KEPERAWATAN MATERNITAS
OLEH:
SETIAJENG PUTRIANI
NIM: 2021001801
KEPERAWATAN MATERNITAS
OLEH:
SETIAJENG PUTRIANI
NIM: 2021001801
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Post SC indikasi PEB, Prolab Uteri di
Ruang Caladium RSUD Lawang, Kab. Malang, yang Dilakukan Oleh:
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Progam Pendidikan Profesi
Ners Departemen Maternitas, yang dilaksanakan pada tanggal 26 April sampai dengan 7
mei 2021 yang telah disetujui dan disahkan pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 11 Mei 2021
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
Laporan ini penulis susun sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh tugas
mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari pembimbing, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
2. Ibu Faizatur Rohmi S. Kep, Ns, M. Kep, selaku Ka Prodi Pendidikan Profesi Ners
4. Ibu Niluh Diah ASD, S. Kep, Ns, M. Kep, selaku pembimbing Profesi Ners
keperawatan maternitas.
demikian penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu demi
kesempurnaan, penulis mengaharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak untuk
menyempurnakannya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
7. Mampu melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan
8. Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien lain (resume)
C. Rencanan Kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil
1 1.1 Komunikasi terapeutik Hari 1 Terbina
1.2 Pengkajian pada pasien hubungan saling
percaya
Data pengkajian
pasien lengkap
2 2.1 Mengumpulkan data subyektif dari pasien Hari 1 Data subyektif
dan keluarga, mengumpulkan data obyektif (keluhan) dari pasien
yang terdiri dari: pemeriksaan lab, TTV, dan keluarga serta
obat, pemeriksaan fisik, dll data obyektif
2.2 Menganalisa data-data yang sudah terkumpul terkumpul
3.2 Memprioritaskan
masalah yang sudah terjadi
pada pasien
v
4 4.1 Menentukan tujuan yang akan Hari 1 Tujuan tercapai
dilakukan untuk menyelesaikan masalah
pasien Kriteria hasil tercapai
4.2 Menentukan kriteria hasil yang harus
dicapai untuk menyelesaikan masalah
pada pasien
4.3 Tujuan dan kriteria hasil
tercapai
5 Merencanakan tindakan yang Hari 1 Rencana kegiatan telah
akan dilakukan pada pasien diimplementasikan
vi
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN
vii
3.2 Memprioritaskan
masalah yang sudah terjadi
pada pasien
4 4.4 Menentukan tujuan yang akan Hari 1 Tujuan tercapai
dilakukan untuk menyelesaikan masalah
pasien Kriteria hasil tercapai
4.5 Menentukan kriteria hasil yang harus
dicapai untuk menyelesaikan masalah
pada pasien
4.6 Tujuan dan kriteria hasil
tercapai
5 Merencanakan tindakan yang Hari 1 Rencana kegiatan telah
akan dilakukan pada pasien diimplementasikan
viii
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah
masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali
ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010). Masa nifas atau puerperium
adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
minggu. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah
Masa nifas atau masa peurperium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira – kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi
seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan
dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007). Masa nifas (peurperium) adalah
masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat
1
berlangsung selam
2
kira-kira 6 minggu, wanita yang melalu periode peurperium disebut peurpura.
uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang.
3) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari
tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak
lebih sempurna.
Pada Sectio caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri,
3
tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uteri berat.
1) Atonia uteri
2) Plasenta accrete
3) Myoma uteri
3. Etiologi
indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari
beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio
sebagai berikut:
a. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus
akan lahir secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau
4
oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan
infeksi, pre- eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternatal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah
penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
c. KDP (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian besar ketuban
d. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio caesarea. Hal
ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
e. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan
lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan
bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-
0,5 %.
5
c) Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada
posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasnya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang
kepala.
kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki
4. Manifestasi Klinis
a. Pusing
b. Mual muntah
5. Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan sc yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,
placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin
besar dan janin lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post
partum baik aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi
dari aspek fisiologis yaitu produk oxitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan
ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi
kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional
dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin
maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnou
yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan
nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka
peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpung dan
karena reflek untubatuk juga menurun. Maka pasien sengat motilitas yang menurun
juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, Mansjoer
7
PATHWAY
Panggul Sempit Section Caesarea Post Partum Nifas
Ketuban Pecah Dini
Pre Eklamsia Berat
Bayi Kembar
Kelainan Letak Janin
Letak Sungsang
Bersihan jalan
nafas tidak efektif konstipasi
Gangguan 7
mobilitas fisik
Perubahan lochea perdaraha
a. Elektroensefalogram (EEG)
b. Pemindaian CT
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak yang tidak jelas terlihat
d. Uji laboratorium
3) Panel elektrolit
5) AGD
7. Komplikasi
a. Infeksi puerperial: kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas
dibagi atas:
2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
8
sedikit kembung.
uteri.
8. Penatalaksanaan
Keperawatan
a. Perawatan awal
1) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama,
4) Jika tanda vital dan hematikrit turun walau diberikan transfusi, segera
bedah.
b. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu di
operasi,
10
berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukan selama 5 menit dan
duduk (semifowler).
duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada
d. Fungsi gastrointestinal
1) Jika urine jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah
semalam.
2) Jika urine tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urine jernih.
4) Jika sudah tidak memekai antibiotik berikan nirofurantoin 100 mg per oral
11
per hari smapai kateter dilepas.
5) Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyri dan tidak enak pada
1) Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu
2) Jika pembalut luka agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri plester
untuk mengencangkannya.
Medis
h. Persetujuan ditandatangani
12
9. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesarea, data yang ditemukan meliputi
diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan untuk menentukan
c. Riwayat kesehatan
persalinan.
serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit yang lain dapat juga
kepada klien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Rambut
b) Mata
c) Telinga
d) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang- kadang
2) Leher
3) Thorak
14
a) Payudara
Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada payudara, areola hitam
kecoklatan, putting susu menonjol, air susu lancer dan banyak keluar.
b) Paru-paru
pembengkakan.
P : Redup / sonor
c) Jantung
P : Redup / tympani
4) Abdomen
gravidarum
P : Redup
A : Bising usus
5) Genetalia
15
6) Eksremitas
atau ginjal.
7) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah turun, nadi
tampak meringis.
merasa lemah.
16
• Rencana Asuhan Keperawatan
17
Kriteria Hasil: l Batasi jumlah pengunjung
Kebersihan tangan l Berikan perawatan kulit pada area edema
meningkat (5) l Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Kebersihan badan dengan pasien dan lingkungan pasien
meningkat (5) l Pertahankan teknikn aseptic pada pasein
Nyeri menurun (5) beresiko tinggi
Edukasi
l Jelaska tanda dan gejala infeksi
l Ajarkan cuci tangan dengan benar
l Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
l Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
l Kolaborasi pemberian antibiotok
ataupun imusisasi (jika perlu)
18
atau rasa sakit selama
Kriteria Hasil :
bergerak atau beraktivitas
Kemudahan dalam melakukan
Terapeutik :
aktivitas sehari-hari meningkat
Lakukan pengendalian nyeri sebelum
(5)
memulai latihan
Kecepatan berjalan meningkat
Berikan posisi tubuh optimal untuk
(5)
gerakan sendimpasif atau aktif
Jarak berjalan meningkat (5)
Fasilitasi menyusun jadwal latihan
Perasaan lemah menurun (5) rentang gerak aktif atau pasif
Berikan penguatan positif untuk
melakukan latihan bersama
Edukasi :
Jelaskan kepada pasien atau keluarga tujuan
dan rencanakan latihan bersama
19
Anjurkan pasien duduk ditempat tidur, disisi
tempat tidur (menjuntai) atau di kursi
Anjurkan melakukan latihan rentang gerak
pasif dan aktif secara sistematis
4 Deficit perawatan diri berhubungan Setelah dikakukan tindakan Observasi :
dengan kelemahan fisik dibuktikan keperawatan 1x24 jam diharapkan Monitor tingkat kemandirian
dengan tidak mampu Perawatan diri meningkat. Identifikasi kebutuhan alat bantu dlam
mandi/berpakaian secara mandiri. melakukan kebersihan diri, berpakaian,
Kriteria Hasil : berhias, dan makan.
