DEPARTEMEN BEDAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Keperawatan
di Ruang OK Sentral
Rumah Sakit Tk. II dr. Soepraoen Malang
Disusun oleh:
JAYA DWIPUTRANTO
NIM. 190070300011027
KELOMPOK 3
Disusun Oleh :
Jaya Dwiputranto
NIM. 190070300011027
KELOMPOK 3
Disusun oleh:
JAYA DWIPUTRANTO
NIM. 190070300011027
KELOMPOK 3
1. Definisi
Hernia inguinalis adalah hernia berisi abdomen yang menonjol di daerah sela paha
(regio inguinalis). (Haryono, 2012). Hernia inguinalis lateralis adalah tonjolan dari
abdomen di lateral pembuluh epigastrika inferior melalui dua pintu yaitu anulus dan
kanalis inguinalis. (Sjamsuhidajat & Jong, 2010). Hernia inguinalis adalah suatu
keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut
kedalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berbentuk tabung,
yang merupakan jalan tempat turunnya testis dari perut kedalam skrotum sesaat
sebelum bayi dilahirkan.
2. Etiologi
a. Kelemahan otot dinding abdomen.
Kelemahan jaringan
Adanya celah yang luas di ligamen inguinal
Trauma
b. Peningkatan tekanan intra abdominal.
Obesitas
Mengangkat benda berat
Konstipasi – mengejan
Kehamilan
Batuk kronik
Hipertropi prostat
c. Faktor resiko: kelainan congenital
4. Klasifikasi
Menurut Syamsuhidjayat dan Jong (2004) klasifikasi hernia adalah sebagai berikut
a. Macam-macam hernia menurut terlihat atau tidaknya
1. Hernia internal
Tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui lubang dalam rongga perut (tidak
terlihat dari luar).
2. Hernia eksternal
Tonjolan menonjol keluar dari rongga abdomen melalui dinding abdomen
(terlihat dari luar).
b. Macam-macam hernia menurut penyebabnya
1) Hernia kongenital
Hernia yang disebabkan karena kelemahan dinding otot abdomen yang
bersumber dari lahir atau bawaan.
2) Hernia traumatik atau didapat
Hernia yang disebabkan karena adanya trauma seperti peningkatan tekanan
intra abdominal (batuk kronis, sering mengejan dan mengangkat benda
berat).
3) Hernia insisionalis
Hernia yang disebabkan karena dinding abdomen lemah akibat sayatan atau
pembedahan sebelumnya, seperti post laparatomi dan prostatektomi.
c. Macam-macam hernia menurut sifatnya
1) Hernia responibilis
Bila isi hernia dapat keluar masuk usus keluar jika berdiri atau mengejan dan
masuk lagi jika berbaring atau duduk masuk tidak ada keluhan nyeri atau
gejala obstruksi usus.
2) Hernia Irreponibilis
Bila isi hernia berada didalam kantong hernia dan terjepit cincin hernia
sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga abdomen.
3) Hernia incarserata atau strangula
Bila isi hernia berada didalam kantong hernia dan terjepit cincin hernia
sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga abdomen, dapat
disertai gangren pasase akibat peredaran darah terganggu.
d. Macam-macam hernia menurut lokasinya
1) Hernia opigastrika
Hernia yang keluar defek di linea alba umbilikus dan procesus xipoideus.
2) Hernia umbilikalis
Hernia keluar melalui umbilikus akibat peningkatan tekanan intraabdomen.
3) Hernia inguinalis
Penonjolan organ intraabdomen melalui lubang amulus inguinalis, karena
bagian lemah dari dinding rongga abdomen yang terjadi karena didapat atau
juga kongenital.
4) Hernia skrotalis
Hernia inguinalis lateralis yang mencapai skrotum.
5) Hernia femoralis
Batang usus masuk melalui cincin femoral ke dalam kanalis femoralis.
5. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan
tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat
buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus
kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu
yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ- organ selalu selalu
saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup
atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat
menyebabkan ganggren.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
bagian yang membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan
intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot
dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus
inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena
Mansjoer, A (2000) kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada
bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan
bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga
isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun beberapa hal,
seringkali kanalis tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini
akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang
tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus minoris
meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
berat, mengejan pada saat defekasi dan mengejan pada saat miksi misalnya
hipertrofi prostat.
