Anda di halaman 1dari 49

Obat-obatan Antihipertensi-

kardiovaskuler –anti aritmia


03-20-2020
DIRHH
Definisi

 Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat


secara persisten.
 Pada pengukuran berulang tekanan darah yang sama atau melebihi 140
mmHg sistole ( ≥ 140) dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastole ( ≥
90) pada seseorang yang tidak sedang menggunakan obat anti hipertensi.
(Saseen dan MacLaughlin, 2008, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic
Approach. McGraw-Hill Medical, ., hal. 139–172).
Faktor-faktor penyebab hipertensi

Hypertension management 2011: optimal combination therapy. European


Heart Journal, 32: 2499–2506.
Target obat antihipertensi antara lain:

 Saraf simpatis, yang melepaskan vasokonstriktor.


 Ginjal, yang turut berkontribusi dalam regulasi volume darah.
 Jantung, yang mempengaruhi curah jantung.
 Arteriol, yang mempengaruhi resistensi pembuluh perifer.
 Sel endotel, yang mengatur sistem agen hipotensif (NO).
Mekanisme kerja obat antihipertensi

1. Meningkatkan pengeluaran air dari tubuh : gol. Diuretik (contoh :


furosemida, HCT, klortalidon, spironolakton).
2. Memperlambat kerja jantung : gol. Beta-blockers (contoh :
asebutolol, atenolol, betaxolol, bisoprolol, propranolol).
3. Memperlebar pembuluh : vasodilator langsung (di/hidralazin,
minoksidil), antagonis Ca (verapamil, diltiazem, nifedipin), ACE-
inhibitors (captopril, enalapril), AT-II blockers (valsartan, ibesartan).
4. Menstimulasi SSP : agonis alfa-2 sentral (contoh : klonidin,
moxonidin, metildopa, guanfasin dan reserpin).
5. Mengurangi pengaruh SSO terhadap jantung dan pembuluh, yaitu
:
 Alfa-1-blokckes : derivat quinazolin (prazosin, doxazosin,
terazosin), urapidil.
 Alfa-1 & 2 blockers : fentolamin.
 Beta-blocker : propanolol, atenolol, metoprolol dll.
 Alfa/beta-blockers : labetolol dan carvedilol.
Tabel Klasifikasi dan managemen tekanan darah pada orang dewasa
Klasifikasi tekanan darah dalam The Seventh Report of The Joint National Committee on
the Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7,)

Klasifikasi TDS TDD Modifikasi Terapi Awal


Tekanan Darah (mmHg) (mmHg) Gaya Hidup Tanpa indikasi penyakit Dengan indikasi
lain penyakit lain
Normal < 120 and <80 Ya   Pemberian obat dengan
Prehipertensi 120 –139 or 80 - 89 Ya Tidak perlu obat indikasi
antihipertensi Penyakit lain
Stadium 1 140 – 159 or 80 – 99 Ya Pemberian diuretik  
Hipertensi golongan Tiazid. Dapat  
memper timbangkan  
pemberian ACEI, ARB,  
BB, CCB, atau kombinasi Terapi untuk hipertensi
dengan indikasi penyakit
lain : diberikan obat
antihipertensi (diuretics,
Stadium 2  160 or  100 Ya Kombinasi dua obat ACEI, ARB, BB, CCB)
Hipertensi (biasanya Diuretik Sesuia kebutuhan.
golongan tiazid dan ACEI
or ARB or BB or CCB).
Sumber: (Chobanian dkk., 2003).
OBAT-OBAT HIPERTENSI
1. DIURETIKA
 Obat yang bekerja meningkatkan kecepatan aliran urin
 Berperan penting dalam pengaturan tekanan darah
 Sering dikombinasikan dengan antihipertensi lainnya

TIAZID LOOP DIURETIKA HEMAT KALIUM

Aksi : Menghambat reabsorpsi Aksi : Menghambat reabsorpsi Aksi : Meningkatkan ekskresi


Na+ dan Cl- pd lengkung Na+ dan Cl- pd lengkung Na+, dan menahan K+ di
Henle dan tubulus distal Henle tubulus dista

ESO :
HIPOKALEMIA
1. Obat Antihipertensi : Diuretika

Tiazid Loop diuretics Hemat kalium

Contoh ?? Contoh ?? Contoh ??


