Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTIK KLINIK

KEPERAWATAN DASAR PROFESI MINGGU 1


DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

oleh

Nadia Safira
P1337420921223

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022
KONTRAK BELAJAR (LEARNING CONTRACT) KDP
(CKD)
Nama : Nadia Safira NIM : P1337420921223
Ruang : Aqsa 2 Stase : KDP
Capaian Srategi/ Metode Referensi Hasil yang diharapkan
Pembelajaran Pembelajaran

Tujuan Umum : Untuk mencapai 1. Diagnosa SDKI Selama pembelajaran


Setelah tujuan tersebut 2018-2020 praktek klinik saya kan
menjalankan saya akan 2. PPNI (2016). menunjukan kemampuan
praktek klinik di melakukan : Standar Diagnosis saya dalam mengelola
ruang Aqsa 2 1. Mencari Keperawatan pasien dan melakukan
selama 3 minggu, buku sumber Indonesia: asuhan keperawatan pada
saya mampu/ yang relavan Definisi dan pasien dengan gangguan
kompeten dalam 2. Berkonsultasi Indikator CKD dengan bukti :
memberi asuhan dengan CI, Diagnostik, Edisi 1. Disetujuinya kontrak
keperawatan pada perawat 1. Jakarta:DPP belajar dan laporan
pasien dengan ruangan dan PPNI. pendahuluan berupa
gangguan CKD dosen 3. www.depkes.go.id klinikal pathways
meliputi : 3. Ikut sebelum praktek
1. Mengkaji berpartisipasi 2. Tercapainya kegiatan
riwayat lansung praktek sesuai kontrak
kesehatan dalam 3. Terpenuhi target/
pasien melakukan kompetensi
2. Mengkaji data perawatan (komunikasi, skill
dengan kepada kompetensi)
pendekatan pasien 4. Terdokumentasinya
pola fungsional 4. Mencari kegiatan praktek pada
3. Melakukan jurnal yang catatan harian
pengumpulan relavan di 5. Tercapainya beberapa
data melalui ketrampilan
pemeriksaan internet keperawatan yang
fisik pada berhubungan dengan
pasien keperawatan pada
4. Melakukan pasien dengan kasus
pengumpulan CKD.
data melalui
pemeriksaan
penunjang
5. Pengelompokan
data untuk
menetapkan
masalah
keperawatan
6. Menegakan
masalah
keperawatan
pada pasien
7. Menyusun
rencana
intervensi
keperawatan
pada pasien
8. Melaksanakan
implementasi
keperawatan
pada pasien
9. Melakukan
evaluasi
keperawatan
masalah
keperawatan
pasien yang
muncul.

Semarang, 15 Meret 2022


Penyusun,

(Nadia Safira)

Menyetujui,
1. Preceptor : (ditanda tangan)

2. Pembimbing Akademik : (ditanda tangan)


FORM LAPORAN AKTIFITAS HARIAN (LOGBOOK)
No Tanggal/ Aktifitas Hasil Yang Kendala Rencana Paraf
Hari Diperoleh Kegiatan
Selanjutnya
1 Selasa, 15 Menyusun WOC Membuat WOC Kurangnya Menuyusun laporan
Maret 2022 dan membuat CKD dan reverensi dan kasus
kontrak belajar membuat kontrak kurang dalam
sesuai dengan belajar selama 1 pembuatan
kasus minggu WOC

2 Rabu, 16 Membina Pasien dan Tidak ada 1. Melakukan pre


Maret 2022 hubungan keluarga conference
teurapetik kooperatif dengan
dengan pasien pembimbing
akademik
2. Membuat video
keterampilan
klinik
3 Kamis, 17 1. Membuat Dapat Tidak ada Memberikan asuhan
Maret 2022 video pengarahan keperawatan pada
keterampilan untuk pasien dengan
klinik mempersiapkan masalah CKD
2. Melakukan laporan yang
pre akan
conference dikumpulkan
dengan pada minggu 1
pembimbing
akademik
4 Jumat, 18 Melakukan Masalah CKD Tidak ada Menyusun askep
Maret 2022 asuhan asuhan pasien teratasi kepada pasien
keperawatan sebagian
pada pasien

5 Sabtu, 19 Asuhan Tidak ada Menargetkan


Maret 2022 keperawatan pengumpulan
dilanjutkan laporan minggu 1
yang dikirimkan ke
helti
LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA CHRONIC
KIDNEY DISEASE (CKD) DAN PRIORITAS MASALAH OKSIGENASI DI
RUANG AQSA II
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