Patofisiologi Hernia Inguinalis Lateralis (HIL)
Teraba benjolan
Hernia Inguinalis Terdengar bising usus
Nyeri pada benjolan
Prosedur pembedahan
Operasi Herniotomy Hernioraphy (HTHR)
7. Penatalaksanaan
a. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi herniayangtelahdireposisi.
b. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak-
anak. reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk
corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan
lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering
terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya
gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Hal
ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis dibandingkan dengan orang dewasa.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres
es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi pada hari
berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu enam jam harus dilakukan
operasi segera.
c. Bantalan penyangga
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun cara
yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang.Sebaiknya
cara ini tidak dinjurkan karena mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit dan
tonus otot dinding perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap
mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan
pada taki sperma yang mengandung pembuluh darah testis.
d. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi
hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
1) Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong
16
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong
hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong
2) Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya
dalam mencegah terjadinya residif dibandingkandenganherniotomi. Dikenal berbagai
metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus dangan jahitan
terputus, menutupdan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m.
tranversus internus abdominis dan musculus oblikus internus abdominis yang dikenal
dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode
Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus
internus abdominis keligamentum cooper pada metode McVay Bila defek cukup
besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti
mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.
8. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Meliputi nama, unsure, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no register, diagnosa
medis, dan tanggal MRS.
b. Keluhan Utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar, menangis, berdiri,
mual – mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini menciptakan gejala klinis yang khas pada
penderita HIL
c. Riwayat Kesehatan Lalu
Biasanya kx dengan HIL akan mengalami penyakit kronis sebelumnya. Missal : adanya batuk
kronis, gangguan proses kencing (HIL). Kontipasi kronis, ascites yang semuanya itu
merupakan factor predis posisi meningkatnya tekanan intra abdominal.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan / di daerah
lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama, menangis, mengejar waktu
defekasi atau miksi mengangkat benda berat dsb, sehingga ditemukan rasa nyeri pada
benjolan tersebut. Selain itu juga di dapatkan adanya gejala lain seperti mual dan muntah
akibat dari peningkatan tekanan intra abdominal.
e. Riwayat Kesehatam Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit HIL atau penyakit menular lainnya.
f. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum, kesadaran, GCS, Vital sigh, bb dan Tb
Terdapat keluhan benjolan pada bagian abdomen.
17
g. Pemeriksaan Laboratorium
Analisah slarah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb faal hemostasis, dan jumlah
lekosit.
Analisah urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.
h. Pemeriksaan Penunjang
Foto thorax untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru.
Pemeriksaan ECG, dilakukan pada pasien yang berusia³ 45 th.
18
10. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosis
No Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
keperawatan
1 Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Manajemen Nyeri:
Nyeri akut selama 3X24 jam tingkat nyeri menurun, Observasi:
berhubungan dengan kriteria hasil 1. Identifikasi skala nyeri
meringis: menurun 2. Identifikasi respons nyeri non verbal
dengan agen
frekuensi nadi: membaik (60-90x/mnt) 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
cedera fisik ditandai
tekanan darah: membaik (sitole: 100-130 4. Monitor efek samping penggunaan analgetik
dengan klien mmhg, diastole: 60-90 mmHg) Terapeutik:
mengeluh nyeri Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
selama 3x24jam kontrol nyeri meningkat, ruangan, pencahayaan, kebisingan)
dengan kriteria hasil: 2. Fasilitasi istrahat dan tidur
dukungan orang terdekat: meningkat 3. Dokumentasikan respons terhadap efek anlgesik dan efek yang
pengunaan analgesik: menurun tidak diinginkan
Edukasi : Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri pada
keluarga
Kolaborasi: Kolaborasi pemberian analgetik
2 Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Mobilisasi (1.05173)
Fisik berhubungan selama 3 x 24 jam masalah gangguan Observasi
mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria Identifikasi adanya nyeri dan keluhan fisik lainnya
dengan nyeri
hasil sebagai berikut : Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
ditandai dengan Pergerakan ekstremitas : meningkat Terapeutik
nyeri saat bergerak. Rentang gerak (ROM) : meningkat Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu ( mis.pagar
Kekuatan otot : meningkat tempat tidur)
Libatkan keluarga dalam membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Anjurkan mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan ( mis.
