oleh
Nadia Safira
P1337420921223
(Nadia Safira)
Menyetujui,
1. Preceptor : (ditanda tangan)
STASE
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
Oleh :
Nadia Safira
P1337420921223
Preceptor Akademik :
Wenny Trisnaningtyas, S.Kep, Ns.M.Kep
5. Ultrasonografi ginjal
- Menunjukan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas.
6. Biopsy ginjal
- Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologist.
7. Endoskopi ginjal histologist
- Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan
pangangkatan tumor selektif.
8. EKG
- Mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan pengangkatan
tumor selektif (Haryono, 2013).
f. Penatalaksanaan Medis
1. Obat-obatan
Antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furesemid
(membantu berkemih), transfuse darah.
2. Intake cairan dan makanan
- Minum yang cukup
- Pengaturan diet rendah protein (0,4-0,8) gram/kg BB bisa memperlambat
perkembangan gagal ginjal kronik.
- Asupan garam biasanya tidak dibatasi kecuali jika terjadi edema (penimbunan
cairan di dalam jaringan) atau hipertensi.
- Tambahan vitamin B dan C diberikan jika penderita menjalani diet ketat atau
menjalani dialisa.
- Pada penderita gagal ginjal kronis biasanya kadar trigliserida dalam darah tinggi
hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi, seperti stroke dan
serangan jantung. Untuk menurunkan kadar trigliserida, diberikan gemfibrosil.
- Kadang asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu rendahnya kadar garam
(natrium) dalam darah.
- Makanan kaya kalium harus dihindari, hiperkalemia (tingginya kadar kalium
dalam darah) sangat berbahaya karena meningkatkan resiko terjadinya gangguan
irama jantung dan cardiac arrest.
- Jika kadar kalium terlalu tinggi maka diberikan natrium polisteren sulfonat untuk
mengikat kalium sehingga kalium dapat dibuang bersama tinja.
- Kadar fosfat dalam darah dikendalikan dengan membatasi asupan makanan kaya
fosfat (misalnya produk olahan susu, hati, polong, kacang-kacang dan minuman
ringan).
Menurut Haryono (2013) pencegahan dan pengobatan komplikasi sebagai beriukut :
1. Hipertensi
- Hipertensi dapat dikiontrol dengan pembatasan natrium dan cairan.
- Pemberian obat antihiprtensi : metildopa (aldomet), pro-pranolol, klonidin
(catapres).
- Apabila penderita sedang mengalami terapi hemodialisa, pemberian anti
hipertensi dihentikan karena dapat mengakibatkan hipotensi dan syok yang
diakibatkan oleh keluarnya cairan intravaskuler ultrafiltrasi.
- Pemberian diuretic : furosemid (lasix).
2. Hyperkalemia
- Hiperkalemia merupakan komplikasi yang paling serius, karena bila K + serum
mencapai sekitar 7 mEq/L, dapat mengakibatkan aritmia dan juga henti jantung.
Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan insulin intravena,
yang akan memasukkan K+ ke dalam sel, atau dengan pemberian Kalsium
Glukonat 10%.
3. Anemia
- Anemia pada CKD diakibatkan penurunan sekresi eritropoetin oleh ginjal.
Pengobatannya adalah pemberian hormone eritropoitin, yaitu rekombinan
erittopoeitin (r-EPO) (Eschbch et al, 1987), selain dengan pemerian vitamin dan
asam folat, besi dan transfudi darah.
4. Asidosis
- Ansidosis pada gagal ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO3, plasma turun
dibawah angka 15 mEq/L. Bila asidosis berat akan dikoreksi dengan pemberian
Na HCO3, (Natrium Bikarbonat) parenteral. Koreksi pH darah yang berlebihan
dapat mempercepat timbulnya tetania, maka harus dimonitor dengan seksama.
5. Diet rendah fosfat
- Diet rendah fosfat dengan pemberian gel yang dapat mengikat fosfat di dalam
usus. Gel yang dapat mengikat fosfatharus dimakan bersama dengan makanan.
6. Pegobatan hiperurismia
- Obat pilihan untuk mengobati hiperurisemia pada penyakit ginjal lanjut adalah
pemberian alopurinol. obat ini mengurangi kadar asam urat dengat menghambat
biosintesis sebagai asam urat total yang dihasilkan tubuh.