Klorotiazid Furosemid Spironolakton
Hidroklorotiazid Bumetanid
Antagonis aldosteron
“Drug of choice” Potensinya tinggi & (=meretensi
terapi antihipertensi onset cepat air/natrium)

- Menurunkan edema Digunakan dlm


paru-paru pada gagal kombinasi dengan
Loop diuretics lebih ginjal kronik diuresis lain
poten dibandingkan - Terapi pada hipertensi Terapi tunggal tidak
tiazid dengan gangguan ginjal poten
(filtrasi gromelurus
rendah)
Contoh lain??
Amirolid, triamteren
2. Obat Antihipertensi : Obat pada sistem
renin-angiotensin (RAAS)
- Obat yang bekerja sistem renin-angiotensin
- Sistem renin-angiotensin berperan dalam pengaturan tekanan darah
- Renin disekresi akibat aktivitas syaraf simpatik pada ginjal, agonis 
Rangkaian dari seluruh sistem renin sampai
adrenergik, PGI , tekanan perfusi
2 renal.
menjadi angiotensin II dikenal dengan
- Penggolongan obat ??
Renin Angiotensin Aldosteron System
Angiotensin-Converting Antagonis (RAAS). Sistem tersebut memegang
Enzyme reseptor peranan penting dalam patogenesis
(ACE Inhibitors) angiotensin II (ARB) hipertensi baik sebagai salah satu penyebab
timbulnya hipertensi, maupun dalam
perjalanan penyakitnya. RAAS merupakan
Aksi : sistem hormonal yang kompleks berperan
- Menghambat sintesis Aksi : dalam mengontrol sist kardiovaskular,
angiotensin II Menghambat angiotensin II ginjal, kelenjar andrenal, dan regulasi
- Menurunkan sekresi aldosteron pada reseptor angiotensin II tekanan darah.
Obat Antihipertensi : Obat pada sistem
renin-angiotensin ( ACE Inhibitor)
A. ACE (Angiotensin-Converting Enzyme )
- peptidildipeptida hidrolase atau peptidildipeptidase
- Aksi : mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II
- Angiotensin II : - vasokonstriktor poten
- menstimulasi sekresi aldosteron
- Aldosteron : hormon mineralokortikoid disekresi oleh korteks adrenal
Aksi : merangsang retensi air/ion Na+ & ekskresi ion kalium 
meningkatkan volume vaskuler  meningkatkan resistensi Pembukluh darah (PD) perifer
 tekanan darah naik
Mekanisme aksi ACE inhibitor
1. Menghambat sintesis angiotensin II  kadar sirkulasi vasokonstriktor
berkurang  tekanan darah turun
2. Menurunkan sekresi aldosteron mengurangi kadar air dlm darah 
menurunkan afterload  tekanan darah turun
Obat Antihipertensi : Obat pada sistem
renin-angiotensin ( ACE Inhibitor)
ACE Inhibitor

- Secara klinik digunakan untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung


- Pada pasien hipertensi, ACE inh menurunkan tekanan darah dengan sedikit
efek pada curah jantung
- Tidak mempengaruhi kadar glukosa darah

Cocok utk penderita hipertensi dengan komplikasi diabetes

Efek samping klinik  batuk ??