Duduk di tempat tidur )
3. Cemas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi Ansietas (l.09314)
19
berhubungan selama 3 x 24 jam masalah cemas dapat Observasi
dengan kurang teratasi dengan kriteria hasil sebagai berikut : Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
terpapar informasi Verbalisasi kebingungan : menurun Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
ditandai dengan Perilaku gelisah : menurun Monitor tanda tanda ansietas
klien merasa Terapeutik
Perilkau tegang : menurun
khawatir dan Ciptakan suasana teraputik untuk menumbuhkan
bingun akan kondisi kepercayaan
yang dihadapi Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang akan dialami
Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
Latih teknik relaksasi
Kolaboratif
Kolaboratif pemberian obat anti ansietas jika perlu
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Infeski (l.14539)
ditandai dengan selama 3 x 24 jam masalah resiko infekso Observasi
efek prsedur invasif dapat teratasi dengan kriteria hasil sebagai Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
( prosedur operasi ) berikut : Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Kebersihan tangan : meningkat dan lingkungan pasien
Pertahankan teknik aseptik
Kebersihan badan : meningkat Edukasi
Kadar sel darah putih : membaik Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Ajarkan cara memeriksa kondisi luka pasca operasi
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
20
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,J,L 2012. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 13. Doenges
M.E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pedokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Engrand, Barbara (1999), Keperawatan Medikal Bedah, volume 4, Jakarta, EGC
Liu, T., & Campbell, A. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma Publishing Group.
PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi
1: Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi
1: Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
Price, S, A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, (terjemahan), Edisi 4. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Ed.8. EGC.
Jakarta
21
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
Jl. Veteran Malang
PENGKAJIAN PREOPERATIF
22
GDP/GDS : - Alb : - BE : -
GD 2 JPP : - PH : lain-lain : -
PCV : -
Hasil Pemeriksaan Lain: (Xray, ECG, ECHO, CT Scan, MRI, IVP, dll)
Radiografi Thorax (9/3/2020)
Trachea posisi ditengah
Cor : CTR = 50%
Pulmo : Corakan bronkhovaskuler normal, tidak tampak
infiltral
Sinus phrecocostalis kanan kiri tajam
Tak tampak lesi osteolytic
Kesimpulan hasil : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Cairan Masuk Pre Operasi : 500cc NS 0,9% 30tpm
Persiapan Darah Whole Blood : Tidak diberikan labu, Persendiaan / Diambil
Packed Cell : Tidak diberikan labu, Persediaan / Diambil
Riwayat Penyakit : Tidak ada Hipertensi Gastritis
Hyperthyroid Asma
Penyakit Ginjal PJK
DM Stroke
Lain-lain, sebutkan
Status Kesehatan Saat ini :
a. Keluhan Utama : Klien mengatakan takut dan cemas karena belum pernah operasi atau opname sebelumnya
b. Lama Keluhan : Klien mengatakan cemas sejak mulai rawat inap (opname) di rumah sakit
c. Kualitas Keluhan : Aktual, wajah tampak tegang (+)
d. Faktor Pencetus : Akan dilakukan tindakan pembedahan (operasi)
23
e. Faktor Pemberat : Klien belum mengetahui prosedur pembedahan
f. Upaya yang telah dilakukan : -
g. Tanda Vital : TD : 120/70 mmhg, N : 84x/menit, RR : 22x/menit, S : 36,4°C, Ku cukup, kesadaran composmentis,
GCS 456
Mengetahui
Waktu Serah
Perseptor Klinik Perawat Ruang Tunggu Kamar Operasi Terima
( Ns. Sri Utami, S.Kep) (Jaya Dwiputranto) Jam : 08.00
24
PENGKAJIAN INTRAOPERATIF
Beri tanda "X" di dalam
Pemeriksaan Fisik
26
1. Kepala & Leher
a. Kepala : Pasien terpasang nasal canul oksigen 2 liter per menit
b. Mata : Simetris, terbuka spontan, simetris
c. Hidung, Mulut, Tenggorokan : Tidak terpasang ETT, terpasang nasal canul 2 lpm pada hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung
d. Telinga : simetris
7. Ekstermitas : terpasang infus NS 0,9% 30tpm pada tangan kiri, terpasang manset tensi pada betis kanan, dan terpasang eletroda diatermi pada
betis kiri
10. Kulit & Kuku : kulit kering, CRT kembali < 3 detik, warna kuku merah muda
11. TTV :
27
PENGKAJIAN POST OPERATIF
