakit untuk terapi lanjutan kemoterapi siklus ke IV, pasien masuk rumah
sakir pada tanggal 14 maret 2022, Saat dilakukan pengkajian, keluarga mengatakan pasien mual
muntah 3 hari yang lalu, saat di kaji pada tanggal 17 maret 2022 pasien meraskan nyeri di bagian
pipi kiri, serta napsu makan berkurang dikarenakn efek dari obat kemoterapi.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah dirawat di RSUD ZA dengan riwayat penyakit yang sama sebelumnya.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit seperti yang dialami pasien saat ini.
Didalam keluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit menular seperti hepatitis, TBC
dan lain – lain.
D. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL
1. Pola Manajemen dan persepsi kesehatan
a. Keluarga mengatakan pasien sadar akan kesehatannya dan saat mengalami gejala-gejala
sakit, pasien langsung memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

b. Keluarga mengatakan pasien tidak tahu tentang penyakit yang dideritannya karena telat
menyadari gejala yang dialami.

c. Bila sakit, biasanya pasien berobat ke pelayanan kesehatan terdekat.

2. Pola nutrisi & metabolism

A (antropometri) TB: 165 cm


BB: 50 cm
LILA: 21 cm
IMT: 18,3
B (biokimia) (Tanggal 14 Maret 2022)
Hb: 10,2 (14.0-17,0) g/dl
Ureum: 15 (13-43) mg/dL
Kreatinin: 0,90 (0,67-1,17) mg/dL
C (clinic sign) Kulit tidak kering kering, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut kering,
konjungtiva normal , turgor kulit sedang.

D (diet) Diet makan biasa, pantangan makan penyedap


atau makanan yang dibakar, frekuensi makan
3x sehari, makan habis 3 sendok, selingan
buah sesekali.

KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Jenis Nasi, lauk, sayur, Nasi, lauk, buah ,susu, air
buah, teh manis, dan putih
air putih
Porsi 1 porsi habis 2-3 sendok
Pola Minum 1 2 gelas/hari, air putih, 5 gelas/hari, air putih, susu
dan teh
Berat Badan 62 kg 50 kg
Keluhan Tidak ada Mulut kering, nyeri dipipi
kiri, mual, tidak nafsu
makan, mual dan muntah.

3. Pola eleminasi
a. Eliminasi Urine
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 6-8x sehari Menggunakan pempres dan ke
kamar mandi
Pancaran Kuat -
Bau Amoniak Menyengat
Warna Kuning Pucat Kuning pekat
Perasaan Setelah BAK Lega -
Total Produksi Urin ±1500 ─ 2000 cc / ±500 ─ 1000 cc / hari
hari

b. Eliminasi Alvi
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi 1 x / hari pagi Belum BAB selama 2 hari
Konsistensi Lembek berbentuk -
Bau Khas -
Warna Kuning kecoklatan -

4. Pola istirahat & tidur


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Jumlah jam tidur malam 6 ─ 7 jam 4 jam
Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Sering terbangun
Perasaan waktu bangun Nyaman Masih ngantuk dan lemas

5. Pola aktifitas dan latihan


AKTIVITAS MANDIRI BANTU KETERANGAN
Mandi - √ Dibantu keluarga
Berpakaian - √ Dibantu keluarga
Pergi ke Toilet - √ Dibantu keluarga
Berpindah/Berjalan - √ Dibantu keluarga
Mengontrol BAB Dan BAK BAB menggunakan
pampers dan BAK
- √
menggunakan
pampers
Makan Minum - √ Dibantu keluarga
Tingkat Ketergantungan Tingkat ketergantungan total

6. Pola peran & hubungan


a. Pasien dapat berkomunikasi dengan namun agak kurang jelas, mampu mengekspresikan.
b. Pasien dekat dengan anggota keluarganya dan merekalah yang paling berpengaruh dalam
hidup pasien dan pasien meminta bantuan pada keluarga terdekatnya jika memiliki masalah.

7. Pola presepsi kognitif dan sensori


a. Keluarga mengatakan pasien sering mersa mual dan muntah, serta mengeluhkan sakit dipipi
kiri.
b. Pasien mampu mengingat sesuatu dengan baik, mampu bicara namun agak kurang jelas, dan
memahami pesan yang diterima.
c. Pasien mengeluh nyeri saat di perut, dengan persepsi :

P → Paliatif / provokatif Nyeri


Q → Quality Seperti ditekan-tekan
R → Regio / tempat Pipi kiri
S → Skala 3
T → Time / waktu Hilang-timbul

8. Pola persepsi diri /Konsep diri


a. Harapan pasien setelah menjalani perawatan yaitu pasien ingin segera sembuh dan dapat
beraktivitas kembali.
b. Keadaan sakitnya saat ini sangat mempengaruhi kebiasaan hidup pasien, pasien jadi tidak
dapat makan semua yang pasien inginkan, karena ada sering merasa mual dan muntah saat
makan.
c. Sebelum sakit, pasien berperan sebagai seorang adik dalam keluarga dan pekerja dikantor
daerah, saat pasien sakit, pasien tidak dapat menjalankan perannya dengan lagi.