ACE inhibitor  akumulasi bradikinin, substance P, prostaglandin  bradikinin
adalah substrat ACE  makna ?? Terletak pada kapiler Paru-paru dan sel epitel endotel dan ginjal
Contoh obat :
Kaptopril, enalapril, lisinopril, ramipril, perindopril, transdolapril
Obat Antihipertensi : Obat pada sistem renin-
angiotensin ( Ang II receptor antagonist)
B. Angiotensin II Reseptor Antagonist (Antagonis Reseptor Blocker/ARB)
- Aksi : menghambat aksi angiotensin II pada reseptor angiotensin II
- Efeknya mirip dengan ACE inhibitor
- Aktivasi reseptor angiotensin II
1. Perangsangan persyarafan simpatik (NE) pada vaskuler dan
jantung  vasokonstriksi  tekanan darah naik
2. Sekresi aldosteron
- Tidak menyebabkan efek samping batuk
- Potensi dibandingkan ACE inhibitor belum banyak dievaluasi
- Contoh :
Candesartan, losartan, irbesartan, eprosartan
Angiotensin II receptor Obat-obat pada
AT reseptor:
Fungsi dari Angiotensin II : Meningkatkan efek saraf
Famili sartan:
simpatis diantaranya : vasokonstriksi (penyempitan
-Candesartan
pembuluh darah), yang dapat menyebabkan tekanan
-Losartan
darah meningkat dan hipertensi; Konstriksi arteriol
-Valsartan
eferen ginjal, menyebabkan tekanan perfusi meningkat
-Irbesartan
pada glomeruli .
-Telmisartan
Fungsi AT II lainnya: Renovasi ventrikel jantung, yang dapat
menyebabkan hipertrofi ventrikel dan CHF; rangsangan dari korteks
adrenal untuk melepaskan aldosteron,yaitu  hormon yang bekerja pada
1
tubulus ginjal untuk mempertahankan ion natrium dan klorida dan Antagonis AT
mengekskresikan kalium; Jika natrium reabsorpsi maka akan diikuti
masuknya air ke dalam pembuluh darah sehingga air juga
reseptor
dipertahankan, yang menyebabkan volume darah meningkat, maka
tekanan darah meningkat; stimulasi hipofisis posterior untuk
melepaskan vasopresin (juga dikenal sebagai anti-diuretik hormon
(ADH)) yang juga bekerja pada ginjal untuk meningkatkan reabsorbsi
air.
3. Obat Antihipertensi : Obat yang menurunkan
resistensi vaskuler ( Ca2+ antagonist)

- Disebut juga Calcium-channel blocker


- Aksi : menghambat influks ion Ca2+ dalam sel  menurunkan
afterload  tekanan darah turun
- Fungsi ion Ca2+ dalam sel otot polos (vaskuler)  kontraksi dan
tonus vaskuler meningkat
Adanya Ca2+ antagonis  vasodilatasi vaskuler

Efek samping utama : Hipotensi

Contoh obat :
Amlodipin, nifedipin, felodipin, nisoldipin, diltiazem, verapamil
Bagaimana ion Ca berperan dlm kontraksi
otot polos ?
Bagaimana ion Ca berperan dlm
kontraksi jantung??
•  Pada sel jantung, Ca++ intrasel mengikat protein troponin
•  Dlm kondisi relaks, troponin berikatan dengan aktin-
myosin 
hambatan interaksi aktin-myosin utk kontraksi
•  Terikatnya Ca++ pada troponin  troponin terlepas dari
ikatan
aktin-myosin  kontraksi otot jantung

Obat penurun tekanan darah yang memperlambat pergerakan kalsium ke dalam sel jantung
dan dinding arteri (pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke jaringan) –
sehingga arteri menjadi relax dan menurunkan tekanan dan aliran darah di jantung.
Ada dua tipe voltage gated calcium channel :
high voltage channel (tipe L) dan
 low voltage channel (tipe T).
CCB yang ada hanya menghambat channel tipe L, yang
menyebabkan vasodilatasi koroner dan perifer.

