Anda di halaman 1dari 123

LAPORAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH:
SETIAJENG PUTRIANI
NIM: 2021001801

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2021
LAPORAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH:
SETIAJENG PUTRIANI
NIM: 2021001801

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Post SC indikasi PEB, Prolab Uteri di
Ruang Caladium RSUD Lawang, Kab. Malang, yang Dilakukan Oleh:

Nama : SETIAJENG PUTRIANI


NIM 2021001801
Prodi : PENDIDIKAN PROFESI NERS

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Progam Pendidikan Profesi
Ners Departemen Maternitas, yang dilaksanakan pada tanggal 26 April sampai dengan 7
mei 2021 yang telah disetujui dan disahkan pada:

Hari : Selasa
Tanggal : 11 Mei 2021

Malang, 11 Mei 2021

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Ni Luh Diah ASD, S.Kep,Ns Nurchabibah, S. Kep, Ners.


NIK. 201001020 NIP. 19831126201112004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan

ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Profesi Ners keperawatan

maternitas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Laporan ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh tugas

Profesi Ners keperawatan maternitas. Dalam penyusunan laporan ini, penulis

mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari pembimbing, untuk itu dalam

kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr Riza Fikriana S. Kep, Ns, M. Kep, selaku Ketua Stikes Kepanjen

2. Ibu Faizatur Rohmi S. Kep, Ns, M. Kep, selaku Ka Prodi Pendidikan Profesi Ners

3. dr R. A. Ratih Maharani, M. M. R. S., selaku direktur RSUD Lawang

4. Ibu Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M. Kep, selaku pembimbing Profesi Ners

keperawatan maternitas.

Penulis berusaha untuk menyelesaikan laporan ini dengan sebaik-baiknya. Namun

demikian penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu demi

kesempurnaan, penulis mengaharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak untuk

menyempurnakannya.

Lawang, 11 Mei 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR


HALAMAN JUDUL DALAM.......................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN.......................................................v
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. POST SC INDIKASI PEB.................................................................1
2. PROLAB UTERI................................................................................45
3. SOAL VIGNET...................................................................................82
LAPORAN PENYULUHAN I.......................................................................84
LAMPIRAN LOGBOOK MINGGU KE I...................................................95
LAMPIRAN LOGBOOK MINGGU KE II.................................................100

RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

Departemen : Maternitas Mahasiswa : Setiajeng


Periode : 26-30 April/2021 Pembimbing : Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M.
Klinik Kep
Ruang : Caladium Minggu Ke 1

A. Tujuan Instruksional Umum


Mampu menyelesaikan seluruh Kompetensi Dep Maternitas.
B. Tujuan Instruksional Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian maternitas
2. Mampu melakukan komunikasi yang efektif pada pasien
3. Mampu melakukan analisa data sesuai kasusnya
4. Mampu menentukan masalah dan memprioritaskan masalah yang muncul
5. Mampu menentukan rencana keperawatan terkait masalah yang muncul
6. Mampu menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan
masalah pada klien di tatanan klinik

iv
7. Mampu melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan
8. Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien lain (resume)
C. Rencanan Kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil
1 1.1 Komunikasi terapeutik Hari 1  Terbina
1.2 Pengkajian pada pasien hubungan saling
percaya
 Data pengkajian
pasien lengkap
2 2.1 Mengumpulkan data subyektif dari pasien Hari 1 Data subyektif
dan keluarga, mengumpulkan data obyektif (keluhan) dari pasien
yang terdiri dari: pemeriksaan lab, TTV, dan keluarga serta
obat, pemeriksaan fisik, dll data obyektif
2.2 Menganalisa data-data yang sudah terkumpul terkumpul

3 3.1 Menentukan masalah daridata yang sudah Hari 1 Menemukan masalah


terkumpul dan yang terjadi pada
yang sudah dianalisa klien

3.2 Memprioritaskan
masalah yang sudah terjadi
pada pasien

v
4 4.1 Menentukan tujuan yang akan Hari 1  Tujuan tercapai
dilakukan untuk menyelesaikan masalah
pasien  Kriteria hasil tercapai
4.2 Menentukan kriteria hasil yang harus
dicapai untuk menyelesaikan masalah
pada pasien
4.3 Tujuan dan kriteria hasil
tercapai
5 Merencanakan tindakan yang Hari 1 Rencana kegiatan telah
akan dilakukan pada pasien diimplementasikan

6 Melakukan implementasi : Hari 1-6 Mahasiswa didampingi


a. Pemeriksaan fisik oleh perawat pelaksana,
b. Melakukan pemeriksaan umum nifas kemudian mahasiswa
c. Melakukan perawatan payudara mampu
d. Melakukan masase punggung untuk mempraktekkannya
memperlancar ASI secara mandiri
e. Melakukan perawatan perineal
f. Membantu persiapan tindakan SC
g. Manajemen laktasi
h. Rawat luka episiotomi
i. Memandikan bayi dan merawat tali pusat
j. Merawat ibu post partum patologis
k. Memberikan pendidikan kesehatan

7 Melakukan evaluasi setiap tindakan yang Hari ke 6 Evaluasi dilakukan


dilakukan dan evaluasi proses secara secara rutin dan terus
menerus.

D. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan


E. Evaluasi Dini Praktikan
F. Rencana Tindak Lanjut

Malang 11 Mei 2021


Mengetahui
Pembimbing Wahana Praktek Mahasiswa

Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M. Kep Setiajeng Putriani

vi
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN

Departemen : Maternitas Mahasiswa : Setiajeng


Periode : 3-7 Mei/2021 Pembimbing : Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M.
Klinik Kep
Ruang : Caladium Minggu Ke 2

A. Tujuan Instruksional Umum


Mampu menyelesaikan seluruh Kompetensi Dep Maternitas.
B. Tujuan Instruksional Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian maternitas
2. Mampu melakukan komunikasi yang efektif pada pasien
3. Mampu melakukan analisa data sesuai kasusnya
4. Mampu menentukan masalah dan memprioritaskan masalah yang muncul
5. Mampu menentukan rencana keperawatan terkait masalah yang muncul
6. Mampu menggunakan proses keperawatan dalam menyelesaikan
masalah pada klien di tatanan klinik
7. Mampu melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan
8. Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien lain (resume)
C. Rencanan Kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil
1 1.3 Komunikasi terapeutik Hari 1  Terbina
1.4 Pengkajian pada pasien hubungan saling
percaya
 Data pengkajian
pasien lengkap
2 2.3 Mengumpulkan data subyektif dari pasien Hari 1 Data subyektif
dan keluarga, mengumpulkan data obyektif (keluhan) dari pasien
yang terdiri dari: pemeriksaan lab, TTV, dan keluarga serta
obat, pemeriksaan fisik, dll data obyektif
2.4 Menganalisa data-data yang sudah terkumpul terkumpul

3 3.1 Menentukan masalah daridata yang sudah Hari 1 Menemukan masalah


terkumpul dan yang terjadi pada
yang sudah dianalisa klien

vii
3.2 Memprioritaskan
masalah yang sudah terjadi
pada pasien
4 4.4 Menentukan tujuan yang akan Hari 1  Tujuan tercapai
dilakukan untuk menyelesaikan masalah
pasien  Kriteria hasil tercapai
4.5 Menentukan kriteria hasil yang harus
dicapai untuk menyelesaikan masalah
pada pasien
4.6 Tujuan dan kriteria hasil
tercapai
5 Merencanakan tindakan yang Hari 1 Rencana kegiatan telah
akan dilakukan pada pasien diimplementasikan

6 Melakukan implementasi : Hari 1-6 Mahasiswa didampingi


l. Pemeriksaan fisik oleh perawat pelaksana,
m. Melakukan pemeriksaan umum nifas kemudian mahasiswa
n. Melakukan perawatan payudara mampu
o. Melakukan masase punggung untuk mempraktekkannya
memperlancar ASI secara mandiri
p. Melakukan perawatan perineal
q. Membantu persiapan tindakan SC
r. Manajemen laktasi
s. Rawat luka episiotomi
t. Memandikan bayi dan merawat tali pusat
u. Merawat ibu post partum patologis
v. Memberikan pendidikan kesehatan

7 Melakukan evaluasi setiap tindakan yang Hari ke 6 Evaluasi dilakukan


dilakukan dan evaluasi proses secara secara rutin dan terus
menerus.

D. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan


E. Evaluasi Dini Praktikan
F. Rencana Tindak Lanjut

Malang 11 Mei 2021


Mengetahui
Pembimbing Wahana Praktek Mahasiswa

Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M. Kep Setiajeng Putriani

viii
LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep Dasar Post Partum

1. Pengertian

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa

nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk

pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah

masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali

ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010). Masa nifas atau puerperium

adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu

(42 hari) setelah itu (Hadijono, 2008:356).

Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ

reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar 6

minggu. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa

nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk

pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah

masa 6 minggu sejak bayi lahir sampaiorgan-organ reproduksi sampai kembali

ke keadaan normal sebelum hamil (Kirana, 2015).

Masa nifas atau masa peurperium adalah masa setelah partus selesai dan

berakhir setelah kira – kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi

seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan

dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007). Masa nifas (peurperium) adalah

masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas

1
berlangsung selam

2
kira-kira 6 minggu, wanita yang melalu periode peurperium disebut peurpura.

Nifas berlangsung selama 6 minggu, merupakan waktu yang diperlukan untuk

pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati, 2009).

2. Jenis – jenis Sectio Caesarea

a. Sectio caeasarea transperitonealis profunda

Sectio caeasarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah

uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau

memanjang.

Keunggulan pembedahan ini:

1) Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak

2) Bahaya peritonitis tidak besar

3) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari

tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak

mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh

lebih sempurna.

b. Sectio caesarea korporal / klasik

Pada Sectio caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri,

pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan apabila

ada halangan untukmelakukan sectio caesarea transperitonealis profunda.

Insisi memanjang pada segmen uterus.

c. Sectio caesarea ekstra peritoneal.

Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya

injeksi peroral akan tetapi dengan kemajuan pengobatan tehadap injeksi

pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga peritoneum

3
tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uteri berat.

d. Sectio caesarea hysteroctomi

Setelah sectio caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:

1) Atonia uteri

2) Plasenta accrete

3) Myoma uteri

4) Infeksi intra uteri berat

3. Etiologi

Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah

ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan

indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari

beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio

sebagai berikut:

a. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak

sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat

melahirkan secara normal. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa

tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus

dilalau oleh janin ketika

akan lahir secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau

panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan

normal sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut

menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran

bidang panggul menjadi abnormal.

b. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung disebabkan

4
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan

infeksi, pre- eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternatal dan

perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah

penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi

eklamsi.

c. KDP (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban

pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.

d. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio caesarea. Hal

ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi

daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami

sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

e. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan

lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan

bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.

f. Kelainan Letak Janin

1) Kelainan pada letak kepala

a) Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak kepala, pada

pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan

panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar

panggul.

b) Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala

yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-

0,5 %.

5
c) Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada

posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasnya

dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang

kepala.

2) Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan

kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal

beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki

sempurna, presentasi bokong tidak sempurna dan presentasi kaki.

4. Manifestasi Klinis

Menurut Saifuddin (2002), manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu:

a. Pusing

b. Mual muntah

c. Nyeri sekitar luka operasi

d. Peristaltic usus menurun

5. Patofisiologi

Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas

500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan

tindakan sc yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,

placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin

besar dan janin lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post

partum baik aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi

dari aspek fisiologis yaitu produk oxitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan

ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi

kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan

prinsip steril. Nyeri


6
adalah salah satu utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional

dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin

maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnou

yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan

pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri

sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan

nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia

yang menutup. Anastesi ini juga mempengaruhi saluran pencarnaan dengan

menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses

penghancur dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme

sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka

peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpung dan

karena reflek untubatuk juga menurun. Maka pasien sengat motilitas yang menurun

juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, Mansjoer

& Prawirohardjo, 2002).

7
PATHWAY
Panggul Sempit Section Caesarea Post Partum Nifas
Ketuban Pecah Dini
Pre Eklamsia Berat
Bayi Kembar
Kelainan Letak Janin
Letak Sungsang

Post AnastesiPenurunan kerja Luka Post


pons

Penurunan Jaringan terputus Jaringan terbuka Distensi kandung kemih


medulla oblongata
Merangsang area Proteksi kurang Penurunan progesterone dan
Penurunan reflek Penurunan kerja sensorik
batuk otot eliminasi
Invasi bakteri Kontraksi Merangsang pertumbunhan kelenjar
Gangguan rasa
Akumulasi sekret Penurunan nyaman Resiko infeksi involusi
peristaltic usus Peningkatan hormone prolaktin
Nyeri akut
adekua Tidak adekuat Meran
Ej Tid
gsang
ek ak
laktasi
si efe
ktif

Bersihan jalan
nafas tidak efektif konstipasi
Gangguan 7
mobilitas fisik
Perubahan lochea perdaraha

Intoleransi Efektif bengkak


HB turun Resiko
6. Pemeriksaan Penunjang

a. Elektroensefalogram (EEG)

Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.

b. Pemindaian CT

Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

c. Magneti Resonance Imaging (MRI)

Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang

radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang tidak jelas terlihat

bila menggunakan pemindaian CT.

d. Uji laboratorium

1) Fungsi lumbal: menganalisis cairan serebrovaskuler

2) Hitung darah lengkap: mengevaluasi trombosit dan hematokrit

3) Panel elektrolit

4) Skrining toksik dari serum dan urin

5) AGD

6) Kadar kalsium darah

7) Kadar natrium darah

8) Kadar magnesium darah

7. Komplikasi

Menurut Cunningham (2006) yang sering terjadi pada ibu S:

a. Infeksi puerperial: kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas

dibagi atas:

1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.

2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut

8
sedikit kembung.

3) Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.

b. Perdarahan: perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat

pembedahan cabang-cabang arteri ikut terbuka atau karena atonia

uteri.

c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme

paru yang sangat jarang terjadi.

d. Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan

berikutnya bisa terjadi ruptur.

e. Yang sering terjadi pada bayi: Kematian perinatal

8. Penatalaksanaan

Menurut Cunningham (2006) penatalaksanaan klien post Sectio Caesarea ialah:

Keperawatan

a. Perawatan awal

1) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,

kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15

menit sampai sadar.

2) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi

3) Transfusi darah jika perlu

4) Jika tanda vital dan hematikrit turun walau diberikan transfusi, segera

kembalikan ke kamar bedah kemungkinanan terjadi perdarahan pasca

bedah.

b. Diet

Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu di

mulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman


9
dengan jumlah yang sedikit sudah bleh dilakukan pada 6-10 jam pasca

operasi,

10
berupa air putih dan air teh.

c. Mobilisasi

1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi

2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang

sedini mungkin setelah sadar.

3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukan selama 5 menit dan

diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.

4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah

duduk (semifowler).

5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar

duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada

hari ke-3 smapai hari ke-5 pasca operasi.

d. Fungsi gastrointestinal

1) Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair

2) Jika ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul

3) Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat

4) Pemberian infis diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik.

e. Perawatan funsi kandung kemih

1) Jika urine jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah

semalam.