STASE
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

Oleh :
Nadia Safira
P1337420921223

Preceptor Akademik :
Wenny Trisnaningtyas, S.Kep, Ns.M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022
1. KONSEP DASAR CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
a. Definisi
Chronic Kidney Disease CKD adalah suatu proses patologis dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya
dan berakhir pada gagal ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis
yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel, pada suatu derajat yang
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Uremia adalah suatu sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ,
akibat penurunan fungsi ginjal pada CKD (Suwitra, 2010).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat dekstrusi
struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolik (toksik
uremik) di dalam darah (Sari & Muttaqin, 2011). Chronic Kidney Disease (CKD) adalah
sindrom klinis yang umum pada stadium lanjut dari semua penyakit ginjal kronik yang
ditandai oleh uremia (Depkes RI, 1996 : 61 di dalam Haryono, 2013 ). CKD adalah
kerusakan ginjal yang bersifat progresif dan irevesible sehingga fungsi ginjal
menghilang (Lyndo, 2014).
Berdasarkan dari beberapa pengertian menurut para ahli diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa CKD adalah kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel.
Sehingga fungsi ginjal tidak optimal dalam mempertahankan metabolisme tubuh dan
keseimbangan cairan dan elektrolit dan menyebabkan uremia. Diperlukan terapi yang
membantu kinerja ginjal serta dalam beberapa kondisi diperlukan transplantasi ginjal.
b. Etiologi
Penyebab Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kehilangan fungsi ginjalnya
secara bertahap, kerusakan sudah terjadi selama lebih dari 3 (tiga) bulan. Selain itu, hasil
pemeriksaan juga menunjukan adanya kelainan struktur atau fungsi ginjal. Kondisi
tersebut disebabkan oleh : Penyakit glomerular kronis, Infeksi kronis, Kelainan
kongenital, Penyakit vaskuler, Obstruksi saluran kemih, Penyakit kolagen, Obat-obatan
nefrotoksi (Muhammad, 2012).
Sedangkan menurut Haryono (2013) yang menyebabkan gagal ginjal kronik
adalah penyakit peradangan ginjal bilateral, biasanya timbul pascainfeksi streptococcus.
Untuk glomerulus akut, gangguan fisiologis utamanya dapat mengakibatkan ekskresi air,
natrium dan zat-zat nitrogen berkurang sehingga timbul edema dan azotemia,
peningkatan aldosteron menyebabkan retensi air dan natrium. Untuk glomerulonefritis
kronik, ditandai dengan kerusakan glomerulus secara progresif lambat, akan tampak
ginjal mengkerut, berat lebih kurang dengan permukaan bergranula. Ini disebabkan
jumlah nefron berkurang karena iskemia, karena tubulus mengalami atropi, fibrosis
intestinal dan penebalan dinding arteri.
c. Patofisiologi
Penyakit Chronic Kidney Disease (CKD ) pada awalnya tergantung pada penyakit
yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang
lebih sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan
fungsional nefron yang masih tersisa (Surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi,
yang diperantai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini
mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler
dan aliran darah glomerulus.
Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladapsi
berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan
fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya
peningkatan aktivitas aksis reninangiotensin-aldosteron intrarenal, ikut memberikan
kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas tersebut. Aktivasi
jangka panjang aksis rennin-angiotensin-aldosteron,sebagian diperantarai oleh growth
factor seperti transforming growth factor (TGF).
Beberapa hal yang juga dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas
penyakit CKD adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia. Terdapat
variabilitas interindividual untuk terjadinya sklerosis dan fibrosis glomerlus maupun
tubulointerstitia.
Pada stadium paling dini penyakit Chronic Kidney Disease, terjadi kehilangan
daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan mana basal LFG masih normal atau
malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi
nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan
(asimtomatik) tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai
pada LFG di bawah 30%, pasien memperlihatkan tanda gejala uremia yang nyata seperti,
anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, pruritis,
mual muntah, nyeri, cemas dengan keadaannya dan lain sebagainnya.
Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran
napas, maupun unfeksi saluran cerna. juga akan terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit antara lain natrium dan kalium. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan
komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal
(renal replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal, pada keadaan ini
pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal.
Permasalahan respon fisiologis yang disebabkan oleh Chronic Kidney Disease
(CKD) menurut Muttaqin, (2011) adalah :
a) Ketidakseimbangan cairan
Mula-mula ginjal kehilangan fungsinya sehingga tidak mampu memekatkan
urine (hipothenuria) dan kehilangan cairan yang berlebihan (poliuria).
Hipothenuria tidak disebabkan atau berhubungan dengan penurunan jumlah
nefron, tetapi oleh peningkatan beban zat tiap nefron. Hal ini terjadi karena
keutuhan nefron yang membawa zat tersebut dan kelebihan air untuk nefron –
nefron tersebut tidak dapat berfungsi lama. Terjadi osmotik diuretik,
menyebabkan seseorang menjadi dehidrasi.
b) Ketidakseimbangan Natrium
Ketidakseimbangan natrium merupakan masalah yang serius di mana
ginjal dapat mengeluarkan sedikitnya 20 – 30 mEq natrium setiap hari atau dapat
meningkatkan sampai 200 mEq per hari. Variasi kehilangan natrium berubungan
dengan intact nephron theory. Dengan kata lain, bila terjadi kerusakan nefron,
maka terjadi pertukaran natrium. Nefron menerima kelebihan natrium sehingga
menyebabkan GFR menurun dan dehidrasi.
Kehilangan natrium lebih meningkat pada gangguan gastrointestinal,
terutama muntah dan diare. Keadaan ini memperburuk hiponatremia dan
dehidrasi. Pada CKD yang berat keseimbangan natrium dapat dipertahankan
meskipun terjadi kehilangan yang fleksibel pada nilai natrium. Orang sehat dapat
pula meningkat di atas 500 mEq/hari. Bila GFR menurun di bawah
25-30ml/menit, maka ekskresi natrium kurang lebih 25 mEq/hari, maksimal
ekskresinya 150-200 mEq/hari. Pada keadaan ini natrium dalam diet dibatasi
sekitar 1-1,5 gram/hari
c) Ketidakseimbangan Kalium
Jika keseimbangan cairan dan asidosis metabolic terkontrol, maka
hiperkalemia jarang terjadi sebelum stadium IV. Keseimbangan kalium
berhubungan kalium berhubungan dengan sekresi aldosteron. Selama urine output
dipertahankan, kadar kalium biasanya terpelihara. Hiperkalemia terjadi karena
pemasukan kalium yang berlebihan, dampak pengobatan, hiperkatabolik (infeksi),
atau hiponattremia.
Hiperkalemia juga merupakan karakteristik dari tahap uremia. Hipokalemia
terjadi pada keadaan muntah atau diare berat, pada penyakit tubuler ginjal, dan
penyakit nefron ginjal, di mana kondisi ini akan menyebabkan eksresi kalium
meningkat. Jika hipokalemia persisten, kemungkinan GFR menurun dan produksi
NH, meningkat ; HCO3 menurun dan natrium bertahan.
d) Ketidakseimbangan Asam Basa
Asidosis metabolik terjadi karena ginjal tidak mampu mengekskresikan ion
hydrogen untuk menjaga pH darah normal. Disfungsi renal tubuler mengakibatkan
ketidakmampuan pengeluaran ion H dan pada umumnya penurunan ekskresi H+
metabolism dalam tubuh dan tidak difiltrasi secara efektif, NH3 menurun dan sel
tubuler tidak berfungsi. Kegagalan pembentukan bikarbonat memperberat
ketidakseimbangan. Sebagian kelebihan hydrogen dibuffer oleh mineral tulang.
Akibatnya asidosis metabolic memungkinkan terjadinya osteodistrifi.
e) Ketidakseimbangan Magnesium
Magnesium pada tahap awal CKD adalah normal, tetapi menurun secara
progresif dalam ekskresi urine sehingga menyebabkan akumulasi. Kombinasi
penurunan ekskresi dan intake yang berlebihan pada hipermagnesiemia dapat
mengakibatkan henti napas dan jantung.
f) Ketidakseimbangan kalsium dan fosfor
Secara normal kalsium dan fosfor dipertahankan oleh paratiroid hormone
yang menyebabkan ginjal mereabsorbsi kalisium, mobilisasi kalsium dari tulang,
dan depresi reabsorbsi tubuler dari fosfor. Bila fungsi ginjal menurun 20-25% dari
normal, hiperfosfatemia dan hipokalsemia terjadi sehingga timbul
hiperparathyroidisme berlangsung dalam waktu lama dapat mengakibatkan
osteorenal dystrophy.
g) Anemia
Penurunan Hb disebabkan oleh kerusakan produksi eritropoietin, masa hidup
sel darah merah pendek karena perubahan plasma, peningkatan kehilangan sel
darah merah karena ulserasi gastrointestinal, dialysis, dan pengambilan darah
untuk pemeriksaan laboratorium, intake nutrisi tidak adekuat, defisiensi folat,
defisiensi iron/zat besi, peningkatan hormone paratiroid merangsang jaringan
fibrosa atau osteitis fibrosis, menyebabkan produksi sel darah di sumsum
menurun, ureum kreatinin.
Menurut (Lyndo, 2014) nefron yang berubah menjadi jaringan fibrosis tidak
lagi dapat mengabsorpsi dan mensekresikan air, glukosa, asam-asam amino,
ammonia, bikarbonat serta elektrolit, Stadium pertama : cadangan renal sudah
berkurang tetapi limbah metabolic belum bertumpuk kendati sudah terjadi
kerusakan renal. Stadium kedua : terjadi insufisiensi renal dan limbah metabolik
mulai bertumpuk, ginjal tidak lagi mampu mengoreksi gangguan keseimbangan
metabolik. Dan stadium ketiga (gagal ginjal): uremia terjadi bersama dengan
penurunan keluaran urine; peningkatan penumpukan limbah metabolic, dan
gangguan keseimbangan cairan, elektrolit serta asam-basa.
d. Manifestasi Klinis
Pada gagal ginjal kronik akan terjadi rangkaian perubahan. Bila GFR menurun 5-
10% dari keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien akan menderita
syndrome uremik, yaitu suatu kompleks gejala yang diakibatkan atau berkaitan dengan
retensi metabolik nitrogen akibat gagal ginjal. Dua kelompok gejala klinis dapat terjadi
pada sindrom uremik, yaitu :
a) Gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi; kelainan volume cairan dan elektrolit,
ketidakseimbangan asam basa, retensi metabolit nitrogen serta metabolit lainya,
serta anemia akibat defisiensi sekresi ginjal (eritropoeitin).
b) Gabungan kelainan kardiovaskuler, neuromuskuler, saluran cerna, dan kelainan
lainya (dasar kelainan system ini belum banyak diketahui).
Manifestasi klinis menurut (Smeltzer, 2001; 1449) di dalam, Haryono (2013)
antara lain hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas system
reninangiotensi-aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan
berlebihan) dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksik, pruritis,
anoreksia, mual, muntah, cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi.
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Urin
- Volume: biasanya berkurang dari 400ml/24jam (oliguria)/anuria.
- Warna: secara abnormal urin keruh,mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, partikel koloid, fosfat lunak, sedimen kotor, kecoklatan menunjukan
adanya darah, Hb, mioglobulin, forffirin.
- Berat jenis: < 1,051 (menetap pada 1.010 menunjukan kerusakan ginjal berat).
- Osmolaritas: < 350 Mosm/kg menunjukkan kerusakan mubular dan rasio
urin/sering 1:1.
- Kliren kreatinin: mungkin agak menurun
- Natrium: > 40 ME o /% karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium.
Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secar bulat, menunjukkan kerusakan
glomerulus jika SDM dan fagmen juga ada. pH, kekeruhan, glukosa, SDP dan
SDM.
2. Darah
- BUN: Urea adalah produksi akhir dari metabolise protein, peningkatan BUN
dapat merupakan indikasi dehidrasi, kegagalan prerenal atau gagal ginjal.
- Kreatinin: produksi katabolisme otot dari pemecahan kreatinin otot dan kreatinin
posfat. Bila 50% nefron rusak maka kadar kr eatinin meningkat.
- Elektrolit: natrium, kalium, kalsium dan posfat.
- Hematology: Hb, thrombosit, Ht dan leukosit.
3. Pielografi intravena
- Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter, pielografi retrograde
dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversible arteriogram ginjal.
- Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler massa.
4. Sistouretrogram
- Menunjukan ukuran kandung kemih, refluks ke dalam ureter, retensi.