Beberapa tipe penyakat-kanal-kalsium adalah


tipe L (tempat ditemukan: Otot,saraf),
tipe T (tempat ditemukan : jantung, saraf),
tipe N (tempat ditemukan : saraf),
tipe P (tempat ditemukan saraf purkinje serebral).
Obat-obat Gol CCB

1. Dyhidropyridine, contoh : Amilodipine,


Felodipine, Isradipine, Nicardipine, Nifedipine,
Nimodipine, Nisoldipine, Nitrendipine.
2. Non-dyhidropyridine Dyphenilalkilamine :
(Verapamil) ; Benzotiazepin (Diltiazem);
Piperazine (Sinarizine); lain-lain : Bepridil
Amilodipine
 Nama Generik: Amlodipine tablet 5mg, 10mg.
 Nama Dagang: Tensivask® (Dexa Medica) tablet 5mg; 10mg,
Norvask® (Pfizer) tablet 5mg, 10mg.
 Indikasi: Hipertensi, Angina.
 Kontraindikasi: Hipersensitivitas terhadap dyhidropiridine.
 Efek samping: sakit kepala, udema, letih, somnolensi, mual, nyeri
perut, kulit memerah, palpitasi, pening.
 Peringatan: ganguan fungsi ginjal dan hati, kehamilan dan
menyusui, anak-anak dan orang tua.
 Dosis dan aturan pakai: 1x sehari 1 tablet 5mg atau 10mg; Angina
dosis awal 1x sehari 2,5mg, dosis maksimum 1x sehari 10mg.
 Bentuk sediaan obat : Tablet.
 Nondihidropiridin (verapamil dan diltiazem) menurunkan denyut jantung dan
memperlambat konduksi nodal atriventrikular.
• Verapamil menghasilkan efek negatif inotropik dan kronotropik yang
bertanggung jawab terhadap kecenderungannya untuk memperparah atau
menyebabkan gagal jantung pada pasien resiko tinggi.
• Diltiazem juga mempunyai efek ini tetapi tidak sebesar verapamil.
4. Obat antihipertensi : Obat yang menurunkan
resistensi vaskuler ( Nitrat)/VASODILATOR
- Diubah menjadi NO (nitrit oksida)
- Fungsi NO : meningkatkan cGMP intraseluler  relaksasi otot polos
vaskuler
 vasodilatasi & menurunkan cardiac preload
Contoh obat :
Amil nitrat, isosorbid dinitrat, isosorbid mononitrat, nitroprusida,
nitrogliserin

Nitrogliserin (antianginal)
- Efek vasodilatasi pada arteri
- “drug of choice” pada kontraksi koroner akut
- Diberikan sublingual  onset cepat,
- transdermal  durasi lama
- Oral  digunakan isosorbid dinitrat (t 1/2 el panjang)
Obat jenis ini merupakan obat yang poten terutama jika dikombinasi dengan beta bloker dan tiazid

Penting: hati-hati terhadap bahaya penurunan tekanan darah yang sangat cepat

 Diazoksid juga digunakan melalui injeksi intravena pada keadaan kedaruratan


hipertensi; tapi pada anak bukan merupakan terapi lini pertama.
 Hidralazin yang diberikan secara oral merupakan tambahan yang berguna pada
antihipertensi lain, namun jika digunakan secara tunggal dapat menyebabkan takikardia
dan retensi cairan. Kejadian efek samping dapat dikurangi jika dosis dipertahankan
dibawah 100 mg per hari.
 Natrium nitroprusid diberikan melalui infus intravena untuk mengendalikan krisis
hipertensi berat jika diperlukan terapi parenteral.
 Minoksidil hanya digunakan sebagai terapi cadangan untuk hipertensi berat yang
resisten terhadap obat lain. Vasodilatasi disertai dengan peningkatan curah jantung dan
takikardia, dan pasien dapat mengalami retensi cairan. Oleh karena itu, harus
ditambahkan beta bloker dan diuretika (biasanya furosemid dosis tinggi). Obat ini tidak
cocok diberikan pada wanita karena menimbulkan hipertrikosis.
5.Adrenergik inhibitor (Penghambat Adrenergik)

A. Beta-bloker : B.1.bekerja pada miokard ; B.2. bekerja pada organ Viseral

(Bronkus,Genitourinaria,dan otot polos pembuluh darah); B.3. Jaringan lemak.


 Beta-bloker terbagi menjadi dua yaitu selektif yang termasuk di dalamnya adalah

Bisoprolol, atenolol, metaprolol sedangkan yang

 non selektif adalah propanolol, Carvedilol, Timolol, labetalol, dan nadolol.