Nama : Tn.S
Tgl
Diagnosis post operasi : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra : 10/3/2020 Dr. Anestesi : dr. M. Rodli, Sp.An
Operasi
Tindakan operasi : Herniotomy Hernioraphy (HTHR) Dr. Bedah : dr.Saiful B, Sp.B
Keterangan
Ceftriaxon 3 x 1 gram
Antrain 3 x 1
Ranitidi 3 x 1
28
Gigi palsu atau benda berharga lainnya, berupa : Tidak Ada
□√ Ya □ Tidak
Keterangan:
Kondisi baik, klien mengatakan kaki klien masih belum terasa dan belum dapat bergerak, kesadaran compos
29
mentis, verban post op tidak merembes. Klien mengatakan mulai merasa tidak nyaman pada luka operasinya
Spo2 : 98%
TD : 117/78
N : 82x/menit
RR : 20x/menit
S : 36°C
Aldrete Score :
Bromage Score : 10
Yang menyerahkan, jam ……… Yang menerima, Yang menerima,
Nama Perawat Intra Operasi Perawat RR Perawat ruangan / ICU Waktu serah
terima,
Jam : 11.30
Iqbal Ika Eris
30
ANALISA DATA
Pre Operasi HTHR
Tanggal 10/03/2020
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS: Ansietas
HIL
- Klien mengatakan takut ↓
dan cemas karena belum
Akan dilakukan tindakan
pernah operasi atau
pembedahan (HTHR)
opname sebelumnya
↓
DO:
Klien bertanya-tanya tentang
- KU: cukup lama waktu operasi
- GCS: 4,5,6 ↓
32
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. TANGGAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN TANDA TANGAN
Dx TERATASI
Pre Operasi (HTHR)
Tanggal 10 Maret 2020
33
INTERVENSI KEPERAWATAN
Post operasi
1 Nyeri akut Manajemen Nyeri
35
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
selama ...... x 24 jam masalah nyeri akut Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
dapat teratasi dengan kriteria hasil Identifikasi skala nyeri
sebagai berikut : Identifikasi respons nyeri non verbal
Keluhan nyeri : menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Meringis : menurun
Terpeutik
Berikan teknik non fakmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (nafas dalam)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
36
IMPLEMENTASI
Nama klien : Tn.S Tanggal pengkajian : 10 Maret 2020
Diagnosa medis : HIL + post op HTHR
No
Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Diagnosis
PRE OPERASI
1 08.15 - Mengkaji tingkat ansietas klien S: -
10
- Melakukan pendekatan yang tenang dan O:
Maret
meyakinkan kepada Klien. - KU: baik
2020
- Mendorong verbalisasi perasaan, ketakutan dan - GCS: 4-5-6
persepsi - Kesadaran: compos mentis
- Membantu mengurangi kecemasan klien secara - Klien tampak lebih tenang.
efektif - Tanda – tanda Vital
- Melakukan edukasi klien terkait penyakit yang o TD: 120/80 mmHg
dialami kien dan tindakan pembedahan yang akan o Nadi: 88 x/menit
dilaksanakan o RR: 22 x/menit
- Mengajarkan dan Menginstruksikan klien untuk o Suhu: 36,2 oC
menggunakan teknik relaksasi nafas dalam A: Ansietas
o TD: 120/80 mmHg P: ansietas teratasi
o Nadi: 88 x/menit
o RR: 22 x/menit
o Suhu: 36,2 oC
37
INTRA OPERASI
2 10.00- - Memastikan kepatenan nasal canule 3lpm S: -
3 Maret
11.00 - Memantau frekuensi pernapasan klien, RR: O:
2020
15x/menit DS: -
- Memasang sensor pemantauan Oksigen DO:
noninvasif - RR : 22 x/menit
- Monitor nafas tambahan : tidak ada suara napas - SPO2 : 99 %
tambahan ketika klien dalam pengaruh anastesi - Klien dalam pengaruh bius SAB
- Memonitor saturasi oksigen : 99 % - Terpasang nasal canula 3 lpm
- Catat perubahan saturasi O2 A: Pola nafas tidak efektif
P: Lanjutkan intervensi
Monitor status pernapasan klien
3 10.00- - Memonitor status hidrasi klien S: -
3 Maret
11.00 - Memantau ttv klien O:
2020
- Dilakukan pemberiain cairan Ns 0,9% 30tpm - Dilakukan tindakan invasif (pembedahan )
- Memonitor intak dan output cairan - Selama klien di OK dilakukan 2 kali pemberian
- Memantau kepatenan jalur iv line klien agar tidak cairan Ns 0,9% = 1000 cc
38
RR : 15x/menit
S : 36°C
A: resiko ketidakseimbangan cairan
P: Lanjutkan intervensi : manajemen cairan
POST OPERASI
4 11.30 - MengIdentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S: Klien mengatakan terasa agak panas pada luka
3 Maret
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri operasi
2020
- Mengidentifikasi skala nyeri O:
- Mengidentifikasi respons nyeri non verbal - Skala nyeri 3
39
EVALUASI
Hari/ Tanggal/ No Dx
Evaluasi Tanda tangan
Jam Kep
Pre operasi
Selasa, 10 1 S: Klien mengatakan akan siap menjalani operasi
Maret 2020 O:
- KU: baik
- GCS: 4-5-6
- Kesadaran: compos mentis
- Klien tampak lebih tenang.