7. Dialisa dan transplantasi
- Pengobatan gagal ginjal stadium akhir adalah dengan dialysis lanjut transplantasi
ginjal. Dialysis dapat digunakan untuk mempertahankan penderita dalam
keadaaan klinius yang optimal sampai tersedia donor ginjal. Dialysis dilakuakan
apabila kadar kreatinin serum biasanya di atas 6 mg/100 ml pada laki-laki atau 4
ml/ 100mlpada wanita, GFR kurang dari 4 ml/menit.
Adapun rencana penatalaksanaan penyakit gagal ginjal sesuai dengan derajatnya :
- Dengan LFG lebih dari atau sama dengan 90% yaitu dengan terapi penyakit
dasar, kondisi komorbid, evaluasi pemburukan funsi ginjal, memperkecil risiko
kardiovaskular.
- Dengan LFG 60-89% yaitu dengan menghambat pemburukan fungsi ginjal.
- Dengan LFG 30-59% yaitu dengan evaluasi dan terapi komplikasi.
- Dengan LFG 15-29% yaitu dengan memberikan persiapan untuk terapi
pegngganti ginjal.
- Dengan LFG di bawah 15% yaitu dengan memberikan pengganti ginjal.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA CKD
a. Pengkajian
1) Identitas klien
Terdiri dari nama, no.rekam medis, tanggal lahir, umur, agama, jenis kelamin,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk, diagnosa medis dan nama
identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, hubungan dengan pasien,
pekerjaan dan alamat.
2) Keluhan utama
Biasanya Klien datang dengan keluhan utama yang didapat bervariasi, mulai dari
urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran,
tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas
berbau (ureum), dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011).
3) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya terjadi penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola
napas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya napas berbau ammonia, dan
perubahan pemenuhan nutrisi. Kemana saja klien meminta pertolongan untuk
mengatasi masalah dan mendapat pengobatan apa (Muttaqin, 2011).
4) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya ada riwayat penyakit gagal ginjal gagal akut, infeksi saluran kemih,
payah jantung, pengguanaan obat-obat nefrotoksik. Benign Prostatic Hyperplasia,
dan prostatektomi. Dan biasanya adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi
system perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi presdiposisi penyebab. Penting
untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obatobatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan (Muttaqin, 2011).
5) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit
yang sama dengan klien yaitu CKD, maupun penyakit diabetes mellitus dan
hipertensi yang bisa menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit CKD.
6) Pola aktivitas/ istirahat
- Gejala : kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise. Gangguan tidur
(insomnia/gelisah atau samnolen).
- Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
7) Pola nutrisi
- Makan / cairan Gejala : peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat
badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa tidak sedap
pada mulut (pernafasan ammonia).\
- Tanda : distensi abdomen, pembesaran hati, perubahan turgor kulit edema,
ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah, penurunan otot, penurunan lemak sub kutan,
penampilan tidak bertenaga.
8) Pola eliminasi
- Gejala : penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut, abdomen
kembung, diare atau konstipasi.
- Tanda : perubahan warna urin, contoh : kuning pekat, merah, coklat berawan,
oliguria , dapat menjadi anuria.
9) Pola sirkulasi
- Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada (angina).
- Tanda : hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umumdan pitting pada kaki,
telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi, ortostatik
menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir, pucat,kulit
coklat kehijauan, kuning, kecendrungan perdarahan.
10) Integritas ego
- Gejala : faktor stress, contoh : financial, hubungan, persaan tidak berdaya, tidak
ada kekuatan.
- Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan
kepribadian.
11) Neurosensori
- Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/ kejang sindrom “kaki
gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki.
- Tanda : gangguan status mental, contoh : penurunan lapang perhatian ,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
12) Nyeri/ kenyamanan
- Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaku (memburuk saat
malam hari)
- Tanda : perlu berhati-hati, distraksi, gelisah.
13) Pernafasan
- Gejala : nafas pendek, dyspenia, nocturnal paroksimal, batuk dengan atau tampa
sputum kental dan banyak.
14) Keamanan
- Gejala : kulit gatal, ada/berulangnya infeksi. T
- anda : pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), normotemia dapat secara actual
terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
normal (depresi respons imun), petekie, area ekimosis pada kulit.
15) Seksualitas
- Gejala : penurunan libido, amenorea, infertilitas.
16) Interaksi sosial
- Gejala : kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan TTV
- Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat.
- Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi system saraf pusat
- TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi.
2) Kepala
- Rambut : Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sakit, kepala,
kuku rapuh dan tipis.