 Beta-bloker menjadi agen penting untuk kontrol tekanan darah pada pasien hemodialisis

 Penggunaan B Bloker non selektif menimbulkan lebih banyak efek samping di bandingkan

B Bloker Selektif
(Lexic
B – Bloker
 Beberapa beta bloker (oksirenolol, pindolol, asebutolol) mempunyai aktivitas simpatomimetik intrinsik. Obat-
obat ini cenderung kurang menimbulkan bradikardi dibanding beta bloker lainnya, dan mungkin juga kurang
menimbulkan rasa dingin pada kaki dan tangan.
 Beberapa beta bloker larut dalam lemak dan beberapa yang lain larut dalam air. Yang paling larut dalam air
adalah atenolol, nadolol, dan sotalol. Karenanya, beta bloker tersebut sukar masuk ke dalam otak, sehingga
kurang menimbulkan gangguan tidur dan mimpi buruk. Beta bloker larut air tersebut diekskresi oleh ginjal dan
seringkali diperlukan pengurangan dosis pada gangguan ginjal.
 Beta bloker yang masa kerjanya relatif singkat harus diberikan 2 atau 3 kali sehari. Namun, banyak diantaranya
yang tersedia sebagai sediaan lepas lambat, sehingga pemberiannya untuk hipertensi cukup sekali sehari.
 B-Bloker : Untuk angina, meskipun dengan sediaan lepas lambat, kadang-kadang masih perlu diberikan 2 kali
sehari.
 Beberapa beta-bloker seperti atenolol, bisoprolol, karvedilol, dan nadolol memiliki masa kerja yang panjang
sehingga dapat diberikan hanya sekali sehar
Beta bloker dapat mencetuskan asma. Karena itu, harus dihindarkan pemberiannya pada pasien dengan riwayat asma atau
bronkospasme. Jika tidak ada alternatif lainnya, beta bloker kardioselektif dapat digunakan dengan sangat hati-hati di
bawah pengawasan dokter spesialis. Atenolol, bisoprolol, metoprolol, dan asebutolol efeknya kurang pada reseptor beta2
(bronkial), karena itu relatif kardioselektif, tetapi tidak kardiospesifik. Beta bloker tersebut lebih sedikit menimbulkan
resistensi saluran nafas, tetapi tidak bebas dari efek samping ini.
Beta bloker bekerja sebagai antiaritmia
 Aritmia. dengan menghambat efek sistem simpatis pada automatisitas dan
konduktivitas di dalam jantung. Obat-obat golongan ini dapat digunakan bersama
digoksin untuk mengendalikan respons ventrikel pada fibrilasi atrium, terutama
pada pasien dengan tirotoksikosis. Beta bloker juga bermanfaat dalam tata
laksana takikardi supraventrikel, dan digunakan untuk mengendalikan aritmia
setelah infark miokard. 
Beta bloker bekerja sebagai anti Angina

 Angina. Dengan mengurangi kerja jantung, beta bloker memperbaiki toleransi


terhadap aktivitas fisik dan mengurangi gejala-gejala pada pasien angina. Sebagaimana
halnya pada hipertensi, superioritas salah satu beta bloker terhadap beta bloker lainnya
tidak terbukti, meskipun kadang-kadang seorang pasien akan merespons lebih baik
terhadap satu beta bloker daripada beta-bloker lainnya. Pemutusan obat yang
mendadak terbukti dapat menyebabkan memburuknya angina. Karena itu, apabila
pemberian beta bloker akan dihentikan, lebih baik dilakukan dengan cara pengurangan
dosis sedikit demi sedikit.
 Ada risiko timbulnya gagal jantung bila beta bloker dan verapamil digunakan bersama
pada penyakit jantung iskemik.
Alfa Bloker