- Tanda – tanda Vital
o TD: 120/80 mmHg
o Nadi: 88 x/menit
o RR: 22 x/menit
o Suhu: 36,2 oC
A: Ansietas
P: ansietas teratasi
Intra operasi
Selasa, 10 2 S: -
Maret 2020 O:
DS: -
DO:
- RR : 22 x/menit
- TD : 117/72 mmhg
- N : 77x/menit
- SPO2 : 99 %
- Klien dalam pengaruh SAB
- Terpasang nasal canule 3lpm
A: Pola nafas tidak efektif
P: Lanjutkan intervensi
Monitor status pernapasan klien
Selasa, 10 3 S: -
Maret 2020 O:
- Dilakukan tindakan invasif (pembedahan )
- Selama di OK dilakukan 2 kali pemberian cairan
Ns 0,9% = 1000 cc
40
- Tanda – tanda Vital
TD: 120/80 mmHg
RR : 22 x/menit
TD : 117/72 mmhg
N : 77x/menit
o Spo2 : 98%
o TD : 117/78
o N : 82x/menit
o RR : 20x/menit
o S : 36°C
A: Nyeri akut
P: Hentikan intervensi (klien kembali ke ruang
perawatan)
41
RESUME KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. H Tanggal : 9/03/2020 (09.00)
Dx.Medis : Hydronefrosis Ruang : OK RST Malang
S O A P I E
KIien KU lemah Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
mengatakan nyeri Wajah tampak berhubungan dengan tindakan keperawatan lokasi, karakteristik, nyeri berkurang
perut dan panggul meringis menahan agen pencedera fisik selama 1 jam masalah durasi, frekuensi, sedikit
Pengkajian nyeri ditandai dengan nyeri akut dapat kualitas, intensitas O:
Nyeri Lengan kiri keluhan nyeri, klien teratasi dengan kriteria nyeri KU: cukup
P : Pembengkakan tampak infus NS tampak meringis hasil sebagai berikut : 2. Mengidentifikasi GCS: 4 5 6
ginjal akibat 20tpm Keluhan nyeri : skala nyeri Klien tidak tampak
penumpukan urin Klien tampak menurun 3. Mengidentifikasi meringis menahan
Q : Rasa nyeri disertai membatasi gerakan Meringis : menurun respons nyeri non sakit.