l Kemampuan mandi Monitor integritas kulit pasien.
meningkat (5) Terapeutik :
l Kemampuan mengenakan Dampingi dalam
pakaian secara mandiri melakukan perawatan diri
meningkat (5)\ Fasilitasi kemandirian klien
l Mempertahankan Jadwalkan rutinitas perawatan diri Edukasi :
kebersihan diri
Anjurkan melakukan perawatan diri
meningkat (5)
secara konsisten sesuai kemampuan
Anjurkan ke toilet secara mandiri
5 Gangguan mobilitan fisik berhubungan Setelah dikakukan tindakan Observasi :
dengan efek agen farmakologis keperawatan 1x24 jam diharapkan Identifikasi adanya nyeri atau
(anestesi) dibuktikan dengan fisik Mobilitas fisik meningkat. keluhan fisik lainnya
lemah. Identifikasi toleransi fisik
Kriterian Hasil : melakukan pergerakan
Nyeri menurun (5) Terapeutik :
Kelemahan fisik menurun (5) Fasilitas aktivitas mobilisasi dengan alat
Kekuatan otot meningkat (5) bantu
Gerakan terbatas menurun (5) Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
Anjurkan mobilisasi dini
20
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. duduk di tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
21
Implementasi
tindakan keperawatan. Tindakan ini dapat dilakukan secara mandiri atau kerjasama
Evaluasi
tujuan. Jika kriteria yang ditetapkan belum tercapai maka tugas perawat selanjutnya
22
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS PADA NY. W
DI RUANG CALADIUM RSUD LAWANG DENGAN
P2002 Ab0x POST SC A/I PEB
A. DATA SUBYEKTIF
1. IDENTITAS
Nama : Ny. W Nama Suami : Tn. M
No Reg : 114293
2. KELUHAN
a. Saat MRS
kram, kenceng- kenceng dan keluar lendir sejak jam 00.00 (27-4-2021).
23
b. Saat Pengkajian (Keluhan Utama)
Pada saat melakukan pengkajian pada hari Rabu tanggal 28 April 2021,
klien post operasi sectio caesar 2 hari yang lalu mengeluh nyeri pada luka
bekas operasi SC, skala nyeri 4, klien mengeluh perutnya terasa kembung,
terdapat luka jahitan di abdomen, intensitas nyeri ringan (4), klien tampak
sesekali memegang perut jika nyeri terasa, klien mengatakan darah yang
keluar dari kemaluan tidak terlalu banyak, sesekali aktivitas klien juga
dibantun keluarganya. Bayi klien dirawat di ruangan yang sama dengan klien
dan berat badan lahir 3000 gram dan ASI klien lancar. Klien terpasang Plug
pada tangan sebelah kiri. Hasil pengkajian tanda – tanda vital : Tekanan
Darah :120/80 mmHg, Suhu : 36, 5 ◦c, Pernafasan : 20 x/i, Nadi : 80 x/i.
3. RIWAYAT KESEHATAN
3.1 Penyakit yang lalu
Klien mengatakan sebelumnya pernah melakukan operasi Sectio Caesarea
saat melahirkan anak pertama di RS Prima Husada kurang lebih sekitar 2 tahun
yang lalu.
ataupun turunan seperti : DM, Jantung, Asma, Ginjal, Ht, penyakit kejiwaan
24
4. RIWAYAT OBSTETRI / KEBIDANAN
4.1 Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 Tahun
Siklus Haid : 1 x /30 hari
Lama Haid : 7 Hari
Ganti Duk : 3 x sehari
Masalah selama haid: Tidak ada
HPHT : 13-08-2020
HPL : 20-04-2021
Usia Kehamilan :40-41 minggu
Keluhan hamil muda : Mual, pusing, nyeri pada pinggang dan
25
7. RIWAYAT PERSALINAN DAN NIFAS SEKARANG
Tempat Persalinan: RSUD Lawang
Penolong : Dokter
Plasenta : Lengkap
tali pusat: 40 cm
Epidemiologi
Perdarahan :
Kala I : 50 cc
Kala II : 150 cc
Kala IV : 250 cc
Lama Persalinan :
Kala I : 8 jam
Kala II : 1 jam
Kala III : 10
menit Kala IV : 1
jam
26
Masa Gestasi : 40-41 minggu
27
BB/ PB lahir : 3000 gram / 50 cm
Apgar : 7- 9
8. RIWAYAT KB
9. RIWAYAT PERNIKAHAN
Pada tahap ini klien sangat tenang dan sudah menyusui bayinya dan
berada pada tahapTaking Hold. Karena saat ini klienmulai berfokus pada
perawatan bayinya.
28
11. POLA AKTIFITAS
2) Pola Eliminasi BAB 1x/hari, konsistensi padat, BAB 1 kali setiap 2-3
- BAB warna dan bau normal. hari, sering mengejan
- BAK
3) Pola Istirahat & Tidur Pasien tidur selama 1-2 jam untuk Tidur siang 1 jam, dan 6
tidur siang, dan 9-10 jam untuk jam untuk tidur malam.
tidur malam. Apalagi saat hamil tua,
sering terbangun.
B. DATA OBJEKTIF
1. KEADAAN UMUM :
- TTV
N: 80 x/ menit
S: 36,7
RR: 20 x/menit
29
- TB : 160 CM
- BB : Sebelum hamil : 60 Kg
Saat Hamil : 78 kg
2. PEMERIKSAAN FISIK
- Rambut
rambut rontok
Tidak ada
nyeri
tekan
Tidak ada
benjolan
- Mata
Simetris kiri
dan kanan
Konjungtiva
tidak anemis
tekan Sclera
tidak icterik
- Telinga
30
Simetris
kiri dan
kanan
Pendengara
n baik
Tidak ada
nyeri tekan
Tampak
bersih
- Hidung
Simetris
kiri dan
kanan
Tampak
bersih
Tidak ada
pendarahan pada
lembab
31
Lidah terlihat bersih
2. Leher
nyeri tekan
3. Thorak
- Payudara
Simetris kiri
dan kanan
Tampak bersih
Areola
hiperpikmentas
i Tidak ada
banyak dan
lancar Puting
susu menonjol
- Paru-paru
32
P: Tidak ada nyeri tekan
- Jantung
P: Redup
4. Abdomen
I: Ada luka bekas Sectio Caesarea sepanjang kurang lebih 10 cm, luka tidak
P: Tympani
Fundus Uteri
Kontraksi : Baik
5. Ekstremitas
Atas : Terpasang injecpam di tangan sebelah kiri, simetris kiri dan kanan.