Doksazosin dan prazosin menghambat reseptor alfa pasca sinaptik dan


menimbulkan vasodilatasi, namun jarang menyebabkan takikardi. Obat ini
menurunkan tekanan darah dengan cepat setelah dosis pertama, sehingga harus hati-
hati pada pemberian pertama. Peindoramin dan terazosin memiliki sifat yang
serupa prazosin. Untuk pengobatan hipertensi yang resisten, alfa bloker dapat
digunakan bersama obat antihipertensi lain
Terazosin

Indikasi: 
hipertensi ringan sampai sedang; hiperplasia prostat jinak.
Peringatan: 
dosis pertama dapat menyebabkan kolaps karena hipotensi
(dalam 30-90 menit, karena itu harus diminum sebelum tidur),
(juga dapat terjadi dengan peningkatan dosis yang cepat);
kehamilan.

Efek Samping: 
mengantuk, pusing, tidak bertenaga, edema perifer, sering
kencing, dan priapismus.
Dosis: 
hipertensi, 1 mg sebelum tidur; bila perlu dosis ditingkatkan
menjadi 2 mg setelah 7 hari; dosis penunjang lazim 2-4 mg
sekali sehari Hiperplasia prostat jinak (
Antihipertensi Kerja Sentral

Penghambat Adrenergik : Simpatolitik Sentral ( antihipertensi kerja Sentral)


bekerja menurunkan aktivitas saraf simpatik. Golongan obat ini merupakan
pilihan utama bagi pasien hipertensi yang memiliki aktivitas saraf simpatik
yang tinggi seperti takikardi, gelisah, hiperhidrosis.
 Metildopa adalah obat antihipertensi yang bekerja sentral yang digunakan untuk mengatasi
hipertensi pada kehamilan. Efek samping menjadi ringan jika dosis harian di bawah 1 g. Metildopa
sedikit manfaatnya untuk penatalaksanaan refractory sustained hypertension pada bayi dan anak-
anak. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan retensi cairan (yang dapat dikurangi dengan
penggunaan bersama dengan diuretika).
 Klonidin mempunyai risiko karena penghentian pengobatan secara tiba-tiba bisa menyebabkan
krisis hipertensi.
 Moksonidin, obat yang bekerja sentral, digunakan untuk hipertensi ringan sampai sedang. Obat ini
digunakan apabila tiazid, beta bloker, penghambat ACE dan antagonis kalsium tidak sesuai atau
gagal mengendalikan tekanan darah.
METILDOPA
Indikasi: 
hipertensi, bersama dengan diuretika; krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek segera.
Peringatan: 
riwayat gangguan hati; gangguan ginjal; hasil positif uji Coomb langsung yang dapat terjadi pada hingga 20% pasien
(bisa mempengaruhi blood cross-matching); mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada
gagal ginjal; disarankan untuk melakukan hitung darah dan uji fungsi hati; riwayat depresi.
Interaksi:  efek alkohol dapat meningkat.
Kontraindikasi: 
depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma; porfiria.
Efek Samping: 
gangguan saluran cerna, stomatis, mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, gangguan
ejakulasi, kerusakan hati, anemia hemolitik, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, hidung
tersumbat.
Dosis: 
oral, 250 mg 2-3 kali/hari, secara bertahap dinaikkan dengan selang waktu 2 hari atau lebih; dosis maksimum sehari
3 g;
Pasien lanjut usia, dosis awal 125 mg dua kali/hari, dinaikkan secara bertahap; dosis maksimum sehari 2 g (lihat
juga keterangan di atas).
Infus intravena, metildopa hidroklorida 250-500 mg, diulangi setelah enam jam jika diperlukan.
Efek samping obat antihipertensi
 Efek samping umum :
 Hidung mampat (akibat vasodilatasi mukosa), mulut kering,
bradycardia (kecuali vasodilator langsung : justru tachycardia),
rasa letih dan lesu, gangguan penglihatan, mual, diare, impotensi
(terutama obat SSP).
 Efek-efek tsb bersifat sementara, hilang dalam waktu 1-2 minggu.
Dapat dihindari dengan pemberian dosis yang berangsur-angsur
dinaikkan sehingga penurunan TD mendadak dapat dihindarkan,
obat sebaiknya diminum setelah makan agar kadar obat dalam
plasma tidak mendadak tinggi.
 Penghentian terapi tidak boleh mendadak tetapi berangsur-angsur
untuk mencegah bahaya naiknya TD mendadak & kuat (rebound
effect).
 Efek samping khusus :
 Hipotensi ortostatis yaitu turunnya tekanan darah lebih kuat
ketika tubuh tegak daripada dlm keadaan berbaring terutama
obat simpatolitika (alfa-blockers).
 Depresi, terutama obat yang bekerja sentral (reserpin,
metildopa); beta blockers yang bersifat lipofil (propranolol,
alprenolol, metoprolol).
 Retensi garam dan air dg bertambahnya BB & udema, misal
antagonis Ca, reserpin, metildopa. ES ini diatasi dg dikombinasi
bersama diuretik.
 Penurunan rasio HDL : LDL, yaitu menurunkan kadar kolesterol
HDL plasma (sbg faktor pelindung PJP) & menaikkan LDL
(faktor resiko PJP).
Contoh : diuretika (gol. Tiazida, klortalidon) dan beta-blockers
yang tak kardioselektif.
 Kehamilan & laktasi