2) Jika urine tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urine jernih.

3) Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter

terpasang sampai minimum 7 hari atau urine jernih.

4) Jika sudah tidak memekai antibiotik berikan nirofurantoin 100 mg per oral

11
per hari smapai kateter dilepas.

5) Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyri dan tidak enak pada

penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.

Kateter biasanya terpasang 24 – 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis

operasi dan keadaan penderita.

f. Pembalutan dan perawatan luka

1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu

banyak jangan mengganti pembalut.

2) Jika pembalut luka agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri plester

untuk mengencangkannya.

3) Ganti pembalut dengan cara steril

4) Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih

5) Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angka jahitan

kulit dilakukan pada hari ke-5 pada SC.

Medis

a. Cairan IV sesuai indikasi.

b. Anestesi regional atau general

c. Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesarea.

d. Tes laboratorium sesuai indikasi

e. Pemberian oksitosin sesuai indikasi

f. Tanda vital per protokol ruang pemulihan

g. Persiapan kulit pembedahan abdomen

h. Persetujuan ditandatangani

i. Pemasangan kateter fole

12
9. Asuhan Keperawatan

 Pengkajian

Pada pengkajian klien dengan sectio caesarea, data yang ditemukan meliputi

distres janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps

tali pusat, abrupsio plasenta dan plasenta previa.

a. Identitas atau biodata klien

Meliputi: nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,

pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi, dan

diagnosa keperawatan.

b. Keluhan utama

Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan untuk menentukan

prioritas intervensi keperawatan, keluhan utama pada post operasi SC

biasanya adalah nyeri dibagian abdomen, pusing dan sakit pinggang.

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat pada saat sebelum inpartus di dapatkan cairan yang keluar

pervaginan secara spontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda

persalinan.

2) Riwayat kesehatan dahulu

didapatkan data klien pernah riwayat SC sebelumnya, panggul sempit,

serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit yang lain dapat juga

mempengaruhi penyakit sekarang.

3) Riwayat kesehatan keluarga


13
Adakah penyakit turunan dalam keluarga seperti jantung, HT, TBC, DM,

penyakit kelamin, abortus yang mungkin penyakit tersebut diturunkan

kepada klien.

d. Pemeriksaan fisik

1) Kepala

a) Rambut

Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan rambut, dan

apakah ada benjolan.

b) Mata

Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan

kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses

persalinan yang mengalami perdarahan, sclera kuning.

c) Telinga

Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihannya,

adakah cairan yang keluar dari telinga.

d) Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang- kadang

ditemukan pernapasan cuping hidung.

e) Mulut dan gigi

Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering / lembab.

2) Leher

Saat dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran kelenjar tiroid, karna

adanya proses penerangan yang salah.

3) Thorak

14
a) Payudara

Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada payudara, areola hitam

kecoklatan, putting susu menonjol, air susu lancer dan banyak keluar.

b) Paru-paru

I : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak terlihat

pembengkakan.

P : Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak teraba massa

P : Redup / sonor

A : Suara nafas Vesikuler / ronkhi / wheezing

c) Jantung

I : Ictus cordis teraba / tidak

P : Ictus cordis teraba / tidak

P : Redup / tympani

A : Bunyi jantung lup dup

4) Abdomen

I : Terdapat luka jahitan post op ditutupi verban, adanya strie

gravidarum

P : Nyeri tekan pada luka konsistensi uterus lembek / keras

P : Redup

A : Bising usus

5) Genetalia

Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air ketuban, bila

terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam

kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.

15
6) Eksremitas

Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena

membesarkan uterus, karena pre eklamsia atau karena penyakit jantung

atau ginjal.

7) Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah turun, nadi

cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

• Diagnosis yang muncul

• Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik dibuktikan dengan

tampak meringis.

• Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit.

• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan dengan

merasa lemah.

• Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dibuktikan

dengan tidak mampu mandi/berpakaian secara mandiri.

• Gangguan mobilitan fisik berhubungan dengan efek agen farmakologis

(anestesi) dibuktikan dengan fisik lemah.

• Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan prosedur

pembedahan dibuktikan dengan perdarahan.

16
• Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


Keperawatan (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dikakukan tindakan Observasi :
cedera fisik dibuktikan dengan tampak keperawatan 1x24 jam diharapkan l Identifikasi lokasi, karakteristik,
meringis Tingkat nyeri menurun. frekuensi, intensitas nyeri
l Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil : l Identifikasi factor penyebab nyeri
 Keluhan nyeri menurun (5) l Monitor efek samping penggunaan analgetik
 Tampak meringis
menurun (5) Terapeutik :
 Sikap protektif menurun (5) l Berikan teknik nonfarmakologis (tarik nafas
dalam, kompre hangat atau dingin)
l Kontrok lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (suhu, pencahayaan, kebisingan)
l Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi :
l Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
l Jelaskan strategi pereda nyeri
l Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
l Anjurkan teknik nonfarkamkologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
l Kolaborasi pemberian analgetik
(jika perlu)

2 Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah melakukan tindakan Observasi :


kerusakan integritas kulit. keperawatan 1x 8 jam diharapkan  Monitor tanda dan gejala infeksi local
Tingkat infeksi menurun. dan sistemik
Terapeutik :

17
Kriteria Hasil: l Batasi jumlah pengunjung
 Kebersihan tangan l Berikan perawatan kulit pada area edema
meningkat (5) l Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
 Kebersihan badan dengan pasien dan lingkungan pasien
meningkat (5) l Pertahankan teknikn aseptic pada pasein
 Nyeri menurun (5) beresiko tinggi
Edukasi
l Jelaska tanda dan gejala infeksi
l Ajarkan cuci tangan dengan benar
l Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
l Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
l Kolaborasi pemberian antibiotok
ataupun imusisasi (jika perlu)

3 Intoleransi aktivitas berhubungan Setelah melakukan tindakan Observasi :


dengan imobilitas dibuktikan dengan keperawaran 1x24 Identifikasi keterbatasan fungsi dan gerak sendi
klien merasa lemah. jamdiharapkan Toleransi  Monitor lokasi dan sifat ketidaknyamanan
aktivitas meningkat.

18
atau rasa sakit selama
Kriteria Hasil :
bergerak atau beraktivitas
 Kemudahan dalam melakukan
Terapeutik :
aktivitas sehari-hari meningkat
 Lakukan pengendalian nyeri sebelum
(5)
memulai latihan
 Kecepatan berjalan meningkat
 Berikan posisi tubuh optimal untuk
(5)
gerakan sendimpasif atau aktif
 Jarak berjalan meningkat (5)
 Fasilitasi menyusun jadwal latihan
 Perasaan lemah menurun (5) rentang gerak aktif atau pasif
 Berikan penguatan positif untuk
melakukan latihan bersama
Edukasi :
 Jelaskan kepada pasien atau keluarga tujuan
dan rencanakan latihan bersama

19
 Anjurkan pasien duduk ditempat tidur, disisi
tempat tidur (menjuntai) atau di kursi
 Anjurkan melakukan latihan rentang gerak
pasif dan aktif secara sistematis
4 Deficit perawatan diri berhubungan Setelah dikakukan tindakan Observasi :
dengan kelemahan fisik dibuktikan keperawatan 1x24 jam diharapkan  Monitor tingkat kemandirian
dengan tidak mampu Perawatan diri meningkat.  Identifikasi kebutuhan alat bantu dlam
mandi/berpakaian secara mandiri. melakukan kebersihan diri, berpakaian,
Kriteria Hasil : berhias, dan makan.
l Kemampuan mandi Monitor integritas kulit pasien.
meningkat (5) Terapeutik :
l Kemampuan mengenakan  Dampingi dalam
pakaian secara mandiri melakukan perawatan diri
meningkat (5)\  Fasilitasi kemandirian klien
l Mempertahankan  Jadwalkan rutinitas perawatan diri Edukasi :
kebersihan diri
 Anjurkan melakukan perawatan diri
meningkat (5)
secara konsisten sesuai kemampuan
Anjurkan ke toilet secara mandiri
5 Gangguan mobilitan fisik berhubungan Setelah dikakukan tindakan Observasi :
dengan efek agen farmakologis keperawatan 1x24 jam diharapkan  Identifikasi adanya nyeri atau
(anestesi) dibuktikan dengan fisik Mobilitas fisik meningkat. keluhan fisik lainnya
lemah.  Identifikasi toleransi fisik
Kriterian Hasil : melakukan pergerakan
 Nyeri menurun (5) Terapeutik :
 Kelemahan fisik menurun (5)  Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat
 Kekuatan otot meningkat (5) bantu
 Gerakan terbatas menurun (5)  Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
 Anjurkan mobilisasi dini

20
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk di tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)

6 Resiko ketidakseimbangan cairan Setelah dikakukan tindakan Observasi :


berhubungan dengan prosedur keperawatan 1x24 jam diharapkan  Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
pembedahan dibuktikan dengan Keseimbangan cairan meningkat.  Monitor tekana darah
perdarahan.
 Monitor jumlah dan warna urin
Kriteria Hasil :
 Monitor inteka dan output
 Asupan cairan meningkat (5) cairan Terapeutik :
 Kelembaban  Atur waktu pemantauan sesuai
membrane mukosa dengan kondisi klien
meningkat (5)  Dokumentasikan hasil pemantauan
 Membrane mukosa Edukasi:
membaik (5)  Jelaskan tujuan dan prosedur
 Turgor kulit membaik (5) pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan

21
 Implementasi

Setelah rencana keperawatan disusun langkah selanjutnya adalah dalam menetapkan

tindakan keperawatan. Tindakan ini dapat dilakukan secara mandiri atau kerjasama

dengan tim kesehatan lainnya (Hidayat, 2004).

 Evaluasi

Evaluasi adalah untuk penilaian yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan

tujuan. Jika kriteria yang ditetapkan belum tercapai maka tugas perawat selanjutnya

adalah melakukan pengkajian kembali (Hidayat, 2004).

22
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS PADA NY. W
DI RUANG CALADIUM RSUD LAWANG DENGAN
P2002 Ab0x POST SC A/I PEB

Tanggal / Jam MRS : 27 April 2021


Pengkajian
Tanggal : 28 April 2021
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Ruang Caladium

A. DATA SUBYEKTIF
1. IDENTITAS
Nama : Ny. W Nama Suami : Tn. M

Umur : 24 tahun Umur : 27 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Penghasilan :- Penghasilan : Rp.2.000.000

Alamat : Toyomarto Singosari Alamat : Toyomarto- Singosari

No Reg : 114293

Diagnosa Medis: P2002 AB0x Post Partum SCTP indikasi PEB .

2. KELUHAN

a. Saat MRS

Pasien mengatakan hamil anak ke 2, pasien mengatakan perut terasa

kram, kenceng- kenceng dan keluar lendir sejak jam 00.00 (27-4-2021).

23
b. Saat Pengkajian (Keluhan Utama)

Pada saat melakukan pengkajian pada hari Rabu tanggal 28 April 2021,

klien post operasi sectio caesar 2 hari yang lalu mengeluh nyeri pada luka

bekas operasi SC, skala nyeri 4, klien mengeluh perutnya terasa kembung,

klien mengatakan nyeri dirasakan ketika bergerak, klien tampak meringis,

terdapat luka jahitan di abdomen, intensitas nyeri ringan (4), klien tampak

sesekali memegang perut jika nyeri terasa, klien mengatakan darah yang

keluar dari kemaluan tidak terlalu banyak, sesekali aktivitas klien juga

dibantun keluarganya. Bayi klien dirawat di ruangan yang sama dengan klien

dan berat badan lahir 3000 gram dan ASI klien lancar. Klien terpasang Plug

pada tangan sebelah kiri. Hasil pengkajian tanda – tanda vital : Tekanan

Darah :120/80 mmHg, Suhu : 36, 5 ◦c, Pernafasan : 20 x/i, Nadi : 80 x/i.

3. RIWAYAT KESEHATAN
3.1 Penyakit yang lalu
Klien mengatakan sebelumnya pernah melakukan operasi Sectio Caesarea

saat melahirkan anak pertama di RS Prima Husada kurang lebih sekitar 2 tahun

yang lalu.

3.2 Penyakit Keluarga


Keluarga klien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit menular

ataupun turunan seperti : DM, Jantung, Asma, Ginjal, Ht, penyakit kejiwaan

dan penyaki infeksi lainnya.

24
4. RIWAYAT OBSTETRI / KEBIDANAN
4.1 Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 Tahun
Siklus Haid : 1 x /30 hari
Lama Haid : 7 Hari
Ganti Duk : 3 x sehari
Masalah selama haid: Tidak ada

5. RIWAYAT KEHAMILAN,PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU


No Tgl/Bln/Thn Usia Tempat Jenis Penolong Penyulit Anak Nifas Usia Hidup
(Gravida) Persalinan Kehamilan Persalinan JK BB PB anak /Mati
1 08-09-2018 41-42 Rumah SC Dokter Post L 3100 51 41 hari 3 tahun Hidup
mgg Sakit date

6. RIWAYAT KEHAMILAN SEKARANG

Riwayat Kehamilan ini : G2 P1001 AB0x

HPHT : 13-08-2020

HPL : 20-04-2021
Usia Kehamilan :40-41 minggu
Keluhan hamil muda : Mual, pusing, nyeri pada pinggang dan

kaki Kapan terasa gerakan : awal usia kehamilan 14-16 minggu

ANC :10 x, di RSUD

Lawang Terapi yang pernah diberikan :

Penyuluhan yg pernah didapat:


- Alat kontrasepsi
- Nutrisi ibu hamil

25
7. RIWAYAT PERSALINAN DAN NIFAS SEKARANG
 Tempat Persalinan: RSUD Lawang

 Penolong : Dokter

 Jenis Persalinan : SC atas indikasi PEB

 Komplikasi : Tidak ada

Plasenta : Lengkap

tali pusat: 40 cm

Perenium : tidak ada komplikasi

Epidemiologi

Perdarahan :

Kala I : 50 cc

Kala II : 150 cc

Kala III : 200 cc.

Kala IV : 250 cc

Tindakan Lain : Infus : D5% ½ NS

Transfusi darah : tidak ada

Lama Persalinan :

Kala I : 8 jam

Kala II : 1 jam

Kala III : 10

menit Kala IV : 1

jam

 Keadaan Bayi Baru Lahir

Lahir Tanggal : 28 April 2021 jam 10.05

26
Masa Gestasi : 40-41 minggu

27
BB/ PB lahir : 3000 gram / 50 cm

Apgar : 7- 9

Cacat bawaan : tidak ada

Rawat gabung : iya

8. RIWAYAT KB

Pasien mengatakan tidak KB

9. RIWAYAT PERNIKAHAN

Usia 21 tahun, 1 kali

Jarak perkawinan & kehamilan pertama 3 th

10. RIWAYAT PSIKOSOSIAL SPIRITUAL & KELUARGA

Pasien melakukan ibadah sesuai keyakinan yang dianut. Pasien

menjalanai kehidupannya seperti pada umumnya dengan mendapat dukungan

dari orang tua, suami dan saudara-saudaranya,

Pada tahap ini klien sangat tenang dan sudah menyusui bayinya dan

memberikan kehangatan kepada bayinya. Klien dan semua keluarganya sangat

merasa bahagia atas kelahiran anaknya. Berdasarkan hasil pengkajian klien

berada pada tahapTaking Hold. Karena saat ini klienmulai berfokus pada

perawatan bayinya.

