Anda di halaman 1dari 22

DAMPAK EVIDANCE-BASED PRACTICE PADA KEPERAWATAN KRITIS

Oleh

1. Nadia Safira (P1337420921223)


2. Veby Aprilla Maulina (P1337420921242)
3. Nada Annisa (P1337420921237)
4. Mutia Yulisna (P13374209212)
5. Naswandi (P1337420921253)

Dosen pengajar:

Nina Indriyawati, MNS


Shobirun, MN
Sudiarto, MN
Wenny Trisnaningtyas, S. Kep., Ns, M. Kep
Philip., S. Kep, Ns
Agung Purwanto S. Kep, Ns
Suhartini, S. Kp, MNS, Ph.D

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepadaAllah Subhannahu wa Ta’Ala, karena


atas berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah “Tren dan Isu Keperawatan Kardiovaskuler” ini tepat pada waktu yang
telah ditentukan.

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan


Gawat Darurat . Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kategori sempurna,
oleh karen itu kritik dan saran yang membangun dari dosen dan rekan-rekan
semuanya sangat kami harapkan untuk penyusunan makalah yang lebih baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7
2.1 Konsep Evidance Based Practiced (EBP) dalan Keperawatan
Kritis.......................................................................................................7

2.1.1 Definisi Evidance Based Practiced (EBP) dalan Keperawatan Kritis...7


2..1.2 Tujuan Evidance Based Practiced (EBP) dalan Keperawatan Kritis...9
2.1.3 Manfaat Evidance Based Practiced (EBP) dalan Keperawatan Kritis
.................................................................................................................................10
2.1.4 Persyaratan dalam Penerapan EBP dalan Keperawatan Kritis..............10
2.1.5 Model Implementasi Evidence Based Practice dalan Keperawatan
Kritis...................................................................................................12
2.1.6 Langkah – Langkah EBP dalan Keperawatan Kritis.............................12
2.1.7 Penerapan EBN dalam Proses Keperawatan Kritis...............................15
2.1.8 Hambatan Untuk Menggunakan EBP dalan Keperawatan Kritis.........20
2.1.9 Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan EBP dalan
Keperawatan Kritis.............................................................................20
2.2 Evidence Based Practice Dalam Keperawatan Kritis.........................22

BAB III PENUTUP ...............................................................................................23


3.1 Kesimpulan.............................................................................................23
3.1 Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24
LAMPIRAN...........................................................................................................25

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktik keperawatan sangat berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang
diberikankepada seorang klien. Praktik keperawatan didasarkan pada
komponen – komponen pentingyang ada sehingga saat melakukan praktik
keperawatan akan meminimalisir resiko yang mungkin saja terjadi. Praktik
keperawatan tentunya dilakukan oleh seorang perawat yangtelah lulus
bersekolah di perguruan tinggi yang telah mendapatkan ilmu-ilmu
keperawatan sebagai dasar atau pedoman di dalam melakukan tindakan
keperawatan.
Kualitas pengobatanatau kesembuhan seorang pasien bergantung
kepada perawat karena memegang peranan penting terhadap kesembuhan pasi
en. Perawat setiap hari akan bertemu langsung dengan pasien sehingga ketika 
terjadi hal – hal yang aneh atau masalah lainnya itu semua adalahtanggung
jawab seorang perawat. Oleh karena itu, perawat harus memberikan
pelayananyang bermutu, berkualitas, dan terbaik kepada pasien. Namun
demikian, tidak seperti yangkita bayangkan.
Kebanyakan perawat belum bisa melakukan hal itu dengan baik.
Mereka memberikan pelayanan terutama dalam asuhan keperawatan kepada
klien tidak didasarkan bukti – bukti atau mengikuti budaya saja yang
diketahuinya tanpa ada sumber – sumber bukti yang kuat dalam membuktikan
pelayanannya yang ia berikan. Hal ini mungkin akan beresiko terhadap
pasien. Intervensi yang tidak didasarkan pada pengalaman atau bukti – bukti
yang mendukung dan relevan dengan pasien akan membahayakan jiwa pasien
karena perawat sendiri kurang aspek pengetahuan serta keterampilan dalam
menyelesaikan kondisi klinis pasien. Oleh sebab itu, pengumpulan bukti –
bukti, pengalaman dalam tindakan keperawatan, keterampilan serta
pengetahuan sangat penting dalam memberikan pelayanan yang bermutu dan
berkualitas bagi seorang pasien.
Keterkaitan antara masalah yang dilakukan oleh perawat dalam praktik