Bawah : Simetris kiri dan kanan,adanya udema pada kedua kaki, tidak ada
kelainan
33
6. Genetalia
- Lochea : Rubra
- Perineum : Utuh
7. Integumen
1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium/USG
2. TERAPI
Infus: RL
IV : Ranitidin 2x1
Ketorolac 3x1
34
ANALISA DATA
DO :
Skala nyeri klien 4
Sesekali klien tampak meringis
Klien tampak berhati-hati bila bergerak
Tampak luka post-op di bagian bawah
abdomen kurang lebih 10 cm yang masih
ditutup verban
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,7 ◦c
35
2. DS : kerusakan integritas Kerusakan
Klien mengatakan perban luka integritas kalit
berdarah kulit proteksi kurang
Klien mengatakan nyeri muncul infasi bakteri
ketika bergerak
Klien tampak sesekali memengangi Resiko infeksi
luka post op Sectio Caesarea
menggunakan tangannya
DO :
Verban luka post op Sactio
Caesarea tampak kotor karena
bekas darah
Luka tampak bersih dan mulai
kering
Tampak luka post op Sectio
Caesarea mulai kering
Skala nyeri 3
Tampak luka post-op di bagian
bawah abdomen kurang lebih 10
cm yang masih ditutup verban
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,7 ◦c
Nadi : 80 x/i
Pernafasan : 20 x/i
Leukosit tgl 28: 9.690 (10`3/ul)
36
3. DS : Luka post op Imobilitas
Klien mengatakan merasa lemah
Klien mengatakan aktivitasnya jaringan terputus
terkadang masih dibantu keluarga
imobilitas
Klien mengatakan masih belum bias
berjalan terlalu jauh sendiri Intoleransi aktivitas
Klien mengatakan masih belum bisa
beraktivitan seperti biasa
DO :
Klien tampak masih mencoba berlatih
berjalan
Tampak luka post op Sactio Caesarea
di bagian bawah abdomen kurang
lebih
10 cm
Klien tampak lesu
Tampak Sesekali aktivitas klien
tampak di bantu keluarganya
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,7 ◦c
Nadi : 80 x/i
Pernafasan : 20 x/i
37
RUMUSAN DIAGNOSA
38
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dikakukan tindakan keperawatan Observasi :
cedera fisik dibuktikan dengan tampak 1x24 jam diharapkan Tingkat nyeri l Identifikasi lokasi, karakteristik,
meringis menurun. frekuensi, intensitas nyeri
DS : l Identifikasi skala nyeri
Klien mengeluh nyeri pada luka post Kriteria Hasil : l Identifikasi factor penyebab nyeri
op Sectio Caesarea Keluhan nyeri menurun l Monitor efek samping penggunaan
Klien mengatakan nyeri muncul Tampak meringis menurun analgetik Terapeutik :
ketika bergerak Sikap protektif menurun l Berikan teknik nonfarmakologis (tarik nafas
Klien mengatakan luka jahitan post dalam, kompre hangat atau dingin)
operasi sangat dirasakan saat berjalan l Kontrok lingkungan yang memperberat rasa
Klien mengeluh perut terasa kembung nyeri (suhu, pencahayaan, kebisingan)
DO :
l Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi :
Skala nyeri klien
l Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
Sesekali klien tampak meringis
l Jelaskan strategi pereda nyeri
Klien tampak berhati-hati bila
l Anjurkan monitor nyeri secara
bergerak
mandiri
Tampak luka post-op di bagian bawah
l Anjurkan teknik nonfarkamkologis untuk
abdomen kurang lebih 10 cm yang
mengurangi nyeri
masih ditutup verban
TD : 110/80 mmHg Kolaborasi :
Suhu : 36,5 ◦c l Kolaborasi pemberian analgetik
(jika perlu)
39
2 Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah melakukan tindakan keperawatan 1x Observasi :
kerusakan integritas kulit. 8 jam diharapkan Tingkat infeksi menurun. l Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
DS : dan sistemik
Klien mengatakan perban luka Kriteria Hasil Terapeutik :
berdarah Kebersihan tangan meningkat (5)
Klien mengatakan nyeri muncul Kebersihan badan meningkat (5) l Batasi jumlah pengunjung
ketika bergerak Nyeri menurun (5) l Berikan perawatan kulit pada area edema
Klien tampak sesekali memengangi l Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
luka post op Sectio Caesarea dengan pasien dan lingkungan pasien
menggunakan tangannya l Pertahankan teknik aseptik pada pasein
DO : beresiko tinggi
Verban luka post op Sactio Edukasi :
Caesarea tampak kotor karena
bekas darah l Jelaska tanda dan gejala infeksi
Tampak luka post op Sectio l Ajarkan cuci tangan dengan benar
Caesarea mulai kering l Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Skala nyeri 4 Tampak luka post-op l Anjurkan meningkatkan asupan cairan
di bagian bawah Kolaborasi :
abdomen kurang lebih 10 cm yang l Kolaborasi pemberian antibiotok
masih ditutup verban ataupun imusisasi (jika perlu)
TD : 110/80 mmHg
Suhu : 36,5 ◦c
Nadi : 80 x/i
Pernafasan : 20 x/i
3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Setelah melakukan tindakan Observasi :
imobilitas dibuktikan dengan klien keperawaran 1x24 jamdiharapkan l Identifikasi keterbatasan fungsi dan gerak sendi
merasa lemah. Toleransi aktivitas meningkat l Monitor lokasi dan sifat ketidaknyamanan
DS : atau rasa sakit selama bergerak atau
l Klien mengatakan merasa lemah Kriteria Hasil : beraktivitas
l Klien mengatakan aktivitasnya
terkadang masih dibantu Kemudahan dalam melakukan Terapeutik :
keluarga aktivitas sehari- hari meningkat (5)
l Klien mengatakan masih belum bias l Lakukan pengendalian nyeri
40
berjalan terlalu jauh sendiri Kecepatan berjalan sebelum memulai latihan
Klien mengatakan masih belum meningkat (5) Berikan posisi tubuh optimal untuk
bisa beraktivitan seperti biasa Jarak berjalan meningkat (5) gerakan sendi pasif atau aktif
Perasaan lemah menurun (5) Fasilitasi menyusun jadwal latihan
DO : rentang gerak aktif atau pasif
Klien tampak masih mencoba Berikan penguatan positif untuk
berlatih berjalan melakukan latihan bersama
Tampak luka post op Sactio
Caesarea di bagian bawah abdomen Edukasi :
kurang lebih 10 cm
Jelaskan kepada pasien ataukeluarga tujuan
Klien tampak lesu dan rencanakan latihan bersama
Tampak Sesekali aktivitas Anjurkan pasien duduk ditempat tidur, disisi
klien tampak di bantu tempat tidur (menjuntai) atau di kursi
keluarganya
Anjurkan melakukan latihan rentang gerak
TD : 110/80 mmHg pasif dan aktif secara sistematis
Suhu : 36,5 ◦c
Nadi : 80 x/i
Pernafasan : 20 x/i
41
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
42
Menganjurkan monitor nyeri
secara mandiri
Menganjurkan teknik
nonfarkamkologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
Mengkolaborasikan
pemberian analgetik (jika
perlu)
43
2. Kamis Resiko infeksi berhubungan Observasi : S : Klien
29-04-21 dengan kerusakan integritas kulit. mengatakan
Memonitor tanda dan gejala infeksi verban bekas luka
lokal dan sistemik post operasi
sectio caesarea
Terapeutik :
sudah bersih
Membatasi jumlah pengunjung O : Luka post
Memberikan perawatan kulit pada operasi sectio
area edema caesarea di
Mencuci tangan sebelum dan bersihkan
sesudah kontak dengan pasien dan dengan NaCL
lingkungan pasien 0.9 %
Mempertahankan teknik aseptic A : Masalah belum
pada pasein beresiko tinggi teratasi, luka
tampak bersih
Edukasi : dan tampak sudah
mulai kering
Menjelaskan tanda dan gejala P : Intervensi
infeksi dilanjutkan dirumah,
Mengajarkan cuci tangan klien dipulangkan
dengan benar
Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Menganjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
Mengkolaborasikan
pemberian ant ibiotik
ataupun imusisasi (jika
perlu)
44
3. Kamis/ Intoleransi aktivitas berhubungan Observasi : S : Klien
29-04-21 dengan imobilitas dibuktikan Mengidentifikasi keterbatasan mengatakan
dengan klien merasa lemah. fungsi dan gerak sendi sudah mulai
Memonitor lokasi dan sifat bias berjalan
ketidaknyamanan atau rasa dan
sakit selama bergerak atau beraktivitas
beraktivitas sendiri
O : Klien tampak
Terapeutik : mulai berlatih
Melakukan pengendalian nyeri seb jalan dan
elum memulai latihan beraktivitas sendiri
Memberikan posisi tubuh optimal A : Masalah belum
untuk gerakan sendimpasif atau aktif teratasi, tampak
Memfasilitasi menyusun jadwal sesekali aktivitas
latihan rentang gerak aktif atau pasif klien di bantu
Memberikan penguatan positif keluarganya
untuk melakukan latihan bersama P : Intervensi
dilanjutkan dirumah,
Edukasi : klien dipulangkan
Menjelaskan kepada pasien atau
keluarga tujuan dan rencanakan
latihan bersama
Menganjurkan pasien duduk
ditempat tidur, disisi tempat tidur
(menjuntai) atau di kursi
Menganjurkan melakukan latihan
rentang gerak pasif dan aktif secara
sistematis
45
FORMAT DISCHARGE PLANNING PASIEN PULANG
A. Kontrol
a. Waktu : 03 Mei 2021
b. Tempat : Poli Obgyn
B. Lanjutkan keperawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift, pengobatan, dll)
- Melakukan pengobatan yang telah diberikan olehdokter, merawat luka post operasi
C. Aturan diet/nutrisi :
- Makan makanan bergizi agar ASI lancar dan proses penyembuhan cepat pulih
Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnya :
- Hasillaboratorium
- Obat
Lain-lain :
- Kontol rutin sesuai waktu yang ditentukan
- Minum obat secara teratur
(…………….…..)