28
11. POLA AKTIFITAS

No Kebutuhan Dasar Sebelum Hamil Saat Hamil


1) Pola Nutrisi - Makan Nasi, lauk pauk dan - Makan Nasi, dan sayur
- Makanan sayur sehari 3 kali, 1 porsi sehari 2 kali,
- cairan habis 1porsi,makan-
- Minum air putih 5-6 gelas / hari. makanan ringan
Minum teh kadang kopi 1 sering.Karena, sering
gelas/ hari mual
- Minum air putih 5-6
gelas / hari. Minum
teh dan susu ibu
hamil 1 gelas/ hari

2) Pola Eliminasi BAB 1x/hari, konsistensi padat, BAB 1 kali setiap 2-3
- BAB warna dan bau normal. hari, sering mengejan
- BAK
3) Pola Istirahat & Tidur Pasien tidur selama 1-2 jam untuk Tidur siang 1 jam, dan 6
tidur siang, dan 9-10 jam untuk jam untuk tidur malam.
tidur malam. Apalagi saat hamil tua,
sering terbangun.

4) Personal Hygiene Mandi 2x/hari, keramas 2x/ Mandi 1x/hari, keramas


minggu, menggosok gigi 2x/ hari, 1x/ minggu, menggosok
ganti baju 1x/hari, gigi 2x/ hari, ganti baju
1x/hari

5) Aktifitas Sebagai ibu rumah tangga dan Sebagai ibu rumah


mengurus 1 anak tangga dan mengurus 1
anak, terkadang masih
dibantu orang tua dan
suami saat mengurus
anak.

B. DATA OBJEKTIF

1. KEADAAN UMUM :

- Kesadaran: Compos Mentis

- TTV

TD: 120/80 MMHg

N: 80 x/ menit

S: 36,7

RR: 20 x/menit

29
- TB : 160 CM

- BB : Sebelum hamil : 60 Kg

Saat Hamil : 78 kg

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. Pemeriksaan Kepala ( Inspeksi, Palpasi)

- Rambut

Berwarna hitam dan tampak

berketombe Tidak ada

rambut rontok

Tidak ada

nyeri

tekan

Tidak ada

benjolan

- Mata

Simetris kiri

dan kanan

Konjungtiva

tidak anemis

Tidak ada nyeri

tekan Sclera

tidak icterik

- Telinga

30
Simetris

kiri dan

kanan

Pendengara

n baik

Tidak ada

nyeri tekan

Tampak

bersih

- Hidung

Simetris

kiri dan

kanan

Tampak

bersih

Tidak ada nyeri tekan

- Mulut dan gigi

Tidak ada karies

Tidak ada

pendarahan pada

gusi Mukosa bibir

lembab

31
Lidah terlihat bersih

2. Leher

Tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid Tidak ada

nyeri tekan

Tidak ada luka

3. Thorak

- Payudara

Simetris kiri

dan kanan

Tampak bersih

Areola

hiperpikmentas

i Tidak ada

nyeri tekan ASI

banyak dan

lancar Puting

susu menonjol

Tidak ada pembendungan pada payudara

- Paru-paru

I : Simetris kiri dan kanan, ictus cordis tidak teraba

32
P: Tidak ada nyeri tekan

P: Sonor di kedua lapang

paru A: Suara nafas vesikuler

- Jantung

I:Simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran jantung

P: Tidak ada nyeri tekan

P: Redup

A: Suara irama jantung teratur

4. Abdomen

I: Ada luka bekas Sectio Caesarea sepanjang kurang lebih 10 cm, luka tidak

basah adanya striae

A: Bising usus normal

P: Terdapat nyeri tekan pada luka post op Sectio Caesarea

P: Tympani

Fundus Uteri

Tinggi : Dua jari dibawah pusat Posisi : Tengah

Kontraksi : Baik

5. Ekstremitas

Atas : Terpasang injecpam di tangan sebelah kiri, simetris kiri dan kanan.

Bawah : Simetris kiri dan kanan,adanya udema pada kedua kaki, tidak ada
kelainan

33
6. Genetalia

- Lochea : Rubra

Jumlah : 2 kali ganti pembalut Warna :

Merah Bau : Amis

- Perineum : Utuh

7. Integumen

Kulit berwarna kuning langsat. Tidak ada udema

Terpasang injecpam di tangan sebelah kiri

1. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium/USG

NO NAMA PEMERIKSAAN JUMLAH SATUAN


1. HB 12,5 (g/dl)
2. LEUKOSIT 11,000 (10`3/ul)
3. TROMBOSIT 178,000 (10`6/ul)
4. HT 37,7 (%)
5. HbsAg Negatif
6. Hep. C Negatif
7. HIV Negatif
8. Rapid covid-19 Non Reaktif
9. GDA 108 Mg/dl

b. Radiologi : tidak dilakukan pemeriksaan

2. TERAPI

Infus: RL

IV : Ranitidin 2x1

Ketorolac 3x1

34
ANALISA DATA

NAMA : Ny. W RUANG : Caladium


UMUR : 24 tahun NO.REG 114293

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS : Luka post op Agen cedera fisik
 Klien mengeluh nyeri pada luka post op (agen cedera fisik)
Sectio Caesarea
jaringan terputus
 Klien mengatakan nyeri muncul ketika
bergerak mrangsang sensor nyeri
 Klien mengatakan luka jahitan post di otak
operasi sangat dirasakan saat berjalan
 Klien mengeluh perut terasa kembung Nyeri akut
 Klien sesekali memengangi luka post op
Sectio Caesarea menggunakan
tangannya

DO :
 Skala nyeri klien 4
 Sesekali klien tampak meringis
 Klien tampak berhati-hati bila bergerak
 Tampak luka post-op di bagian bawah
abdomen kurang lebih 10 cm yang masih
ditutup verban
 TD : 120/80 mmHg
 Suhu : 36,7 ◦c

35
2. DS : kerusakan integritas Kerusakan
 Klien mengatakan perban luka integritas kalit
berdarah kulit proteksi kurang
 Klien mengatakan nyeri muncul infasi bakteri
ketika bergerak
 Klien tampak sesekali memengangi Resiko infeksi
luka post op Sectio Caesarea
menggunakan tangannya
DO :
 Verban luka post op Sactio
Caesarea tampak kotor karena
bekas darah
 Luka tampak bersih dan mulai
kering
 Tampak luka post op Sectio
Caesarea mulai kering
 Skala nyeri 3
 Tampak luka post-op di bagian
bawah abdomen kurang lebih 10
cm yang masih ditutup verban
 TD : 120/80 mmHg
 Suhu : 36,7 ◦c
 Nadi : 80 x/i
 Pernafasan : 20 x/i
 Leukosit tgl 28: 9.690 (10`3/ul)

36
3. DS : Luka post op Imobilitas
 Klien mengatakan merasa lemah
 Klien mengatakan aktivitasnya jaringan terputus
terkadang masih dibantu keluarga
imobilitas
 Klien mengatakan masih belum bias
berjalan terlalu jauh sendiri Intoleransi aktivitas
 Klien mengatakan masih belum bisa
beraktivitan seperti biasa
DO :
 Klien tampak masih mencoba berlatih
berjalan
 Tampak luka post op Sactio Caesarea
di bagian bawah abdomen kurang
lebih
10 cm
 Klien tampak lesu
 Tampak Sesekali aktivitas klien
tampak di bantu keluarganya
 TD : 120/80 mmHg
 Suhu : 36,7 ◦c
 Nadi : 80 x/i
 Pernafasan : 20 x/i

37
RUMUSAN DIAGNOSA

NAMA : Ny. W RUANG : Caladium


UMUR : 24 tahun NO.REG : 114293

NO RUMUSAN DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL TTD


DX DITEMUKAN TERATASI
1 Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik 28/4/2021
dibuktikan dengan tampak meringis.
2 Resiko infeksi berhubungan dengan 28/4/2021
kerusakan integritas kulit.
3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan 28/4/2021
imobilitas dibuktikan dengan klien merasa
lemah dengan nafsu makan menurun

38
INTERVENSI KEPERAWATAN

NAMA : Ny. W RUANG : Caladium


UMUR :24 tahun NO.REG : 114293

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)

1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dikakukan tindakan keperawatan Observasi :
cedera fisik dibuktikan dengan tampak 1x24 jam diharapkan Tingkat nyeri l Identifikasi lokasi, karakteristik,
meringis menurun. frekuensi, intensitas nyeri
DS : l Identifikasi skala nyeri
 Klien mengeluh nyeri pada luka post Kriteria Hasil : l Identifikasi factor penyebab nyeri
op Sectio Caesarea  Keluhan nyeri menurun l Monitor efek samping penggunaan
 Klien mengatakan nyeri muncul  Tampak meringis menurun analgetik Terapeutik :
ketika bergerak  Sikap protektif menurun l Berikan teknik nonfarmakologis (tarik nafas
 Klien mengatakan luka jahitan post dalam, kompre hangat atau dingin)
operasi sangat dirasakan saat berjalan l Kontrok lingkungan yang memperberat rasa
 Klien mengeluh perut terasa kembung nyeri (suhu, pencahayaan, kebisingan)
DO :
l Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi :
 Skala nyeri klien
l Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
 Sesekali klien tampak meringis
l Jelaskan strategi pereda nyeri
 Klien tampak berhati-hati bila
l Anjurkan monitor nyeri secara
bergerak
mandiri
 Tampak luka post-op di bagian bawah
l Anjurkan teknik nonfarkamkologis untuk
abdomen kurang lebih 10 cm yang
mengurangi nyeri
masih ditutup verban
 TD : 110/80 mmHg Kolaborasi :
 Suhu : 36,5 ◦c l Kolaborasi pemberian analgetik
(jika perlu)

39
2 Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah melakukan tindakan keperawatan 1x Observasi :
kerusakan integritas kulit. 8 jam diharapkan Tingkat infeksi menurun. l Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
DS : dan sistemik
 Klien mengatakan perban luka Kriteria Hasil Terapeutik :
berdarah  Kebersihan tangan meningkat (5)
 Klien mengatakan nyeri muncul  Kebersihan badan meningkat (5) l Batasi jumlah pengunjung
ketika bergerak  Nyeri menurun (5) l Berikan perawatan kulit pada area edema
 Klien tampak sesekali memengangi l Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
luka post op Sectio Caesarea dengan pasien dan lingkungan pasien
menggunakan tangannya l Pertahankan teknik aseptik pada pasein
DO : beresiko tinggi
 Verban luka post op Sactio Edukasi :
Caesarea tampak kotor karena
bekas darah l Jelaska tanda dan gejala infeksi
 Tampak luka post op Sectio l Ajarkan cuci tangan dengan benar
Caesarea mulai kering l Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Skala nyeri 4 Tampak luka post-op l Anjurkan meningkatkan asupan cairan
di bagian bawah Kolaborasi :
 abdomen kurang lebih 10 cm yang l Kolaborasi pemberian antibiotok
masih ditutup verban ataupun imusisasi (jika perlu)
 TD : 110/80 mmHg
 Suhu : 36,5 ◦c
 Nadi : 80 x/i
 Pernafasan : 20 x/i
3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Setelah melakukan tindakan Observasi :
imobilitas dibuktikan dengan klien keperawaran 1x24 jamdiharapkan l Identifikasi keterbatasan fungsi dan gerak sendi
merasa lemah. Toleransi aktivitas meningkat l Monitor lokasi dan sifat ketidaknyamanan
DS : atau rasa sakit selama bergerak atau
l Klien mengatakan merasa lemah Kriteria Hasil : beraktivitas
l Klien mengatakan aktivitasnya
terkadang masih dibantu  Kemudahan dalam melakukan Terapeutik :
keluarga aktivitas sehari- hari meningkat (5)
l Klien mengatakan masih belum bias l Lakukan pengendalian nyeri

40
berjalan terlalu jauh sendiri  Kecepatan berjalan sebelum memulai latihan
 Klien mengatakan masih belum meningkat (5)  Berikan posisi tubuh optimal untuk
bisa beraktivitan seperti biasa  Jarak berjalan meningkat (5) gerakan sendi pasif atau aktif
 Perasaan lemah menurun (5)  Fasilitasi menyusun jadwal latihan
DO : rentang gerak aktif atau pasif
 Klien tampak masih mencoba  Berikan penguatan positif untuk
berlatih berjalan melakukan latihan bersama
 Tampak luka post op Sactio
Caesarea di bagian bawah abdomen Edukasi :
kurang lebih 10 cm
 Jelaskan kepada pasien ataukeluarga tujuan
 Klien tampak lesu dan rencanakan latihan bersama
 Tampak Sesekali aktivitas  Anjurkan pasien duduk ditempat tidur, disisi
klien tampak di bantu tempat tidur (menjuntai) atau di kursi
keluarganya
 Anjurkan melakukan latihan rentang gerak
 TD : 110/80 mmHg pasif dan aktif secara sistematis
 Suhu : 36,5 ◦c
 Nadi : 80 x/i
 Pernafasan : 20 x/i

41
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA : Ny. W RUANG : Caladium


UMUR :24 tahun NO.REG 114293

No Hari/ No Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tanggal DX Keperawatan
1. Rabu/ Nyeri berhubungan dengan agen Observasi : S : Klien mengatakan nyeri sudah tidak
29-04-21 cedera fisik dibuktikan dengan  Mengidentifikasi lokasi, terasa
tampak meringis. karakteristik, frekuensi, O : Klien tampak sudah
intensitas nyeri tenang Skala nyeri 1
 Mengidentifikasi skala nyeri Luka bekas operasi tampak
 Mengidentifikasi faktor mulai kering
penyebab nyeri A : Masalah belum teratasi, skala nyeri
 Memoonitor efek samping 1
penggun aan analgetik P : Intervensi dilanjutkan dirumah, klien
Terapeutik : di pulangkan.
 Memberikan teknik
nonfarmakologis (tarik
nafas dalam, kompre hangat
atau dingin)
 Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(suhu, pencahayaan,
kebisingan)
 Memfasilitas istirahat dan
tidur Edukasi :
 Menjelaskan penyebab dan
pemicu nyeri
 Menjelaskan strategi pereda nyeri

42
 Menganjurkan monitor nyeri
secara mandiri
 Menganjurkan teknik
nonfarkamkologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
 Mengkolaborasikan
pemberian analgetik (jika
perlu)

43
2. Kamis Resiko infeksi berhubungan Observasi : S : Klien
29-04-21 dengan kerusakan integritas kulit. mengatakan
 Memonitor tanda dan gejala infeksi verban bekas luka
lokal dan sistemik post operasi
sectio caesarea
Terapeutik :
sudah bersih
 Membatasi jumlah pengunjung O : Luka post
 Memberikan perawatan kulit pada operasi sectio
area edema caesarea di
 Mencuci tangan sebelum dan bersihkan
sesudah kontak dengan pasien dan dengan NaCL
lingkungan pasien 0.9 %
 Mempertahankan teknik aseptic A : Masalah belum
pada pasein beresiko tinggi teratasi, luka
tampak bersih
Edukasi : dan tampak sudah
mulai kering
 Menjelaskan tanda dan gejala P : Intervensi
infeksi dilanjutkan dirumah,
 Mengajarkan cuci tangan klien dipulangkan
dengan benar
 Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Menganjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
 Mengkolaborasikan
pemberian ant ibiotik
ataupun imusisasi (jika
perlu)