4
keperawatan disebabkan karena perawat kurang mengaplikasikan EBP dalam
tugasnya untuk memenuhi pelayanan kesehatan. EBP menekankan kepada
perawat agar profesional dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien. Profesional seorang perawat akan memberikan keuntungan bagi pasien.
Perawat harus menerapkan konsep EBP di dalam praktik keperawatan karena
EBP akan memberikan kefektivitasan dalam menangani segala permasalahan
yang ada berdasarkan bukti – bukti hasil riset penelitian yang telah dilakukan
berdasarkan penelitian.
Pengaplikasian EBP dalam praktik keperawatan tentunya akan menjadi
dasar scientific dalam pengambilan keputusan terutama dalam hal pemberian
intervensi kepada pasien sehingga intervensi yang telah diberikan dapat
dipertanggungjawabkan dengan bijak. Perlunya pengaplikasian EBP
diterapkan di semua profesi kesehatan baik dokter, apoteker maupun ners.
Dengan pengaplikasian EBP di dalam pelayanan kesehatan akan memberikan
dampak positif bagi pasien, perawat, dan institusi kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Evidance Based Practice (EBP) dalam Keperawatan
Kritis ?
2. Apa tujuan dari E Evidance Based Practice (EBP) dalam Keperawatan
Kritis ?
3. Apa manfaat dari Evidance Based Practice (EBP) dalam Keperawatan
Kritis?
4. Apa saja pesyaratan penerapan Evidance Based Practice (EBP) dalam
Keperawatan Kritis ?
5. Apa saja model implementasi Evidance Based Practice (EBP) dalam
Keperawatan Kritis?
6. Bagaimana cara penerapan langkah-langkah Evidance Based Practice
(EBP) dalam Keperawatan Kritis?
7. Apa saja hambatan menggunakan Evidance Based Practice (EBP) dalam
Keperawatan Kritis?
8. Bagaimana usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Evidance

5
Based Practice (EBP) dalam Keperawatan Kritis ?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan konsep Evidance Based Practice (EBP) dalam Keperawatan
Kritis.
2. Menjelaskan tujuan Evidance Based Practice (EBP) dalam Keperawatan
Kritis.
3. Menjelaskan manfaat Evidance Based Practice (EBP) dalam Keperawatan
Kritis.
4. Menjelaskan persyaratan dalam penerapan Evidance Based Practice
(EBP) dalam Keperawatan Kritis.
5. Menjelaskan langkah-langkah penerapan Evidance Based Practice (EBP)
dalam Keperawatan Kritis.
6. Menjelaskan model implementasi Evidance Based Practice (EBP) dalam
Keperawatan Kritis.
7. Menjelaskan penerapan Evidance Based Practice (EBP) dalam
Keperawatan Kritis.
8. Menjelaskan hambatan Evidance Based Practice (EBP) dalam
Keperawatan Kritis.
9. Menjelaskan usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Evidance
Based Practice (EBP) dalam Keperawatan Kritis.

6
BAB II
PEMBAHASAN

D. Konsep Evidanced Based Practice (EBP) dalam Keperawatan Kritis


Evidance Based Practice adalah penggunaan bukti untuk mendukung
pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan. Practice in Nursing adalah
penggunaan bukti ekternal, bukti internal (clinical expertise), serta manfaat
dan keinginan pasien untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan
kesehatan.
Evidence Based Practice merupakan sat acara terbaik dalam
penggunaan bukti terbaru dalam memandu pembuatan keputusan perawatan
kesehatan dan nilai-nilai pasien. Oleh karena itu diperlukan tiga komponen
penting dalam mewujudkan EBP yaitu, keahlian klinis, rises terbaru terkait
isu tertentu, dan perspektif klien/pasien. Untuk mewujudkan EBP diperlukan
beberapa langkah penting yaitu, mengajukan pertanyaan, menemukan
informasi/ bukti secara kritis, mengintergrasikan bukti yang dinilai dengan
keahlian klinis dan prefensi pasien sendiri dan evaluasi.
Dalam dunia keperawatan EBP adalah proses mengumpulkan data,
memproses, dan menerapkan hasil penelitian untuk meningkatkan praktik
klinis, lingkungan kerja, atau outcome pasien. Penggunaan EBP untuk praktik
klinik keperawatan sangat membantu perawat dalam memberikan perawatan
kepada pasien dengan kualitas tertinggi dan seefisien mungkin. Sehingga
asuhan berbasis pendekatan EBP terbukti mampu meningkatkan kwualitas
oatient safety dan peningkatan outcome asuhan keperawatan. Asuhan
keperawatan adalah proses continue dalam mengkaji hingga mengavaluasi
pasien.
1. Definisi Evidance Based Practiced (EBP) dalam Keperawatan Kritis
Evidence based practice (EBP) adalah sebuah proses yang akan
membantu tenaga kesehatan agar mampu uptodate atau cara agar mampu
memperoleh informasi terbaru yang dapat menjadi bahan untuk membuat
keputusan klinis yang efektif dan efisien sehingga dapat memberikan
perawatan terbaik kepada pasien (Macnee, 2011). Sedangkan menurut