- Wajah : Biasanya klien berwajah pucat
- Mata : Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva an emis,
dan sclera tidak ikterik.
- Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan klien bernafas pe ndek
dan kusmaul
- Bibir:Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi, perdara han
gusi, dan napas berbau
- Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
- Lidah : Biasanya tidak terjadi perdarahan
3) Leher
- Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah bening
4) Dada/ thorak
- Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan kusmaul
(cepat/dalam)
- Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
- Perkusi : Biasanya Sonor
- Auskultasi : Biasanya vesicular
5) Jantung
- Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2 linea dekstra
sinistra
- Perkusi : Biasanya ada nyeri
- Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat
6) Abdomen
- Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan caira n,
klien tampak mual dan muntah
- Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-35 kali/menit
- Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya
pembesaran hepar pada stadium akhir.
- Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.
7) Genitourinaria
- Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, anuria distensi abdomen, diare atau
konstipasi, perubahan warna urine menjadi kuning pekat, merah coklat dan
berwarna.
8) Ekstremitas
- Biasanya diadapatkan adanya nyeri panggul, oedema pada ekstermitas, kram
otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, keterbatasan gerak
sendi.
9) Sistem Integumen
- Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik adanya area
ekimosis pada kulit.
10) Sistem Neurologi
- Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran,
disfungsi serebral, seperti perubahan proses piker dan disorientasi. Klien sering
didapati kejang, dan adanya neuropati perifer (Muntaqqin, 2011).
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Kemungkinan diagnosa
keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut
(Brunner&Sudart, 2013 dan SDKI, 2016):
1) Hipervolemia
2) Defisit nutrisi
3) Gangguan pertukaran gas
4) Intoleransi aktivitas
5) Resiko penurunan curah jantung
6) Perfusi perifer tidak efektif
d. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal (CKD)
(sumber: SIKI, 2018)
No Diagnose Tujuan dan Kriteria Intevensi
Keperawatan Hasil
e. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses asuhan keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan yang di prioritaskan.
Proses pelaksanaan imolementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi (Kozier et al., 2010).
Menurut Purwaningsih & Karlina (2010) ada 4 tahap operasional yang harus
diperhatikan oleh perawat dalam melakukan implementasi keperawatan, yaitu sebagai
berikut :
1) Tahap Prainteraksi
Membaca rekam medis pasien, mengeksplorasi perasaan, analisis kekuatan dan
keterbatasan professional pada diri sendiri, memahami rencana keperawatan yang
baik, menguasai keterampilan teknis keperawatan, memahami rasional ilmiah dan
tindakan yang akan dilakukan, mengetahui sumber daya yang diperlukan, memahami
kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan keperawatan, memahami
standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur keberhasilan dan penampilan
perawat harus meyakinkan
2) Tahap Perkenalan
Mengucapkan salam, memperkenalkan nama, enanyakan nama, umur, alamat
pasien, menginformasikan kepada pasien tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
oleh perawat, memberitahu kontrak waktu, dan memberi kesempatan pada pasien
untuk bertanya tentang tindakan yang akan dilakukan
3) Tahap Kerja
Menjaga privasi pasien, melakukan tindakan yang sudah direncanakan, halhal
yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah energy pasien,
pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, kondisi pasien, respon pasien
terhadap tindakan yang telah diberikan.
4) Tahap Terminasi
Beri kesempatan pasien untuk mengekspresikan perasaannya setelah dilakukan
tindakan oleh perawat, berikan feedback yang baik kepada pasien dan puji atas
kerjasama pasien, kontrak waktu selanjutnya, rapikan peralatan dan lingkungan
pasein dan lakukan terminasi, berikan salam sebelum menginggalkan pasien, lakukan
pendokumentasian.
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-menerus terhadap respon
pasien pada tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi proses atau promotif
dilakukan setiap selesai tindakan. Evaluasi dapat dilakukan menggunakan SOAP sebagai
pola pikirnya.
S: Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O: Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
A: Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah teratasi, masalah teratasi
sebagian, masalah tidak teratasi atau muncul masalah baru.
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa
pada respon pasien.
Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi: 1) Masalah
teratasi, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan. 2) Masalah teratasi sebagian, jika pasien menunjukkan sebahagian dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan. 3) Masalah belum teratasi, jika pasien tidak
menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan 4) Muncul masalah baru, jika pasien menunjukkan
adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru.