44
3. Kamis/ Intoleransi aktivitas berhubungan Observasi : S : Klien
29-04-21 dengan imobilitas dibuktikan  Mengidentifikasi keterbatasan mengatakan
dengan klien merasa lemah. fungsi dan gerak sendi sudah mulai
 Memonitor lokasi dan sifat bias berjalan
ketidaknyamanan atau rasa dan
sakit selama bergerak atau beraktivitas
beraktivitas sendiri
O : Klien tampak
Terapeutik : mulai berlatih
 Melakukan pengendalian nyeri seb jalan dan
elum memulai latihan beraktivitas sendiri
 Memberikan posisi tubuh optimal A : Masalah belum
untuk gerakan sendimpasif atau aktif teratasi, tampak
 Memfasilitasi menyusun jadwal sesekali aktivitas
latihan rentang gerak aktif atau pasif klien di bantu
 Memberikan penguatan positif keluarganya
untuk melakukan latihan bersama P : Intervensi
dilanjutkan dirumah,
Edukasi : klien dipulangkan
 Menjelaskan kepada pasien atau
keluarga tujuan dan rencanakan
latihan bersama
 Menganjurkan pasien duduk
ditempat tidur, disisi tempat tidur
(menjuntai) atau di kursi
 Menganjurkan melakukan latihan
rentang gerak pasif dan aktif secara
sistematis

45
FORMAT DISCHARGE PLANNING PASIEN PULANG

DISCHARGE PLANNING No. Register : 112993


Nama : Ny. W
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal MRS : 27 April 2021 Tanggal KRS : 29 April 2021
Bagian : IGD Bagian : R. Caladium
Dipulangkan dari RS dengan keadaan
Sembuh Pulang paksa
Meneruskan dengan obat jalan Pindah Lari
ke RS lain Meninggal

A. Kontrol
a. Waktu : 03 Mei 2021
b. Tempat : Poli Obgyn
B. Lanjutkan keperawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift, pengobatan, dll)
- Melakukan pengobatan yang telah diberikan olehdokter, merawat luka post operasi
C. Aturan diet/nutrisi :
- Makan makanan bergizi agar ASI lancar dan proses penyembuhan cepat pulih

D. Obat yang masih diminum dan jumlahnya :


- Obat anti nyeri
E. Aktifitas dan Istirahat :
- Melakukan istirahat yang cukup
- tingkatkan pola kebersihan

Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnya :
- Hasillaboratorium
- Obat
Lain-lain :
- Kontol rutin sesuai waktu yang ditentukan
- Minum obat secara teratur

Malang, 29 April 2021


Pasien/Keluarga
Perawat(Ners)

(…………….…..)
Setiajeng Putriani
NIM: 2021001801

46
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati,. 2009. Buku Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendika Press

Bambang Widjanarko, 2010. Buku Sistem Reproduksi Wanita. EGC :

Jakarta Cunningham, 2006. Penatalaksanaan Post SC

Depkes, 2010. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta

Doengoes, M E, 2000. Rencana Askep Pedoman untuk Perencanaan Perawatan Pasien. Jakarta

: EGC

Fadhillah Harif, 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ). Jakarta

Hutabalian, 2011. Buku Sectio Caesarea. Jakarta : Yayasan Bina

Ilmu Kebidanan, 2007. Buku Masa Nifas. Jakarta

Karina, 2015. Buku Ibu Post Partum. Jogjakarta : Mitra Cendika Press

Jakarta Manuba Ida, Bagus, Gde, Prof. Dr. SpOG, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta

Mansjoer, Arif. Dkk, 2000-2008. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Mochtar, Rustam, 2008. Sypnosis Obsteti. Jakarta;EGC

Prawirohardjo, Sarwono, 2002-2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta:P.T Bina

Verney, 2009.Buku Ajar Kebidanan. Jakarta:EGC

47
LAPORAN PENDAHULUAN

Prolapsus Uteri

Definisi

Prolapsus uteri adalah suatu kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus ke dalam atau

keluar melalui vagina.1 Hal tersebut dikarenakan dukungan yang tidak adekuat dari

ligamentum kardinal dan uterosakral serta struktur penyangga pelvis mengalami

kerusakan dan kadang-kadang organ pelvis yang lain juga ikut turun.

Faktor risiko
Penyebab prolapsus organ panggul belum diketahui secara pasti, namun secara

hipotetik penyebab utamanya adalah persalinan pervaginam dengan bayi aterm.9 Pada

studi epidemiologi menunjukkan bahwa faktor risiko utama penyebab prolapsus uteri

adalah persalinan pervaginam dan penuaan. Para peneliti

menyetujui bahwa etiologi prolapsus organ panggul adalah multifaktorial dan

berkembang secara bertahap dalam rentang waktu tahun.10 Terdapat berbagai macam

faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya prolapsus dan dikelompokkan menjadi

faktor obstetri dan faktor non-obstetri.

48
Tabel 2. Faktor risiko prolapsus4,9,10,14,17,26, 27
Faktor obstetri Faktor non-obstetri
1) Paritas 1) Genetik
2) Persalinan pervaginam 2) Usia
3) Perpanjangan kala 2 3) Ras
persalinan (> 2 jam) 4) Menopause
4) Makrosomia (berat badan 5) Peningkatan BMI
lahir ≥ 4000 gram) (obesitas)
5) Persalinan dengan tindakan 6) Peningkatan tekanan
(riwayat persalinan dengan intra abdomen
forsep atau ekstraksi vakum) 7) Kelainan jaringan ikat
8) Merokok

1) Faktor obstetri

a. Proses persalinan dan paritas

Prolapsus uteri terjadi paling sering pada wanita multipara sebagai akibat progresif

yang bertahap dari cedera melahirkan pada fascia endopelvik (dan kondensasi,

ligamentum uteroskral dan kardinal) dan laserasi otot, terutama otot-otot levator

dan perineal body (perineum).28

Persalinan pervaginam merupakan faktor risiko utama terjadinya prolapsus organ

genital. Pada penelitian tentang levator ani dan fascia menunjukkan bukti bahwa

kerusakan mekanik dan saraf terjadi pada perempuan dengan prolapsus

dibandingkan perempuan tidak prolapsus, dan hal tersebut terjadi akibat proses

melahirkan.17

Secara global, prolapsus mempengaruhi 30% dari semua wanita yang telah

melahirkan.27 Jumlah paritas berbanding lurus dengan kejadian prolapsus. WHO

Population Report (1984) menduga bahwa kejadian prolapsus akan meningkat tujuh
49
kali lipat pada perempuan dengan tujuh anak dibandingkan dengan perempuan

yang mempunyai satu anak.17

b. Faktor obstetri lainnya

Penggunaan forsep, vakum, dan episiotomi, disebutkan sebagai faktor risiko

potensial dalam terjadinya prolaps organ panggul. Penggunaan forsep secara

langsung terlibat dalam terjadinya cedera dasar panggul, yaitu dalam kaitannya

dengan terjadinya laserasi sfingter anal. Manfaat forsep terhadap dasar panggul

dalam memperpendek kala dua masih mempunyai bukti yang kurang. Penggunaan

forsep elektif untuk mencegah kerusakan pada dasar panggul tidak

direkomendasikan. Percobaan kontrol secara acak pada penggunaan elektif dan

selektif episiotomi tidak menunjukkan manfaat, tetapi telah menunjukkan

hubungan dengan terjadinya laserasi sfingter anal inkontinensia dan nyeri pasca

persalinan. Sejumlah cedera pada ibu dan bayi dapat terjadi sebagai akibat

penggunaan forsep. Luka yang dapat ditimbulkan pada ibu berkaitan dengan

penggunaan forsep berkisar dari ekstensi sederhana sampai ruptur uterus atau

kandung kemih. Klein, dkk menemukan hubungan antara episiotomi dan

berkurangnya kekuatan dasar panggul tiga bulan post partum.

Fascia pelvis, ligamentum-ligamentum dan otot-otot dapat menjadi lemah akibat

peregangan yang berlebihan selama kehamilan, persalinan dan persalinan

pervaginam yang sulit, terutama dengan penggunaan forsep dan vakum ekstraksi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Handa dkk, menunjukkan bahwa persalinan

menggunakan forsep dan laserasi perineum berhubungan dengan gangguan dasar

panggul 5-10 tahun setelah persalinan yang pertama, tetapi pada episiotomi tidak

50
berhubungan. Wanita dengan laserasi perineum dalam dua atau lebih persalinan

beresiko lebih tinggi secara signifikan terhadap prolapsus.

Perlukaan diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani yang terjadi pada

waktu persalinan pervaginam atau persalinan dengan alat dapat melemahkan dasar

panggul sehingga mudah terjadi prolapsus genitalia.

2) Faktor non-obstetri

a. Genetik

Dua persen prolapsus simptomatik terjadi pada perempuan nulipara. Perempuan

nulipara dapat menderita prolapsus dan diduga merupakan peran dari faktor

genetik. Bila seorang perempuan dengan ibu atau saudaranya menderita prolapsus,

maka risiko relatif untuk menderita prolapsus adalah 3,2. Dibandingkan jika ibu

atau saudara perempuan tidak memiliki riwayat prolapsus, risiko relatifnya adalah

2,4.

b. Usia

Bertambahnya usia akan menyebabkan berkurangnya kolagen dan terjadi

kelemahan fascia dan jaringan penyangga. Hal ini terjadi terutama pada periode

post-menopause sebagai konsekuensi akibat berkurangnya hormon estrogen.

c. Ras

Perbedaan ras pada prevalensi prolapsus organ panggul (POP) telah dibuktikan

dalam beberapa penelitian. Perempuan berkulit hitam dan perempuan Asia

memiliki risiko yang lebih rendah, sedangkan perempuan Hispanik dan berkulit

putih memiliki risiko tertinggi. Perbedaan kandungan kolagen antar ras telah

dibuktikan, tetapi perbedaan bentuk tulang panggul juga diduga memainkan peran.

51
Misalnya, perempuan kulit hitam lebih banyak yang memiliki arkus pubis

(lengkungan

52
kemaluan) yang sempit dan bentuk panggul android atau antropoid. Bentuk-bentuk

panggul tersebut adalah pelindung terhadap POP dibandingkan dengan panggul

ginekoid yang merupakan bentuk panggul terbanyak pada perempuan berkulit

putih.

d. Menopause

Pada usia 40 tahun fungsi ovarium mulai menurun, produksi hormon berkurang

dan berangsur hilang, yang berakibat perubahan fisiologik. Menopause terjadi

rata-rata pada usia 50-52 tahun. Hubungan dengan terjadinya prolaps organ

panggul adalah, di kulit terdapat banyak reseptor estrogen yang dipengaruhi oleh

kadar estrogen dan androgen. Estrogen mempengaruhi kulit dengan meningkatkan

sintesis hidroksiprolin dan prolin sebagai penyusun jaringan kolagen. Ketika

menopause, terjadi penurunan kadar estrogen sehingga mempengaruhi jaringan

kolagen, berkurangnya jaringan kolagen menyebabkan kelemahan pada otot-otot

dasar panggul.

Saraf pada serviks merupakan saraf otonom, sebagian besar serabut saraf

cholinesterase yang terdiri dari serabut saraf adrenergik dan kolinergik, jumlah

serabut kolinergik lebih sedikit. Sebagian besar serabut ini menghilang setelah

menopause.

e. Peningkatan BMI (obesitas)

Obesitas menyebabkan memberikan beban tambahan pada otot-otot

pendukung panggul, sehingga terjadi kelemahan otot-otot dasar panggul. Pada

studi Women’s Health Initiative (WHI), kelebihan berat badan (BMI 25 – 30

kg/m2) dikaitkan dengan peningkatan kejadian prolapsus dari 31- 39%, dan

53
obesitas (BMI > 30 kg/m2) meningkat 40-75%.

54
f. Peningkatan tekanan intra abdomen

Tekanan intra abdomen yang meningkat karena batuk-batuk kronis (bronkitis

kronis dan asma), asites, mengangkat beban berat berulang-ulang, dan konstipasi

diduga menjadi faktor risiko terjadinya prolapsus. Seperti halnya obesitas

(peningkatan indeks massa tubuh) batuk yang berlebihan dapat meningkatkan

tekanan intraabdomen (rongga perut) dan secara progresif dapat menyebabkan

kelemahan otot-otot panggul.

g. Kelainan jaringan ikat

Wanita dengan kelainan jaringan ikat lebih untuk mungkin untuk mengalami

prolapsus. Pada studi histologi menunjukkan bahwa pada wanita dengan

prolapsus, terjadi penurunan rasio kolagen tipe I terhadap kolagen tipe III dan IV.

Pada beberapa penelitian, sepertiga dari perempuan dengan Sindroma Marfan dan

tigaperempat perempuan dengan Sindroma Ehler

Danlos tercatat mengalami POP. Kelemahan bawaan (kongenital) pada fasia

penyangga pelvis mungkin penyebab prolapsus uteri seperti yang kadang-kadang

ditunjukkan pada nulipara.

h. Merokok

Merokok juga dikaitkan dalam pengembangan prolapsus. Senyawa kimia yang

dihirup dalam tembakau dipercaya dapat menyebabkan perubahan jaringan yang

diduga berperan dalam terjadi prolapsus.10 Namun, beberapa penelitian tidak

menunjukkan hubungan antara merokok dengan terjadinya prolapsus.

55
Patofisiologi
Penyangga organ panggul merupakan interaksi yang kompleks antara otot- otot

dasar panggul, jaringan ikat dasar panggul, dan dinding vagina. Interaksi tersebut

memberikan dukungan dan mempertahankan fungsi fisiologis organ- organ panggul.

Apabila otot levator ani memiliki kekuatan normal dan vagina memiliki kedalaman yang

adekuat, bagian atas vagina terletak dalam posisi yang hampir horisontal ketika

perempuan dalam posisi berdiri.

Posisi tersebut membentuk sebuah “flap-valve” (tutup katup) yang merupakan

efek dari bagian atas vagina yang menekan levator plate selama terjadi peningkatan

tekanan intra abdomen. Teori tersebut mengatakan bahwa ketika otot levator ani

kehilangan kekuatan, vagina jatuh dari posisi horisontal menjadi semi vertikal sehingga

menyebabkan melebar atau terbukanya hiatus genital dan menjadi predisposisi prolapsus

organ panggul. Dukungan yang tidak adekuat dari otot levator ani dan fascia organ

panggul yang mengalami peregangan menyebabkan terjadi kegagalan dalam menyangga

organ panggul.