7
(Bostwick, 2013) evidence based practice adalah starategi untuk memperolah
pengetahuan dan skill untuk bisa meningkatkan tingkah laku yang positif
sehingga bisa menerapakan EBP didalam praktik. Dari kedua pengertian EBP
tersebut dapat dipahami bahwa evidance based practice merupakan suatu
strategi untuk mendapatkan knowledge atau pengetahuan terbaru berdasarkan
evidence atau bukti yang jelas dan relevan untuk membuat keputusan klinis
yang efektif dan meningkatkan skill dalam praktik klinis guna meningkatkan
kualitas kesehatan pasien.Oleh karena itu berdasarkan definisi tersebut,
Komponen utama dalam institusi pendidikan kesehatan yang bisa dijadikan
prinsip adalah membuat keputusan berdasarkan evidence based serta
mengintegrasikan EBP kedalam kurikulum merupakan hal yang sangat
penting.
Namun demikian fakta lain dilapangan menyatakan bahwa
pengetahuan, sikap, dan kemampuan serta kemauan mahasiswa keperawatan
dalam mengaplikasikan evidence based practice masih dalam level moderate
atau menengah. Hal ini sangat bertolak belakang dengan konsep pendidikan
keperawatan yang bertujuan untuk mempersiapkan lulusan yang mempunyai
kompetensi dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Meskipun mahasiswa keperawatan atau perawat menunjukkan sikap yang
positif dalam mengaplikasikan evidence based namun kemampuan dalam
mencari literatur ilmiah masih sangat kurang. Beberapa literatur menunjukkan
bahwa evidence based practice masih merupakan hal baru bagi perawat. oleh
karena itu pengintegrasian evidence based kedalam kurikulum sarjana
keperawatan dan pembelajaran mengenai bagaimana mengintegrasikan
evidence based kedalam praktek sangatlah penting (Ashktorab et al., 2015).
Pentingnya evidence based practice dalam kurikulum undergraduate
juga dijelaskan didalam (Sin&Bleques, 2017) menyatakan bahwa
pembelajaran evidence based practice pada undergraduate student merupakan
tahap awal dalam menyiapkan peran mereka sebagai registered nurses (RN).
Namun dalam penerapannya, ada beberapa konsep yang memiliki kesamaan
dan perbedaan dengan evidence based practice. Evidence based practice

8
atauevidence based nursing yang muncul dari konsep evidence based
medicinememiliki konsep yang sama dan memiliki makna yang lebih luas
dari RU atauresearch utilization (Levin & Feldman, 2012).
2. Tujuan Evidanced Based Practice (EBP) dalam Keperawatan Kritis
Tujuan utama di implementasikannya evidance based practice di dalam
praktek keperawatan adalah untuk meningkatkan kualitas perawatan dan
memberikan hasil yang terbaik dari asuhan keperawatan yang diberikan.
Selain itu juga, dengan dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat
kesembuhan pasien bisa lebih cepat dan lama perawatan bisa lebih pendek
serta biaya perawatan bisa ditekan (Madarshahian et al., 2012). Dalam
rutinititas sehari-hari para tenaga kesehatan profesional tidak hanya perawat
namun juga ahli farmasi, dokter, dan tenaga kesehatan profesional lainnya
sering kali mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul ketika
memilih atau membandingkan treatment terbaik yang akan diberikan kepada
pasien/klien.
Pendekatan yang dilakukan berdasarkan pada evidance based bertujuan
untuk menemukan bukti-bukti terbaik sebagai jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan klinis yang muncul dan kemudian mengaplikasikan bukti tersebut
ke dalam praktek keperawatan guna meningkatkan kualitas perawatan pasien
tanpa menggunakan bukti-bukti terbaik, praktek keperawatan akan sangat
tertinggal dan seringkali berdampak kerugian untuk pasien.
Oleh karena itu, pengintegrasian evidence based practice kedalam
kurikulum pendidikan keperawatan sangatlah penting. Tujuan utama
mengajarkan EBP dalam pendidikan keperawatan pada level undergraduate
student adalah menyiapkan perawat profesional yang mempunyai
kemampuan dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas
berdasarkan evidence based (Ashktorab, 2015). Pentingnya pelaksanaan EBP
pada institusi pendidikan yang merupakan cikal bakal atau pondasi utama
dibentuknya perawat profesional membutuhkan banyak strategi untuk bisa
meningkatkan knowledge dan skill serta pemahaman terhadap kasus real
dilapangan. Diantaranya adalah pengguanaan virtual based patients scenario