Setiajeng Putriani
NIM: 2021001801
46
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,. 2009. Buku Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendika Press
Doengoes, M E, 2000. Rencana Askep Pedoman untuk Perencanaan Perawatan Pasien. Jakarta
: EGC
Karina, 2015. Buku Ibu Post Partum. Jogjakarta : Mitra Cendika Press
Jakarta Manuba Ida, Bagus, Gde, Prof. Dr. SpOG, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta
Mansjoer, Arif. Dkk, 2000-2008. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta : EGC
47
LAPORAN PENDAHULUAN
Prolapsus Uteri
Definisi
Prolapsus uteri adalah suatu kondisi jatuh atau tergelincirnya uterus ke dalam atau
keluar melalui vagina.1 Hal tersebut dikarenakan dukungan yang tidak adekuat dari
kerusakan dan kadang-kadang organ pelvis yang lain juga ikut turun.
Faktor risiko
Penyebab prolapsus organ panggul belum diketahui secara pasti, namun secara
hipotetik penyebab utamanya adalah persalinan pervaginam dengan bayi aterm.9 Pada
studi epidemiologi menunjukkan bahwa faktor risiko utama penyebab prolapsus uteri
berkembang secara bertahap dalam rentang waktu tahun.10 Terdapat berbagai macam
48
Tabel 2. Faktor risiko prolapsus4,9,10,14,17,26, 27
Faktor obstetri Faktor non-obstetri
1) Paritas 1) Genetik
2) Persalinan pervaginam 2) Usia
3) Perpanjangan kala 2 3) Ras
persalinan (> 2 jam) 4) Menopause
4) Makrosomia (berat badan 5) Peningkatan BMI
lahir ≥ 4000 gram) (obesitas)
5) Persalinan dengan tindakan 6) Peningkatan tekanan
(riwayat persalinan dengan intra abdomen
forsep atau ekstraksi vakum) 7) Kelainan jaringan ikat
8) Merokok
1) Faktor obstetri
Prolapsus uteri terjadi paling sering pada wanita multipara sebagai akibat progresif
yang bertahap dari cedera melahirkan pada fascia endopelvik (dan kondensasi,
ligamentum uteroskral dan kardinal) dan laserasi otot, terutama otot-otot levator
genital. Pada penelitian tentang levator ani dan fascia menunjukkan bukti bahwa
dibandingkan perempuan tidak prolapsus, dan hal tersebut terjadi akibat proses
melahirkan.17
Secara global, prolapsus mempengaruhi 30% dari semua wanita yang telah
Population Report (1984) menduga bahwa kejadian prolapsus akan meningkat tujuh
49
kali lipat pada perempuan dengan tujuh anak dibandingkan dengan perempuan
langsung terlibat dalam terjadinya cedera dasar panggul, yaitu dalam kaitannya
dengan terjadinya laserasi sfingter anal. Manfaat forsep terhadap dasar panggul
dalam memperpendek kala dua masih mempunyai bukti yang kurang. Penggunaan
hubungan dengan terjadinya laserasi sfingter anal inkontinensia dan nyeri pasca
persalinan. Sejumlah cedera pada ibu dan bayi dapat terjadi sebagai akibat
penggunaan forsep. Luka yang dapat ditimbulkan pada ibu berkaitan dengan
penggunaan forsep berkisar dari ekstensi sederhana sampai ruptur uterus atau
pervaginam yang sulit, terutama dengan penggunaan forsep dan vakum ekstraksi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Handa dkk, menunjukkan bahwa persalinan
panggul 5-10 tahun setelah persalinan yang pertama, tetapi pada episiotomi tidak
50
berhubungan. Wanita dengan laserasi perineum dalam dua atau lebih persalinan
Perlukaan diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani yang terjadi pada
waktu persalinan pervaginam atau persalinan dengan alat dapat melemahkan dasar
2) Faktor non-obstetri
a. Genetik
nulipara dapat menderita prolapsus dan diduga merupakan peran dari faktor
genetik. Bila seorang perempuan dengan ibu atau saudaranya menderita prolapsus,
maka risiko relatif untuk menderita prolapsus adalah 3,2. Dibandingkan jika ibu
atau saudara perempuan tidak memiliki riwayat prolapsus, risiko relatifnya adalah
2,4.
b. Usia
kelemahan fascia dan jaringan penyangga. Hal ini terjadi terutama pada periode
c. Ras
Perbedaan ras pada prevalensi prolapsus organ panggul (POP) telah dibuktikan
memiliki risiko yang lebih rendah, sedangkan perempuan Hispanik dan berkulit
putih memiliki risiko tertinggi. Perbedaan kandungan kolagen antar ras telah
dibuktikan, tetapi perbedaan bentuk tulang panggul juga diduga memainkan peran.
51
Misalnya, perempuan kulit hitam lebih banyak yang memiliki arkus pubis
(lengkungan
52
kemaluan) yang sempit dan bentuk panggul android atau antropoid. Bentuk-bentuk
putih.
d. Menopause
Pada usia 40 tahun fungsi ovarium mulai menurun, produksi hormon berkurang
rata-rata pada usia 50-52 tahun. Hubungan dengan terjadinya prolaps organ
panggul adalah, di kulit terdapat banyak reseptor estrogen yang dipengaruhi oleh
dasar panggul.
Saraf pada serviks merupakan saraf otonom, sebagian besar serabut saraf
cholinesterase yang terdiri dari serabut saraf adrenergik dan kolinergik, jumlah
serabut kolinergik lebih sedikit. Sebagian besar serabut ini menghilang setelah
menopause.
kg/m2) dikaitkan dengan peningkatan kejadian prolapsus dari 31- 39%, dan
53
obesitas (BMI > 30 kg/m2) meningkat 40-75%.
54
f. Peningkatan tekanan intra abdomen
kronis dan asma), asites, mengangkat beban berat berulang-ulang, dan konstipasi
Wanita dengan kelainan jaringan ikat lebih untuk mungkin untuk mengalami
prolapsus, terjadi penurunan rasio kolagen tipe I terhadap kolagen tipe III dan IV.
Pada beberapa penelitian, sepertiga dari perempuan dengan Sindroma Marfan dan
h. Merokok
55
Patofisiologi
Penyangga organ panggul merupakan interaksi yang kompleks antara otot- otot
dasar panggul, jaringan ikat dasar panggul, dan dinding vagina. Interaksi tersebut
Apabila otot levator ani memiliki kekuatan normal dan vagina memiliki kedalaman yang
adekuat, bagian atas vagina terletak dalam posisi yang hampir horisontal ketika
efek dari bagian atas vagina yang menekan levator plate selama terjadi peningkatan
tekanan intra abdomen. Teori tersebut mengatakan bahwa ketika otot levator ani
kehilangan kekuatan, vagina jatuh dari posisi horisontal menjadi semi vertikal sehingga
menyebabkan melebar atau terbukanya hiatus genital dan menjadi predisposisi prolapsus
organ panggul. Dukungan yang tidak adekuat dari otot levator ani dan fascia organ
organ panggul.
kardinal dan jaringan ikat membran urogenital. Faktor obstetri, dan non-obstetri yang
telah disebutkan di awal diduga terlibat dalam terjadinya kerusakan struktur penyangga
tersebut sehingga terjadi kegagalan dalam menyangga uterus dan organ-organ panggul
terjadi.
56
Klasifikasi
Terdapat beberapa cara dalam mengklasifikasikan prolapsus organ panggul.
Penatalaksanaan
Observasi
tepat. Observasi direkomendasikan pada wanita dengan prolapsus derajat rendah (derajat
1 dan derajat 2, khususnya untuk penurunan yang masih di atas himen). Memeriksakan
perkembangan gejala baru atau gangguan, seperti gangguan dalam berkemih atau buang
57
air besar, dan erosi vagina.2,37
Konservatif
Pilihan penatalaksaan non-bedah perlu didiskusikan dengan semua wanita yang
Latihan otot dasar panggul (senam Kegel) sangat berguna pada prolapsus ringan,
terutama yang terjadi pada pasca persalinan yang belum lebih dari enam bulan.