9. Pola Seksual & reproduksi


Pasien tidak memiliki masalah reproduksi dan seksual, dan pasien saat ini sudah menikah.

10. Pola mekanisme koping

 Koping Terhadap Sakitnya : Menerima dan optimis sembuh


dengan mengikuti program dari dokter
 Penyelesaian Bila Ada Masalah : Minta Bantuan atau arahan dari
keluarga.

11. Pola Nilai Dan Kepercayaan


Pasien beragama islam, sebelum sakit pasien menjalankan selalu menjalankan ibadahnya dengan
rajin sholat 5 waktu. Setelah sakit Tn.A tetap rajin menjalankan ibadah sholat 5 waktu.

E. PEMERIKSAAN FISIK

a. Penampilan / keadaan umum : Baik / compos mentis.


b. Tanda-tanda vital
1) Suhu tubuh : 36,5 ºC
2) Tekanan darah: 155/80mmHg
3) Respirasi : 20 x/menit
4) Nadi : 80x/menit
c. Pengukuran antropometri
1) Tinggi badan : 165 cm
2) Berat badan : 50 kg
3) Lingkar lengan atas : 21 cm
d. Kepala : Bentuk simetris dan tidak ada luka
1) Rambut :Warna hitam dan ada uban, bergelombang, tipis, dan agak kotor
2) Mata :kedua mata bereaksi terhadap cahaya, tidak memakai kacamata, dan
konjungtiva anemis
3) Hidung :Hidung bersih, tidak ada sekret.
4) Telinga :Mampu mendengar pada jarak normal, tidak nyeri, tidak ada sekret telinga,
tidak ada pembengkakan, dan tidak memakai alat bantu.
5) Mulut :Selaput mukosa kering, mulut tampak kotor, gigi dan gusi baik, bau mulut,
bibir pcah-pecah, adanya luka di bagian pipi kiri.
6) Leher dan tenggorokan : posisi trakea simetris, tidak nyeri waktu menelan.
e. Dada dan Thorak : bentuk dada simetris, pergerakan simetris, tidak ada luka dan tidak
menggunakan otot bantu pernapasan.
1) Paru-paru
a) Inspeksi : Bentuk simetris, pergerakan simetris, tidak ada luka
b) Perkusi : Terdapat bunyi sonor
c) Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
d) Auskultasi : Tidak ada suara tambahan, terdapat bunyi vesikuler
2) Jantung
a) Inspeksi : Bentuk simetris, ictus cardis, tidak ada jaringan parut
b) Perkusi : Tidak ada pelebaran jantung, suara jantung redup
c) Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
d) Auskultasi : Reguler, S1, S2, suara jantung resonan
3) Abdomen
a) Inspeksi : Bentuk simetris, tampak bengkak
b) Auskultasi : Bising usus normal
c) Perkusi : normal
d) Palpasi : Terdapat nyeri tekan di kwadran bawah.
f. Genital : Daerah genital bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda infeksi, terpasang kateter.
g. Ekstremitas
1) Inspeksi kuku : Warna merah muda, pendek, Bersih, tidak ada edema, dan utuh.
2) Capillary refill : Cepat
3) Kemampuan berfungsi

Kanan Kiri
5 5
4 4
a) Ekstremitas atas : Skala kekuatan otot pada ekstremitas atas sinistra dan dextra
yaitu masing-masing 5,ditandai dengan mampu menggerakkan.
b) Ekstremitas bawah : Skala kekuatan pada ekstremitas bawah sinistra dan dextra
yaitu masing-masing 4, pasien sanggup untuk dan mampu berjalan tetapi butuh
pengawasan.
4) Pada tangan kiri pasien terpasang infus, tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah tusukan
infus, dan tidak ada nyeri berlebihan ketika area tusukan infus ditekan.
h. Kulit
Kulit pasien warna sawo matang, kulit kering, turgor NOR.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
HB 10,2 14.0-17,0 g/dl
Hematokrit 30 45-55 %
Eritrosit 4,0 4,7-6,1 106/mm3
Trombosit 315 150-450 103/mm3
Leukosit 11,46 4,5-10,5 103/mm3
MCV 74 80-100 fL
MCH 26 27-31 Pg
MCHC 35 32-36 g/dL
RDW 18,1 11,5-14,5 %
MPV 7,7 7,2-11.1 Fl
KIMIA KLINIK
Ureum 15 13-43 mg/dL
Kreatinin 0,90 0,67-1,17 mg/dL