9
dalam kegiatan problem based learning tutorial yang akan bisa memberikan
gambaran real terhadap kondisi pasien dengan teknologi virtual guna
meningkatkan knowledge dan critical thinking mahasiswa.
Namun demikian untuk mengintegrasikan dan mengimplementasikan
evidence based kedalam praktik ada banyak hal yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan oleh seorang tenaga kesehatan yang profesional yaitu
apakah evidence terbaru mempunyai konsep yang relevan dengan kondisi
dilapangan dan apakah faktor yang mungkin menjadi hambatan dalam
pelaksanaan evidence based tersebut dan berapa biaya yang mungkin perlu
disiapkan seperti misalnya kebijakan pimpinan, pendidikan perawat dan
sumberdaya yang ahli dalam menerapkan dan mengajarkan EBP, sehingga
tidak semua evidence bisa diterapkan dalam membuat keputusan atau
mengubah praktek (Salminen et al., 2014).
3. Manfaat Evidance Based Practiced (EBP) dalam Keperawatan Kritis
Penggunaan Evidance Based Practiced untuk praktik klinik
keperawatan sangat membantu perawat dalam memberikan perawatan pasien
dengan kualitas tertinggi dan seefisien mungkin. Sehingga asuhan berbasis
pendekatan EBP terbukti mampu meningkatkan kwalitas patient safety
dan peningkatan outcome asuhan keperawatan.
Evidance Based Practiced dapat menjadi kerangka kerja yang menguji,
mengevaluasi, dan menerapkan temuan-temuan penlitian dengan tujuan untuk
memperbaiki pelayanan keperawatan kepada pasien. Adapun manfaat lain
yang diberikan oeh EBP adalah menjadi jembatan antara penelitian dan
praktik, mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk,
mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil-hasil penelitian,
dan mengeliminasi budaya ”practice which is not evidence based”.
4. Pesyaratan dalam Penerapan EBP dalam Keperawatan Kritis
Dalam penerapan Evidance Based Practiced, perawat harus memahami
konsep penelitian dan mengetahui bagaimana secara akurat mengevaluasi
hasil penelitian. Konsep penelitian meliputi antara lain proses/ langkah-
langkah dalam penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif, etika penelitian,

10
desain penelitian, dan sebagainya. Keakuratan dalam mengevaluasi hasil
penelitian antara lain dapat ditingkatkan dengan menggunakan panduan yang
sesuai dengan desain dan jenis penelitian yang dilakukan. Adapun penerapan
Evidance Based Practiced yang berorientasi pada keperawatan meliputi :
1. Fakta terbaik yang dihasilkan berbagai sumber
2. Penggunaan hasil studi penelitian
3. Fakta terbaik berdasarkan pengalaman dan keahlian terbaik
4. Fakta berdasarkan data-data dari leader.
5. Model Implementasi Evidance Based Practiced (EBP) dalam
Keperawatan Kritis
a) Model settler
Merupakan seperangkat perlengkapan/ media penelitian untuk
meningkatkan penerapan Evidance BasedPracticed meliputi 5 langkah :
1. Fase persiapan
2. Fase validasi
3. Fase perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan
4. Fase translasi dan aplikasi
5. Fase evaluasi
b) Model IOWA model of Evidance Based Practiced to Promote Quality
Care
Model EBP IOWA dikembangkan oleh Marita G. Titler, PhD, RN,
FAAN, model IOWA diawali dari pemicu/masalah. Pemicu/ masalah ini
sebagai focus ataupun focus masalah. Jika masalah mengenai prioritas
dari suatu organisasi, tim segera dibentuk. Tim terdiri dari stakeholders,
klinisian, staf perawat, dan tenaga kesehatan lain yang penting untuk
dilibatkan dalam EBP. Langkah selanjutnya adalah mensistesis EBP.
Perubahan terjadi dan dilakukan jika terdapat cukup bukti yang
mendukung untuk terjadi perubahan. Kemudian dilakukan evaluasi dan
diikuti dengan diseminasi.
c) Model konseptual Rosswurm & Larrabee
Model ini disebut dengan model Evidance Based practiced Change

11
yang terdiri dari 6 langkah yaitu :
1. Mengkaji kebutuhan untuk perubahan praktis
2. Menentukan evidence terbaik
3. Kritikal analisis evidence
4. Desain perubahan dalam praktek
5. Implemtasi dan evaluasi perubahan
6. Mengintergrasikan dan maintain perubahan dalam praktek
Model ini menjelaskan bahwa penerepan EBP ke-lahan praktek
harus memperhatikan latar belakang teori yang ada, kevalidan dan
kereliabilitasan metode yang digunakan, serta penggunaan nomenklatur
yang standar.
6. Langkah-Langkah EBP dalam Keperawatan Kritis
1. Langkah 1 : Kembangkan semangat penelitian. Sebelum memulai
dalam tahapan yang sebenarnya didalam EBP, harus ditumbuhkan
semangat dalam penelitian sehingga klinikan akan lebih nyaman dan
tertarik mengenai  pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan perawatan
pasien.
2. Langkah 2: Ajukan pertanyaan klinis dalam format PICOT. Pertanyaan
klinis dalam format PICOT untuk menghasilkan evidence yang lebih baik
dan relevan.