DAFTAR PUSTAKA
Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Desfrimadona, (2016). Kualitas Hidup pada Pasien Gagal ginjal Kronik dengan Hemodialisa
di RSUD Dr. M. Djamil Padang. Diploma Thesis Univesitas Andalas
KEMENKES (2018). Cegah dan Kendalikan Penyakit Ginjal Dengan CERDIK dan
PATUH. Diakses pada tanggal 07 Desember 2018 dari www.depkes.go.id
Kinta, (2012). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gagal Ginjal
Kronik. Scribd. Diakses pada 30 November 2018
Kozier, Barbara (2010). Fundamentals of Canadian Nursing: Concepts, Process and Practice,
edisi2. Pearson Education Canada
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn.S DI RUANG
AQSA 2 RSUD dr.ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
Oleh
Nadia Safira
P1337420921223
3. Pola Eliminasi
Kanan Kiri
3 3
1 1
- Ekstremitas atas : Skala kekuatan otot pada ekstremitas atas sinistra dan
dextra yaitu masing-masing 3,ditandai dengan mampu menggerakkan namun
tidak mampu menggenggam dengan kuat.
- Ekstremitas bawah : Skala kekuatan pada ekstremitas bawah sinistra dan
dextra yaitu masing-masing 1, karena tidak ada pergerakan pada kaki, dan
kaki tampak edema.
4) Pada tangan kiri pasien terpasang infus, tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah
tusukan infus, dan tidak ada nyeri berlebihan ketika area tusukan infus ditekan.
h. Kulit
Kulit pasien warna sawo matang, kulit kering, turgor sedang, terdapat edema pada
kedua kaki.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Tanggal: 15 Maret 2022
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
8,4 12.0-15,0 g/dl
HB
25 37-47 %
Hematocrit
3,1 4,2-5,4 106/mm3
Eritrosit
321 150-450 103/mm3
Trombosit
8,79 4,5-10,5 103/mm3
Leukosit
80 80-100 fL
MCV
27 27-31 Pg
MCH
34 32-36 g/dL
MCHC
14,2 11,5-14,5 %
RDW
13,3 7,2-11.1 Fl
PWD
KIMIA KLINIK
2,10 3,5-5,2 g/dL
Albumin
92 13-43 mg/dL
Ureum
1,10 0,51-0,95 mg/dL
Kreatinin
Natrium 135
132-146 mmol/L
Kalsium 4,10
3,7-5,4 mmol/L
G. PROGRAM TERAPI
1. Terapi :
a. O2 10 L/m via NRM
b. Diet ginjal 1800 kkal/hari + protein 60gr/ hari
c. IV. Mecobalamin 500 mg/12 jam
d. S.C heparin 5000 iu/ 12 jam
e. Epidion 3000 iu/ post HD
f. Asam folat 3x 300 mg
g. Gabapentin 1x300 mg
h. Amlodipine 1x10 mg
i. Bicnat 3x 500 mg
II. DAFTAR MASALAH (RUMUSAN DOAGNOSA KEPERAWATAN)
1. 16-03-2022
14.11 - Menanyakan tanda dan - Pasien mengatakan
gejala primer penurunan merasa sesak nafas dan
curah jantung lemas
14.25 - Mengkaji tanda dan - Edema terjadi pada kedua
gejala hypervolemia kaki dan asites pada perut
14.25 - Menanyakan kelelahan - Pasien merasa lemas
fisik pasien
14.30 - Menanyakan pola dan - Jam tidur +5 jam
jam tidur
14.35 - Menanyakan apakah - Mual biasanya terjadi saat
pasien masih mual makan
14.40 - Mengkaji jumlah dan - Jumlah urin +150 ml/ hari
warna urin dan warna bersih
14.45 - Pasien terlihat masih
- Memberikan posisi
semi fowler sesak nafas
14.50 - Pasien mengatakan masih
- Memberikan oksigen
nasal kanul 3 liter/ sesak
15.00 menit
- Memberikan Injeksi - Jumlah urin yang keluar
15.05 forusemide 20 mg 150 cc/ hari
- Memberikan injeksi - Pasien mengatakan masih
15.10 ranitidine 50 mg merasa mual
- Menganjurkan untuk - Setelah diberi obat pasien
16.50 istirahat yang cukup istirahat
- Mengukur tekanan - Tekanan darah 180/ 100
darah
17.00 - Memberi makan dengan - Porsi makan tidak habis
diit rendah protein
17.20
rendah garam
- Menganjurkan untuk - Pasien tidak melakukan
membersihkan mulut anjuran perawat
17.25
2. 17-03-2022
14.11 - Menanyakan tanda dan - Pasien mengatakan sesak
gejala penurunan curah nafas berkurang
jantung
14.25 - Memberikan oksigen - Pasien mengatakan sesak
nasa kanul 3 liter/ menit nafas berkurang
14.25 - Mengkaji tanda dan - Edema pada kedua kaki
gejala hypervolemia dan asites pada perut
14.30 - Menanyakan jumlah - Jumlah urin 200 cc
dan warna urin dengan warna kuning
14.35 jernih
- Mengkaji intake dan - Jumlah intake/ 24
14.40 output cairan jam :1527 cc. jumlah
output/ 24 jam : 1280 cc.