I. Diuretika
 thiazida & furosemida menimbulkan gangguan
elektrolit pada janin & kelainan darah pada neonatus.
 Ibu hamil dapat menggunakan diuretik pada fase terakhir
kehamilan dg pengawasan ketat & dosis sangat rendah.
 Furosemida, HCT, spironolakton dapat masuk ASI &
menghambat laktasi.

II. Alfa-blockers : data belum cukup.


III. Beta-blockers
 Ibu hamil tidak boleh menggunakan beta blockers karena
penyaluran darah melalui plasenta dikurangi shg merugikan
perkembangan janin.
 Kebanyakan beta-blockers masuk ASI (zat lipofil), selama
terapi bayi diberi susu formula.
IV. Obat dg kerja pusat/obat-obat SSP
 Metildopa : dapat digunakan ibu hamil yg hipertensi.
 Klonidin, moxonidin & metildopa : masuk ASI.
V. Antagonis – Ca
 Ibu hamil & menyusui tidak dianjurkan menggunakan
antagonis-Ca, menimbulkan hipotensi shg hypoxia pd janin.
Semua obat gol. Antagonis-Ca dapat masuk ASI.
VI. ACE-inhibitors & AT-II-reseptor blockers
 Ibu hamil tidak boleh menggunakan ACE-inhibitors
maupun AT-II-reseptor blockers karena teratogenik
(terutama pd 6 bulan terakhir).
 Captopril & enalapril : masuk ASI (jumlah kecil); obat lain
belum cukup data.

VII. Vasodilator
 Hidralazin : aman, dapat digunakan ibu hamil.
 Dihidralazin & minoxidil : data untuk ibu hamil belum
cukup.
 (di) & hidralazin & minoxidil : mencapai ASI.
 Komponen utama
– jantung (sbg pompa)
– pembuluh:
 Pembuluh darah (arteri & vena)
 Sistem limfatik (pembuluh dan nodus limfatik)
Klasifikasi obat anti aritmia

Obat Anti Aritmia Kelas 1 memiliki MK menghambat kanal natrium, penurunan kecepatan
masuknya Natrium, melambatkan fase 0 dari aksi potensial, akibatnya terjadi penurunan
aksi eksitabilitas dan kecepatan konduksi. Di klasifikasikan menjadi :
1. Kelas 1.A : mMK melambatkan de-polarisasi ( keadaan sel reseptor menerima
rangsangan) fase 0
2. Klas 1.B : MK memendekkan re-polarisasi (kondisi membran sel saraf kembali ke fase
istirahat) fase 3
3. Kelas 1.C : MK melambatkan de- polarisasi fae 0 secara bermakna
Terapi Gagal Jantung
ACE inhibitor Diuretika Digitalis