5. Ultrasonografi ginjal
- Menunjukan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas.
6. Biopsy ginjal
- Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologist.
7. Endoskopi ginjal histologist
- Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan
pangangkatan tumor selektif.
8. EKG
- Mungkin abnormal menunjukan ketidakseimbangan elektrolit dan pengangkatan
tumor selektif (Haryono, 2013).
f. Penatalaksanaan Medis
1. Obat-obatan
Antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furesemid
(membantu berkemih), transfuse darah.
2. Intake cairan dan makanan
- Minum yang cukup
- Pengaturan diet rendah protein (0,4-0,8) gram/kg BB bisa memperlambat
perkembangan gagal ginjal kronik.
- Asupan garam biasanya tidak dibatasi kecuali jika terjadi edema (penimbunan
cairan di dalam jaringan) atau hipertensi.
- Tambahan vitamin B dan C diberikan jika penderita menjalani diet ketat atau
menjalani dialisa.
- Pada penderita gagal ginjal kronis biasanya kadar trigliserida dalam darah tinggi
hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi, seperti stroke dan
serangan jantung. Untuk menurunkan kadar trigliserida, diberikan gemfibrosil.
- Kadang asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu rendahnya kadar garam
(natrium) dalam darah.
- Makanan kaya kalium harus dihindari, hiperkalemia (tingginya kadar kalium
dalam darah) sangat berbahaya karena meningkatkan resiko terjadinya gangguan
irama jantung dan cardiac arrest.
- Jika kadar kalium terlalu tinggi maka diberikan natrium polisteren sulfonat untuk
mengikat kalium sehingga kalium dapat dibuang bersama tinja.
- Kadar fosfat dalam darah dikendalikan dengan membatasi asupan makanan kaya
fosfat (misalnya produk olahan susu, hati, polong, kacang-kacang dan minuman
ringan).
Menurut Haryono (2013) pencegahan dan pengobatan komplikasi sebagai beriukut :
1. Hipertensi
- Hipertensi dapat dikiontrol dengan pembatasan natrium dan cairan.
- Pemberian obat antihiprtensi : metildopa (aldomet), pro-pranolol, klonidin
(catapres).
- Apabila penderita sedang mengalami terapi hemodialisa, pemberian anti
hipertensi dihentikan karena dapat mengakibatkan hipotensi dan syok yang
diakibatkan oleh keluarnya cairan intravaskuler ultrafiltrasi.
- Pemberian diuretic : furosemid (lasix).

2. Hyperkalemia
- Hiperkalemia merupakan komplikasi yang paling serius, karena bila K + serum
mencapai sekitar 7 mEq/L, dapat mengakibatkan aritmia dan juga henti jantung.
Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan insulin intravena,
yang akan memasukkan K+ ke dalam sel, atau dengan pemberian Kalsium
Glukonat 10%.
3. Anemia
- Anemia pada CKD diakibatkan penurunan sekresi eritropoetin oleh ginjal.
Pengobatannya adalah pemberian hormone eritropoitin, yaitu rekombinan
erittopoeitin (r-EPO) (Eschbch et al, 1987), selain dengan pemerian vitamin dan
asam folat, besi dan transfudi darah.
4. Asidosis
- Ansidosis pada gagal ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO3, plasma turun
dibawah angka 15 mEq/L. Bila asidosis berat akan dikoreksi dengan pemberian
Na HCO3, (Natrium Bikarbonat) parenteral. Koreksi pH darah yang berlebihan
dapat mempercepat timbulnya tetania, maka harus dimonitor dengan seksama.
5. Diet rendah fosfat
- Diet rendah fosfat dengan pemberian gel yang dapat mengikat fosfat di dalam
usus. Gel yang dapat mengikat fosfatharus dimakan bersama dengan makanan.
6. Pegobatan hiperurismia
- Obat pilihan untuk mengobati hiperurisemia pada penyakit ginjal lanjut adalah
pemberian alopurinol. obat ini mengurangi kadar asam urat dengat menghambat
biosintesis sebagai asam urat total yang dihasilkan tubuh.
7. Dialisa dan transplantasi
- Pengobatan gagal ginjal stadium akhir adalah dengan dialysis lanjut transplantasi
ginjal. Dialysis dapat digunakan untuk mempertahankan penderita dalam
keadaaan klinius yang optimal sampai tersedia donor ginjal. Dialysis dilakuakan
apabila kadar kreatinin serum biasanya di atas 6 mg/100 ml pada laki-laki atau 4
ml/ 100mlpada wanita, GFR kurang dari 4 ml/menit.
Adapun rencana penatalaksanaan penyakit gagal ginjal sesuai dengan derajatnya :
- Dengan LFG lebih dari atau sama dengan 90% yaitu dengan terapi penyakit
dasar, kondisi komorbid, evaluasi pemburukan funsi ginjal, memperkecil risiko
kardiovaskular.
- Dengan LFG 60-89% yaitu dengan menghambat pemburukan fungsi ginjal.
- Dengan LFG 30-59% yaitu dengan evaluasi dan terapi komplikasi.
- Dengan LFG 15-29% yaitu dengan memberikan persiapan untuk terapi
pegngganti ginjal.
- Dengan LFG di bawah 15% yaitu dengan memberikan pengganti ginjal.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA CKD
a. Pengkajian
1) Identitas klien
Terdiri dari nama, no.rekam medis, tanggal lahir, umur, agama, jenis kelamin,
pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk, diagnosa medis dan nama
identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, hubungan dengan pasien,
pekerjaan dan alamat.
2) Keluhan utama
Biasanya Klien datang dengan keluhan utama yang didapat bervariasi, mulai dari
urine output sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran,
tidak selera makan (anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas
berbau (ureum), dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011).
3) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya terjadi penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola
napas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya napas berbau ammonia, dan
perubahan pemenuhan nutrisi. Kemana saja klien meminta pertolongan untuk
mengatasi masalah dan mendapat pengobatan apa (Muttaqin, 2011).
4) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya ada riwayat penyakit gagal ginjal gagal akut, infeksi saluran kemih,
payah jantung, pengguanaan obat-obat nefrotoksik. Benign Prostatic Hyperplasia,
dan prostatektomi. Dan biasanya adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi
system perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi presdiposisi penyebab. Penting
untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obatobatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan (Muttaqin, 2011).
5) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit
yang sama dengan klien yaitu CKD, maupun penyakit diabetes mellitus dan
hipertensi yang bisa menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit CKD.
6) Pola aktivitas/ istirahat
- Gejala : kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise. Gangguan tidur
(insomnia/gelisah atau samnolen).
- Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
7) Pola nutrisi
- Makan / cairan Gejala : peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat
badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa tidak sedap
pada mulut (pernafasan ammonia).\
- Tanda : distensi abdomen, pembesaran hati, perubahan turgor kulit edema,
ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah, penurunan otot, penurunan lemak sub kutan,
penampilan tidak bertenaga.
8) Pola eliminasi
- Gejala : penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut, abdomen
kembung, diare atau konstipasi.
- Tanda : perubahan warna urin, contoh : kuning pekat, merah, coklat berawan,
oliguria , dapat menjadi anuria.
9) Pola sirkulasi
- Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada (angina).
- Tanda : hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umumdan pitting pada kaki,
telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi, ortostatik
menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir, pucat,kulit
coklat kehijauan, kuning, kecendrungan perdarahan.
10) Integritas ego
- Gejala : faktor stress, contoh : financial, hubungan, persaan tidak berdaya, tidak
ada kekuatan.
- Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan
kepribadian.
11) Neurosensori
- Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/ kejang sindrom “kaki
gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki.
- Tanda : gangguan status mental, contoh : penurunan lapang perhatian ,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, kejang, rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
12) Nyeri/ kenyamanan
- Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaku (memburuk saat
malam hari)
- Tanda : perlu berhati-hati, distraksi, gelisah.
13) Pernafasan
- Gejala : nafas pendek, dyspenia, nocturnal paroksimal, batuk dengan atau tampa
sputum kental dan banyak.
14) Keamanan
- Gejala : kulit gatal, ada/berulangnya infeksi. T
- anda : pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), normotemia dapat secara actual
terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari
normal (depresi respons imun), petekie, area ekimosis pada kulit.
15) Seksualitas
- Gejala : penurunan libido, amenorea, infertilitas.
16) Interaksi sosial
- Gejala : kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum dan TTV
- Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat.
- Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi system saraf pusat
- TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi.
2) Kepala
- Rambut : Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sakit, kepala,
kuku rapuh dan tipis.
- Wajah : Biasanya klien berwajah pucat
- Mata : Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva an emis,
dan sclera tidak ikterik.
- Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan klien bernafas pe ndek
dan kusmaul
- Bibir:Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi, perdara han
gusi, dan napas berbau
- Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
- Lidah : Biasanya tidak terjadi perdarahan
3) Leher
- Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah bening
4) Dada/ thorak
- Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan kusmaul
(cepat/dalam)
- Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
- Perkusi : Biasanya Sonor
- Auskultasi : Biasanya vesicular
5) Jantung
- Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2 linea dekstra
sinistra
- Perkusi : Biasanya ada nyeri
- Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat

6) Abdomen
- Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan caira n,
klien tampak mual dan muntah
- Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-35 kali/menit
- Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya
pembesaran hepar pada stadium akhir.
- Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.
7) Genitourinaria
- Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, anuria distensi abdomen, diare atau
konstipasi, perubahan warna urine menjadi kuning pekat, merah coklat dan
berwarna.
8) Ekstremitas
- Biasanya diadapatkan adanya nyeri panggul, oedema pada ekstermitas, kram
otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, keterbatasan gerak
sendi.
9) Sistem Integumen
- Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik adanya area
ekimosis pada kulit.
10) Sistem Neurologi
- Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran,
disfungsi serebral, seperti perubahan proses piker dan disorientasi. Klien sering
didapati kejang, dan adanya neuropati perifer (Muntaqqin, 2011).
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data pasien. Kemungkinan diagnosa
keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut
(Brunner&Sudart, 2013 dan SDKI, 2016):
1) Hipervolemia
2) Defisit nutrisi
3) Gangguan pertukaran gas
4) Intoleransi aktivitas
5) Resiko penurunan curah jantung
6) Perfusi perifer tidak efektif
d. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien Gagal Ginjal (CKD)
(sumber: SIKI, 2018)
No Diagnose Tujuan dan Kriteria Intevensi
Keperawatan Hasil

1. Hipervolemia Setelah dilakukan Manajemen


tindakan keperawatan Hipervolemia
selama 3x8 jam maka Observasi :
hipervolemia meningkat 1. Periksa tanda
dengan kriteria hasil: dan gejala
1. Asupan cairan hipervolemia
meningkat (edema, dispnea,
2. Haluaran urin suara napas
meningkat tambahan)
3. Edema menurun 2. Monitor intake
4. Tekanan darah dan output cairan
membaik 3. Monitor jumlah
5. Turgor kulit dan warna urin
membaik. Terapeutik :
4. Batasi asupan
cairan dan garam
5. Tinggikan kepala
tempat tidur
Edukasi
6. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
cairan
Kolaborasi
7. Kolaborasai
pemberian
diuretik
8. Kolaborasi
penggantian
kehilangan
kalium akibat
deuretik
9. Kolaborasi
pemberian
continuous renal
replecement
therapy (CRRT),
jika perlu.
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
tindakan keperawatan Observasi :
selama 3x8 jam 1. Identifikasi
diharapkan pemenuhan status nutrisi
kebutuhan nutrisi pasien 2. Identifikasi
tercukupi dengan kriteria makanan yang
hasil: disukai
1. Intake nutrisi 3. Monitor asupan
tercukupi makanan
2. Asupan makanan 4. Monitor berat
dan cairan badan.
tercukupi Terapeutik :
5. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
6. Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
7. Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
Edukasi :
8. Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
9. Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi :
10. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan,
jika perlu
11. Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
3. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
gas tindakan keperawatan Observasi :
selama 3x8 jam 1. Monitor
diharapkan pertukaran frekuensi, irama,
gas tidak terganggu kedalaman dan
dengak kriteria hasil : upaya napas
1. Tanda-tanda vital 2. Monitor pola
dalam rentang napas
normal 3. Monitor saturasi
2. Tidak terdapat oksigen
otot bantu napas 4. Auskultasi bunyi
3. Memlihara napas
kebersihan paru Terapeutik :
dan bebas dari 5. Atur interval
tanda-tanda pemantauan
distress respirasi sesuai
pernapasan kondisi pasien
6. Bersihkan sekret
pada mulut dan
hidung, jika
perlu
7. Berikan oksigen
tambahan, jika
perlu
8. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi :
9. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
10. Informasikan
hasil pemantauan
Kolaborasi :
11. Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
4. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
tindakan keperawatan Observasi :
selama 3x8 jam toleransi 1. Monitor
aktivitas meningkat kelelahan fisik
dengan kriteria hasil : 2. Monitor pola dan
1. Keluhan lelah jam tidur
menurun Terapeutik
2. Saturasi oksigen 3. Lakukan latihan
dalam rentang rentang gerak
normal (95%- pasif/aktif
100%) 4. Libatkan
3. Frekuensi nadi keluarga dalam
dalam rentang melakukan
normal (60-100 aktifitas, jika
kali/menit) perlu
4. Dispnea saat Edukasi :
beraktifitas dan 5. Anjurkan
setelah melakukan
beraktifitas aktifitas secara
menurun (16-20 bertahap
kali/menit) 6. Anjurkan
keluarga untuk
memberikan
penguatan positif
Kolaborasi :
7. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
5. Resiko penurunan Setelah dilakukan Perawatan Jantung
curah jantung asuhan keperawatan Observasi :
selama 3x8 jam 1. Identifikasi tanda
diharapkan penurunan dan gejala primer
curah jantung meningkat penurunan curah
dengan kriteria hasil : jantung (mis.
1. Kekuatan nadi Dispnea,
perifer kelelahan)
meningkat 2. Monitor tekanan
2. Tekanan darah darah
membaik 100- 3. Monitor saturasi
130/60-90 oksigen
mmHg Terapeutik :
3. Lelah menurun 4. Posisikan semi-
4. Dispnea fowler atau
menurun dengan fowler
frekuensi 16-24 5. Berikan terapi
x/menit oksigen
Edukasi :
6. Ajarkan teknik
relaksasi napas
dalam
7. Anjurkan
beraktifitas fisik
sesuai toleransi
Kolaborasi :
8. kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu
6. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi
efektif tindakan perawatan Observasi :
selama 3x8 jam maka 1. Periksa sirkulasi
perfusi perifer perifer (mis.
meningkat dengan Nadi perifer,
kriteria hasil : edema, pengisian
1. denyut nadi kapiler, warna,
perifer suhu)
meningkat 2. Monitor
2. Warna kulit perubahan kulit
pucat menurun 3. Monitor panas,
3. Kelemahan otot kemerahan, nyeri
menurun atau bengkak
4. Pengisian kapiler 4. Identifikasi
membaik faktor risiko
5. Akral membaik gangguan
6. Turgor kulit sirkulas
membaik Terapeutik :
5. Hindari
pemasangan
infus atau
pengambilan
darah di area
keterbatasan
perfusi
6. Hindari
pengukuran
tekanan darah
pada ekstremitas
dengan
keterbatasan
perfusi
7. Lakukan
pencegahan
infeksi
8. Lakukan
perawatan kaki
dan kuku
Edukasi :
9. Anjurkan
berhenti
merokok
10. Anjurkan
berolahraga rutin
11. Anjurkan
mengecek air
mandi untuk
menghindari
kulit terbakar
12. Anjurkan
meminum obat
pengontrol
tekanan darah
secara teratur
Kolaborasi
Kolaborasi :
13. pemberian
kortikosteroid,
jika perlu

e. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses asuhan keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan yang di prioritaskan.
Proses pelaksanaan imolementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-
faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi (Kozier et al., 2010).
Menurut Purwaningsih & Karlina (2010) ada 4 tahap operasional yang harus
diperhatikan oleh perawat dalam melakukan implementasi keperawatan, yaitu sebagai
berikut :
1) Tahap Prainteraksi
Membaca rekam medis pasien, mengeksplorasi perasaan, analisis kekuatan dan
keterbatasan professional pada diri sendiri, memahami rencana keperawatan yang
baik, menguasai keterampilan teknis keperawatan, memahami rasional ilmiah dan
tindakan yang akan dilakukan, mengetahui sumber daya yang diperlukan, memahami
kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan keperawatan, memahami
standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur keberhasilan dan penampilan
perawat harus meyakinkan
2) Tahap Perkenalan
Mengucapkan salam, memperkenalkan nama, enanyakan nama, umur, alamat
pasien, menginformasikan kepada pasien tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
oleh perawat, memberitahu kontrak waktu, dan memberi kesempatan pada pasien
untuk bertanya tentang tindakan yang akan dilakukan
3) Tahap Kerja
Menjaga privasi pasien, melakukan tindakan yang sudah direncanakan, halhal
yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah energy pasien,
pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, kondisi pasien, respon pasien
terhadap tindakan yang telah diberikan.
4) Tahap Terminasi
Beri kesempatan pasien untuk mengekspresikan perasaannya setelah dilakukan
tindakan oleh perawat, berikan feedback yang baik kepada pasien dan puji atas
kerjasama pasien, kontrak waktu selanjutnya, rapikan peralatan dan lingkungan
pasein dan lakukan terminasi, berikan salam sebelum menginggalkan pasien, lakukan
pendokumentasian.
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-menerus terhadap respon
pasien pada tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi proses atau promotif
dilakukan setiap selesai tindakan. Evaluasi dapat dilakukan menggunakan SOAP sebagai
pola pikirnya.
S: Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O: Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
A: Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah teratasi, masalah teratasi
sebagian, masalah tidak teratasi atau muncul masalah baru.
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa
pada respon pasien.
Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi: 1) Masalah
teratasi, jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan. 2) Masalah teratasi sebagian, jika pasien menunjukkan sebahagian dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan. 3) Masalah belum teratasi, jika pasien tidak
menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan 4) Muncul masalah baru, jika pasien menunjukkan
adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru.
DAFTAR PUSTAKA
Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika

Black, J & Hawks, J. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis


untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba
Emban Patria

Desfrimadona, (2016). Kualitas Hidup pada Pasien Gagal ginjal Kronik dengan Hemodialisa
di RSUD Dr. M. Djamil Padang. Diploma Thesis Univesitas Andalas

KEMENKES (2018). Cegah dan Kendalikan Penyakit Ginjal Dengan CERDIK dan
PATUH. Diakses pada tanggal 07 Desember 2018 dari www.depkes.go.id

Kinta, (2012). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gagal Ginjal
Kronik. Scribd. Diakses pada 30 November 2018

Kozier, Barbara (2010). Fundamentals of Canadian Nursing: Concepts, Process and Practice,
edisi2. Pearson Education Canada

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keprawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn.S DI RUANG
AQSA 2 RSUD dr.ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Oleh

Nadia Safira
P1337420921223

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian/ Jam: 15 Maret 2022 Ruang/ RS: Aqsa 2
A. BIODATA
1. Biodata Pasien
a. Nama : Samsir Bin T Rahmatsyah
b. Umur : 67 Tahun
c. Alamat : Suak Manang (simelue)
d. Pendidikan : SLTA
e. Perkerjaan : Wiraswasta
f. Tanggal Masuk : 08-03-2022
g. Diagnose Medis : CKD
h. Nomor Register : #02-2426025
2. Biodata Penanggung Jawab
a. Nama : Ariana Murni
b. Umur : 26 Tahun
c. Alamat : Suak Manang (Simelue)
d. Pendidikan : D3 Kebidanan
e. Pekerjaan : Bidan
f. Hubungan dengan klien : Anak Kandung
B. KELUHAN UTAMA
Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien saat ini mengatakan merasa mual dan ingin muntah serta tidak selera
makan, selain itu pasien juga mengeluh sesak nafas dan badan terasa lemas. Pasien
terlihat hanya berbaring ditempat tidurnya. Saat ini pasien terpasang oksigen nasal
kanul 3 liter/ menit dan hasil tanda-tanda vital : TD : 180/110 mmHg, N: 90x/menit,
RR: 26 x/menit, S: 36,0 ºC.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernag dirawat di rumah sakit pada tanggal 20 Mei 2021 selama 4 hari
dengan diagnose CKD, pasien memiliki riwayat penggunaan obat asam urat namun
sudah berhenti semenjak 2 tahun yang lalu, pasien tidak memiliki riwayat alergi dan
operasi.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan kalau orang tua yaitu bapak memiliki riwayat hipertensi.
D. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL
1. Pola Manajemen dan Persepsi Kesehatan
a. Keluarga mengatakan pasien sadar akan kesehatannya dan saat mengalami gejala-
gejala sakit, pasien lansung memriksaan diri ke pelayanan kesehatan.
b. Keluarga mengatakan pasien tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya karena
telat menyadari gejala yang dialami.
c. Bila sakit, biasanya pasien berobat ke pelayanan kesehatan terdekat.
2. Pola Nutrisi & Metabolisme

Sebelum Sakit Sesudah Sakit


- Pasien mengatakan makan 2x - Pasien mengatakan nafsu
sehari dengan lauk seadanya. makan berkurang.

3. Pola Eliminasi

Sebelum Sakit Sesudah Sakit


- BAK normal kurang lebih 400 - BAK normal kurang lebih 400
cc/ 7 jam, warna kuning jernih cc/ jam, warna kuning jernih,
pernah hematuria BAB sulit
(konstipasi)

4. Pola Istirahat & tidur

Sebelum Sakit Sesudah Sakit


- Pasien tidur dengan nyenyak - Pasien dapat tidur walaupun
selama kurang lebih 7 jam per kualitas dan kuantitas tidurnya
hari berkurang
5. Pola Aktivitas dan Latihan

Sebelum Sakit Sesudah Sakit


- Pasien biasanya menonton TV - Pasien hanya ditunggu oleh
dan berkumpul bersama anggota keluarganya.
keluarga untuk mengisi waktu
luang