Tujuannya untuk menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot- otot yang
mempengaruhi miksi. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Cochrane review
panggul tidak ada bukti ilmiah yang mendukung. Cara melakukan latihan yaitu,
penderita disuruh menguncupkan anus dan jaringan dasar panggul seperti setelah
selesai buang air besar atau penderita disuruh membayangkan seolah-olah sedang
2) Pemasangan pesarium
Pesarium dapat dipasang pada hampir seluruh wanita dengan prolapsus tanpa melihat
stadium ataupun lokasi dari prolapsus. Pesarium digunakan oleh 75%- 77% ahli
tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran, serta mempunyai indikasi tertentu.37
58
Tabel 5. Tipe, mekanisme kerja, dan indikasi berbagai pesarium37
Tipe Mekanisme kerja Indikasi Keterangan
Ring Suportif Sistokel, prolapsus Ketebalan, ukuran,
uteri ringan dan rigiditas
bervariasi
Donut Suportif Semua prolapsus
kecuali defek
posterior berat
Lever Suportif Sistokel, Mengikuti kurvatura
penurunan uterus vagina
ringan
Dish Suportif Prosidensia berat
Stem Suportif Sistokel,
prosidensia
ringan
Cube Mengisi ruang Semua prolapsus Perlu dilepaskan
setiap hari
Inflantable Mengisi ruang Semua prolapsus Perlu dilepaskan
setiap hari
Penempatan pesarium bila tidak tepat atau bila ukurannya terlalu besar dapat
Operatif
Operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa faktor, seperti umur
tingkat prolapsus, dan adanya keluhan.9 Prolapsus uteri biasanya disertai dengan
prolapsus vagina. Maka, jika dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri, prolapsus
vagina yang membutuhkan pembedahan, tetapi tidak ada prolapsus uteri atau prolapsus
59
uteri yang ada belum perlu dioperasi. Di Inggris dan Wales pada tahun 2005-2006,
22.274
60
operasi dilakukan untuk prolapsus vagina. Beberapa literatur melaporkan bahwa dari
operasi prolapsus uteri, disertai dengan perbaikan prolapsus vagina pada waktu yang
1) Ventrofikasi
Dilakukan pada wanita yang masih tergolong muda dan masih menginginkan anak.
mengikat ligamentum rotundum ke dinding perut atau dengan cara operasi Purandare
2) Operasi Manchester
Operasi ini disarankan untuk penderita prolapsus yang masih muda, tetapi biasanya
dilakukan amputasi serviks uteri, dan penjahitan ligamentum kardinale yang telah
abortus .28,41 Bagian yang penting dari operasi Manchester ialah penjahitan
kardinale diperpendek, sehingga uterus akan terletak dalam posisi anteversifleksi, dan
3) Histerektomi Vagina
Operasi ini tepat dilakukan pada prolapsus uteri tingkat lanjut (derajat III dan
IV) dengan gejala pada saluran pencernaan dan pada wanita yang telah menopause.
kanan dan kiri atas pada ligamentum infundibulo pelvikum, kemudian operasi akan
urgensi tinja, kesulitan dalam mengosongkan rektum atau gejala yang berhubungan
dengan gangguan buang air besar dan untuk mencegah prolaps vagina di kemudian
hari.2,39,40 Histerektomi vagina lebih disukai oleh wanita menopause yang aktif secara
4) Kolpokleisis (kolpektomi)
Tindakan ini merupakan pilihan bagi wanita yang tidak menginginkan fungsi
vagina (aktivitas seksual dan memiliki anak) dan memiliki risiko komplikasi tinggi. 37
Operasi ini dilakukan dengan menjahit dinding vagina depan dengan dinding vagina
belakang, sehingga lumen vagina tertutup dan uterus terletak di atas vagina. Keuntungan
utama dari prosedur ini adalah waktu pembedahan singkat dan pemulihan cepat dengan
Asuhan keperawatan
Anamnesis
yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan
prolapsus ringan mempunyai banyak keluhan. Keluhan- keluhan yang paling umum
dijumpai9,17,36:
genitalia eksterna
Rasa sakit di panggul atau pinggang (backache) merupakan gejala klasik dari
62
prolapsus
Luka dan dekubitus pada porsio uteri akibat gesekan dengan celana atau
pakaian dalam
Perdarahan vagina
Prolapsus uteri derajat III dapat menyebabkan gangguan bila berjalan dan bekerja
Gejala dapat diperburuk apabila berdiri atau berjalan dalam waktu yang lama.
Hal ini dikarenakan peningkatan tekanan pada otot-otot panggul oleh pengaruh gravitasi.
Pemeriksaan Fisik
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik, yaitu37:
a. Pasien dalam posisi telentang pada meja ginekologi dengan posisi litotomi.
Ulkus yang dicurigai sebagai kanker harus dibiopsi segera, ulkus yang bukan kanker
Perlu diperiksa ada tidaknya prolapsus uteri dan penting untuk mengetahui derajat
63
prolapsus uteri dengan inspeksi terlebih dahulu sebelum dimasukkan inspekulum.
d. Manuver Valsava
apeks, cul-de-sac, dinding posterior vagina, dan perineum perlu dievaluasi secara
Apabila tidak terlihat, pasien dapat diminta untuk mengejan pada posisi berdiri di atas
meja periksa.
Tes valsava dan cough stress testing (uji stres) dapat dilakukan untuk menentukan
e. Pemeriksaan vagina dengan jari untuk mengetahui kontraksi dan kekuatan otot
levator ani.
f. Pemeriksaan rektovaginal
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu37:
berkemih pada saat pasien merasakan kandung kemih yang penuh, kemudian diikuti
dengan pengukuran volume residu urin pasca berkemih dengan kateterisasi atau
ultrasonografi.
64
c. Pemeriksaan urodinamik apabila dianggap perlu.
d. Pemeriksaan Ultrasonografi
Ultrasonografi dasar panggul dinilai sebagai modalitas yang relatif mudah dikerjakan,
Namun belum ditemukan manfaat secara klinis penggunaan pencitraan dasar panggul
Jadi, yang dimaksud dengan prolapsus organ panggul adalah apabila jelas ada
penurunan organ ke dalam vagina atau keluar melalui vagina dengan keluhan seperti
di atas.9
65
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
......................................................................................................................................................
Tanggal / Jam MRS : 03 Mei 2021
Pengkajian
Tanggal : 04 Mei 2021
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Ruang Caladium
A. DATA SUBYEKTIF
1. IDENTITAS
Nama : Ny. N Nama Suami : Tn. S
Pendidikan :- Pendidikan :-
No Reg : 02 40 64
2. KELUHAN
a. Saat MRS
Pasien mengatakan ada benjolan dan nyeri di kemaluan sejak kurang lebih 3
bulan yang lau. Nyeri dirasa bertambah sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya benjolan
66
seujung
67
jari, lalu semakin membesar hingga 2 jari. Oleh sebab itu, dibawa oleh keluarganya ke
RSUD Lawang melalui IGD pada tanggal 03 Mei 2021, jam 01.00 WIB
Pada saat melakukan pengkajian pada hari Rabu tanggal 04 Mei 2021, klien post
lepas pasang pesarium, pasien mengeluh nyeri pada kemaluan, tapi tidak nyeri seperti
sebelum dilakukan tindakan, skala nyeri 4, klien mengatakan nyeri dirasakan ketika
bergerak, klien tampak meringis, intensitas nyeri ringan (4), klien tampak sesekali
memegang perut bawah jika nyeri terasa, sesekali aktivitas klien juga dibantu
keluarganya.
3. RIWAYAT KESEHATAN
3.1 Penyakit yang lalu
Klien mengatakan sebelumnya pernah melakukan pasang ring di alat kelaminnya,
turunan seperti : DM, Jantung, Asma, Ginjal, penyakit kejiwaan dan penyaki infeksi
lainnya.
