Anda di halaman 1dari 33

Bab II.

Pembahasan

Diagnosis suatu keadaan hipertensi dapat ditegakkan bila


ditemukan adanya peningkatan tekanan arteri diatas nilai
normal yang diperkenankan berdasarkan umur, jenis kelamin
dan ras
Klasifikasi

Menurut The Joint National Committee 7 (JNC 7)


Klasifkasi JNC 7 dipakai pada
pasien usia 18 tahun keatas

posisi dan
emosi aktivitas
waktu

Kriteria ditetapkan setelah dilakukan 2 atau lebih


pengukuran TD dari setiap kunjungan dan adanya
riwayat peningkatan TD darah sebelumnya
Hipertensi berdasarkan
penyebabnya

Hipertensi
Hipertensi Sekunder
sistolik dengan tekanan nadi
melebar
Regurgitasi aorta, tirotoksikosis, PDA
Hipertensi
Primer Hipertensi sistolik dan diastolik dengan
peningkatan SVR
Renal: glomerulonefritis akut dan kronis,
pyelonefritis, polikistik ginjal, stenosis arteri
renalis.
Esensial Endokrin: Sindroma Chusing, hyperplasia
adrenal congenital , sindroma Conn
(hiperaldosteronisme primer), phaeochro
idiopatik macytoma, hipotiroidisme.
Neurogenik: peningkatan TIK, psikis (White
Coat Hypertension), porfiria akut, tanda-
tanda keracunan.
Penyebab lain: coarctation dari aorta,
polyarteritis nodosa, hiperkalsemia,
peningkatan volume intravaskuler (overload).
Patofisiologi Hipertensi

BP = CO x SVR

Secara umum hipertensi selalu


dihubungkan dengan ketidaknormalan
peningkatan aktivitas simpatis

CO
X SVR tetap normal Hipertensi std
awal

is
on
SVR Meningkat

Kr
CO Normal
( hukum frank
sterling )
Hipertensi Kronis Gagal
kompensasi
LVH Gangguan fungsi
Diastolik
Faktor yang
mempengaruhi
Sedangkan ginjal merupakan faktor
TD secara keempat lewat pengaturan volume
anatomi cairan intravaskuler

Arterial

vena-vena post kapiler


(venous capacitance)

jantung sistem rennin-


angiotensin-
aldosteron akan
menyeimbangkan
fungsi dari keempat
tersebut
Obat obat anti Hipertensi
Berdasarkan
fungsinya

menurunkan TD dengan cara mengurangi


Diuretika

natrium tubuh dan volume darah, sehingga


CO berkurang. Contohnya: golongan thiazide,
loop diuretics.
menurunkan TD dengan cara menumpulkan
refleks arkus simpatis sehingga menurunkan
resistensi pembuluh darah perifer,
menghambat fungsi kardiak, meningkatkan
simpatoplegi pengisian vena sehingga terjadi penurunan
k CO. Contohnya: beta dan alpha blocker
,methyldopa dan clonidine, ganglion blocker
,dan post ganglionic symphatetic blocker
(reserpine,guanethidine

menurunkan TD dengan cara relaksasi otot-otot


Vasodilator polos vaskuler. Contoh: nitroprusside,
langsung hydralazine, calcium channel blocker
penghambat penghambatan ini menurunkan resistensi
produksi perifer dan volume darah, yaitu dengan
atau menghambat angiotensin I menjadi angiotensin
aktivitas II dan menghambat metabolisme dari bradikinin
Angiotensin
Manajemen Perioperatif
Penderita Hipertensi
Lama menderita Hipertensi
?
Anamnesis Riwayat pengobatan,
teratus atau tidak ?

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan batas jantung

EKG , LVH ?

Roentgen/ chest Xray ,


Boot shape, CRT > 50% ?
Pemeriksaan penunjang
Urin rutin, urinalisis
Manajemen Intraoperatif
Sampai saat ini belum ada protokol untuk Manajemen
Perioperatif pada Hipertensi penentuan TD berapa sebaiknya
yang paling tinggi yang sudah tidak bisa ditoleransi untuk
dilakukannya penundaan anestesia dan operasi
The American Heart Association /
American College of Cardiology (AHA/
ACC) mengeluarkan acuan bahwa TDS
180 mmHg dan/atau TDD 110 mmHg
sebaiknya dikontrol sebelum dilakukan
operasi
TD dapat dikontrol dalam
beberapa menit sampai
Emergency
beberapa jam dengan
pemberian obat antihipertensi
yang bersifat rapid acting
Monitoring
TD: Monitoring secara Analizer end-tidal CO2:
continuous TD adalah Monitor ini berguna untuk
esensial kateter Swan- membantu kita
Ganz: hanya digunakan mempertahankan kadar
untuk penderita CO2.
hipertensi dengan riwayat
CHF atau MCI berulang

Pulse oxymeter:
digunakan untuk menilai
perfusi dan oksigenasi Suhu atau temperature.
jaringan perifer.
Pramedikasi
Premedikasi dapat menurunkan kecemasan preoperatif penderita
hipertensi. Untuk hipertensi yang ringan sampai dengan sedang
mungkin bisa menggunakan ansiolitik seperti golongan
benzodiazepin atau midazolam.