Menurunkan beban Mengkontrol Meningkatka


kerja jantung kelebihan n
akumulasi cairan kontraktilitas
pada gagal jantung
Menurunkan Menurunkan
symptom gagal symptom gagal
jantung jantung
Gagal jantung
terkait
dengan
Nitrat retensi air/Na+ Pada kondisi
(isosorbid dinitrat, parah, dopamin &
nitroprusida);  dobutamin dpt
blocker digunakan (i.v.)
DIGOKSIN
 Indikasi: 
 Gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama fibrilasi atrium)
 Peringatan: 
 Infark jantung baru; sindrom penyakit sinus; penyakit tiroid; kurangi dosis pada usia lanjut (lihat lampiran
3); hindari hipokalemia dan pemberian intravena yang sangat cepat (nausea dan risiko aritmia); gangguan
fungsi ginjal; kehamilan (lihat lampiran 2).
 Interaksi: 
 Digoksin dapat diadsorpsi bila diberikan bersama kolestiramin, kolestipol, kaolin/pektin atau karbo-
adsorbens. Karena itu pemberian digoksin harus berjarak paling sedikit 2 jam sebelum atau sesudah
pemberian obat-obat di atas. Pemberian bersama kinidin menaikkan kadar digoksin plasma sampai sekitar
70-100%. Hal tersebut diperkirakan karena kinidin mengurangi klirens ginjal dan volume distribusi
digoksin (terjadi perpindahan digoksin dari otot skelet). Dengan demikian dosis digoksin harus dikurangi
sampai 50% dan dilakukan pemantauan kadar digoksin plasma. Verapamil, suatu antagonis kalsium
menunjukkan interaksi yang sama dengan kinidin.
 Obat antiaritmia yang lain seperti prokainamid, disopiramid, dan meksiletin tidak menunjukkan interaksi
seperti kinidin, lihat lampiran 1 (Glikosida jantung)
 Kontraindikasi: 
 Blok jantung komplit yang intermiten; blok AV derajat II; aritmia supraventrikular karena
sindrom Wolf-Parkinson-White; takikardi atau fibrilasi ventrikular; kardiomiopati obstruktif
hipertrofik.
 Efek Samping: 
 Biasanya karena dosis yang berlebihan, termasuk anoreksia, mual muntah, diare, nyeri abdomen,
gangguan penglihatan, sakit kepala, rasa capai, mengantuk, bingung, pusing; depresi; delirium,
halusinasi; aritmia, blok jantung; rash yang jarang; iskemi usus; ginekomastia pada pemakaian
jangka panjang; trombositopenia.
 Dosis: 
 oral, untuk digitalisasi cepat: 1-1,5 mg/24 jam dalam dosis terbagi; bila tidak diperlukan cepat: 250 -
500 mcg sehari (dosis lebih tinggi harus dibagi).
 Dosis penunjang, 62,5–500 mcg sehari tergantung pada fungsi ginjal, dan pada fibrilasi atrial, pada
respon denyut jantung. Dosis penunjang biasanya berkisar 125–250 mcg/hari (pada usia lanjut 125
mcg/hari).
 Pada keadaan gawat darurat/akut, dosis muatan diberikan secara infus intravena, 250–500 mcg dalam
15–20 menit, diikuti dengan sisanya dalam dosis terbagi tiap 4-8 jam (tergantung dari respon
jantung) sampai total dosis muatan 0,5–1 mg tercapai. Bila memungkinkan dilakukan monitoring
kadar plasma digoksin, sampel darah diambil paling sedikit 6 jam setelah suatu dosis diberikan.
Daftar pustaka

 Anonim. 2013. Drug Information Handbook : A Comprehensive Resource For All


Clinicians and Healthcare Profesionals. Lexicomp Drug Reference Handbook
 Dipiro, J.T., Talbert, R.T., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., 2008,
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th ed, McGraw Hill
 http://pionas.pom.go.id.
 Hypertension management 2011: optimal combination therapy. European Heart Journal,
32: 2499–2506.
Terimakasih, semoga bermanfaat !

Anda mungkin juga menyukai