G. PROGRAM TERAPI
- Injeksi granon 3 mg 1 Ampul
- Injeksi deksamethason 2 Ampul
- Injeksi Diphenhidramin 1Ampul
- Injeksi furosemide 40 mg 1 Ampul
- Infus NaCl 0,9% 500 cc 1/2 jam
- 5 flurouracil 172 mg dalam 250 cc NaCl 0,9% 1 Jam ( obat kemo)
- Bilas NaCl 0,9% 500 cc 1/2 jam
I. DAFTAR MASALAH (RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN)

NO Tanggal / jam Data fokus Etiologi Masalah


Keperawatan
1. 15 DS: pasien mengeluh Kurangnya asupan Defisit nutrisi
Maret mual dan muntah, makanan
2022 tidak napsu makan.
16.00 WIB
DO:
BB: sebelum sakit 60
kg
Setelah sakit 50kg
LILA: 21 cm
Membran mukosa
pucat
Bibir pecah-pecah,
tampak lemah, makan
habis 2-3 sendok setiap
hari.

2. 17 Ds: Tn. A Agen cedera fisik Nyeri akut


Maret 2022 mengatakan nyeri di
bagian pipi kiri.
P : Nyeri yang
15.10 dirasakan ketika
WIB kepala digerakan
Q : Nyeri terasa
seperti ditusuk
R : di pipi kiri
S : nyeri skala 3
T : Nyeri timbul saat
di gerakan kepala ke
kiri (Hilang-
Timbul)
Do:
Tampak kepala di
miringkan ke kanan
saat melakukan
aktifias.

II. PRIORITAS MASALAH (DIAGNOSA KEPERAWATAN)


a. Defisit nutrisi
b. Nyeri akut
III. RENCANA KEPERAWATAN

Tanggal / Diagnosa Tujuan /


No Intervensi
Kriteria Hasil
Jam Keperawatan
15 maret 1 Defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Identifikasi status
2022 intervensi keperawatan, nutrisi
16.00 WIB maka status nutrisi 2. Identifikasi makanan
membaik yang disukai
Kriteria Hasil : 3. Identifikasi kebutuhan
a. Porsi makanan kalori dan jenis nutrien
yang dihabiskan 4. Anjurkan keluarga
meningkat untuk memberikan
b. Berat badan makanan tinggi kalori
membaik dan tinggi protein
c. Frekuensi makan 5. Anjurkan diet yang
membaik diprogramkan
d. Nafsu makan
membaik
17 2 Nyeri akut Setelah dilakukan
1. Identifikasi lokasi,
Maret
2022 tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
15.00 3x24 jam gangguan
intensitas nyeri
Nyeri teratasi, dengan
2. Identifikasi skala nyeri
kriteria hasil : 3. Berikan teknik
1. Keluhan nyeri nonfarmakologis
menurun untuk mengurangi rasa
nyeri yaitu teknik
2. Sikap relaksasi nafas dalam
protektif menurun 4. kolaborasi pemberian
3. Mampu melakukan analgetik, jika perlu
manajemen
berhubungan
dengan agen cedera
fisik yeri mandiri
( Relaksasi napas
dalam)

IV. IMPLEMENTASI (TINDAKAN KEPERAWATAN)

Tanggal / Kode Diagnosa Tindakan Respon Tindakan


Keperawatan
Jam Keperawatan
16-03-2022 1 1. Identifikasi status S: Pasien mengatakan mual dan
10.00 WIB nutrisi muntah, tidak nafsu makan, dan
nyeri di perut
O:
A: TB: 155 cm
BB: 50 kg
LILA: 21 cm
B: Hb: 8,8 g/dl
C: Mukosa mulut kering, tampak
lemah, turgor sedang
D: diet biasa, frekuensi 3x sehari,
setiap makan habis 2-3 sendok.
Tanda-tanda vital:
TD : 120/73 mmHg
N : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
17 -3-2022 1 2. Identifikasi makanan S: keluarga mengatakan pasien
10.20 WIB yang disuka suka makan nasi dengan lauk ikan
yang ditumis, seperti ikan tongkol
yang ditumis, mie goreng, serta
menyukai buah pir dan jeruk.