a) Populasi pasien (P),


b) Intervensi (I),
c) Perbandingan intervensi atau kelompok (C),
d) Hasil / Outcome (O), dan
e) Waktu / Time (T).
Format PICOT menyediakan kerangka kerja yang efisien untuk
mencari database elektronik, yang dirancang untuk mengambil hanya
artikel-artikel yang relevan dengan pertanyaan klinis. Menggunakan
skenario kasus pada waktu respon cepat sebagai contoh, cara untuk
membingkai pertanyaan tentang apakah penggunaan waktu tersebut akan
menghasilkan hasil yang positif akan menjadi: "Di rumah sakit

12
perawatan akut (populasi pasien), bagaimana memiliki time respon cepat
(intervensi) dibandingkan dengan tidak memiliki time respon cepat
(perbandingan) mempengaruhi jumlah serangan jantung (hasil) selama
periode tiga bulan (waktu)? ".
3. Langkah 3: Cari bukti terbaik. Mencari bukti untuk menginformasikan
praktek klinis adalah sangat efisien ketika pertanyaan diminta dalam
format PICOT. Jika perawat dalam skenario respon cepat itu hanya
mengetik "Apa dampak dari memiliki time respon cepat?" ke dalam
kolom pencarian dari database, hasilnya akan menjadi ratusan abstrak,
sebagian besar dari mereka tidak relevan. Menggunakan format PICOT
membantu untuk mengidentifikasi kata kunci atau frase yang ketika
masuk berturut-turut dan kemudian digabungkan, memperlancar lokasi
artikel yang relevan dalam database penelitian besar seperti MEDLINE
atau CINAHL. Untuk pertanyaan PICOT pada time respon cepat, frase
kunci pertama untuk dimasukkan ke dalam database akan perawatan akut,
subjek umum yang kemungkinan besar akan mengakibatkan ribuan
kutipan dan abstrak. Istilah kedua akan dicari akan rapid respon time,
diikuti oleh serangan jantung dan istilah yang tersisa dalam pertanyaan
PICOT. Langkah terakhir dari pencarian adalah untuk menggabungkan
hasil pencarian untuk setiap istilah. Metode ini mempersempit hasil untuk
artikel yang berkaitan dengan pertanyaan klinis, sering mengakibatkan
kurang dari 20. Hal ini juga membantu untuk menetapkan batas akhir
pencarian, seperti "subyek manusia" atau "English," untuk menghilangkan
studi hewan atau artikel di luar negeri bahasa.
4. Langkah 4: Kritis menilai bukti. Setelah artikel yang dipilih untuk
review, mereka harus cepat dinilai untuk menentukan yang paling relevan,
valid, terpercaya, dan berlaku untuk pertanyaan klinis. Studi-studi ini
adalah "studi kiper." Salah satu alasan perawat khawatir bahwa mereka
tidak punya waktu untuk menerapkan EBP adalah bahwa banyak telah
diajarkan proses mengkritisi melelahkan, termasuk penggunaan berbagai
pertanyaan yang dirancang untuk mengungkapkan setiap elemen dari

13
sebuah penelitian. Penilaian kritis yang cepat menggunakan tiga
pertanyaan penting untuk mengevaluasi sebuah studi :
a) Apakah hasil penelitian valid?
b) Apakah hasilnya bisa dikormasi?
c) Akankan hasil membantu saya merawat pasien saya?
5. Langkah 5: Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan
preferensi pasien dan nilai-nilai. Bukti penelitian saja tidak cukup untuk
membenarkan perubahan dalam praktek. Keahlian klinis, berdasarkan
penilaian pasien, data laboratorium, dan data dari program manajemen
hasil, serta preferensi dan nilai-nilai pasien adalah komponen penting dari
EBP.
6. Langkah 6: Evaluasi hasil keputusan praktek atau perubahan
berdasarkan bukti. Setelah menerapkan EBP, penting untuk memantau
dan mengevaluasi setiap perubahan hasil sehingga efek positif dapat
didukung dan yang negatif diperbaiki.
7. Langkah 7: Menyebarluaskan hasil EBP. Perawat dapat mencapai hasil
yang indah bagi pasien mereka melalui EBP, tetapi mereka sering gagal
untuk berbagi pengalaman dengan rekan-rekan dan organisasi perawatan
kesehatan mereka sendiri atau lainnya. Hal ini menyebabkan perlu
duplikasi usaha, dan melanggengkan pendekatan klinis yang tidak
berdasarkan bukti-bukti.
7. Penerapan EBN dalam Proses Keperawatan Kritis
1. Mengakui status atau arah praktek dan yakin bahwa pemberian
perawatan berdasarkan fakta terbaik akan meningkatkan hasil perawatan
klien.
2. Implementasi hanya akan sukses bila perawat menggunakan dan
mendukung “pemberian perawatan berdasarkan fakta”.
3. Evaluasi penampilan klinik senantiasa dilakukan perawat dalam
penggunaan EBP.
4. Praktek berdasarkan fakta berperan penting dalam perawatan kesehatan
5. Praktek berdasarkan hasil temuan riset akan meningkatkan kualitas