Mekanisme terjadinya prolapsus uteri disebabkan oleh kerusakan pada struktur

penyangga uterus dan vagina, termasuk ligamentum uterosakral, komplek ligamentum

kardinal dan jaringan ikat membran urogenital. Faktor obstetri, dan non-obstetri yang

telah disebutkan di awal diduga terlibat dalam terjadinya kerusakan struktur penyangga

tersebut sehingga terjadi kegagalan dalam menyangga uterus dan organ-organ panggul

lainnya. Meskipun beberapa mekanisme telah dihipotesiskan sebagai kontributor dalam

perkembangan prolapsus, namun tidak sepenuhnya menjelaskan bagaimana proses itu

terjadi.
56
Klasifikasi
Terdapat beberapa cara dalam mengklasifikasikan prolapsus organ panggul.

Tahun 1996, International Continence Society, the American Urogynecologic Society,

and the Society of Gynecologic Surgeons memperkenalkan sistem POP-Q (Pelvic

Organ Prolapse Quantification). Metode penilaian prolapsus organ pelvis ini

memberikan penilaian yang objektif, deskriptif sehingga dapat memberikan nilai

kuantifikasi atau derajat ringan beratnya prolapsus yang terjadi.35

Tabel 3. Derajat prolapsus organ panggul38


Derajat 0 Tidak terlihat adanya prolapsus.
Derajat I Bagian distal dari prolapsus > 1cm di atas himen.
Derajat II Bagian yang paling distal dari prolapsus < 1cm di bawah
lingkaran himen.
Derajat III Bagian yang paling distal dari prolapsus > 1cm di bawah
himen, namun kurang dari TVL (total vaginal length) – 2 cm.
Derajat IV Eversi komplit total panjang traktus genetalia bawah. Bagian
distal prolapsus uteri menurun sampai (TVL-2) cm

Penatalaksanaan
Observasi

Derajat luasnya prolapsus tidak berhubungan dengan gejala. Apabila telah

menderita prolapsus, mempertahankan tetap dalam stadium I merupakan pilihan yang

tepat. Observasi direkomendasikan pada wanita dengan prolapsus derajat rendah (derajat

1 dan derajat 2, khususnya untuk penurunan yang masih di atas himen). Memeriksakan

diri secara berkala perlu dilakukan untuk mencari

perkembangan gejala baru atau gangguan, seperti gangguan dalam berkemih atau buang
57
air besar, dan erosi vagina.2,37

Konservatif
Pilihan penatalaksaan non-bedah perlu didiskusikan dengan semua wanita yang

mengalami prolapsus.37 Terapi konservatif yang dapat dilakukan, diantaranya:

1) Latihan otot dasar panggul

Latihan otot dasar panggul (senam Kegel) sangat berguna pada prolapsus ringan,

terutama yang terjadi pada pasca persalinan yang belum lebih dari enam bulan.

Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot- otot yang

mempengaruhi miksi. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Cochrane review

of conservative management prolapsus uteri menyimpulkan bahwa latihan otot dasar

panggul tidak ada bukti ilmiah yang mendukung. Cara melakukan latihan yaitu,

penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti setelah

selesai buang air besar atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang

mengeluarkan buang air kecil dan tiba-tiba menghentikannya.2,9,34

2) Pemasangan pesarium

Pesarium dapat dipasang pada hampir seluruh wanita dengan prolapsus tanpa melihat

stadium ataupun lokasi dari prolapsus. Pesarium digunakan oleh 75%- 77% ahli

ginekologi sebagai penatalaksanaan lini pertama prolapsus. Alat ini

tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran, serta mempunyai indikasi tertentu.37

58
Tabel 5. Tipe, mekanisme kerja, dan indikasi berbagai pesarium37
Tipe Mekanisme kerja Indikasi Keterangan
Ring Suportif Sistokel, prolapsus Ketebalan, ukuran,
uteri ringan dan rigiditas
bervariasi
Donut Suportif Semua prolapsus
kecuali defek
posterior berat
Lever Suportif Sistokel, Mengikuti kurvatura
penurunan uterus vagina
ringan
Dish Suportif Prosidensia berat
Stem Suportif Sistokel,
prosidensia
ringan
Cube Mengisi ruang Semua prolapsus Perlu dilepaskan
setiap hari
Inflantable Mengisi ruang Semua prolapsus Perlu dilepaskan
setiap hari

Pesarium dapat dipakai bertahun-tahun, tetapi harus diawasi secara teratur.

Penempatan pesarium bila tidak tepat atau bila ukurannya terlalu besar dapat

menyebabkan iritasi atau perlukaan pada mukosa vagina sehingga dapat

menyebabkan ulserasi dan perdarahan.9,37

Operatif
Operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti umur

penderita, masih berkeinginan untuk mendapatkan anak atau mempertahankan uterus,

tingkat prolapsus, dan adanya keluhan.9 Prolapsus uteri biasanya disertai dengan

prolapsus vagina. Maka, jika dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri, prolapsus

vagina juga perlu ditangani. Terdapat kemungkinan prolapsus

vagina yang membutuhkan pembedahan, tetapi tidak ada prolapsus uteri atau prolapsus

59
uteri yang ada belum perlu dioperasi. Di Inggris dan Wales pada tahun 2005-2006,

22.274

60
operasi dilakukan untuk prolapsus vagina. Beberapa literatur melaporkan bahwa dari

operasi prolapsus uteri, disertai dengan perbaikan prolapsus vagina pada waktu yang

sama.2 Macam-macam operasi untuk prolapsus uteri sebagai berikut:

1) Ventrofikasi

Dilakukan pada wanita yang masih tergolong muda dan masih menginginkan anak.

Cara melakukannya adalah dengan memendekkan ligamentum rotundum atau

mengikat ligamentum rotundum ke dinding perut atau dengan cara operasi Purandare

(membuat uterus ventrofiksasi).2,9

2) Operasi Manchester
Operasi ini disarankan untuk penderita prolapsus yang masih muda, tetapi biasanya

dilakukan amputasi serviks uteri, dan penjahitan ligamentum kardinale yang telah

dipotong, di depan serviks dilakukan pula kolporafi anterior dan kolpoperineoplastik.

Amputasi serviks dilakukan untuk memperpendek serviks yang memanjang

(elongasio koli). Tindakan ini dapat menyebabkan infertilitas, partus prematurus,

abortus .28,41 Bagian yang penting dari operasi Manchester ialah penjahitan

ligamentum kardinale di depan serviks karena dengan tindakan ini ligamentum

kardinale diperpendek, sehingga uterus akan terletak dalam posisi anteversifleksi, dan

turunnya uterus dapat dicegah.41

3) Histerektomi Vagina

Operasi ini tepat dilakukan pada prolapsus uteri tingkat lanjut (derajat III dan
IV) dengan gejala pada saluran pencernaan dan pada wanita yang telah menopause.

Setelah uterus diangkat, puncak vagina digantungkan pada ligamentum rotundum

kanan dan kiri atas pada ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan

dilanjutkan dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi untuk mengurangi atau


61
menghilangkan gejala saluran pencernaan seperti, sembelit, inkontinensia flatus,

urgensi tinja, kesulitan dalam mengosongkan rektum atau gejala yang berhubungan

dengan gangguan buang air besar dan untuk mencegah prolaps vagina di kemudian

hari.2,39,40 Histerektomi vagina lebih disukai oleh wanita menopause yang aktif secara

seksual.28 Di Netherlands, histerektomi vaginal saat ini merupakan metode

pengobatan terkemuka untuk pasien prolapsus uteri simtomatik.3

4) Kolpokleisis (kolpektomi)
Tindakan ini merupakan pilihan bagi wanita yang tidak menginginkan fungsi

vagina (aktivitas seksual dan memiliki anak) dan memiliki risiko komplikasi tinggi. 37

Operasi ini dilakukan dengan menjahit dinding vagina depan dengan dinding vagina

belakang, sehingga lumen vagina tertutup dan uterus terletak di atas vagina. Keuntungan

utama dari prosedur ini adalah waktu pembedahan singkat dan pemulihan cepat dengan

tingkat keberhasilan 90 - 95%.

Asuhan keperawatan
Anamnesis

Gejala prolapsus uteri bersifat individual, berbeda-beda pada setiap orang.

Tingkat keparahan prolapsus uteri bervariasi. Kadangkala penderita dengan prolapsus

yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan

prolapsus ringan mempunyai banyak keluhan. Keluhan- keluhan yang paling umum

dijumpai9,17,36:

 Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal di vagina atau menonjol di

genitalia eksterna

 Rasa sakit di panggul atau pinggang (backache) merupakan gejala klasik dari
62
prolapsus

 Luka dan dekubitus pada porsio uteri akibat gesekan dengan celana atau

pakaian dalam

 Gangguan berkemih, seperti inkontinensia urin atau retensi urin

 Kesulitan buang air besar

 Infeksi saluran kemih berulang

 Perdarahan vagina

 Rasa sakit atau nyeri ketika berhubungan seksual (dispareunia)

 Keputihan atau cairan abnormal yang keluar melalui vagina

 Prolapsus uteri derajat III dapat menyebabkan gangguan bila berjalan dan bekerja

Gejala dapat diperburuk apabila berdiri atau berjalan dalam waktu yang lama.

Hal ini dikarenakan peningkatan tekanan pada otot-otot panggul oleh pengaruh gravitasi.

Latihan atau mengangkat beban juga dapat memperburuk gejala.36

Pemeriksaan Fisik
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik, yaitu37:

a. Pasien dalam posisi telentang pada meja ginekologi dengan posisi litotomi.

b. Pemeriksaan ginekologi umum untuk menilai kondisi patologis lain.

c. Inspeksi vulva dan vagina, untuk menilai:

 Erosi atau ulserasi pada epitel vagina.

 Ulkus yang dicurigai sebagai kanker harus dibiopsi segera, ulkus yang bukan kanker

diobservasi dan dibiopsi bila tidak ada reaksi pada terapi.

 Perlu diperiksa ada tidaknya prolapsus uteri dan penting untuk mengetahui derajat
63
prolapsus uteri dengan inspeksi terlebih dahulu sebelum dimasukkan inspekulum.

d. Manuver Valsava

 Derajat maksimum penurunan organ panggul dapat dilihat dengan melakukan

pemeriksaan fisik sambil meminta pasien melakukan manuver Valsava.

 Setiap kompartemen termasuk uretra proksimal, dinding anterior vagina, serviks,

apeks, cul-de-sac, dinding posterior vagina, dan perineum perlu dievaluasi secara

sistematis dan terpisah.

 Apabila tidak terlihat, pasien dapat diminta untuk mengejan pada posisi berdiri di atas

meja periksa.

 Tes valsava dan cough stress testing (uji stres) dapat dilakukan untuk menentukan

risiko inkontinensia tipe stres pasca operasi prolapsus.

e. Pemeriksaan vagina dengan jari untuk mengetahui kontraksi dan kekuatan otot

levator ani.

f. Pemeriksaan rektovaginal

 Untuk memastikan adanya rektokel yang menyertai prolapsus uteri.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu37:

a. Urin residu pasca berkemih

 Kemampuan pengosongan kandung kemih perlu dinilai dengan mengukur volume

berkemih pada saat pasien merasakan kandung kemih yang penuh, kemudian diikuti

dengan pengukuran volume residu urin pasca berkemih dengan kateterisasi atau

ultrasonografi.

b. Skrining infeksi saluran kemih.

64
c. Pemeriksaan urodinamik apabila dianggap perlu.

d. Pemeriksaan Ultrasonografi

 Ultrasonografi dasar panggul dinilai sebagai modalitas yang relatif mudah dikerjakan,

cost-effective, banyak tersedia dan memberikan informasi real time.

 Pencitraan dapat mempermudah memeriksa pasien secara klinis.

Namun belum ditemukan manfaat secara klinis penggunaan pencitraan dasar panggul

pada kasus POP.

Jadi, yang dimaksud dengan prolapsus organ panggul adalah apabila jelas ada

penurunan organ ke dalam vagina atau keluar melalui vagina dengan keluhan seperti

di atas.9

65
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

......................................................................................................................................................
Tanggal / Jam MRS : 03 Mei 2021
Pengkajian
Tanggal : 04 Mei 2021
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Ruang Caladium

A. DATA SUBYEKTIF
1. IDENTITAS
Nama : Ny. N Nama Suami : Tn. S

Umur : 81 tahun Umur : 80 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan :- Pendidikan :-

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani

Penghasilan :- Penghasilan : tidak terkaji

Alamat : Turirejo 1/1 Lawang Alamat : Turirejo 1/1 Lawang

No Reg : 02 40 64

Diagnosa Medis: Prolap Uteri Post Lepas Pasang Pesarium

2. KELUHAN

a. Saat MRS

Pasien mengatakan ada benjolan dan nyeri di kemaluan sejak kurang lebih 3

bulan yang lau. Nyeri dirasa bertambah sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya benjolan

66
seujung

67
jari, lalu semakin membesar hingga 2 jari. Oleh sebab itu, dibawa oleh keluarganya ke

RSUD Lawang melalui IGD pada tanggal 03 Mei 2021, jam 01.00 WIB

b. Saat Pengkajian (Keluhan Utama)

Pada saat melakukan pengkajian pada hari Rabu tanggal 04 Mei 2021, klien post

lepas pasang pesarium, pasien mengeluh nyeri pada kemaluan, tapi tidak nyeri seperti

sebelum dilakukan tindakan, skala nyeri 4, klien mengatakan nyeri dirasakan ketika

bergerak, klien tampak meringis, intensitas nyeri ringan (4), klien tampak sesekali

memegang perut bawah jika nyeri terasa, sesekali aktivitas klien juga dibantu

keluarganya.

3. RIWAYAT KESEHATAN
3.1 Penyakit yang lalu
Klien mengatakan sebelumnya pernah melakukan pasang ring di alat kelaminnya,

dan jarang masuk rumah sakit.

3.2 Penyakit Keluarga


Keluarga klien mengatakan tidak ada yang menderita penyakit menular ataupun

turunan seperti : DM, Jantung, Asma, Ginjal, penyakit kejiwaan dan penyaki infeksi

lainnya.

Klien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi sejak lama, tetapi tidak kontrol

rutin, minum obat hanya kalau merasa pusing.

4. RIWAYAT OBSTETRI / KEBIDANAN


4.1 Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
68
Siklus Haid : 1 x /30 hari
Lama Haid : 7 Hari
Ganti Duk : 3 x sehari
Masalah selama haid: Tidak ada

5. RIWAYAT KEHAMILAN,PERSALINAN DAN NIFAS YANG LALU

No Tgl/Bln/ Usia Temp Jenis Penolo Penyu Anak Nifas Usia Hidu
(Gravid Thn Kehami at Persalin ng lit J BB PB anak p/M
a) Persalina lan an K (esti ati
n masi)

1 01-09- 41-42 Ruma Normal Dukun Tidak P 3100 51 40 63tah Hidu


1958 mgg h ada hari un p
2 22-05- 38 mgg Ruma Normal Dukun Tidak L 3500 52 40 61tah Hidu
1960 h ada hari un p
3 15-12- 38 mgg Ruma Normal Dukun Tidak L 3000 50 40 57tah Hidu
1963 h ada hari un p
4 30-05- 38 mgg Ruma Normal Dukun Tidak P 3000 50 40 52tah Hidu
1968 h ada hari un p
5 11-03- 40 mgg Puske Normal Bidan Tidak L 3500 52 40 50 Hidu
1970 smas ada hari tahun p
6 07-07- 38 mgg Ruma Normal Dokter Tidak P 3100 50 40 43 Hidu
1977 Puske ada hari tahun p
smas

6. RIWAYAT KB

Pasien mengatakan tidak pernah KB

7. RIWAYAT PERNIKAHAN
69
Usia 20 tahun, 2 kali

Jarak perkawinan & kehamilan pertama 3 th

8. RIWAYAT PSIKOSOSIAL SPIRITUAL & KELUARGA

Pasien melakukan ibadah sesuai keyakinan yang dianut. Pasien menjalanai kehidupannya

seperti pada umumnya dengan mendapat dukungan dari anak, suami dan saudara-saudaranya,

Pada tahap ini klien sangat tenang. Klien dan keluarga sudah merasa lega karena, rasa

sakit dan penyakitnya sudah teratasi.