Klien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi sejak lama, tetapi tidak kontrol
No Tgl/Bln/ Usia Temp Jenis Penolo Penyu Anak Nifas Usia Hidu
(Gravid Thn Kehami at Persalin ng lit J BB PB anak p/M
a) Persalina lan an K (esti ati
n masi)
6. RIWAYAT KB
7. RIWAYAT PERNIKAHAN
69
Usia 20 tahun, 2 kali
Pasien melakukan ibadah sesuai keyakinan yang dianut. Pasien menjalanai kehidupannya
seperti pada umumnya dengan mendapat dukungan dari anak, suami dan saudara-saudaranya,
Pada tahap ini klien sangat tenang. Klien dan keluarga sudah merasa lega karena, rasa
9. POLA AKTIFITAS
70
9) Personal Hygiene Mandi 2x/hari, keramas 2x/ Mandi 1x/hari,
minggu, menggosok gigi 2x/ keramas 1x/ minggu,
hari, ganti baju 1x/hari, menggosok gigi 2x/
hari, ganti baju 1x/hari
B. DATA OBJEKTIF
1. KEADAAN UMUM :
- TTV
N: 90 x/ menit
S: 36,7
RR: 20 x/menit
- TB : 160 CM
- BB : 56 kg
2. PEMERIKSAAN FISIK
- Rambut
71
Berwarna putih dan tampak
- Mata
Konjungtiva tidak
- Telinga
Pendengaran kurang
Tampak bersih
- Hidung
Tampak bersih
72
pada gusi Mukosa bibir lembab
8. Leher
9. Thorak
- Payudara
Tampak bersih
- Paru-paru
- Jantung
P: Redup
73
10. Abdomen
P: Tympani
11. Ekstremitas
Atas : Terpasang injecpam di tangan sebelah kiri, simetris kiri dan kanan.
Bawah : Simetris kiri dan kanan, tidak adanya udema pada kedua kaki, tidak ada
kelainan
12. Genetalia
13. Integumen
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium/USG
75
Hasil : menit ke-5 Nekrogram, kedua ren secara serentak, bentuk letak, ukuran dan densitas
normal. Tampak kontras mengisi kedua SPC sampai ke vesika urinaria. Menit ke 15 dan 30 :
tampak bahan kontras mengisi SPC, kedua ureter dan VU.
- Sistem calices : tampak calices dextra et sinistra berbentuk cuping normal. Tak tampak
batu opaq/luscen yang terlumuri kontras
- Pelvis renalis : tampak pelvis renalis dextra et sinistra tak melebar. Tak tampak batu
opaq/luscen yang terlumur kontras
- Ureter : Tampak bentuk dan caliber kedua ureter normal. Tak tampak batu opaq/luscent
yang terlumuri kontras
KESAN
- Anatomi dan fungsi kedua ren dalam batas normal
- Kedua ureter dalam batas normal
- VU dan fungsi volding dalam batas normal
- Tak tampak batu opaq/luscent di traktus urinarius bilateral
- Sistem tulang yang tervisualisasi intak
- Tak tampak infiltrasi maupun identasi masa pada traktus urinarius
4. TERAPI
IV : Ranitidin 2x1
Ketorolac 3x1
Ceftriaxone 2x1
76
ANALISA DATA
Klien mengatakan nyeri muncul Post pasang Alat Agen cedera fisik
ketika bergerak
Klien mengatakan terasa mengganjal
Cedera fisik
sangat dirasakan saat berjalan
Klien mengeluh perut terasa seperti
di tusuk-tusuk Rangsang sensor nyeri
Klien sesekali memengangi perut
bawah menggunakan tangannya
Nyeri
DO :
Skala nyeri klien 4
Sesekali klien tampak meringis
Klien tampak berhati-hati bila
bergerak
TD: 160/100 MMHg
N: 90 x/ menit
S: 36,7
RR: 20 x/menit
77
belum bisa beraktivitan seperti Membatasi gerak
biasa
DO :
Gangguan aktifitas
Klien tampak masih mencoba
berlatih berjalan
Klien tampak lesu
Tampak Sesekali aktivitas klien
tampak di bantu keluarganya
TD: 160/100 MMHg
N: 90 x/ menit
S: 36,7
RR: 20 x/menit
N: 90 x/ menit
S: 36,7
RR: 20 x/menit
78
RUMUSAN DIAGNOSA
79
INTERVENSI KEPERAWATAN
Edukasi :
Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi pereda nyeri
Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan teknik nonfarkamkologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi:
80
Pemberian anti nyeri
2. Perubahan pola tidur ditandai dengan Setelah dilakukan Asuhan 1. Kaji pola tidur klien dan kebiasaan
Perubahan lingkungan ditandai dengan keperawatan selama 3 x 24 jam sebelum tidur
pasien mengatakan saat di rumah tidur ± 8 perubahan pola tidur dapat teratasi 2. Berikan latihan fisik ringan sebelum
jam dalam sehari, Pasien menyatakan dengan kriteria hasil tidur
selama di rumah sakit tadi malam tidak a. Pasien tampak rileks 3. Beritahu dan libatkan keluarga untuk
bisa tidur karena lingkungan yang b. Tidak ada lingkar hitam dan memberi lingkungan yang nyaman saat
berbeda, Pasien mengatakan sering kantong mata pada area mata tidur
terbangun sejak di rumah sakit pasien
c. Pasien dapat beristirahat dan tidur
dengan nyenyak
d. TTV dalam batas nomal
82
kursi
Anjurkan melakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif secara sistematis
83
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
84
Menganjurkan monitor nyeri
secara mandiri
Menganjurkan teknik
nonfarkamkologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
Mengkolaborasikan
pemberian analgetik (jika
perlu)
2. Kamis Gangguan pola tidur berhubungan Observasi : S : Klien mengatakan siang
29-04-21 dengan perubahan lingkungan. bisa tidur
Memonitor tanda dan gejala O : pasien tampak rileks
perubahan pola tidur tapi langsung terbangun
jika ada orang masuk
Terapeutik :
A : Masalah teratasi sebagian
Membatasi jumlah pengunjung P : Intervensi dilanjutkan dirumah,
Memberikan lingkungan nyaman klien dipulangkan
dan bersih
Edukasi :
85
Menganjurkan
meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
86
3. Kamis/ Gangguan aktivitas berhubungan Observasi : S : Klien mengatakan sudah
05-05- dengan imobilitas dibuktikan Mengidentifikasi keterbatasan mulai bias berjalan dan
2021 dengan klien merasa lemah. fungsi dan gerak sendi beraktivitas sendiri
Memonitor lokasi dan sifat Q : Klien tampak mulai
ketidaknyamanan atau rasa berlatih jalan dan beraktivitas
sakit selama bergerak atau sendiri
beraktivitas A : Masalah belum teratasi, tampak
sesekali aktivitas klien di bantu
Terapeutik : keluarganya
Melakukan pengendalian nyeri seb R : Intervensi dilanjutkan dirumah,
elum memulai latihan klien dipulangkan
Memberikan posisi tubuh optimal
untuk gerakan sendimpasif atau
aktif
Memfasilitasi menyusun jadwal
latihan rentang gerak aktif atau pasif
Memberikan penguatan positif
untuk melakukan latihan bersama
Edukasi :
Menjelaskan kepada pasien atau
keluarga tujuan dan rencanakan
latihan bersama
Menganjurkan pasien duduk
ditempat tidur, disisi tempat tidur
(menjuntai) atau di kursi
Menganjurkan melakukan latihan
rentang gerak pasif dan aktif secara
sistematis
87
FORMAT DISCHARGE PLANNING PASIEN PULANG
B. Kontrol
a. Waktu : 10 Mei 2021
b. Tempat : Poli Obgyn
B. Lanjutkan keperawatan di rumah (luka operasi, pemasangan gift, pengobatan, dll)
- Melakukan pengobatan yang telah diberikan olehdokter, membatasi aktivitas berat
C. Aturan diet/nutrisi :
- Makan makanan bergizi agar proses penyembuhan cepat pulih
Hal yang dibawa pulang (hasil laboratorium, foto, EKG, obat, lainnya) :
- Hasillaboratorium
- Obat
Lain-lain :
- Kontol rutin sesuai waktu yangditentukan
- Minum obat secarateratur
(…………….…..)