6. Pola Peran & Hubungan


Sebelum sakit pasien berperan sebagai bapak di dalam keluarganya selama
dirumah. Tetapi karena sakit sehingga tidak bisa berperan sebagai bapak seperti
biasanya.
7. Pola Persepsi Kognitif dan Sensori
a. Keluarga mengatakan pasien sering merasa mual dan muntah, serta mengeluh
sesak nafas.
b. Pasien mampu mengigat sesuatu dengan baik, mampu bicara namun agal kurang
jelas, dan memahami pesan yang diterima.
8. Pola Persepsi diri/ Konsep diri
a. Harapan pasien setelah menjalani perawatan pasien ingin segera sembuh dan dapat
beraktivitas kembali.
b. Keadaan sakitnya saat ini sangat mempengaruhi kebiasaan hidup pasien, pasien
jadi tidak dapat makan semua yang pasien inginkan, karena pasien sering merasa
mual dan muntah saat makan.
9. Pola Seksual & Reproduksi
Pasien adalah seorang laki-laki berumur 67 tahun. Hubungan pasien dengan
istrinya sangat harmonis. Pasien selalu dijaga oleh istri dan anak-anaknya.
10. Pola Mekanisme Koping
a. Status emosi ekspresi hati dan perasaan klien biasa saja, tingkah laku yang
menonjol tidak ada, dan suasana yang membahagiakan klien adalah saat
berkumpul bersama keluarga. Stressing yang membuat perasaan klien tidak
nyaman adalah saat memikirkan tugasnya sebagai kepala keluarga.
b. Gaya komunikasi pasien dengan keluarganya baik/ teratur
c. Mekanisme koping klien dalam mengatasi masalahnya adalah dengan cara berdoa
dan beribadah.
11. Pola Nilai & Kepercayaan
Selama keadaan sakitnya, pasien tidak dapat melaksanakan ibadahnya sebagai
seorang muslim dengan baik.
E. PEMERIKSAAN FISIK
a. Penampilan/ keadaan umum : Baik/ composmentis.
b. Tanda – tanda vital
1) Tekanan darah : 180/110 mmHg
2) Nadi : 90x/ menit
3) Pernafasan : 26x/ menit
4) Suhu : 36,0ºC
c. Pengkuran antropometri
1) Tinggi badan : 155 cm
2) Berat badan : 50 kg
3) Lingkar lengan atas : 21 cm
d. Kepala : Bentuk simetris dan tidak ada luka
1) Rambut : Warna hitam dan ada uban, tipis dan agak
kotor.
2) Mata : Kedua mata bereaksi terhadap cahaya, tidak
memakai kacamata, dan konjungtiva
anemis.
3) Hidung : Hidung bersih, tidak ada secret, memakai
nasal kanul.
4) Telinga : Mampu mendengar pada jarak normal, tidak
nyeri, tidak ada secret telinga, tidak ada
pembengkakan, dan tidak memakai alat
bantu pendengaran.
5) Mulut : Selaput mukosa kering, mulut tampak kotor,
gigi dan gusi baik, bau mulut, bibir pecah-
pecah.
6) Leher dan tenggorokan:Posisi trakea simetris, tidak nyeri waktu
menelan.
e. Dada dan Thorak : Bentuk dada simetris, pergerakan simetris, tidak ada luka dan tidak
menggunakan otot bantu pernafasan.
1) Paru – paru
a) Inspeksi (Bentuk simestris, pengerakan simetris, tidak ada luka).
b) Perkusi (Terdapat bunyi sonor)
c) Palpasi (Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan)
d) Auskultasi (tidak ada suara tambahan, terdapat bunyi vesikuler).
2) Jantung
a) tidak ada keluhan nyeri dada
b) Inspeksi (tidak terlihat adanya pulsasi iktus kordis, CRT < 2 detik dan tidak
ada sianosis)
c) Palpasi (ictus kordis teraba di ICS 5, dan akral hangat)
d) Perkusi :
- batas atas : ICS V line midclavicular sinistra.
- batas kanan : ICS III line sternal dekstra
- batas kiri : ICS III line sternal sinistra
e) Auskultasi :
- BJ II Aurta : dup, regular dan intensitas kuat
- BJ II Pulmonal : dup, regular dan intensitas kuat
- BJ I Trikuspid : Lup, regular dan intensitas kuat
- BJ I Mitral : Lup, regular dan intensitas kuat
f) Tidak ada bunyi jantung tambahan
g) Tidak ada kelainan
3) Abdomen
a) Inspeksi : bentuk membesar, benjolan tidak ada bayangan vena, tidak terlihat
adanya benjolan abdomen, tidak ada luka operasi pada abdomen, dan tidak
terpasang drain
b) Auskultasi : peristaltic 18x/menit
c) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba adanya penumpukan cairan/ asites, dan
tidak ada pembesaran pda hepar dan lien.
d) Perkusi : shifting dullness : (+)
f. Genital : Daerah genital bersih, tidak ada luka, tidak ada tanda infeksi, terpasang
kateter.
g. Ekstermitas
1) Inspeksi kuku : warna merah muda pucat, pendek, kotor, tidak ada edema, dan
utuh.
2) Capillary refil : cepat
3) Kemampuan berfungsi

Kanan Kiri
3 3
1 1

- Ekstremitas atas : Skala kekuatan otot pada ekstremitas atas sinistra dan
dextra yaitu masing-masing 3,ditandai dengan mampu menggerakkan namun
tidak mampu menggenggam dengan kuat.
- Ekstremitas bawah : Skala kekuatan pada ekstremitas bawah sinistra dan
dextra yaitu masing-masing 1, karena tidak ada pergerakan pada kaki, dan
kaki tampak edema.

4) Pada tangan kiri pasien terpasang infus, tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah
tusukan infus, dan tidak ada nyeri berlebihan ketika area tusukan infus ditekan.
h. Kulit
Kulit pasien warna sawo matang, kulit kering, turgor sedang, terdapat edema pada
kedua kaki.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Tanggal: 15 Maret 2022

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan

HEMATOLOGI
Darah Lengkap
8,4 12.0-15,0 g/dl
HB
25 37-47 %
Hematocrit
3,1 4,2-5,4 106/mm3
Eritrosit
321 150-450 103/mm3
Trombosit
8,79 4,5-10,5 103/mm3
Leukosit
80 80-100 fL
MCV
27 27-31 Pg
MCH
34 32-36 g/dL
MCHC
14,2 11,5-14,5 %
RDW
13,3 7,2-11.1 Fl
PWD
KIMIA KLINIK
2,10 3,5-5,2 g/dL
Albumin
92 13-43 mg/dL
Ureum
1,10 0,51-0,95 mg/dL
Kreatinin
Natrium 135
132-146 mmol/L
Kalsium 4,10
3,7-5,4 mmol/L

G. PROGRAM TERAPI
1. Terapi :
a. O2 10 L/m via NRM
b. Diet ginjal 1800 kkal/hari + protein 60gr/ hari
c. IV. Mecobalamin 500 mg/12 jam
d. S.C heparin 5000 iu/ 12 jam
e. Epidion 3000 iu/ post HD
f. Asam folat 3x 300 mg
g. Gabapentin 1x300 mg
h. Amlodipine 1x10 mg
i. Bicnat 3x 500 mg
II. DAFTAR MASALAH (RUMUSAN DOAGNOSA KEPERAWATAN)

No Tanggal / jam Data fokus Etiologi Masalah


Keperawatan

1. 16- 03- 2022 DS: Uremia Nausea


10.0 IB - Pasien mengatakan
merasa mual seperti
ingin muntah dan tidak
nafsu makan.
DO:
- Pasien terlihat pucat
- Kadar ureum meningkat
(ureum 92 mg/dl)

2. 07- 03- 2022 DS: Perubahan Resiko


- Pasien mengatakan afterload penurunan
sesak nafas jantung
DO:
- Tekanan darah 180/110
mmHg

3. 08-02-2022 DS: Gangguan hipervolemia


- Pasien mengatakan perut mekanisme
semakin membesar regulasi
- Pasien juga mengatakan
kedua kaki bengkak
DO:
- Edema pada kedua kaki
- Asites diperut
- Kadar hemogloblin 8,4
mg/dL dan hematocrit
25%. Dan oliguria.

4. 08-03-2022 DS: kelemahan Intoleransi


- Pasien mengeluh badan aktivitas
terasa lemas
DO:
- Tekanan darah dan nadi
meningkat

III. PRIORITAS MASALAH (DIAGNOSA KEPERAWATAN)


1. Nausea
2. Resiko penurunan curah jantung
3. Hypervolemia
4. Intoleransi aktivitas
IV. RENCANA KEPERAWATAN

Tanggal / No Diagnosa Tujuan / Intervensi


Jam Keperawatan Kriteria Hasil

16-03-2022 1. Nausea Setelah dilakukan Manajemen Mual


10.00 WIB b/d asuhan Observasi :
uremia keperawatan 1. Identifikasi
selama 2x8 jam pengalaman
maka nausea mual
membaik dengan 2. Monitor mual (mis.
kriteria hasil : Frekuensi, durasi,
1. Nafsu makan dan tingkat
membaik keparahan)
2. Keluhan Terapeutik :
mual 3. Kendalikan faktor
menurun lingkungan
3. Pucat penyebab (mis.
membaik Bau tak sedap,
4. Takikardia suara dan
membaik. rangsangan yang
tidak
menyenangkan)
4. Kurangi atau
hilangkan keadaan
penyebab mual
(mis. Kecemasan,
ketakutan,
kelelahan)
Edukasi :
5. Anjurkan istirahat
dan tidur yang
cukup
6. Anjurkan sering
membersihkan
mulut, kecuali jika
merangsang mual
7. Ajarkan tehnik
nonfarmakologis
untuk mengatasi
mual (mis.
Relaksasi, terapi
music, akupresur.
Kolaborasi :
8. Kolaborasi
pemberian
antiemetic, jika
perlu.