9. POLA AKTIFITAS

No Kebutuhan Dasar Sebelum Sakit Saat Sakit


6) Pola Nutrisi - Makan Nasi tim, lauk pauk - Makan Nasi tim, dan
- Makanan dan sayur sehari 3 kali, 1 sayur sehari 2 kali,
- cairan porsi habis 1porsi,makan-
- Minum air putih 5-6 gelas / - Minum air putih 5-6
hari. Minum teh kadang kopi gelas / hari. Minum
1 gelas/ hari teh 1 gelas/ hari

7) Pola Eliminasi BAB 1x/hari, konsistensi BAB 1 kali setiap 2-3


- BAB padat, warna dan bau normal. hari, sering mengejan
- BAK
8) Pola Istirahat & Tidur Pasien tidur selama 1-2 jam Tidur siang 1 jam, dan
untuk tidur siang, dan 9-10 jam 6 jam untuk tidur
untuk tidur malam. malam.

70
9) Personal Hygiene Mandi 2x/hari, keramas 2x/ Mandi 1x/hari,
minggu, menggosok gigi 2x/ keramas 1x/ minggu,
hari, ganti baju 1x/hari, menggosok gigi 2x/
hari, ganti baju 1x/hari

10) Aktifitas Sebagai ibu rumah tangga Semua aktifitas


mengurus suami dan dibantu dilakukan atau dibantu
oleh anak terakhir untuk oleh anak-anaknya
aktifitasnya

B. DATA OBJEKTIF

1. KEADAAN UMUM :

- Kesadaran: Compos Mentis

- TTV

TD: 160/100 MMHg

N: 90 x/ menit

S: 36,7

RR: 20 x/menit

- TB : 160 CM

- BB : 56 kg

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. Pemeriksaan Kepala ( Inspeksi, Palpasi)

- Rambut

71
Berwarna putih dan tampak

berketombe , rambut rontok jika disisr

Tidak ada nyeri tekan

Tidak ada benjolan

- Mata

Simetris kiri dan kanan

Konjungtiva tidak

anemis Tidak ada nyeri

tekan Sclera tidak icterik

- Telinga

Simetris kiri dan kanan

Pendengaran kurang

Tidak ada nyeri tekan

Tampak bersih

- Hidung

Simetris kiri dan kanan

Tampak bersih

Tidak ada nyeri tekan

- Mulut dan gigi

Tidak ada karies, menggunakan gigi palsu sebagian

Tidak ada pendarahan

72
pada gusi Mukosa bibir lembab

Lidah terlihat bersih

8. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid Tidak ada nyeri tekan

Tidak ada luka

9. Thorak

- Payudara

Simetris kiri dan kanan

Tampak bersih

Tidak ada nyeri tekan

- Paru-paru

I : Simetris kiri dan kanan, ictus cordis tidak teraba

P: Tidak ada nyeri tekan

P: Sonor di kedua lapang

paru A: Suara nafas vesikuler

- Jantung

I:Simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran jantung

P: Tidak ada nyeri tekan

P: Redup

A: Suara iarama jantung teratur

73
10. Abdomen

I: tidak ada luka

A: Bising usus normal

P: Terdapat nyeri tekan pada simpisis pubis

P: Tympani

11. Ekstremitas

Atas : Terpasang injecpam di tangan sebelah kiri, simetris kiri dan kanan.

Bawah : Simetris kiri dan kanan, tidak adanya udema pada kedua kaki, tidak ada
kelainan

12. Genetalia

Vagina : Keluar cairan tapi tidak bau, semenjak sakit sampai


sekarang Anus : Normal

13. Integumen

Kulit berwarna coklat keriput.

Tidak ada udema

Tangan sebelah kiri terpasang Plug

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium/USG

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Faal Hati
SGOT / AST 22 u/L ≤ 32
SGPT / ALT 16 u/L ≤ 33
Faal Ginjal
BUN 10 mg/dl 7 – 20
74
Kreatinin 0.62 mg/dL
Diabetes
Gula Darah Sewaktu 85 mg/dL
Elektrolit
Natrium 143 mmol/L 136 – 145
Kalium 4.00 mmol/L
Klorida 115 mmol/ L 98 – 101
Hemostatis
PPT 13.8 detik 12.3 – 15.3
INR 1.00 0.90 – 1.10
Kontrol PPT 14.8
APTT 29 detik 27.4 – 37.0
Kontrol APPT 28.4
Gol darah A
Darah Lengkap
Hemoglobin 12.4 g/dl 12.0 – 16.0
Hematokrit 37.2 %
MCH 28.9 % 27.0 – 32.0
Leukosit 6.43 10^3/uL 4.50 – 11.0
Neotrofil 4.42 10^3/uL 2.20 – 4.80
Limfosit 1.52 10^3/uL 1.30 – 2.90

HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI / Bno Ivp


03 Mei 2021

Keterangan Klinis : Prolaps uteri grade II

Uraian Hasil Pemeriksaan :


Melakukan pemeriksaan BNO-IVP pada pasien dengan hasil:
1. BNO AP view, persiapan dan kondisi cukup, hasil :
Preperitoneal fat line dextra et sinistra tegas, udara usus dan fecal material minimal. Renal
out line dextra et sinistra samar. Psoas line dextra et sinistra tegas. Tak tampak bayangan
opak di proyeksi traktus urinarius. Sistem tulang yang tervisualisasi intak.
2. IVP
Dilakukan dengan menyuntikkan bahan kontras non ionic (10 paniro – 300) sebanyak 50 cc
secara IV, plain ks (-)

75
Hasil : menit ke-5 Nekrogram, kedua ren secara serentak, bentuk letak, ukuran dan densitas
normal. Tampak kontras mengisi kedua SPC sampai ke vesika urinaria. Menit ke 15 dan 30 :
tampak bahan kontras mengisi SPC, kedua ureter dan VU.
- Sistem calices : tampak calices dextra et sinistra berbentuk cuping normal. Tak tampak
batu opaq/luscen yang terlumuri kontras
- Pelvis renalis : tampak pelvis renalis dextra et sinistra tak melebar. Tak tampak batu
opaq/luscen yang terlumur kontras
- Ureter : Tampak bentuk dan caliber kedua ureter normal. Tak tampak batu opaq/luscent
yang terlumuri kontras
KESAN
- Anatomi dan fungsi kedua ren dalam batas normal
- Kedua ureter dalam batas normal
- VU dan fungsi volding dalam batas normal
- Tak tampak batu opaq/luscent di traktus urinarius bilateral
- Sistem tulang yang tervisualisasi intak
- Tak tampak infiltrasi maupun identasi masa pada traktus urinarius

4. TERAPI

Infus: NaCl 0,9 % life line

IV : Ranitidin 2x1

Ketorolac 3x1

Ceftriaxone 2x1

76
ANALISA DATA

NAMA : Ny. N RUANG : Caladium


UMUR : 81 tahun NO.REG 024064

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS :
 Klien mengeluh nyeri pada perut
bagian bawah

 Klien mengatakan nyeri muncul Post pasang Alat Agen cedera fisik
ketika bergerak
 Klien mengatakan terasa mengganjal
Cedera fisik
sangat dirasakan saat berjalan
 Klien mengeluh perut terasa seperti
di tusuk-tusuk Rangsang sensor nyeri
 Klien sesekali memengangi perut
bawah menggunakan tangannya
Nyeri
DO :
 Skala nyeri klien 4
 Sesekali klien tampak meringis
 Klien tampak berhati-hati bila
bergerak
TD: 160/100 MMHg

N: 90 x/ menit

S: 36,7

RR: 20 x/menit

2. DS : Luka post pasang alat Imobilitas


 Klien mengatakan merasa lemas
 Klien mengatakan aktivitasnya Jaringan terputus
terkadang masih dibantu keluarga
 Klien mengatakan masih

77
belum bisa beraktivitan seperti Membatasi gerak
biasa
DO :
Gangguan aktifitas
 Klien tampak masih mencoba
berlatih berjalan
 Klien tampak lesu
 Tampak Sesekali aktivitas klien
tampak di bantu keluarganya
TD: 160/100 MMHg
N: 90 x/ menit

S: 36,7

RR: 20 x/menit

5. Ds : perubahan lingkungan Perubahan


- Pasien mengatakan saat di rumah
lingkungan
tidur ± 8 jam dalam sehari
- Pasien menyatakan selama di rumah sering terbangun pada
sakit tadi malam tidak bisa tidur
malam hari
karena lingkungan yang berbeda
- Pasien mengatakan sering terbangun
sejak di rumah sakit
Perubahan pola tidur
DO :
- Pasien tampak terbangun
- Pasien berusaha tidur
TD: 160/100 MMHg

N: 90 x/ menit

S: 36,7

RR: 20 x/menit

78
RUMUSAN DIAGNOSA

NAMA : Ny. N RUANG : Caladium


UMUR : 81 tahun NO.REG 024064

NO RUMUSAN DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL TTD


DX DITEMUKAN TERATASI
1 Nyeri berhubungan dengan agen cedera 04/5/2021
fisik dibuktikan dengan tampak
meringis.

2 Perubahan pola tidur ditandai dengan 04/5/2021


Perubahan lingkungan ditandai dengan
pasien mengatakan saat di rumah tidur ±
8 jam dalam sehari, Pasien menyatakan
selama di rumah sakit tadi malam tidak
bisa tidur

3 Gangguan aktifitas berhubungan dengan 04/5/2021


imobilitas, ditandai dengan aktifitas
dibantu oleh keluarga

79
INTERVENSI KEPERAWATAN

NAMA :Ny. N RUANG : Caladium


UMUR :81 tahun NO.REG : 024064

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dikakukan tindakan Observasi :
cedera fisik dibuktikan dengan tampak keperawatan 1x24 jam diharapkan  Identifikasi lokasi, karakteristik,
meringis Tingkat nyeri menurun. frekuensi, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil :  Identifikasi factor penyebab nyeri
 Keluhan nyeri menurun  Monitor efek samping
 Tampak meringis menurun penggunaan analgetik
 Sikap protektif menurun
Terapeutik :
 Berikan teknik nonfarmakologis
(tarik nafas dalam, kompre hangat
atau dingin)
 Kontrok lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitas istirahat dan tidur

Edukasi :
 Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi pereda nyeri
 Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan teknik nonfarkamkologis
untuk mengurangi nyeri

Kolaborasi:
80
 Pemberian anti nyeri

2. Perubahan pola tidur ditandai dengan Setelah dilakukan Asuhan 1. Kaji pola tidur klien dan kebiasaan
Perubahan lingkungan ditandai dengan keperawatan selama 3 x 24 jam sebelum tidur
pasien mengatakan saat di rumah tidur ± 8 perubahan pola tidur dapat teratasi 2. Berikan latihan fisik ringan sebelum
jam dalam sehari, Pasien menyatakan dengan kriteria hasil tidur
selama di rumah sakit tadi malam tidak a. Pasien tampak rileks 3. Beritahu dan libatkan keluarga untuk
bisa tidur karena lingkungan yang b. Tidak ada lingkar hitam dan memberi lingkungan yang nyaman saat
berbeda, Pasien mengatakan sering kantong mata pada area mata tidur
terbangun sejak di rumah sakit pasien
c. Pasien dapat beristirahat dan tidur
dengan nyenyak
d. TTV dalam batas nomal

3 Gangguan aktifitas Kriteria Hasil :  Monitor lokasi dan sifat


ketidaknyamanan atau rasa sakit
 Kemudahan dalam melakukan selama bergerak atau beraktivitas
aktivitas sehari- hari
meningkat (5) Terapeutik :
 Kecepatan berjalan
meningkat (5)  Lakukan pengendalian
 Jarak berjalan meningkat (5) nyeri sebelum memulai
latihan
 Perasaan lemah menurun (5)
 Berikan posisi tubuh optimal
untuk gerakan sendi pasif atau
aktif
 Fasilitasi menyusun jadwal
latihan rentang gerak aktif atau
pasif
 Berikan penguatan positif
untuk melakukan latihan
bersama
Edukasi :

 Jelaskan kepada pasien atau keluarga


81
tujuan dan rencanakan latihan
bersama
 Anjurkan pasien duduk ditempat
tidur, disisi tempat tidur (menjuntai)
atau di

82
kursi
 Anjurkan melakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif secara sistematis

83
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA : Ny. N RUANG : Caladium


UMUR :81tahun NO.REG : 02 40 64
No Hari/ No Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tanggal DX Keperawatan
1. Rabu/ Nyeri berhubungan dengan agen Observasi : S : Klien mengatakan nyeri sudah
05-05- cedera fisik dibuktikan dengan  Mengidentifikasi lokasi, tidak terasa
2021 tampak meringis. karakteristik, frekuensi, intensitas O : Klien tampak sudah
nyeri tenang Skala nyeri 1
 Mengidentifikasi skala nyeri A : Masalah belum teratasi, skala
 Mengidentifikasi faktor nyeri 1
penyebab nyeri P : Intervensi dilanjutkan dirumah,
 Memoonitor efek samping klien di pulangkan.
penggun aan analgetik
Terapeutik :
 Memberikan teknik
nonfarmakologis (tarik nafas
dalam,
kompre hangat atau dingin)
 Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (suhu,
pencahayaan, kebisingan)
 Memfasilitas istirahat dan
tidur Edukasi :
 Menjelaskan penyebab dan
pemicu nyeri
 Menjelaskan strategi pereda nyeri

84
 Menganjurkan monitor nyeri
secara mandiri
 Menganjurkan teknik
nonfarkamkologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
 Mengkolaborasikan
pemberian analgetik (jika
perlu)
2. Kamis Gangguan pola tidur berhubungan Observasi : S : Klien mengatakan siang
29-04-21 dengan perubahan lingkungan. bisa tidur
 Memonitor tanda dan gejala O : pasien tampak rileks
perubahan pola tidur tapi langsung terbangun
jika ada orang masuk
Terapeutik :
A : Masalah teratasi sebagian
 Membatasi jumlah pengunjung P : Intervensi dilanjutkan dirumah,
 Memberikan lingkungan nyaman klien dipulangkan
dan bersih
Edukasi :

 Menjelaskan proses penyakit


agar pasien tenang
 Mengajarkan tekhnik distraksi
relaksasi

85
 Menganjurkan
meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :

 Mengkolaborasikan pemberian ant


ibiotik ataupun imusisasi (jika
perlu)