14
praktek, penggunaan biaya yang efektif pada pelayanan kesehatan
6. Penggunaan EBP meningkatkan profesionalisme dan diikuti dengan
evaluasi yang berkelanjutan
7. Perawat membutuhkan peran dari fakta untuk meningkatkan intuisi,
observasi pada klien dan bagaimana respon terhadap intervensi yang
diberikan. Dalam tindakan diharapkan perawat memperhatikan etnik,
sex, usia, kultur dan status kesehatan.
8. Hambatan Menggunakan EBP dalam Keperawatan Kritis
1. Berkaitan dengan penggunaan waktu.
2. Akses terhadap jurnal dan artikel
3. Keterampilan untuk mencari
4. Keterampilan dalam melakukan kritik riset
5. Kurang paham atau kurang mengerti
6. Kurangnya kemampuan penguasaan bahasa untuk penggunaan hasil-hasil
riset
7. Salah pengertian tentang proses
8. Kualitas dari fakta yang ditemukan
9. Pentingnya pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana untuk
menggunakan literatur hasil penemuan untuk intervensi praktek yang
terbaik untuk diterapkan pada klien.
9. Usaha yang Dapat dilakukan Untuk Meningkatkan EBP dalam
Keperawatan kritis
Secara umum, usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan EBP
adalah :
1. Meningkatkan akses terhadap hasil-hasil penelitian.
2. Mengajarkan ketrampilan untuk mengkritisi hasil penelitian
3. Mengadakan konferensi terkait penggunaan hasil-hasil penelitian
4. Membuat jurnal yang memuat hasil penelitian
Menurut Polit & Hungler (1999) membagi usaha dapat dilakukan
tersebut berdasarkan latar belakang perawatnya :
a) Oleh perawat peneliti :

15
1. Melakukan penelitian yang berkualitas tinggi
2. Melakukan penelitian yang hasilnya relavan dengan kondisi tempat
pemberi asuhan keperawatan
3. Mengulang penelitian
4. Melakukan kolaborasi dengan perawat praktisi
5. Mendesiminasikan hasil penelitian secara luas dan proaktif
6. Melakukan komunikasi dengan jelas
7. Penelitian yang dilakukan mempunyai implikasi klinis
b) Oleh perawat pendidik :
1. Menerapkan hasil penelitian ke dalam kurikulum pengajaran
2. Mendorong digunakannya hasil penelitian
3. Memberi masukan pada peneliti
c) Oleh perawat praktisi dan mahasiswa keperawatan :
1. Banyak membaca hasil penelitian dan mengkritisinya
2. Menghadiri konferensi/ seminar/ workshop
3. Belajar untuk mencari bukti ilmiah bahwa suatu prosedur efektif
digunakan
4. Mencari lingkungan yang mendukung penggunaan hasil-hasil
penelitian
5. Terlibat dalam klub-klub penelitian
6. Berkolaborasi dengan perawat peneliti
7. Mencari dan berpartisipasi dalam proyek-proyek penelitian dan
penggunaan hasil-hasil penelitian
d) Oleh perawat pengelola :
1. Membangun iklim keingintahuan intelektual
2. Memberikan dukungan secara emosional atau moral
3. Memberikan dukungan keungan atau sumber-sumber yang
dibutuhkan dalam penggunaan hasil penelitian
4. Memberikan penghargaan terhadap usaha menggunakan hasil-hasil
penelitian.

B. Evidence Based Practice dalam Keperawatan Kritis

16
1. Analisis Jurnal
Judul : PENERAPAN PIJAT PERUT SEBAGAI EVIDENCE BASED
NURSING UNTUK MENURUNKAN VOLUME RESIDU
LAMBUNG PADA PASIEN KRITIS
Link : https://jurnal.stikesmus.ac.id/index.php/avicenna
Volume : Vol. 3 No. 1 Tahun : 2020
Pengindeks : Google Schoolar
Published : Avicenna : Journal of Health Research
Analisa format PICOT:
P : Pasien kritis (Population/problem : Populasi penelitian ini yaitu pada pasien
dengan kondisi kritis dan sampelnya 7 pasien yang mengalami jumlah
volume residu yang berlebihan).
I : Volume residu lambung (intervention: Tindakan intervensi/ issue of interest
nya pada penelitian ini yaitu Volume residu lambung berlebih pada pasien
kritis yang terpasang Ngt yang pada saat sebelum pemberian nutrisi
enteral,akan dilakukan aspirasi untuk pengecekan jumlah residu lambung dan
terdapat jumlah residu lambung >100 cc)
C: Pijat perut (Comparation: Intervensi pembanding pada penelitian ini yaitu
diberikan pijat perut menggunakan baby oil yang dilakukan dua kali sehari
dengan durasi 20 menit.)
O : Menurunkan volume residu lambung (Outcome : dari hasil penelitian
penerapan aplikasi jurnal pijat perut yang dilakukan pada pasien kritis yang
terpasang NGT/Nasogastric Tube dengan jumlah volume residu lambung
berlebih, efektif menurunkan atau mengurangi jumlah volume residu lambung
dan bisa diaplikasikan langsung pada pasien-pasien kritis).
T : 3 hari (Time Frame: Pada penelitian ini batas waktu yang ditentukan selama 3
hari untuk dilakukan evaluasi).