16-03-22 2. Resiko Setelah dilakukan Perawatan Jantung


10.00 WIB penurunan asuhan Observasi :
curah jantung keperawatan 1. Identifikasi tanda
b/d perubahan selama 3x8 jam dan gejala primer
afterload diharapkan penurunan curah
penurunan curah jantung (mis.
jantung Dyspnea, kelelahan)
meningkat 2. Monitor tekanan
dengan kriteria darah
hasil : 3. Monitor saturasi
1. Kekuatan oksigen
nadi perifer Terapeutik :
meningkat 4. Posisikan semi-
2. Tekanan fowler atau fowler
darah 5. Berikan terapi
membaik oksigen
100-130/ 60- Edukasi :
90 mmHg 6. Ajarkan tehnik
3. Lelah relaksi nafas dalam
menurun 7. Anjurkan
4. Dyspnea beraktivitas fisik
menurun sesuai toleransi
(frekuensi
16-24 Kolaborasi :
x/menit) 8. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia, jika
perlu.

16-03-22 3. Hypervolemia Setelah dilakukan Manajemen


10.00 WIB b/d gangguan tindakan Hipervolemia
mekanisme keperawatan Observasi :
regulasi selama 3x8 jam 1. Periksa tanda dan
maka gejala hypervolemia
hypervolemia (edema, dyspnea,
meningkat suara nafas
dengan kriteria tambahan)
hasil : 2. Monitor intake dan
1. Asupan output cairan
cairan 3. Monitor jumlah dan
meningkat warna urin.
2. Haluaran Terapeutik :
urin 4. Batasi asupan cairan
meningkat dan garam
3. Edema 5. Tinggikan kepala
menurun tempat tidur 30-40º
4. Tekanan Edukasi :
darah 90- 6. Jelaskan tujuan dan
120/ 60-80 prosedur
mmHg pemantauan cairan
5. Turgor kulit Kolaborasi :
membaik 7. Kolaborasi
pemberian diuretic
8. Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic
9. Kolaborasi
pemberian
continuous renal
replacement
therapy (CRRT),
jika perlu

16-03-22 4. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi


10.00 WIB aktivitas b/d tindakan Observasi :
kelemahan keperawatan 1. Monitor kelelahan
selama 3x8 jam fisik dan
toleransi aktivitas emosional
meningkat dengan 2. Monitor pola dan
kriteria hasil : jam tidur
1. Keluhan lelah Terapeutik :
menurun 3. Lakukan latihan
2. Saturasi rentang gerak
oksigen dalam pasif/ aktif
rentang 4. Libatkan keluarga
normal (95%- dalam melakukan
100%) aktifitas, jika perlu
3. Frekuensi Edukasi :
nadi dalam 5. Anjurkan
rentang melakukan
normal (60- aktivitas secara
100 bertahap
kali/menit) 6. Anjurkan keluarga
4. Pernafasan untuk memberikan
saat penguatan positif
beraktivitas Kolaborasi :
menurun (16- 7. Kolaborasi dengan
20 kali/menit) ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan.

V. IMPLEMENTASI (TINDAKAN KEPERAWATAN)

No Tanggal / Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan


Jam

1. 16-03-2022
14.11 - Menanyakan tanda dan - Pasien mengatakan
gejala primer penurunan merasa sesak nafas dan
curah jantung lemas
14.25 - Mengkaji tanda dan - Edema terjadi pada kedua
gejala hypervolemia kaki dan asites pada perut
14.25 - Menanyakan kelelahan - Pasien merasa lemas
fisik pasien
14.30 - Menanyakan pola dan - Jam tidur +5 jam
jam tidur
14.35 - Menanyakan apakah - Mual biasanya terjadi saat
pasien masih mual makan
14.40 - Mengkaji jumlah dan - Jumlah urin +150 ml/ hari
warna urin dan warna bersih
14.45 - Pasien terlihat masih
- Memberikan posisi
semi fowler sesak nafas
14.50 - Pasien mengatakan masih
- Memberikan oksigen
nasal kanul 3 liter/ sesak
15.00 menit
- Memberikan Injeksi - Jumlah urin yang keluar
15.05 forusemide 20 mg 150 cc/ hari
- Memberikan injeksi - Pasien mengatakan masih
15.10 ranitidine 50 mg merasa mual
- Menganjurkan untuk - Setelah diberi obat pasien
16.50 istirahat yang cukup istirahat
- Mengukur tekanan - Tekanan darah 180/ 100
darah
17.00 - Memberi makan dengan - Porsi makan tidak habis
diit rendah protein
17.20
rendah garam
- Menganjurkan untuk - Pasien tidak melakukan
membersihkan mulut anjuran perawat
17.25

No Tanggal / Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan


Jam

2. 17-03-2022
14.11 - Menanyakan tanda dan - Pasien mengatakan sesak
gejala penurunan curah nafas berkurang
jantung
14.25 - Memberikan oksigen - Pasien mengatakan sesak
nasa kanul 3 liter/ menit nafas berkurang
14.25 - Mengkaji tanda dan - Edema pada kedua kaki
gejala hypervolemia dan asites pada perut
14.30 - Menanyakan jumlah - Jumlah urin 200 cc
dan warna urin dengan warna kuning
14.35 jernih
- Mengkaji intake dan - Jumlah intake/ 24
14.40 output cairan jam :1527 cc. jumlah
output/ 24 jam : 1280 cc.
14.45 balance cairan = 1527-
- Menanyakan pola dan 1330 = +197 cc.
14.50
jam tidur pasien - Jam tidur 5-6 jam / hari
15.00 - Mengkaji kelelahan - Pasien masih terlihat
fisik dan emosional lemas, namun mampu
- Memberikan injeksi untuk duduk sendiri
15.05 forusemide 20 mg - Jumlah output urin
bertambah menjadi 200 cc
15.10 - Memberikan injeksi / 24 jam
ranitidine 50 mg - Pasien mengatakan mual
16.50 sudah berkurang
- Menanyakan mual - Pasien mengatakan mual
sudah berkurang
17.00 - Mengajak pasien untuk - Pasien mampu untuk
melakukan gerak pasif duduk sendiri
17.20 - Menganjurkan untuk - Klien mengatakan akan
melakukan aktivitas melakukan aktifitas secara
secara rutin rutin
17.25 - Menganjurkan keluarga - Keluarga memberikan
untuk memberikan dukungan kepada pasien
17.27 penguatan positif
- Mengukur tekanan - Tekanan darah 170/100
18.00 darah mmHg
- Memberikan makan
18.06 dengan diit rendah - Pasien mampu
garam dan rendah menghabiskan makanan
protein yang diberikan
- Menganjurkan pasien - Pasien mengatakan
untuk membersihkan mampu menghabiskan
mulut makanan yang diberikan
- Menganjurkan pasien - Pasien istirahat dan tidur
untuk istirahat dan tidur siang
yang cukup