86
3. Kamis/ Gangguan aktivitas berhubungan Observasi : S : Klien mengatakan sudah
05-05- dengan imobilitas dibuktikan  Mengidentifikasi keterbatasan mulai bias berjalan dan
2021 dengan klien merasa lemah. fungsi dan gerak sendi beraktivitas sendiri
 Memonitor lokasi dan sifat Q : Klien tampak mulai
ketidaknyamanan atau rasa berlatih jalan dan beraktivitas
sakit selama bergerak atau sendiri
beraktivitas A : Masalah belum teratasi, tampak
sesekali aktivitas klien di bantu
Terapeutik : keluarganya
 Melakukan pengendalian nyeri seb R : Intervensi dilanjutkan dirumah,
elum memulai latihan klien dipulangkan
 Memberikan posisi tubuh optimal
untuk gerakan sendimpasif atau
aktif
 Memfasilitasi menyusun jadwal
latihan rentang gerak aktif atau pasif
 Memberikan penguatan positif
untuk melakukan latihan bersama

Edukasi :
 Menjelaskan kepada pasien atau
keluarga tujuan dan rencanakan
latihan bersama
 Menganjurkan pasien duduk
ditempat tidur, disisi tempat tidur
(menjuntai) atau di kursi
 Menganjurkan melakukan latihan
rentang gerak pasif dan aktif secara
sistematis

87
FORMAT DISCHARGE PLANNING PASIEN PULANG

DISCHARGE PLANNING No. Register :


024064 Nama : Ny.
N
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal MRS : 03 Mei 2021 Tanggal KRS : 05 Mei 2021
Bagian : IGD Bagian : R. Caladium
Dipulangkan dari RS dengan keadaan
Sembuh Pulang paksa
Meneruskan dengan obat jalan Lari
Pindah ke RS lain Meninggal

B. Kontrol
a. Waktu : 10 Mei 2021
b. Tempat : Poli Obgyn
B. Lanjutkan keperawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift, pengobatan, dll)
- Melakukan pengobatan yang telah diberikan olehdokter, membatasi aktivitas berat
C. Aturan diet/nutrisi :
- Makan makanan bergizi agar proses penyembuhan cepat pulih

D. Obat yang masih diminum dan jumlahnya :


- Obat anti nyeri
E. Aktifitas dan Istirahat :
- Melakukan istirahat yang cukup
- tingkatkan pola kebersihan

Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnya) :
- Hasillaboratorium
- Obat
Lain-lain :
- Kontol rutin sesuai waktu yangditentukan
- Minum obat secarateratur

Malang, 05 Mei 2021


Pasien/Keluarga
Perawat(Ners)

(…………….…..)
Setiajeng Putriani
NIM: 2021001801

88
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati,. 2009. Buku Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendika Presss

Bambang Widjanarko, 2010. Buku Sistem Reproduksi Wanita. EGC :

Jakarta Cunningham, 2006. Penatalaksanaan Post SC

Depkes, 2010. Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta

Doengoes, M E, 2000. Rencana Askep Pedoman untuk Perencanaan Perawatan Pasien.

Jakarta : EGC

Fadhillah Harif, 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ). Jakarta

Hutabalian, 2011. Buku Sectio Caesarea. Jakarta : Yayasan Bina

Ilmu Kebidanan, 2007. Buku Masa Nifas. Jakarta

Karina, 2015. Buku Ibu Post Partum. Jogjakarta : Mitra Cendika Press

Jakarta Manuba Ida, Bagus, Gde, Prof. Dr. SpOG, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta

Mansjoer, Arif. Dkk, 2000-2008. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta :

EGC Mochtar, Rustam, 2008. Sypnosis Obsteti. Jakarta;EGC

Prawirohardjo, Sarwono, 2002-2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta:P.T Bina

Verney, 2009.Buku Ajar Kebidanan. Jakarta:EGC

89
Kasus (vignete)
Ada seorang ibu post operasi sectio caesar 2 hari yang lalu mengeluh nyeri pada luka bekas
operasi SC, skala nyeri 4, klien mengeluh perutnya terasa kembung, klien mengatakan nyeri
dirasakan ketika bergerak, klien tampak meringis, terdapat luka jahitan di abdomen,
intensitas nyeri ringan (4), klien tampak sesekali memegang perut jika nyeri terasa, klien
mengatakan darah yang keluar dari kemaluan tidak terlalu banyak, sesekali aktivitas klien
juga dibantun keluarganya.
Pertanyaansoal
Apakah masalah keperawatan prioritas utama kasus tersebut?

PilihanJawaban
A. Intoleransi aktivitas
B. Hipertermi
C. Nyeri Kronis
D. Hipothermi
E. Kecemasan

KunciJawaban : C
Referensi:
Ambarwati,. 2009. Buku Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :
Mitra Cendika Press
Bambang Widjanarko, 2010. Buku Sistem Reproduksi Wanita. EGC
:
Nama Pembuat Setiajeng Putriani/ 2021001801
Institusi Stikes Kepanjen Malang

90
Kasus (vignete)
Seorang pasien post lepas pasang pesarium , pasien mengeluh nyeri pada kemaluan,
tapi tidak nyeri seperti sebelum dilakukan tindakan, skala nyeri 4, klien mengatakan nyeri
dirasakan ketika bergerak, klien tampak meringis, intensitas nyeri ringan (4), klien tampak
sesekali memegang perut bawah jika nyeri terasa, sesekali aktivitas klien juga dibantu
keluarganya.

Pertanyaansoal
Apakah diagnosa keperawatan menurut SDKI yang tepat dari kasus tersebut?

PilihanJawaban
A. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi dibuktikan dengan
keluhan nyeri pasien
B. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
C. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
D. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
E. Nyeri akut berhubungan dengan age ninjuri biologis
KunciJawaban : A
Referensi: Ambarwati,. 2009. Buku Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :
Mitra Cendika Press
Bambang Widjanarko, 2010. Buku Sistem Reproduksi Wanita. EGC
:
Nama Pembuat SetiajengPutriani/ 2021001801
Institusi StikesKepanjen Malang

91
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
GIZI PADA IBU HAMIL

Oleh :
Setiajeng Putriani
NIM: 2021001801

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KEPANJEN MALANG
2021

92
SATUAN ACARA
PENYULUHAN (SAP)

Tema : Gizi Pada Ibu Hamil


Sasaran : Ibu Hamil
Hari/tanggal : Jumat/ 30 April 2021
Tempat : Ruang Caladium RSUD Lawang

A. Latar Belakang
Kehamilan adalah saat ketika kebutuhan gizi menjadi lebih tinggi, dan memenuhi
kebutuhan tersebut memiliki efek positif pada kesehatan sang ibu dan bayi yang belum
lahir. Dampak gizi terhadap janin yang sedang berkembang selama kehamilan berdampak
untuk seumur hidupnya, dan tentu kita ingin melihat anak-anak memiliki warisan kesehatan
yang baik untuk masa depan. Wanita menikmati kehamilan yang sehat tanpa efek negatif
dari gizi buruk pada kesehatan mereka, dan dalam kemungkinan status gizi terbaik untuk
mendukung pemberian ASI (Bobak, 2005).

Gizi seimbang ibu hamil adalah keadaan keseimbangan antara gizi yang diperlukan oleh
ibu hamil untuk kesehatan ibu dan pertumbuhan dan perkembangan janinnya yang dapat
dipenuhi oleh asupan gizi dari aneka ragam makanan. Selama hamil, calon ibu memerlukan
lebih banyak zat – zat gizi daripada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil
dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya. Demikian pula, bila makanan ibu
kurang tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan ibu pada masa
sebelum hamil telah buruk pula.

Keadaan ini dapat mengakibatkan abortus, BBLR, bayi lahir prematur atau bahkan bayi
lahir mati. Pada saat bersalin dapat mengakibatkan persalinan lama,perdarahan, infeksi, dan
kesulitan lain yang mungkin memerlukan pembedahan. Sebaliknya, makanan yang berlebih
dapat mengakibatkan kenaikan berat badan yang berlebihan, bayi besar, dan dapat pula
terjadi pre-eklamsi ( keracunan kehamilan) (Soeditustam, 2004). Nutrisi layak
mendapatkan perhatian khusus selama kehamilan dan menyusui karena kebutuhan nutrisi
yang tinggi dan peran penting gizi bagi janin dan bayi. Adaptasi fisiologis selama
kehamilan sebagian melindungi janin dari kekurangan diet ibu, tetapi meskipun demikian
kekurangan ini dapat memiliki konsekuensi bagi kesehatan dan perkembangan janin dan
bayi jangka panjang (Ali, 2009) Pasokan nutrisi yang cukup menjadi faktor lingkungan
paling penting yang mempengaruhi hasil kehamilan.

93
Wanita dengan kehamilan usia dini atau berjarak dekat berada pada peningkatan risiko
memasuki kekurangan cadangan nutrisi cadangan. Deplesi nutrisi ibu dapat berkontribusi
pada peningkatan insiden kelahiran prematur dan retardasi pertumbuhan janin serta
peningkatan risiko kematian ibu dan morbiditas (Eva, 2010).

Berdasarkan laporan dari petugas di Puskesmas menunjukka bila kenaikkan berat badan
ibu hamil di wilayah kerja nya hanya sedikit, dan untuk melakukan ante natal care di
Puskesmas Pembantu hanya apabila ada keluhan saja. Maka dari itu berdasarkan latar
belakang diatas maka penulis menyusun satuan acara penyuluhan ini dengan judul
“Pentingnya Nutrisi Bagi Ibu Hamil”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, Setelah diberikan penyuluhan kepada
ibu hamil diharapkan mampu mengetahui serta memahami tentang berbagai
kebutuhan gizi pada ibu hamil
2. Tujuan Khusus
3. Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang gizi pada ibu hamil diharapkan
peserta penyuluhan dapat :
a. Memahami apa pengertian gizi seimbang untuk ibu hamil

b. Memahami apa tujuan gizi pada ibu hamil

c. Memahami apa masalah yang berhubungan dengan gizi ibu hamil

d. Memahami apa kebutuhan nutrisi ibu hamil

e. Memahami zat gizi yang diperlukan selama hamil

f. Memahami apa saja menu makanan seimbang

g. Memahami apa tanda dan gejala kurangnya nutrisi pada ibu hamil

h. Memahami apa pengaruh keadaan gizi terhadap proses kehamilan

C. Sub Pokok Bahasan


a. Pengertian gizi seimbang untuk ibu hamil

b. Tujuan gizi pada ibu hamil

c. Masalah yang berhubungan dengan gizi ibu hamil

94
d. Kebutuhan nutrisi ibu hamil

e. Zat gizi yang diperlukan ibu hamil

f. Menu makanan seimbang

g. Tanda dan gejala kurangnya nutrisi pada ibu hamil

h. Pengaruh keadaan gizi terhadap proses kehamilan

D. Metode
Ceramah dan tanya jawab
E. Media
Leaflet
F. Proses Pelaksanaan
No Tahapan & Kegiatan Penyaji Kegiatan Audien
Waktu
1 Pembukaan - Memberi salam - Menjawab salam
(2 menit) - Menjelaskan tujuan dan materi - Mendengarkan dan
yang akan diberikan memperhatikan
2 Kegiatan (10 - Pengertian gizi seimbang - Menanggapi
menit) untuk ibu hamil dan
- Tujuan gizi pada ibu hamil Memperhatikan
- Masalah yang berhubungan - Mendemontrasikan
dengan gizi ibu hamil batuk efektif
- Kebutuhan nutrisi ibu hamil
- Zat gizi yang diperlukan ibu
hamil
- Menu makanan seimbang
- Tanda dan gejala kurangnya
nutrisi pada ibu hamil
- Pengaruh keadaan gizi
terhadap proses kehamilan

3 Penutup (5 menit) - Menyimpulkan bersama-sama Memperhatikan dan


mendengarkan

G. Materi

95
1. Pengertian Nutrisi Ibu hamil
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal
dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari
makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. (Arisman, 2013).
Sedangkan Gizi adalah zat zat yang terkandung dalam makanan yang di perlukan
untuk kehidupan manusia. (Arisman, 2013). Sumber zat pembangun Diperlukan
untuk pertumbuhan dan dapat diperoleh dari lauk pauk seperti daging, ikan, telur,
tahu, tempe dan kacang-kacangan. Sumber zat pengatur diperlukan agar semua
fungsi tubuh melaksanakan tugasnya secara teratur yang diperoleh dari sayur-
sayuran dan buah-buahan. Jadi nutrisi adalah asupan berupa makanan bagi tubuh
yang mengandung gizi, dimana dalam gizi tersebut terdapat sumber zat pembangun
untuk pertumbuhan sumber zat pengaturuntuk fongsi metabolisme tubuh (Path,
2005). Gizi seimbang ibu hamil adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur dalam susunan yang seimbang dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan gizi ibu hamil. Makanan dengan gizi seimbang dapat diperoleh
dari karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat
pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrien akan
meningkat selama hamil, namun tidak semua kebutuhan nutrien meningkat secara
proporsional Zat tenaga adalah makanan yang mengandung zat tenaga, antara lain :
kentang, singkong, jagung, roti dan sagu. Zat pembangun adalah makanan yang
mengandung zat pengatur antara lain: tempe, tahu, ikan asin, udang, telur, ayam,
daging, hati, kacang hijau, dan lain-lain. Zat pengatur adalah makanan yang
mengatur zat pengatur antara lain : kangkung, daun singkong, bayam, sawi hijau,
kacang panjang, jeruk, pepaya, nangka, mangga, dan lain-lain
2. Tujuan
a. Cukup kalori, protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral dan
cairan untuk memenuhi zat gizi ibu, janin serta plasenta.
b. Makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan lemak.
c. Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat baku selama hamil.
d. Perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh
dan mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat menjalani kehamilan
dengan aman dan berhasil, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental
yang baik, dan memperoleh cukup energiuntuk menyusui serta merawat bayi
kelak.
e. Perawatan gizi dapat membantu pengobatan penyulit yang terjadi
selama kehamilan (diabetes kehamilan).
f. Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan kebiasaan

96
makan yang baik yang dapat diajarkan kepada anaknya selama hidup. (Victoria,
2008)

97
3. Masalah yang Berhubungan Dengan Gizi Pada Ibu Hamil
Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan umur
kehamilan. Berat badan yang bertambah dengan normal, menghasilkan anak yang
normal. Kenaikan berat badan ibu hamil meliputi beberapa unsusr/bagian. Sebagian
memuat unsur anak, sebagian lagi memuat unsur ibu. Kenaikan berat badan ibu
kemungkinan terasa sudah cukup, tetapi kenaikan itu lebih banyak menambah berat
badan ibu dibanding untuk menambah berat anak. Kenaikan berat badan ibu belum
tentu menghasilkan anak yang besar, demikian juga sebaliknya. Penambahan berat
badan ibu harus dinilai. Penambahan berat badan ibu hamil sudah lebih dari 12,5 kg
tetapi anak yang dikandungnya kecil maka berat badan masih harus ditambah. Berat
badan calon ibu saat mulai kehamilan adalah 45-65 kg. Jika kurang dari 45 kg
sebaiknya berat badan dinaikkan lebih dulu hingga mencapai 45 kg sebelum hamil
dan sebaliknya.
Berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama hamil kurang
(underweight) atau lebih (overweihgt) dari normal akan membuat kehamilan
menjadi beresiko (low risk). Berat badan ibu yang kurang akan beresiko melahirkan
bayi dengan berat badan kurang atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Bayi
dengan BBLR tentu akan terganggu perkembangan dan kecerdasannya, selain
kesehatan fisiknya yang juga kurang bagus. Berat badan ibu berlebih atau sangat
cepat juga beresiko mengalami perdarahan atau bisa jadi merupakan indikasi awal
terjadinya keracunan kehamilan (pre-eklamsia) atau diabetes. Mula-mula
overweight, lalu tensi naik, bengkak kaki, ginjal bermasalah, akhirnya keracunan
kehamilan. Hal tersebut akan beresiko menghambat penyempitan pembuluh darah.
Apabila penyempitan pembuluh darah menghebat akan berakibat fatal bagi janin.
Berat badan ibu yang berlebihan juga dapat mempengaruhi proses persalinan. Jadi
berat badan ideal akan mempermudah berjalannya kelahiran tanpa komplikasi.
Kalaupun ada hanya sedikit (low risk), nifas juga akan segera usai. Berat badan
yang ideal selama hamil akan segera kembali bentuk tubuh ke berat semula setelah
melahirkan.

4. Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil


Nutrisi yang diperlukan adalah (Sunita, 2006):
- Karbohidrat dan lemaksebagai sumber zat tenaga untuk menghasilkan kalori
dapat diperoleh dari serealia, umbi-umbian.
- Protein Protein sangat diperlukan untuk membangun, memperbaiki, dan
mengganti jaringan tubuh. Ibu hamil memerlukan tambahan nutrisi ini agar
pertumbuhan janin optimal. Protein dapat Anda dapatkan dengan mengkonsumsi
98
tahu, tempe, daging, ayam, ikan, susu, dan telur. sebagai sumber zat pembangun
dapat diperoleh dari daging, ikan, telur dan kacang-kacangan.
- Mineral sebagai zat pengatur dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur–
sayuran.
- Vitamin B kompleks berguna untuk menjaga sistem saraf, otot dan jantung
agar berfungsi secara normal. Dapat dijumpai pada serealia, biji – bijian,
kacang- kacangan, sayuran hijau, ragi, telur dan produk susu.
- Vitamin D berguna untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang bayi Anda.
Sumbernya terdapat pada minyak hati ikan, kuning telur dan susu.
- Vitamin E berguna bagi pembentukan sel darah merah yang sehat. Makanlah
lembaga biji-bijian terutama gandum, kacang-kacangan, minyak sayur dan
sayuran hijau.
- Asam folat berguna untuk perkembangan sistem saraf dan sel darah, banyak
terdapat pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam, kembang kol dan
brokoli. Pada buah-buahan, asam folat terdapat dalam jeruk, pisang, wortel dan
tomat. Kebutuhan asam folat selama hamil adalah 800 mcg per hari, terutama
pada 12 minggu pertama kehamilan. Kekurangan asam folat dapat mengganggu
pembentukan otak, sampai cacat bawaan pada susunan saraf pusat maupun otak
janin.
- Zat besi yang dibutuhkan ibu hamil agar terhindar dari anemia, banyak terdapat
pada sayuran hijau (seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya),
daging dan hati.
- Kalsium, diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin, serta melindungi
ibu hamil dari osteoporosis Jika kebutuhan kalsium ibu hamil tidak tercukupi,
maka kekurangan kalsium akan diambil dari tulang ibu. Sumber kalsium yang
lain adalah sayuran hijau dan kacang-kacangan. Saat ini kalsium paling baik
diperoleh dari susu serta produk olahannya. Susu juga mengandung banyak
vitamin, seperti vitamin A, D, B2, B3, dan vitamin C.

5. Zat Gizi Yang Diperlukan Selama Hamil


Pada masa kehamilan dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengadung zat gizi
tertentu sebagai penunjang kesehatan ibu dan janin maupun untuk keperluan
perkembangan dan pertumbuhan janin. Berikut ini merupakan zat gizi yang
diperlukan ibu hamil:
6. Menu Makan Seimbang
Hal yang perlu diperhatikan ibu hamil dalam mengatur menu makanan selama
hamil, antara lain: (Almatsier, 2006).

99
a. Menghindari mengkonsumsi makanan kaleng, makanan manis yang berlebihan,
susu berlemak dan makanan yang sudah tidak segar.
b. Ibu hamil sebaiknya makan teratur sedikitnya tiga kali sehari.
c. Hidangan yang tersusun dari bahan makanan bergizi.
d. Mempergunakan aneka ragam makanan yang ada.
e. Memilih dan membeli berbagai macam bahan makanan yang segar.
f. Mengurangi bahan makanan yang banyak mengandung gas, seperti sawi, kool,
kubis dan lain-lain.
g. Mengurangi bumbu yang merangsang, seperti pedas, santan kental.
h. Menghindari merokok dan minum-minuman keras.
Pada dasarnya menu makanan untuk ibu hamil, tidak banyak berbeda dari menu
sebelum hamil.
Oleh karena itu, diharapkan tidak ada kesulitan dalam pengaturan menu selama
hamil.
Contoh menu makanan dalam sehari bagi ibu hamil (Victoria, 2008)
Bahan Porsi Jenis Hidangan
Makanan Hidangan
Sehari
Nasi 5+1 porsi Makan pagi : nasi 1,5 porsi (150 gram)
dengan ikan/daging 1 potong sedang (40
gram), tempe 2 potong sedang (50
gram), sayur 1 mangkok dan buah 1
potong sedang
Sayuran 3 mangkuk
Sayuran 4 potong
Tempe 3 potong Makan Selingan: susu 1 gelas dan buah
1 potong sedang
Daging 3 potong
Susu 2 gelas Makan Siang: nasi 3 porsi (300gram),
dengan lauk, sayur, dan buah sama
dengan pagiSelingan: susu 1 gelas dan
buah 1 potong sedangMakan malam:
nasi 2,5 porsi (250 gram) dengan lauk,
sayur, dan buah sama dengan
pagi/siangSelingan : susu 1 gelas
Minyak 2 gelas

100
Gula 2 sendok
makan

7. Tanda dan Gejala Kurangnya Nutrisi Pada Ibu Hamil


a. Kelelahan dan kekurangan energy
b. Pusing
c. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk
melawan infeksi)
d. Kulit Kering
e. Gusi bengkak dan berdarah
f. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
g. Berat badan kurang
h. Pertumbuhan yang lambat
i. Kelemahan pada otot
j. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh. (Arisman, 2013)

8. Pengaruh Keadaan Gizi terhadap Proses Kehamilan


Pengaruh gizi terhadap proses kehamilan dapat mempengaruhi status gizi ibu
sebelum dan selama kehamilan. Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil
akan menimbulkan masalah baik pada ibu maupun janin antara lain sebagai berikut:
a. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu
antara lain: anemia, perdarahan dan berat badan ibu tidak bertambah secara
normal serta terkena penyakit infeksi.
b. Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan
sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan setelah
persalinan serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
c. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan keguguran , abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,
cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan)
dan lahir dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

101
102
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Syaifudin. (2009). Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan Dan Perawatan Bayi.

Jogjakarta: Diglossia Media.

Almatsier, S. (2006). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Arisman, M.B. (2013) . Buku ajar ilmu gizi “gizi dalam daur kehidupan”.Jakarta: EGC.

Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : ECG.

Dirjen Bina Gizi dan KIA. (2013). Pembinaan Gizi Masyarakat. Jakarta: Kemenkes RI.

Eva. (2010). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media.

Francin, P. (2005). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.

Kartasapoerta, G. (2003). Ilmu Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.Sediaoetama,

Ahmad , D. (2006). Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.

Soedisustam. (2004). Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : PT. Dian Rakyat.

Sulistyoningsih, Haryani. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Jogjakarta: Graha

Ilmu.Sunita,

Almatsier. (2006). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.Path. (2005). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.

Victoria. (2008). Nutrisi Tepat Untuk Kehamilan Sehat. Jakarta: Nutrisia

103
LAMPIRAN LOGBOOK MINGGU KE I
LOGBOOK KEGIATAN

Departemen : KMB Pembimbing: Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M.

Kep Periode :26 April 2021 Mahasiswa : Setiajeng Putriani

Jam Kegiatan Keterangan

07.00 Melakukan timbang terima pagi

08.00 Melakukan tindakan injeksi obat, TTV

09.00 Melakukan observasi pasien

11.00 Konsultasi DPJP mengenai kondisi pasien

12.00 Melakukan implementasi hasil konsulan

Kasus yang dikelola:

1. Diabetes Melitus

Saran/ Masukan pembimbing institusi:

1.

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Koordinator Mata Ajar

( ) ( )

Malang, 26 April 2021

Koordinator Mata Ajar,

Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M. Kep

104
LOGBOOK KEGIATAN

Departemen : KMB Pembimbing: Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M.

Kep Periode :27 April 2021 Mahasiswa : Setiajeng Putriani

Jam Kegiatan Keterangan

07.00 Melakukan timbang terima pagi

08.00 Melakukan tindakan injeksi obat, TTV

09.00 Melakukan observasi pasien

11.00 Konsultasi DPJP mengenai kondisi pasien

12.00 Melakukan implementasi hasil konsulan

Kasus yang dikelola:

1.

Saran/ Masukan pembimbing institusi:

1.

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Koordinator Mata Ajar

( ) ( )

Malang, 27 Maret 2021

Koordinator Mata Ajar,

Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M. Kep

105
LOGBOOK KEGIATAN

Departemen : KMB Pembimbing: Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M. Kep


Periode :28 April 2021 Mahasiswa : Setiajeng Putriani

Jam Kegiatan Keterangan

07.00 Melakukan timbang terima pagi

08.00 Melakukan tindakan injeksi obat, TTV

09.00 Melakukan observasi pasien

11.00 Konsultasi DPJP mengenai kondisi pasien

12.00 Melakukan implementasi hasil konsulan

Kasus yang dikelola:

1.

Saran/ Masukan pembimbing institusi:

1.

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Koordinator Mata Ajar

( ) ( )

Malang, 28 April

2021 Koordinator Mata

Ajar,

Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M. Kep

106
LOGBOOK KEGIATAN

Departemen : KMB Pembimbing: Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M.

Kep Periode :29 April 2021 Mahasiswa : Setiajeng Putriani

Jam Kegiatan Keterangan

07.00 Melakukan timbang terima pagi

08.00 Melakukan tindakan injeksi obat, TTV

09.00 Melakukan observasi pasien

11.00 Konsultasi DPJP mengenai kondisi pasien

12.00 Melakukan implementasi hasil konsulan

Kasus yang dikelola:

1.

Saran/ Masukan pembimbing institusi:

1.

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Koordinator Mata Ajar

( ) ( )

Malang, 29 April

2021 Koordinator Mata

Ajar,

Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M. Kep

107
LOGBOOK KEGIATAN

Departemen : KMB Pembimbing: Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M.

Kep Periode :30 April 2021 Mahasiswa : Setiajeng Putriani

Jam Kegiatan Keterangan

07.00 Melakukan timbang terima pagi

08.00 Melakukan tindakan injeksi obat, TTV

09.00 Melakukan observasi pasien

11.00 Konsultasi DPJP mengenai kondisi pasien

12.00 Melakukan implementasi hasil konsulan

Kasus yang dikelola:

1.

Saran/ Masukan pembimbing institusi:

1.

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Koordinator Mata Ajar

( ) ( )

Malang, 30 April

2021 Koordinator Mata

Ajar,

Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M. Kep

108
LOGBOOK KEGIATAN
LAMPIRAN LOGBOOK MINGGU KE II
LOGBOOK KEGIATAN

Departemen : KMB Pembimbing: Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M.

Kep Periode :3 Mei 2021 Mahasiswa : Setiajeng Putriani

Jam Kegiatan Keterangan

07.00 Melakukan timbang terima pagi

08.00 Melakukan tindakan injeksi obat, TTV

09.00 Melakukan observasi pasien

11.00 Konsultasi DPJP mengenai kondisi pasien

12.00 Melakukan implementasi hasil konsulan

Kasus yang dikelola:

1. Peritonitis

Saran/ Masukan pembimbing institusi:

1.

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Koordinator Mata Ajar

( ) ( )

Malang, 3 Mei

2021 Koordinator Mata

Ajar,

Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M. Kep

109
LOGBOOK KEGIATAN

Departemen : KMB Pembimbing: Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M.

Kep Periode :4 Mei 2021 Mahasiswa : Setiajeng Putriani

Jam Kegiatan Keterangan

07.00 Melakukan timbang terima pagi

08.00 Melakukan tindakan injeksi obat, TTV

09.00 Melakukan observasi pasien

11.00 Konsultasi DPJP mengenai kondisi pasien

12.00 Melakukan implementasi hasil konsulan

Kasus yang dikelola:

1.

Saran/ Masukan pembimbing institusi:

1.

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Koordinator Mata Ajar

( ) ( )

Malang, 4 Mei

2021 Koordinator Mata

Ajar,

Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M. Kep,

110
LOGBOOK KEGIATAN

Departemen : KMB Pembimbing: Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M.


Kep Kep

Periode :5 Mei 2021 Mahasiswa : Setiajeng Putriani

Jam Kegiatan Keterangan

07.00 Melakukan timbang terima pagi

08.00 Melakukan tindakan injeksi obat, TTV

09.00 Melakukan observasi pasien

11.00 Konsultasi DPJP mengenai kondisi pasien

12.00 Melakukan implementasi hasil konsulan

Kasus yang dikelola:

1.

Saran/ Masukan pembimbing institusi:

1.

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Koordinator Mata Ajar

( ) ( )

Malang, 5 Mei

2021 Koordinator Mata

Ajar,

Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M. Kep,

111
LOGBOOK KEGIATAN

Departemen : KMB Pembimbing: Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M.


Kep Kep

Periode :6 Mei 2021 Mahasiswa : Setiajeng Putriani

Jam Kegiatan Keterangan

07.00 Melakukan timbang terima pagi

08.00 Melakukan tindakan injeksi obat, TTV

09.00 Melakukan observasi pasien

11.00 Konsultasi DPJP mengenai kondisi pasien

12.00 Melakukan implementasi hasil konsulan

Kasus yang dikelola:

1.

Saran/ Masukan pembimbing institusi:

1.

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Koordinator Mata Ajar

( ) ( )

Malang, 6 Mei

2021 Koordinator Mata

Ajar,

Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M. Kep,

112
LOGBOOK KEGIATAN

Departemen : KMB Pembimbing: Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M.

Kep Periode :7 Mei 2021 Mahasiswa : Setiajeng Putriani

Jam Kegiatan Keterangan

07.00 Melakukan timbang terima pagi

08.00 Melakukan tindakan injeksi obat, TTV

09.00 Melakukan observasi pasien

11.00 Konsultasi DPJP mengenai kondisi pasien

12.00 Melakukan implementasi hasil konsulan

Kasus yang dikelola:

1.

Saran/ Masukan pembimbing institusi:

1.

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Koordinator Mata Ajar

( ) ( )

Malang, 7 Mei

2021 Koordinator Mata

Ajar,

Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M. Kep,

113

Anda mungkin juga menyukai