2. Pembahasan
Abstrak pada jurnal sudah akurat dan pembaca juga dapat memahami isi
jurnal tanpa harus membaca keseluruhan isi jurnal. Abstrak ini pertama memuat

17
judul penelitian, rumusan masalah, latar belakang, dan tujuan penelitian. Kedua,
adanya metode penelitian, teknik analisis data, landasan teori. Dan ketiga, memuat
hasil atau kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang sudah dilakukan.
Abstrak sudah disusun secara sistematis dan penggunaan bahasa mudah di pahami
pembaca.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penyakit kanker yang dapat menyerang


siapa saja, dari bayi yang masih dalam kandungan sekalipun, termasuk ibu yang
sedang hamil, dan lansia. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia World Health
Organisation tahun 2010, kematian akibat kanker di seluruh dunia mencapai 7 juta
orang, 11 juta kasus baru kanker dan 25 juta orang hidup dengan kanker
dibanding tahun 2005. Jumlah penderita kanker diperkirakan akan naik hingga
300 kali lipat pada tahun 2030, dibandingkan tahun 2005. Kematian akibat kanker
meningkat menjadi 17 juta, 27 juta kasus baru dan 75 juta orang hidup dengan
kanker dari 75 juta jiwa. Berdasarkan hasil studi yang peneliti lakukan di RSU
Sembiring, pada bulan Oktober 2020 penderita kanker berjumlah 76 orang dengan
bervariasi jenis kanker dan stadiumnya.

Penyakit kanker dapat menimbulkan baebagai keluhan, namun keluhan


utama yang sering di derita oleh penderita kanker adalah nyeri. Nyeri selalu
menyertai penderita kanker, dengan tingkat nyeri yang dirasakan oleh penderita
bervariasi, dari ringan, sedang, dan berat. Tujuan penelitian: Penerapan hasil
penelitian pijat perut ini bertujuan untuk menurunkan volume residu lambung
pada pasien- pasien kritis yang terpasang nasogastric tube. Oleh karena itu dalam
jurnal ini penulisannya sangat jelas dan masalah yang dibahas dalam jurnal ini
juga dijelaskan hingga kebagian-bagiannya. Dalam pendahuluan ini pun hampir
sepenuhnya disusun dengan sebaikbaiknya dan sistematik, sehingga pembaca
mudah memahami pendahuluan yang dimuat dalam jurnal ini.

Referensi: Daftar pustaka yang dituliskan jumlah nya sesuai dengan


sistematika penulisan sudah berurut dimulai dari huruf A hingga Z. Kemudian
untuk kebaruan sumber rujukan, dalam jurnal ini sumber rujukannya 10 tahun
terakhir. Dan terdapat juga jurnal yang memuat penelitian terdahulu untuk

18
mengkolerasikan dengan penelitian ini. Penelitian yang terkait: penelitian ini tidak
melampirkan data penelitian yang terkait dengan penelitian tersebut.

Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Analisis data


menggunakan distribusi frekuensi. Sumber data diambil dari 10 jurnal
internasional yang menjelaskan tentang pijat perut untuk mengurangi jumlah
volume residu lambung dengan menggunakan kata kunci dari abdominal massage,
gastric residual volume, intensive care unit, enteral feeding. Kemudian dipilih
salah satu jurnal yang dipakai untuk dijadikan rujukan dan jurnal lain sebagai
pendukung. Untuk memperoleh hasil dari penelitian ini, maka data yang telah
diperoleh dari 7 orang subjek penelitian dianalisis dan diinterpretasikan sesuai
dengan ketiga identifikasi masalah: 1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut karakteristik pasien dari 7


pasien, 5 orang (71,4%) berjenis kelamin laki-laki, usia lebih dari 45 tahun ada 6
orang (85,7%), jumlah hari dirawat paling banyak kurang dari 5 hari ada 5 orang
(71,4%). Penerapan aplikasi jurnal yang sudah dilakukan, didapatkan bahwa usia
paling banyak di atas 45 tahun (85,7%). Maka didapatkan faktor usia memiliki
peran minimal terhadap GRV. Melihat karakteristik usia pasien ICU RSUD
Kabupaten Sukoharjo yang mendapatkan penerapan aplikasi jurnal yaitu > 45
tahun 4 diantaranya adalah lansia. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah
dilakukan pijat perut selama 3 hari berturut- berturut pada 7 pasien, ada penurunan
jumlah volume residu lambung rata-rata pada pasien 85,00 cc (43,49%) dihari
ketiga dengan rata-rata GRV pre hari ke-1 130,71 cc (63,27%). Dan GRV post
hari ke-1 111,43 cc (42,98%) Maka pijat perut telah terbukti menjadi teknik yang
efektif dalam mengurangi volume residu lambung pada pasien khususnya yang
terpasang naso gastric tube Berdasarkan pemaparan hasil dituliskan dalam jurnal
ini sangat jelas.