No Tanggal / Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan


Jam

3. 18-03-2022
07.20 - Menanyakan tanda dan - Pasien mengatakan sudah
gejala primer penurunan tidak merasa sesak dan
curah jantung lemas berkurang
07.30 - Mengkaji jumlah dan - Jumlah urin dalam 24
warna urin jam : 400 cc
08.00 - Mengkaji intake dan - Jumlah intake / 24 jam :
output cairan 1527 cc. jumlah output /
24 jam : 1330 cc. balance
cairan = 1527 cc- 1330 cc
- Mengkaji tanda dan = 197 cc
08.05 - Edema pada kedua kaki
gejala edema dana sites pada perut
berkurang
08.15 - Menanyakan pola dan - Pasien tidur 6-7 jam
jam tidur - Pasien mengatakan mual
08.20 - Menanyakan apakah sudah berkurang
pasien masih mual - Jumlah output urin
09.00 - Memberikan injeksi bertambah menjadi 400
furosemide 20 mg cc/ 24 jam
- Pasien mengatakan mual
09.05 - Memberikan injeksi sudah berkurang dan
ranitidine 50 mg jarang muncul
- Pasien mengatakan akan
10.10 - Menganjurkan untuk melakukan aktivitas yang
melakukan aktivitas tidak berat
secara bertahap - Tekanan darah 170/100
11.50 - Mengukur tekanan mmHg
darah - Pasien mampu duduk dan
12.00 - Melatih melakukan makan sendiri tanpa
aktifitas pasif bantuan
- Memberikan makan
rendah garam rendah - Pasien menghabiskan 1
12.05 protein porsi makan
- Menganjurkan untuk
membersihkan mulut - Pasien mengatakan akan
12.30 - Menganjurkan pasien membersihkan nya nanti
untuk tidur dan istirahat - Pasien istirahat dan tidur
13.00 yang cukup siang

VI. EVALUASI (CATATAN PERKEMBANGAN)

Tanggal / Diagnosa Evaluasi (SOAP) Ttd Perawat


Jam Keperawatan

16-03-2022 Dx 1 S:
Nausea - Pasien mengatakan merasa
mual dan ingin muntah serta
tidak nafsu makan
O:
- Pasien terlihat pucat
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Monitor mual (mis:
frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan)
2) Kendalikan faktor
lingkungan penyebab
(mis:bau tak sedap,
suara, dan rangsangan
visual yang tidak
menyenangkan)
3) Anjurkan istirahat dan
tidur yang cukup
4) Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika
merangsang mual
5) Berikan pemberian
antiemetik

Dx 2 S:
Resiko penurunan - Pasien mengatakan masih
curah jantung merasa sesak nafas
O:
- Tekanan darah 180/100
mmHg
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Identifikasi tanda dan
gejala primer
penurunan curah
jantung
2) Monitor tekanan darah
3) Pertahankan posisi
semi fowler
4) Lanjutkan pemberian
oksigen
Dx 3 S:
hipervolemia - Pasien mengatakan perut
membesar dan bengkak
pada kedua kaki
O:
- Edema pada kedua kaki
dan sasites di perut
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Periksa tanda dan
gejala hypervolemia
(edema, dyspnea, suara
nafas tambahan)
2) Monitor intake dan
output cairan
3) Monitor jumlah dan
warna urin
4) Batasi asupan cairan
dan garam
5) Berikan deuretik
sesuai terapi

Dx 4 S:
Intoleransi - Pasien mengatakan mual
Aktifitas berkurang dan rasa ingin
muntah sudah berkurang
serta nafsu makan sudah
mulai membaik
O:
- Pasien masih terlihat pucat
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Monitor mual (mis.
Frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan)
2) Anjurkan istirahat
cukup
3) Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
4) Berikan injeksi
antiemetic

Tanggal / Diagnosa Evaluasi (SOAP) Ttd Perawat


Jam Keperawatan

17-03-2022 Dx 1 S:
Nausea - Pasien mengatakan mual
sudah berkurang, rasa ingin
muntah juga berkurang dan
nafsu makan sudah mulai
membaik
O:
- Pasien masih terlihat pucat
A:
- Masalah terasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Monitor mual (mis:
frekuensi, durasi, dan
tingkat keparahan)
2) Anjurkan istirahat cukup
3) Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
4) Berikan injeksi antiemetik

Dx 2 S:
Resiko penurunan - Pasien mengataka sesak
curah jantung nafas berkurang
O:
- Tekanan darah 170/100
mmHg
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Identifikasi tanda dan
gejala primer penurunan
curah jantung
2) Monitor tekanan darah
3) Lanjutkan pemberian
oksigen

Dx 3 S:
hipervolemia - Pasien mengatakan perut
masih membesar dan kedua
kaki masih bengkak
O:
- kedua kaki tampak
bengkak
- Perut Pasien masih asites
- output urin sudah
bertambah dari hari
sebelumnya
A:
- Masalah belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Periksa tanda dan
gejala hypervolemia
(edema, dyspnea)
2) Monitor intake dan
output cairan
3) Monitor jumlah dan
warna urin
4) Batasi asupan cairan
dan garam
5) Berikan deuretik
sesuai terapi

Dx 4 S:
Intoleransi - Pasien mengatakan rasa
Aktifitas lemas sudah berkurang
O:
- Pasien mampu duduk
sendiri tanpa bantuan
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Monitor pola dan jam
tidur
2) Lakukan latihan gerak
pasif
3) Libatkan keluarga
dalam melakukan
aktifitas, jika perlu
4) Anjurkan melakukan
aktifitas secara bertahap

Tanggal / Diagnosa Evaluasi (SOAP) Ttd Perawat


Jam Keperawatan

18-03-2022 Dx 1 S:
Nausea - Pasien mengatakan mual
sudah jarang muncul dan
nafsu makan sudah
membaik
O:
- Pasien tidak terlihat pucat
A:
- Masalah terasi
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Monitor mual
2) Anjurkan istirahat yang
cukup

Dx 2 S:
Resiko penurunan - Pasien mengatakan sesak
curah jantung nafas
O:
- Tekanan darah 170/100
mmHg
A:
- Masalah teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Identifikasi tanda dan
gejala primer penurunan
curah jantung
2) Monitor tekanan darah

Dx 3 S:
hipervolemia - Pasien mengatakan kedua
kaki masih bengkak dan
perut sudah agak mengecil
O:
- kedua kaki tampak
bengkak
- Asietes di perut berkurang
- jumlah output urin
bertambah
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Monitor intake dan
output cairan
2) Monitor jumlah dan
warna urin
3) Batasi asupan cairan
dan garam
4) Berikan injeksi
diuretik

Dx 4 S:
Intoleransi - Pasien mengatakan lemas
Aktifitas sudah berkurang
O:
- Pasien dapat duduk dan
makan serta membersihkan
mulut dan ganti pakaian
secara mandiri
A:
- Masalah teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi :
1) Monitor kelelahan fisik
dan emosional
2) Anjurkan keluarga
memberikan penguatan
positif
ALAMAT LINK GOOGLE DRIVE VIDEO
KETERAMPILAN KLINIK

Nama : Nadia Safira


Nim : P1337420921223
Ruang : Aqsa 2
Stase : Keperawatan Dasar Profesi (KDP)

1. Keterampilan Klinik Melepaskan Infus (aff infus)


https://drive.google.com/file/d/1Hdrysc0POLyqJ58IYsxB8C58WuHCX0Am/view?
usp=drivesdk
2. Keterampilan Klinik melakukan tindakan cek kadar gula darah (KGD)
https://drive.google.com/file/d/1CQ0IbZB6rN6hp4dlPcD_mDoTkszsLkbO/view?
usp=drivesdk
Daftar Pencapaian Kompetensi Ketrampilan Klinik

Nama : Nadia Safira


Nim : P1337420921223
Ruang : Aqsa 2
Stase : Keperawatan Dasar Profesi (KDP)
No Hari/ tanggal/ Keterampilan yang Keterangan yang Tanda
jam dilakukan dicapai tangan
Preceptor
1. 15 Maret 2022 Menunjukan sikap caring √
15.00 di setiap asuhan
keperawatan yang
diberikan
2. 15 Maret 2022 Membina komunikasi √
15.30 terapeutik dengan klien
dan keluarga (komunikasi)
3. 15 Maret 2022 Melakukan pemeriksaan √
16.08 fisik umum (general
survey)
4. 16 Maret 2022 Melakukan penyadapan √
10.00 EKG 12 lead (sirkulasi)
5. 17 Maret 2022 Melatih nafas dalam dan √
11.35 batuk efektif (oksigenasi)
6. 17 Maret 2022 Memberi makan melalui √
14.00 NGT (cairan dan nutrisi)

7. 20 Maret 2022 Mengambil darah vena √


15.00 (sirkulasi)

Anda mungkin juga menyukai