Setiajeng Putriani
NIM: 2021001801
88
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,. 2009. Buku Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendika Presss
Jakarta : EGC
Karina, 2015. Buku Ibu Post Partum. Jogjakarta : Mitra Cendika Press
Jakarta Manuba Ida, Bagus, Gde, Prof. Dr. SpOG, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta
89
Kasus (vignete)
Ada seorang ibu post operasi sectio caesar 2 hari yang lalu mengeluh nyeri pada luka bekas
operasi SC, skala nyeri 4, klien mengeluh perutnya terasa kembung, klien mengatakan nyeri
dirasakan ketika bergerak, klien tampak meringis, terdapat luka jahitan di abdomen,
intensitas nyeri ringan (4), klien tampak sesekali memegang perut jika nyeri terasa, klien
mengatakan darah yang keluar dari kemaluan tidak terlalu banyak, sesekali aktivitas klien
juga dibantun keluarganya.
Pertanyaansoal
Apakah masalah keperawatan prioritas utama kasus tersebut?
PilihanJawaban
A. Intoleransi aktivitas
B. Hipertermi
C. Nyeri Kronis
D. Hipothermi
E. Kecemasan
KunciJawaban : C
Referensi:
Ambarwati,. 2009. Buku Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :
Mitra Cendika Press
Bambang Widjanarko, 2010. Buku Sistem Reproduksi Wanita. EGC
:
Nama Pembuat Setiajeng Putriani/ 2021001801
Institusi Stikes Kepanjen Malang
90
Kasus (vignete)
Seorang pasien post lepas pasang pesarium , pasien mengeluh nyeri pada kemaluan,
tapi tidak nyeri seperti sebelum dilakukan tindakan, skala nyeri 4, klien mengatakan nyeri
dirasakan ketika bergerak, klien tampak meringis, intensitas nyeri ringan (4), klien tampak
sesekali memegang perut bawah jika nyeri terasa, sesekali aktivitas klien juga dibantu
keluarganya.
Pertanyaansoal
Apakah diagnosa keperawatan menurut SDKI yang tepat dari kasus tersebut?
PilihanJawaban
A. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi dibuktikan dengan
keluhan nyeri pasien
B. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
C. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
D. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
E. Nyeri akut berhubungan dengan age ninjuri biologis
KunciJawaban : A
Referensi: Ambarwati,. 2009. Buku Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta :
Mitra Cendika Press
Bambang Widjanarko, 2010. Buku Sistem Reproduksi Wanita. EGC
:
Nama Pembuat SetiajengPutriani/ 2021001801
Institusi StikesKepanjen Malang
91
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
GIZI PADA IBU HAMIL
Oleh :
Setiajeng Putriani
NIM: 2021001801
92
SATUAN ACARA
PENYULUHAN (SAP)
A. Latar Belakang
Kehamilan adalah saat ketika kebutuhan gizi menjadi lebih tinggi, dan memenuhi
kebutuhan tersebut memiliki efek positif pada kesehatan sang ibu dan bayi yang belum
lahir. Dampak gizi terhadap janin yang sedang berkembang selama kehamilan berdampak
untuk seumur hidupnya, dan tentu kita ingin melihat anak-anak memiliki warisan kesehatan
yang baik untuk masa depan. Wanita menikmati kehamilan yang sehat tanpa efek negatif
dari gizi buruk pada kesehatan mereka, dan dalam kemungkinan status gizi terbaik untuk
mendukung pemberian ASI (Bobak, 2005).
Gizi seimbang ibu hamil adalah keadaan keseimbangan antara gizi yang diperlukan oleh
ibu hamil untuk kesehatan ibu dan pertumbuhan dan perkembangan janinnya yang dapat
dipenuhi oleh asupan gizi dari aneka ragam makanan. Selama hamil, calon ibu memerlukan
lebih banyak zat – zat gizi daripada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil
dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang dikandungnya. Demikian pula, bila makanan ibu
kurang tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan ibu pada masa
sebelum hamil telah buruk pula.
Keadaan ini dapat mengakibatkan abortus, BBLR, bayi lahir prematur atau bahkan bayi
lahir mati. Pada saat bersalin dapat mengakibatkan persalinan lama,perdarahan, infeksi, dan
kesulitan lain yang mungkin memerlukan pembedahan. Sebaliknya, makanan yang berlebih
dapat mengakibatkan kenaikan berat badan yang berlebihan, bayi besar, dan dapat pula
terjadi pre-eklamsi ( keracunan kehamilan) (Soeditustam, 2004). Nutrisi layak
mendapatkan perhatian khusus selama kehamilan dan menyusui karena kebutuhan nutrisi
yang tinggi dan peran penting gizi bagi janin dan bayi. Adaptasi fisiologis selama
kehamilan sebagian melindungi janin dari kekurangan diet ibu, tetapi meskipun demikian
kekurangan ini dapat memiliki konsekuensi bagi kesehatan dan perkembangan janin dan
bayi jangka panjang (Ali, 2009) Pasokan nutrisi yang cukup menjadi faktor lingkungan
paling penting yang mempengaruhi hasil kehamilan.
93
Wanita dengan kehamilan usia dini atau berjarak dekat berada pada peningkatan risiko
memasuki kekurangan cadangan nutrisi cadangan. Deplesi nutrisi ibu dapat berkontribusi
pada peningkatan insiden kelahiran prematur dan retardasi pertumbuhan janin serta
peningkatan risiko kematian ibu dan morbiditas (Eva, 2010).
Berdasarkan laporan dari petugas di Puskesmas menunjukka bila kenaikkan berat badan
ibu hamil di wilayah kerja nya hanya sedikit, dan untuk melakukan ante natal care di
Puskesmas Pembantu hanya apabila ada keluhan saja. Maka dari itu berdasarkan latar
belakang diatas maka penulis menyusun satuan acara penyuluhan ini dengan judul
“Pentingnya Nutrisi Bagi Ibu Hamil”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, Setelah diberikan penyuluhan kepada
ibu hamil diharapkan mampu mengetahui serta memahami tentang berbagai
kebutuhan gizi pada ibu hamil
2. Tujuan Khusus
3. Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang gizi pada ibu hamil diharapkan
peserta penyuluhan dapat :
a. Memahami apa pengertian gizi seimbang untuk ibu hamil
g. Memahami apa tanda dan gejala kurangnya nutrisi pada ibu hamil
94
d. Kebutuhan nutrisi ibu hamil
D. Metode
Ceramah dan tanya jawab
E. Media
Leaflet
F. Proses Pelaksanaan
No Tahapan & Kegiatan Penyaji Kegiatan Audien
Waktu
1 Pembukaan - Memberi salam - Menjawab salam
(2 menit) - Menjelaskan tujuan dan materi - Mendengarkan dan
yang akan diberikan memperhatikan
2 Kegiatan (10 - Pengertian gizi seimbang - Menanggapi
menit) untuk ibu hamil dan
- Tujuan gizi pada ibu hamil Memperhatikan
- Masalah yang berhubungan - Mendemontrasikan
dengan gizi ibu hamil batuk efektif
- Kebutuhan nutrisi ibu hamil
- Zat gizi yang diperlukan ibu
hamil
- Menu makanan seimbang
- Tanda dan gejala kurangnya
nutrisi pada ibu hamil
- Pengaruh keadaan gizi
terhadap proses kehamilan
G. Materi
95
1. Pengertian Nutrisi Ibu hamil
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal
dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi didapatkan dari
makanan dan cairan yang selanjutnya diasimilasi oleh tubuh. (Arisman, 2013).