Kemudian temuan-temuan dalam penelitian ini sudah berhasil menjawab


permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan di awal jurnal. Pembahasan
Analisa Pro dan Kontra: 1.Pijat perut merupakan salah satu terapi komplementer
yang dapat diterapkan untuk meningkatkan fungsi sistem pencernaan. Pijat perut

19
mempercepat peristaltik dengan mengubah tekanan intra abdomen dan
menciptakan efek mekanik dan reflektif pada usus, mengurangi distensi abdomen
dan meningkatkan gerakan usus (Tekgunduz K et al, 2014). 2 .

Dalam jurnal Uysal N (2017) juga memaparkan bahwa pijat perut pada
pasien yang diberikan makan melalui tabung nasogastrik mencegah volume residu
yang besar dan distensi abdomen, serta merangsang sistem pencernaan dan
gerakan usus. Sedangkan dalam penelitian lain intervensi yang dilakukan
dalampenelitiannya menciptakan stimulasi dan sedikit tekanan pada daerah
epigastrium dan dengan demikian mendorong gerakan dari sistem pencernaan dan
menyebabkan pengosongan gas lambung, sehingga mencegah muntah, distensi
abdomen pada pasien, mengosongkan perut dan mengurangi sisa volume lambung
pada pasien (Mohammadpour A, 2018).

Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan


bahwa: Penerapan aplikasi jurnal pijat perut yang dilakukan pada pasien kritis
yang terpasang NGT (Nasogastric Tube) dengan jumlah volume residu lambung
berlebih, efektif mengurangi atau menurunkan jumlah volume residu lambung dan
bisa diaplikasikan langsung pada pasien-pasien kritis.

Saran:Bagi Tenaga Kesehatan dari hasil penelitian ini diharapkan untuk


menerapkan pijat perut sebagai salah satu tindakan mandiri perawat dalam
mengurangi jumlah volume residu lambung pasien-pasien kritis yang terpasang
nasogastric tube. Berdasarkan kesimpulan dalam jurnal ini disimpulkan bahwa,
kesimpulan yang dibuat dalam jurnal ini sudah disusun dengan baik sesuai dengan
tujuan yang telah dijelaskan. Saran agar keperawatan kritis dapat memperoleh
perhatian yang lebih besar untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
pembentukan kemampuan perawat menerapakan evidence base nursing dalam
penatalaksanaa pasien kritis.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan konsep evidence based practice di atas, dapat
disimpulkan bahwa ada 3 faktor yang seacara garis besar menentukan
tercapainya pelaksanaan praktek keperawatan yang lebih baik yaitu, penelitian
yang dilakukan berdasarkan fenomena yang terjadi di kaitkan dengan teori
yang telah ada, pengalaman klinis terhadap suatu kasus, dan pengalaman
pribadi yang bersumber dari pasien.
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, maka di harapkan
pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan khususnya pemberian asuhan
keperawatan dapat di tingkatkan terutama dalam hal peningkatan pelayanan
kesehatan atau keperawatan, pengurangan biaya (cost effective) dan
peningkatan kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan.
Namun dalam pelaksanaan penerapan evidence based practice ini sendiri
tidaklah mudah, hambatan utama dalam pelaksanaannya yaitu kurangnya
pemahaman dan kurangnya referensi yang dapat digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan penerapan EBP itu sendiri.

B. Saran
Dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan
yang baik, serta mengambil keputusan yang bersifat klinis hendaknya mengacu
pada SPO yang dibuat berdasarkan teori-teori dan penelitian terkini. Evidence 
based practice dapat menjadi panduan dalam menentukan atau membuat SPO
yang memiliki landasan berdasarkan teori, penelitian, serta pengalaman klinis
baik oleh petugas kesehatan maupun pasien.

21
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, wahyu dkk. 2020. Penerapan Pijat Perut Sebagai Evidence


Based Nursing untuk menutunkan volume residu lambung pasien
kritis. Goigle schoolar: Avicenna : Journal of Health Research
https://jurnal.stikesmus.ac.id/index.php/avicenna Volume : Vol. 3
No. 1 Tahun : 2020.
Bostwick, L. (2013.). Evidence-Based Practice Clinical. Evaluation Criteria for
Bachelor of Science in Nursing.

Ashktorab, T., Pashaeypoor, S., Rassouli, M., et al. (2015). Nursing. Students.
Competencies in. Evidence-Based. Practice and its Related Factors

Salminen, S., A. V. Wright., and A. Ouwehand. 2004. Lactic Acid Bacteria:


Microbiological and Functional Aspect, Third edition, Revised and
Expanded. Marcel Dekker, Inc. New York.

22

Anda mungkin juga menyukai