Obat antihipertensi tetap dilanjutkan sampai pada hari


pembedahan sesuai jadwal minum obat dengan sedikit air non
partikel. Beberapa klinisi menghentikan penggunaan ACE inhibitor
dengan alasan bisa terjadi hipotensi intraoperatif
Induksi
Induksi anestesia dan intubasi endotrakea sering menimbulkan
goncangan hemodinamik pada pasien hipertensi. Saat induksi
sering terjadi hipotensi namun saat intubasi sering menimbulkan
hipertensi

Hipotensi diakibatkan vasodilatasi perifer


terutama pada keadaan kekurangan volume
intravaskuler sehingga preloading cairan
penting dilakukan untuk tercapai nya
normovolemia sebelum induksi

Hipertensi yang terjadi biasanya diakibatkan


stimulus nyeri karena laringoskopi dan
intubasi endotrakea yang bisa
menyebabkan takikardia dan dapat
menyebabkan iskemia miokard
Dalamkan anestesia dengan menggunakan gas volatile yang poten
selama 5-10 menit.
Berikan opioid (fentanil 2,5-5 mikrogram/kgbb,
Alfentanil 15-25 mikrogram/kgbb, sufentanil 0,25-0,5
mikrogram/kgbb, atau ramifentanil 0,5-1 mikrogram/kgbb).
Berikan lidokain 1,5 mg/kgbb intravena atau intratrakea.
Menggunakan beta-adrenergik blockade dengan esmolol 0,3-1,5
mg/kgbb, propanolol 1-3 mg, atau labetatol 5-20 mg).
Tujuan pencapaian hemodinamik yang diinginkan selama
pemeliharaan anestesia adalah meminimalkan terjadinya fluktuasi
TD yang terlalu lebar.

Penurunan MAP sampai dengan 25% adalah batas bawah yang


maksimal yang dianjurkan untuk penderita hipertensi. Penurunan
MAP sebesar 55% akan menyebabkan timbulnya gejala hipoperfusi
otak
BAB III
Identifikasi Pasien

Nama : Ny. A
Usia : 58 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Griya 3 Putri Blok B5 No.10, RT 31 RW 05, Sukajadi,
Serong
MRS : 18 Februari 2017
No. RM : 53.40.98
Nyeri pada paha kiri sejak 1 minggu SMRS

Pasien datang dengan keluhan nyeri pada paha kiri sejak 1 minggu
SMRS. Pasien mengaku memiliki riwayat jatuh yang dialami sejak 7 bulan
yang lalu. Awalnya kaki pasien terasa nyeri, lalu pasien berobat ke
tukang urut untuk di pijat. Pasien di pijat ditukang urut sebanyak 10
kali, namun tidak ada perubahan. Lama-kelamaan, paha kiri pasien sulit
untuk digerakkan disertai nyeri. Pasien juga mengaku merasa kaki
kirinya lebih pendek daripada kaki kirinya. Hal tersebut mengakibatkan
aktivitas pasien terganggu.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang sama
Riwayat asma disangkal.
dalam keluarga tidak ada.
Riwayat hipertensi (+) sejak 5
Riwayat asma disangkal.
tahun yang lalu
Riwayat hipertensi (+)
Riwayat diabetes melitus
Riwayat diabetes melitus
disangkal.
disangkal.
Riwayat penyakit jantung
Riwayat penyakit jantung
disangkal.
disangkal.
Riwayat alergi obat disangkal.
Riwayat alergi obat dan makanan
disangkal.
Riwayat Pembedahan
Pasien mengaku belum pernah operasi sebelumnya.

Riwayat Sosial
Riwayat merokok disangkal
Riwayat konsumsi alkohol disangkal.
Riwayat menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba) disangkal.

Riwayat Obat-obatan
Mengonsumsi obat hipertensi berupa amlodipine tablet
Riwayat Pembedahan
Pasien mengaku belum pernah operasi
sebelumnya.

Riwayat Sosial
Riwayat merokok disangkal
Riwayat konsumsi alkohol disangkal.
Riwayat menggunakan obat-obatan
terlarang (narkoba) disangkal.

Riwayat Obat-obatan
Mengonsumsi obat hipertensi berupa
amlodipine tablet
Keadaan Umum

Keadaan umum : Baik, ASA I


Kesadaran : E4V5M6 (Compos Mentis)
Tekanan Darah : 210/110mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Temperatur : 36,8 C
BB : 45
TB : 145
Normocepaly JVP 5-2 H20

Conjungtiva
anemis (-)
Mallampati I Bentuk dada
simetris
buka mulut > 2 Batas
jari jantung
normal
Jantung dan
paru dalam
batas normal

Datar, lemas Bu (+)


normal
Status lokalis

Deformitas (+)
Krepitasi (-)
Batas tulang dalam
perabaan abnormal
True leg length sulit
dinilai
Atrofi (+)
Pemeriksaan laboratorium
X Ray
Resume
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaanfisik dan
pemeriksaan penunjang, maka:
Diagnosis Klinis : Fraktur femur dextra 1/3 proximal
Diagnosis Anestesi : ASA I, mallampati I
Rencana Operasi : ORIF
Rencana Anestesi : Anestesi spinal
Tatalaksana
Tatalaksana post operasi
IVFD RLgtt xx/menit
Ceftriaxone 2 x 1 gram (i.v) skin test
Ketorolac 3 x 1 ampul (i.v)
Durante Operasi (Catatan
Anestesi)

Status Fisik ASA


ASA I

Penyulit Praanestesi
Hipertensi.

TeknikAnestesi
Anestesi spinal
SpO2 :+
Monitoring TD :+
HR :+

Posisi Pasien
Supinasi (supine).

Premedikasi
Ondansentron 4 mg (i.v)

Anestesi spinal:
Bupivacaine 3 cc
Pemberian :
Fentanyl 225 ug
Tramadol 100 mg

Pemberian :
Fentanyl 225 ug
Tramadol 100 mg

Lama Tindakan
Lama pembiusan : 3 jam 45 menit
Lama pembedahan : 3 jam 45 menit

Anda mungkin juga menyukai