panas TD : 140/90 verbal Klien sudah
R : Area perut bawah mmHg Manajemen Nyeri 4. Mengidentifikasi tampak lebih relax
menjalar ke panggul N : 84x/ii (1.08238) faktor yang Skala nyeri : 5 / 10
S : 6 / 10 Identifikasi nyeri memperberat dan
R : 22x/ii TTV
Identifikasi skala memperingan nyeri
S : 36,2°C o TD : 140/80
nyeri 5. Mengajarlkan
mmHg
Identifikasi respons teknik non
o Nadi : 80 x/ii
nyeri non verbal fakmakologis untuk
mengurangi rasa o Suhu : 36oC
Identifikasi faktor o RR : 20x/ii
yang memperberat nyeri (nafas dalam)
T : Hilang timbul dan memperingan A : Masalah nyeri
nyeri teratasi sebagian
Ajarkan teknik non
farmakologis untuk P : Intervensi
mengurangi rasa dipertahankan
nyeri (nafas dalam) (manajemen nyeri)
Kolaborasi
pemberian analgetik
( Injeksi Antrain
30mg IV)
42
RESUME KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn.L Tanggal : 00/03/2020 (09.30)
Dx.Medis : Colic Renal Ruang : OK RST Malang
S O A P I E
Klien mengatkan Keadaan Umum Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Memonitor tada- S:
sakitnya sudah lemah dengan kekhawatiran tindakan keperawatan tanda ansietas Klien mengatakan
sejak 3 bulan yang Klien terpasang mengalami kegagalan selama 1 jam, maka Menciptakan sudah agak tenang
dibuktikan dengan diharapkan ansietas suasana terapeutik dan siap menjalani
lalu infus NS 0,9 % di merasa khawatir menurun dengan untuk operasi
Klien mengatakan tangan kiri dengan kondisi yang kriteria hasil sebagai menumbuhkan O:
takut dulunya mau Wajah klien tampak dihadapi (operasi), berikut: kepercayaan Keadaan Umum
periksa cemas dan tegang tampak gelisah dan Luaran Utama : (BHSP) lemah
Klien mengatakan ini serta jarang tegang tingkat ansietas Gunakan Klien terpasang
merupakan operasi tersenyum - Perilaku tegang pendekatan yang infus NS 0,9 % di
menurun tenang dan tangan kiri
yang pertama TTV : - Verbalisasi khawatir meyakinkan Klien tampak
Klien mengatakan Tensi : 140/80 mmHg akan kondisi yang menjelaskan terbaring lemah di
takut mau operasi ini Nadi : 88 x/ mnt dihadapi prosedur dan tempat tidur
RR : 21 x/mnt Intervensi : Reduksi termasuk sensasi
S : 36 C Wajah klien tegang
ansietas yang mungkin agak berkurang
Monitor tanda- dialami Klien masih jarang
tanda ansietas melatih tehnik tersenyum
Ciptakan suasana relaksasi (nafas
TTV :
terapeutik untuk dalam)
TD : 130/80
kepercayaan
Nadi : 80 x/ mnt
Gunakan
RR : 20 x/mnt
pendekatan yang
S : 36C
tenang dan
meyakinkan
A: ansietas
Jelaskan prosedur
dan termasuk
P: Lanjutkan intervensi:
sensasi yang
Reduksi Ansietas
mungkin dialami
Latih teknik
relaksasi (nafas
dalam)
43
RESUME KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. Tanggal : 10/03/2020 (09.00)
Dx.Medis : Benigna Prostat Hiperplasi Ruang : OK RST Malang
S O A P I E
KIien Keadaan Umum Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Memonitor tada- S:
mengatakan susah cukup dengan kekhawatiran keperawatan selama 1 jam, tanda ansietas Klien mengatakan
untuk tidur sejak Klien terpasang mengalami kegagalan maka diharapkan ansietas Menciptakan sudah agak tenang
MRS di tadi malam dibuktikan dengan menurun dengan kriteria suasana dan siap menjalani
infus NS 0,9 % di merasa khawatir hasil sebagai berikut: terapeutik untuk
karena takut akan operasi
operasi tangan kiri dengan kondisi yang Luaran Utama : tingkat menumbuhkan O:
Klien Wajah klien tampak dihadapi (operasi), ansietas kepercayaan Keadaan Umum
mengatakan ini cemas dan tegang tampak gelisah dan - Perilaku tegang (BHSP) lemah
pengalaman Klien tampak tegang menurun Gunakan Klien terpasang
pertamanya operasi - Verbalisasi khawatir pendekatan yang infus NS 0,9 % di
sesekali melamun
Klien cemas tenang dan tangan kiri
TTV : akan kondisi yang
apabila nanti gagal meyakinkan Klien tampak
Tensi : 130/80 mmHg dihadapi menjelaskan
operasinya terbaring lemah di
Nadi : 84 x/ mnt Intervensi : Reduksi prosedur dan tempat tidur
RR : 21 x/mnt ansietas termasuk sensasi
Monitor tanda-tanda Wajah klien tegang
S : 36 C yang mungkin
ansietas agak berkurang
dialami Klien masih jarang
Ciptakan suasana melatih tehnik
terapeutik untuk tersenyum
relaksasi (nafas
menumbuhkan TTV :
dalam)
kepercayaan TD : 130/80
Gunakan pendekatan Nadi : 82 x/ mnt
yang tenang dan RR : 20 x/mnt
meyakinkan S : 36C
Jelaskan prosedur
dan termasuk A: ansietas
sensasi yang
mungkin dialami P: Lanjutkan intervensi:
Latih tehnik relaksasi Reduksi Ansietas
(nafas dalam)
44
45