Anda di halaman 1dari 7

BAB III

PROSES KEPERAWATAN
A. Riwayat Kesehatan
B. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara
umum,ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien
terhadappetugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan
danketegangan pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan
pasien.
Berdasarkan system tubuh
1. Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
Inspeksi : Adanya tanda tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas
yangtertinggal, suara napas melemah. (Purnawan Junadi DKK, th 1982, hal
213)Palpasi Fremitussuara meningkat. Hood Alsogaff, 
1995. Hal 80)Perkusi : Suara ketok redup. (Soeparman, DR. Dr. 1998. Hal 718)Ausk
ultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan
yangnyaring. (Purnawan. J. dkk, 1982, DR. Dr. Soeparman, 1998. Hal 718)Inspeksi
pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung,
igamendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan menurun.
Pendoronganmediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari
posisi trakhea danictus kordis. RR cenderung meningkat dan Px biasanya
dyspneu.Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah
cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan
dinding dada yang tertinggalpada dada yang sakit.Suara perkusi redup sampai
peka tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidakmengisi penuh rongga
pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garislengkung dengan ujung
lateral atas ke medial penderita dalam posisi duduk. Garis inidisebut garis Ellis-
Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas di
punggung.Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk
cairan makinke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari
parenkim paru,mungkin saja akan ditemukan tanda-tanda auskultasi dari
atelektasis kompresi disekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda i dan
e. artinya bila penderita diminta mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar
suara e sengau, yang disebutegofoni (Alsagaf H, Ida Bagus, Widjaya Adjis, Mukty
Abdol, 1994,79)b) Sistem kordiovaskuler.
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS –5 padalinea
medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya pembesaran jantung. Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (healthrate)
dan harus diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung,
perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictus cordis. Perkusi untuk menentukan
batas jantung dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan
untukmenentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri. Auskultasi
untukmenentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah bunyi jantung
IIIyang merupakan gejala payah jantung serta adakah murmur yang
menunjukkanadanya peningkatan arus turbulensi darah.Adanya takipnea, takikardia,
sianosis, bunyi P 2 yang mengeras. (DR.Dr. Soeparman,1998. Hal
718).c) Sistem neurologisPada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga
diperlukan pemeriksaanGCS. Adakah composmentis atau somnolen atau comma. refleks
patologis, danbagaimana dengan refleks fisiologisnya. Selain itu fungsi-fungsi sensoris
juga perludikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan
pengecapan.Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 4–5–
6.d) Sistem gastrointestinalPada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen
membuncit atau datar, tepi perutmenonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau
tidak, selain itu juga perlu di inspeksi adatidaknya benjolan-benjolan atau
massa.Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-
35 kalipermenit. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen,
adakahmassa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi
pasien,apakah hepar teraba, juga apakah lien teraba. Perkusi abdomen normal
tympanik,adanya massa padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar,
asites, vesikaurinarta, tumor).Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan
turun. (DR.Dr. Soeparman,1998. Hal 718).e) Sistem muskuloskeletalPada inspeksi perlu
diperhatikan adakah edema peritibial, palpasi pada keduaekstremetas untuk
mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan pemerikasaan
 
capillary refil time. Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan ototkemudian
dibandingkan antara kiri dan kanan.Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang
tidur dan keadaan sehari

 hari yang kurang meyenangkan. (Hood Al Sagaff, 1995. Hal 87).f) Sistem integumenInspeksi
mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit, pada Px dengan
effusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistemtransport O
2
. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat,demam). Kemudian
texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untukmengetahui derajat hidrasi
seseorang.Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab,
tugor kulit menurun.g) Sistem pengindraanPada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada
kelainan.h) Sistem genetaliaBiasanya klien tidak mengalami kelainan pada
genitalia.9) Pemeriksaan penunjanga) Pemeriksaan RadiologiTuberkulosis paru mempunyai
gambaran patologis, manifestasi dini berupa suatukoplek kelenjar getah bening parenkim dan
lesi resi TB biasanya terdapat di apeks dansegmen posterior lobus atas paru