14.45 balance cairan = 1527-
- Menanyakan pola dan 1330 = +197 cc.
14.50
jam tidur pasien - Jam tidur 5-6 jam / hari
15.00 - Mengkaji kelelahan - Pasien masih terlihat
fisik dan emosional lemas, namun mampu
- Memberikan injeksi untuk duduk sendiri
15.05 forusemide 20 mg - Jumlah output urin
bertambah menjadi 200 cc
15.10 - Memberikan injeksi / 24 jam
ranitidine 50 mg - Pasien mengatakan mual
16.50 sudah berkurang
- Menanyakan mual - Pasien mengatakan mual
sudah berkurang
17.00 - Mengajak pasien untuk - Pasien mampu untuk
melakukan gerak pasif duduk sendiri
17.20 - Menganjurkan untuk - Klien mengatakan akan
melakukan aktivitas melakukan aktifitas secara
secara rutin rutin
17.25 - Menganjurkan keluarga - Keluarga memberikan
untuk memberikan dukungan kepada pasien
17.27 penguatan positif
- Mengukur tekanan - Tekanan darah 170/100
18.00 darah mmHg
- Memberikan makan
18.06 dengan diit rendah - Pasien mampu
garam dan rendah menghabiskan makanan
protein yang diberikan
- Menganjurkan pasien - Pasien mengatakan
untuk membersihkan mampu menghabiskan
mulut makanan yang diberikan
- Menganjurkan pasien - Pasien istirahat dan tidur
untuk istirahat dan tidur siang
yang cukup
3. 18-03-2022
07.20 - Menanyakan tanda dan - Pasien mengatakan sudah
gejala primer penurunan tidak merasa sesak dan
curah jantung lemas berkurang
07.30 - Mengkaji jumlah dan - Jumlah urin dalam 24
warna urin jam : 400 cc
08.00 - Mengkaji intake dan - Jumlah intake / 24 jam :
output cairan 1527 cc. jumlah output /
24 jam : 1330 cc. balance
cairan = 1527 cc- 1330 cc
- Mengkaji tanda dan = 197 cc
08.05 - Edema pada kedua kaki
gejala edema dana sites pada perut
berkurang
08.15 - Menanyakan pola dan - Pasien tidur 6-7 jam
jam tidur - Pasien mengatakan mual
08.20 - Menanyakan apakah sudah berkurang
pasien masih mual - Jumlah output urin
09.00 - Memberikan injeksi bertambah menjadi 400
furosemide 20 mg cc/ 24 jam
- Pasien mengatakan mual
09.05 - Memberikan injeksi sudah berkurang dan
ranitidine 50 mg jarang muncul
- Pasien mengatakan akan
10.10 - Menganjurkan untuk melakukan aktivitas yang
melakukan aktivitas tidak berat
secara bertahap - Tekanan darah 170/100
11.50 - Mengukur tekanan mmHg
darah - Pasien mampu duduk dan
12.00 - Melatih melakukan makan sendiri tanpa
aktifitas pasif bantuan
- Memberikan makan
rendah garam rendah - Pasien menghabiskan 1
12.05 protein porsi makan
- Menganjurkan untuk
membersihkan mulut - Pasien mengatakan akan
12.30 - Menganjurkan pasien membersihkan nya nanti
untuk tidur dan istirahat - Pasien istirahat dan tidur
13.00 yang cukup siang
16-03-2022 Dx 1 S:
Nausea - Pasien mengatakan merasa
mual dan ingin muntah serta
tidak nafsu makan
O:
- Pasien terlihat pucat
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Monitor mual (mis:
frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan)
2) Kendalikan faktor
lingkungan penyebab
(mis:bau tak sedap,
suara, dan rangsangan
visual yang tidak
menyenangkan)
3) Anjurkan istirahat dan
tidur yang cukup
4) Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika
merangsang mual
5) Berikan pemberian
antiemetik
Dx 2 S:
Resiko penurunan - Pasien mengatakan masih
curah jantung merasa sesak nafas
O:
- Tekanan darah 180/100
mmHg
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Identifikasi tanda dan
gejala primer
penurunan curah
jantung
2) Monitor tekanan darah
3) Pertahankan posisi
semi fowler
4) Lanjutkan pemberian
oksigen
Dx 3 S:
hipervolemia - Pasien mengatakan perut
membesar dan bengkak
pada kedua kaki
O:
- Edema pada kedua kaki
dan sasites di perut
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Periksa tanda dan
gejala hypervolemia
(edema, dyspnea, suara
nafas tambahan)
2) Monitor intake dan
output cairan
3) Monitor jumlah dan
warna urin
4) Batasi asupan cairan
dan garam
5) Berikan deuretik
sesuai terapi
Dx 4 S:
Intoleransi - Pasien mengatakan mual
Aktifitas berkurang dan rasa ingin
muntah sudah berkurang
serta nafsu makan sudah
mulai membaik
O:
- Pasien masih terlihat pucat
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Monitor mual (mis.
Frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan)
2) Anjurkan istirahat
cukup
3) Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
4) Berikan injeksi
antiemetic
17-03-2022 Dx 1 S:
Nausea - Pasien mengatakan mual
sudah berkurang, rasa ingin
muntah juga berkurang dan
nafsu makan sudah mulai
membaik
O:
- Pasien masih terlihat pucat
A:
- Masalah terasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Monitor mual (mis:
frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan)
2) Anjurkan istirahat cukup
3) Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
4) Berikan injeksi antiemetik
Dx 2 S:
Resiko penurunan - Pasien mengataka sesak
curah jantung nafas berkurang
O:
- Tekanan darah 170/100
mmHg
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Identifikasi tanda dan
gejala primer penurunan
curah jantung
2) Monitor tekanan darah
3) Lanjutkan pemberian
oksigen
Dx 3 S:
hipervolemia - Pasien mengatakan perut
masih membesar dan kedua
kaki masih bengkak
O:
- kedua kaki tampak
bengkak
- Perut Pasien masih asites
- output urin sudah
bertambah dari hari
sebelumnya
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Periksa tanda dan
gejala hypervolemia
(edema, dyspnea)
2) Monitor intake dan
output cairan
3) Monitor jumlah dan
warna urin
4) Batasi asupan cairan
dan garam
5) Berikan deuretik
sesuai terapi
Dx 4 S:
Intoleransi - Pasien mengatakan rasa
Aktifitas lemas sudah berkurang
O:
- Pasien mampu duduk
sendiri tanpa bantuan
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Monitor pola dan jam
tidur
2) Lakukan latihan gerak
pasif
3) Libatkan keluarga
dalam melakukan
aktifitas, jika perlu
4) Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap
18-03-2022 Dx 1 S:
Nausea - Pasien mengatakan mual
sudah jarang muncul dan
nafsu makan sudah
membaik
O:
- Pasien tidak terlihat pucat
A:
- Masalah terasi
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Monitor mual
2) Anjurkan istirahat yang
cukup
Dx 2 S:
Resiko penurunan - Pasien mengatakan sesak
curah jantung nafas
O:
- Tekanan darah 170/100
mmHg
A:
- Masalah teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Identifikasi tanda dan
gejala primer penurunan
curah jantung
2) Monitor tekanan darah
Dx 3 S:
hipervolemia - Pasien mengatakan kedua
kaki masih bengkak dan
perut sudah agak mengecil
O:
- kedua kaki tampak
bengkak
- Asietes di perut berkurang
- jumlah output urin
bertambah
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Monitor intake dan
output cairan
2) Monitor jumlah dan
warna urin
3) Batasi asupan cairan
dan garam
4) Berikan injeksi
diuretik
Dx 4 S:
Intoleransi - Pasien mengatakan lemas
Aktifitas sudah berkurang
O:
- Pasien dapat duduk dan
makan serta membersihkan
mulut dan ganti pakaian
secara mandiri
A:
- Masalah teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Monitor kelelahan fisik
dan emosional
2) Anjurkan keluarga
memberikan penguatan
positif
ALAMAT LINK GOOGLE DRIVE VIDEO
KETERAMPILAN KLINIK