Sedangkan Gizi adalah zat zat yang terkandung dalam makanan yang di perlukan
untuk kehidupan manusia. (Arisman, 2013). Sumber zat pembangun Diperlukan
untuk pertumbuhan dan dapat diperoleh dari lauk pauk seperti daging, ikan, telur,
tahu, tempe dan kacang-kacangan. Sumber zat pengatur diperlukan agar semua
fungsi tubuh melaksanakan tugasnya secara teratur yang diperoleh dari sayur-
sayuran dan buah-buahan. Jadi nutrisi adalah asupan berupa makanan bagi tubuh
yang mengandung gizi, dimana dalam gizi tersebut terdapat sumber zat pembangun
untuk pertumbuhan sumber zat pengaturuntuk fongsi metabolisme tubuh (Path,
2005). Gizi seimbang ibu hamil adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur dalam susunan yang seimbang dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan gizi ibu hamil. Makanan dengan gizi seimbang dapat diperoleh
dari karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat
pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrien akan
meningkat selama hamil, namun tidak semua kebutuhan nutrien meningkat secara
proporsional Zat tenaga adalah makanan yang mengandung zat tenaga, antara lain :
kentang, singkong, jagung, roti dan sagu. Zat pembangun adalah makanan yang
mengandung zat pengatur antara lain: tempe, tahu, ikan asin, udang, telur, ayam,
daging, hati, kacang hijau, dan lain-lain. Zat pengatur adalah makanan yang
mengatur zat pengatur antara lain : kangkung, daun singkong, bayam, sawi hijau,
kacang panjang, jeruk, pepaya, nangka, mangga, dan lain-lain
2. Tujuan
a. Cukup kalori, protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral dan
cairan untuk memenuhi zat gizi ibu, janin serta plasenta.
b. Makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan lemak.
c. Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat baku selama hamil.
d. Perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh
dan mempertahankan status gizi optimal sehingga dapat menjalani kehamilan
dengan aman dan berhasil, melahirkan bayi dengan potensi fisik dan mental
yang baik, dan memperoleh cukup energiuntuk menyusui serta merawat bayi
kelak.
e. Perawatan gizi dapat membantu pengobatan penyulit yang terjadi
selama kehamilan (diabetes kehamilan).
f. Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan kebiasaan
96
makan yang baik yang dapat diajarkan kepada anaknya selama hidup. (Victoria,
2008)
97
3. Masalah yang Berhubungan Dengan Gizi Pada Ibu Hamil
Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan umur
kehamilan. Berat badan yang bertambah dengan normal, menghasilkan anak yang
normal. Kenaikan berat badan ibu hamil meliputi beberapa unsusr/bagian. Sebagian
memuat unsur anak, sebagian lagi memuat unsur ibu. Kenaikan berat badan ibu
kemungkinan terasa sudah cukup, tetapi kenaikan itu lebih banyak menambah berat
badan ibu dibanding untuk menambah berat anak. Kenaikan berat badan ibu belum
tentu menghasilkan anak yang besar, demikian juga sebaliknya. Penambahan berat
badan ibu harus dinilai. Penambahan berat badan ibu hamil sudah lebih dari 12,5 kg
tetapi anak yang dikandungnya kecil maka berat badan masih harus ditambah. Berat
badan calon ibu saat mulai kehamilan adalah 45-65 kg. Jika kurang dari 45 kg
sebaiknya berat badan dinaikkan lebih dulu hingga mencapai 45 kg sebelum hamil
dan sebaliknya.
Berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama hamil kurang
(underweight) atau lebih (overweihgt) dari normal akan membuat kehamilan
menjadi beresiko (low risk). Berat badan ibu yang kurang akan beresiko melahirkan
bayi dengan berat badan kurang atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Bayi
dengan BBLR tentu akan terganggu perkembangan dan kecerdasannya, selain
kesehatan fisiknya yang juga kurang bagus. Berat badan ibu berlebih atau sangat
cepat juga beresiko mengalami perdarahan atau bisa jadi merupakan indikasi awal
terjadinya keracunan kehamilan (pre-eklamsia) atau diabetes. Mula-mula
overweight, lalu tensi naik, bengkak kaki, ginjal bermasalah, akhirnya keracunan
kehamilan. Hal tersebut akan beresiko menghambat penyempitan pembuluh darah.
Apabila penyempitan pembuluh darah menghebat akan berakibat fatal bagi janin.
Berat badan ibu yang berlebihan juga dapat mempengaruhi proses persalinan. Jadi
berat badan ideal akan mempermudah berjalannya kelahiran tanpa komplikasi.
Kalaupun ada hanya sedikit (low risk), nifas juga akan segera usai. Berat badan
yang ideal selama hamil akan segera kembali bentuk tubuh ke berat semula setelah
melahirkan.
99
a. Menghindari mengkonsumsi makanan kaleng, makanan manis yang berlebihan,
susu berlemak dan makanan yang sudah tidak segar.
b. Ibu hamil sebaiknya makan teratur sedikitnya tiga kali sehari.
c. Hidangan yang tersusun dari bahan makanan bergizi.
d. Mempergunakan aneka ragam makanan yang ada.
e. Memilih dan membeli berbagai macam bahan makanan yang segar.
f. Mengurangi bahan makanan yang banyak mengandung gas, seperti sawi, kool,
kubis dan lain-lain.
g. Mengurangi bumbu yang merangsang, seperti pedas, santan kental.
h. Menghindari merokok dan minum-minuman keras.
Pada dasarnya menu makanan untuk ibu hamil, tidak banyak berbeda dari menu
sebelum hamil.
Oleh karena itu, diharapkan tidak ada kesulitan dalam pengaturan menu selama
hamil.
Contoh menu makanan dalam sehari bagi ibu hamil (Victoria, 2008)
Bahan Porsi Jenis Hidangan
Makanan Hidangan
Sehari
Nasi 5+1 porsi Makan pagi : nasi 1,5 porsi (150 gram)
dengan ikan/daging 1 potong sedang (40
gram), tempe 2 potong sedang (50
gram), sayur 1 mangkok dan buah 1
potong sedang
Sayuran 3 mangkuk
Sayuran 4 potong
Tempe 3 potong Makan Selingan: susu 1 gelas dan buah
1 potong sedang
Daging 3 potong
Susu 2 gelas Makan Siang: nasi 3 porsi (300gram),
dengan lauk, sayur, dan buah sama
dengan pagiSelingan: susu 1 gelas dan
buah 1 potong sedangMakan malam:
nasi 2,5 porsi (250 gram) dengan lauk,
sayur, dan buah sama dengan
pagi/siangSelingan : susu 1 gelas
Minyak 2 gelas
100
Gula 2 sendok
makan
101
102
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Syaifudin. (2009). Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan Dan Perawatan Bayi.
Almatsier, S. (2006). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Arisman, M.B. (2013) . Buku ajar ilmu gizi “gizi dalam daur kehidupan”.Jakarta: EGC.
Dirjen Bina Gizi dan KIA. (2013). Pembinaan Gizi Masyarakat. Jakarta: Kemenkes RI.
Eva. (2010). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media.
Soedisustam. (2004). Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : PT. Dian Rakyat.
Sulistyoningsih, Haryani. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Jogjakarta: Graha
Ilmu.Sunita,
103
LAMPIRAN LOGBOOK MINGGU KE I
LOGBOOK KEGIATAN
1. Diabetes Melitus
1.
Mengetahui,
( ) ( )
104
LOGBOOK KEGIATAN
1.
1.
Mengetahui,
( ) ( )
105
LOGBOOK KEGIATAN
1.
1.
Mengetahui,
( ) ( )
Malang, 28 April
Ajar,
106
LOGBOOK KEGIATAN
1.
1.
Mengetahui,
( ) ( )
Malang, 29 April
Ajar,
107
LOGBOOK KEGIATAN
1.
1.
Mengetahui,
( ) ( )
Malang, 30 April
Ajar,
108
LOGBOOK KEGIATAN
LAMPIRAN LOGBOOK MINGGU KE II
LOGBOOK KEGIATAN
1. Peritonitis
1.
Mengetahui,
( ) ( )
Malang, 3 Mei
Ajar,
109
LOGBOOK KEGIATAN
1.
1.
Mengetahui,
( ) ( )
Malang, 4 Mei
Ajar,
110
LOGBOOK KEGIATAN
1.
1.
Mengetahui,
( ) ( )
Malang, 5 Mei
Ajar,
111
LOGBOOK KEGIATAN
1.
1.
Mengetahui,
( ) ( )
Malang, 6 Mei
Ajar,
112
LOGBOOK KEGIATAN
1.
1.
Mengetahui,
( ) ( )
Malang, 7 Mei
Ajar,
113