 paru atau pada segmen superior lobus bawah. (Dr.dr. Soeparman. 1998). Hal 719).Pada
fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak bisaterlihat. Mungkin
kelainan yang tampak hanya berupa penumpukkan kostofrenikus.Pada effusi pleura sub
pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalistampak tumpul, diafragma
kelihatan meninggi. Untuk memastikan dilakukan denganfoto thorax lateral dari sisi yang sakit
(lateral dekubitus) ini akan memberikan hasilyang memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood
Alsagaff, 1990, 786-787).b) Pemeriksaan laboratorium(1) DarahAdanya kurang darah, ada sel

 sel darah putih yang meningkatkan serta laju endapdarah meningkat terjadi pada proses aktif.
(Head Al Sagaff. 1995. Hal 91).
Diagnostik Test
Bakteriologis dengan specimen dahak, cairan pleura, cairan serebrospinalis.
Dahak untuk menentukan BTA, specimen dahak SPS (sewaktu, pagi, sewaktu). Ditanyakan
positif bila 2 dari 3 pemeriksaan tersebut ditemukan BTA positif.
Foto thorak: bila ditemukan 1 pemeriksaan BTA positif, maka perlu dilakukan foto thorax atau
SPS ulang, bila thorax diyatakan positif maka ditanyakan sesorang tersebut dinyatakan BTA
positif, bila foto thorax tidak mendukung maka dilakukan SPS ulang, bila hasilnya negative
berarti bukan TB paru.
Uji tuberkulin yaitu pemeriksaan guna menunjukan reaksi imunitas seluler yang timbul setelah
4-6 minggu pasien mengalami infeksi pertama dengan basil BTA. Uji ini sering dengan
menggunakan cara mantoux test. Bahan yang dipakai adalah OT (old tuberculin), PPD
( purified protein derivate of tuberculin). Cara pemberian, intra Cutan (IC), pada 1/3 atas lengan
bawah kiri, pembacaan hasil dilakukan setelah 6-8 jam penyutikan, hasil positip, bila diameter
indurasi lebih dari dari 10 mm, negative bila kurang dari 5 mm, meragukan bila indurasi 5-10
mm.
Pengobatan TBC bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
relaps, menurunkan penurunan ke orang lain, mencegah terjadinya reseisten terhadap obat.
Pengobatan membutuhkan waktu yang lama 6-8 bulan untuk membunuh kuman Dorman.
Terdapat 3 aktifitas anti TBC yaitu :
Obat bacterisidal: isoniasid (INH), rifampisin, pirasinamid
Obat dengan kemampuan sterilisasi: rifampisin, PZA
Obat dengan kemampuan kemampuan mencegah resistensi: rifampisin dan INH, sedangkan
etambutol dengan streptomisin kurang efektif.

Cara pengobatan terdiri dari 2 fase :


Fase initial/fase intensif (2 bulan) : fase ini membunuh kuman dengan cepat, dalam waktu 2
minggu pasien infeksius menjadi tidak infeksi dan gejala klinis membaik BTA positif akan
menjadi negative dalam waktu 2 bulan.
Fase lanjutan (4-6 bulan) : fase ini membunuh kuman persisten dan mencegah relaps. Pada
pengobatan ini (fase I dan II) membutuhkan pengawas minum obat (PMO) contoh pengobatan
2 (HRZE) /4 (HR)3, maksudnya adalah:
Fase intial obatnya adalah 2 (HRZE), lama pengobatannya 2 bulan dengan obat INH, rifampisin,
pirazinamid dan etambutol dimunum tiap hari.

Fase lanjutan 4 (HR) 3, adalah lama pengobatan 4 bulan, dengan INH dan rifa mpisin
dimunum 3 kali sehari.

Anda mungkin juga menyukai