O: pasien tidak menghabiskan


makannya, hanya menghabiskan 3
sendok.
13.00 WIB 1 3. Anjurkan diet yang S: keluarga mengatakan pasien
diprogramkan tidak terlalu menyukai telur

O: diet biasa, ditambah extra telur


3 butir perhari serta snack 2x
sehari.

17 2 1. Identifikasi lokasi, 1. Pasien kooperatif saat di


Maret karakteristik, durasi,
2022 frekuensi, kualitas, identifikasi lokasi nyeri
16.00 intensitas nyeri 2. Pasien kooperatif saat di
2. Identifikasi skala
nyeri identifikasi skala nyeri
P : Nyeri saat k e p a l a
digerakan ke kiri
(Beraktivitas)
Q : Nyeri terasa seperti
ditusuk
R : di pipi kiri
S : nyeri skala 3
T : Nyeri timbul saat di
gerakan kepala ke kiri
(Hilang- Timbul)
18 2 1. Identifikasi skala 3. Pasien kooperatif saat di
Maret
nyeri identifikasi skala nyeri
2022
P : Nyeri saat k e p a l a
10.00 WIB 2. Berikan teknik
digerakan ke kiri
(Beraktivitas)
nonfarmakologis
untuk mengurangi Q : Nyeri terasa
seperti ditusuk
rasa nyeri yaitu
teknik relaksasi R: di pipi kiri

nafas dalam S: nyeri skala 2

T: Nyeri timbul saat di


gerakan kepala ke kiri
(Hilang- Timbul)

4. Pasien kooperatif dan


dapat melakukan
relaksasi nafas
dalam secara
mandiri untuk
mengurangi nyeri
V. EVALUASI (CATATAN PERKEMBANGAN)

Tanggal / jam Kode Diagnosa Subjektif, Obyektif, Assasment , Planning Ttd perawat
Keperawatan SOAP
16 1 S: Pasien mengatakan mual dan muntah,
Maret tidak nafsu makan,
2022
10.45 O: Klien tampak lemah, mukosa mulut
kering, turgor sedang, pasien tampak tidak
menghabiskan makanannya, hanya habis 3
sendok, dan mual setelah makan dan
minum.
A: masalah belum teratasi

P: lanjutkan intervensi:
1. Anjurkan keluarga untuk
memberikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
2. Anjurkan posisi duduk saat makan,
jika mampu

17 1 S: Keluarga mengatakan pasien masih tidak


Maret napsu makan, , masih merasakan mual
2022 tetapi sudah tidak muntah
10.00 WIB
O: pasien tampak lemah, turgor sedang,
mukosa mulut kering, saat makan pasien
hanya menghabiskan 4 sendok.

A: masalah sebagian teratasi

P: lanjutkan intervensi:
1. Anjurkan keluarga untuk
memberikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
18 1 S: Keluarga mengatakan pasien masih tidak
Maret napsu makan, tetapi tidak merasakan mual
2022 muntah
10.00
O: pasien tampak sehat, turgor sedang,
mukosa mulut kering, saat makan pasien
hanya menghabiskan 6 sendok.

A: masalah sebagian teratasi

P: lanjutkan intervensi:
1. Anjurkan keluarga untuk
memberikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
17 2 S : pasien mengeluh nyeri pada luka
P : Nyeri saat k e p a l a digerakan ke
Maret
kiri (Beraktivitas)
2022
Q : Nyeri terasa seperti ditusuk
10.30 WIB
R : di pipi kiri
S : nyeri skala 4

T : Nyeri timbul saat di gerakan kepala


ke kiri (Hilang- Timbul)
O:Pasien kooperatif dan dapat
melakukan relaksasi nafas dalam secara
mandiri untuk mengurangi nyeri
A : nyeri akut b.d. agen cedera fisik
belum teratasi
P : - melanjutkan intervensi Identifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri yaitu teknik relaksasi
nafas dalam
18 2 S : pasien mengeluh nyeri pada luka
Maret P : Nyeri saat k e p a l a digerakan ke
2022
10.00 kiri (Beraktivitas)

Q : Nyeri terasa ringan


R : di pipi kiri
S : nyeri skala 3

T : Nyeri timbul saat di gerakan kepala


ke kiri (Hilang- Timbul)
O:Pasien kooperatif dan dapat
melakukan relaksasi nafas dalam secara
mandiri untuk mengurangi nyeri
A : nyeri akut b.d. agen cedera fisik
teratasi sebagian
P : - melanjutkan intervensi Identifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri yaitu teknik relaksasi
nafas dalam

Anda mungkin juga menyukai