dan progresif (sistolik ≥ 180 mmHg dan atau tekanan diastolik ≥ 120 mmHg)
yang membutuhkan penanganan segera.
Pada kondisi HT emergensi, terjadi ketidak-mampuan kontrol endothelium terhadap tonus vaskuler , sehingga terjadi
breakthrough hyperperfusion pada organ target, nekrosis fibrinoid arteriolar, dan peningkatan permeabilitas
endotheliaum disertai edema perivaskuler.
Penegakan Diagnosis
Anamnesis:
1. Riwayat HT (awitan, durasi, beratnya,
pengobatan anti-HT sebelumnya)
2. Riwayat obat-obatan (penggunaan steroid,
estrogen, simpatomimetik, MAO inhibitor)
3. Riwayat sosial (merokok, minim alkohol, Hipertensi Urgensi?
Hipertensi Emergensi?
obat-obatan terlarang, kehamilan)
4. Riwayat keluarga (usia dini terkena HT,
penyakit kardio-vaskuler dan serebro-
vaskuler)
5. Riwayat spesifik sesuai keluhan (kardi-
ovaskuler, neurologis, ginjal, endokrin)
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik dilakukan sesuai dengan kecurigaan organ target yang terkena berdasarkan anamnesis yang
didapat.
• Cardiac dysfunction : rales may be heard on lung auscultation, jugular venous distention or peripheral edema
may be noted, and extra heart sounds may be apparent.
• Neurologic dysfunction may result in altered mental status, blurry vision, ataxia or other cerebellar dysfunction,
aphasia, or unilateral numbness or weakness.
• The eye exam may reveal papilledema as well as exudates and flame-shaped hemorrhages.
• Acute renal failure may also result in signs of pulmonary edema or peripheral edema.
Pemeriksaaan Penunjang:
Pemeriksaan laboratorium dan penunjang yang lain disesuaikan dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang ditemukan serta ketersediaan fasilitas.
- Pemeriksaan awal (darah lengkap, ureum, kreatinin, gula darah, elektrolit, urinalisis)
- Pemeriksaan pada kecurigaan HT sekunder (aktivitas renin plasma, aldosteron, catecholamine)
- Elektrokardiografi
- Foto polos thoraks
- Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi (USG ginjal, CT-scan atau MRI otak, echocardiography, CT
scan atau MRI thoracoabdominal)
Tatalaksana
Prinsip umum tatalaksana HT emergensi adalah
1. Terapi anti-HT parenteral mulai diberikan segera saat diagnosis ditegakkan di UGD
sebelum keseluruhan hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh
2. Dilakukan perawatan diruang intensif (ICU/intensive care unit) untuk memonitor ketat
TD dan kerusakan organ target.
3. Penurunan TD secara gradual bertujuan mengembalikan autoregulasi organ, sehingga
perfusi organ yang normal dapat dipertahankan.
Penurunan TD bergantung ada atau tidaknya kondisi yang memaksa (with or without compelling condition) .
Secara umum bila tidak didapatkan compelling condition:
Tatalaksana HT emergensi adalah dengan melakukan penurunan TD maksimal 25% dalam jam pertama
Penurunan TD yang lebih agresif dilakukan bila didapatkan compelling condition (aorta dissekan, pre-eclampsia
berat atau eclampsia, dan krisis pheochromocytoma). Sedangkan penurunan TD yang kurang agresif dilakukan pada
HT dengan kondisi komorbid penyakit serebro-vaskuler (perdarahan intraserebral akut dan stroke iskhemik akut).
Tipe Obat, Dosis, dan Karakteristik Therapi HT Emergensi
Hipertensi Emergensi Pada Kondisi Spesifik
Chronic Kidney Disease Turunkan tekanan darah 20 – 25% dalam 1-3 jam
Na nitropruside, labetolol
A temporary reduction in glomerular filtration rate may occur with acute reduction of severely elevated blood
pressure, even in crises of nonrenal causes. Short-term dialysis is sometimes necessary. Careful monitoring of
renal func tion, electrolytes, and volume status is necessary throughout the clinical course.
Hipertensi Emergensi Pada Kondisi Spesifik
Hipertensi ensefalopati
Stroke iskemik
Perdarahan serebral
Seorang laki-laki berusia 28 tahun diantar keluarganya ke puskesmas setelah mengalami KLL. Pada
pemeriksaan fiisik didapatkan TD 180/120 mmHg, nadi 100 x/m, RR 22 x/m. Jantung tidak ditemukan
murmur atau gallop S3. Suara napas vesikuler. Hasil lab creatinin 1,1 mg/dL. Diagnosis pada pasien tersebut
adalah?
A. Hipertensi krisis
B. Hipertensi akut
C. Hiprtensi emergency
D. Hipertensi urency
E. Hipertensi kronis
2
Laki-laki berusia 45 tahun datang ke IGD diantar oleh keluarganya dengan keluhan nyeri kepala disertai
mual dan muntah. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki hipertensi sejak 5 tahun yang
lalu namun tidak rutin mium obat. Dari pemeriksaan fisik didapatkan RR 20 x/m, T 36,5’c , HR 100x/m ,
TD 220/130. Diagnosis yang mungkin pada pasien adalah?
a. Hipertensi primer
b. Hipertensi urgency
c. Hipertensi sekunder
d. Hipertensi emergency
e. Hipertensi essensial
3
Laki-laki berusia 45 tahun datang ke IGD diantar oleh keluarganya dengan keluhan nyeri kepala disertai
mual dan muntah. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki hipertensi sejak 5 tahun yang
lalu namun tidak rutin mium obat. Dari pemeriksaan fisik didapatkan RR 20 x/m, T 36,5’c , HR 100x/m ,
TD 220/130. Hal selanjutnya yang sebaiknya dilakukan pada pasien ini adalah?
Seorang wanita berusia 57 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri kepala hebat, muntah, leher kaku,
dan nyeri dada yang berkembang beberapa jam teakhir. Pasien memiliki riwayat diabetes, hipertensi, dan
dislipidemia. Hasil pemeriksaan fisik suhu 37.2°C, TD 197/124 mm Hg, HR 120/min, RR 19/min, dan SpO2
98%. Hasil pemeriksaan ditemukan papilledema, dan pada urinalisis didapatkan gross hematuria dan
proteinuria. Tatalaksana apa yang dapat diberikan kepada pasien?
a. Esmolol
b. Hydralazine
c. Lisinopril
d. Nitroprusside
e. Propanolol
5
Seorang pria usia 58 tahun datang dengan chest pain dan dyspnea. Hasil TD 210/125 mmHg. Pada urinalisis
didapatkan proteinuria. Pada funduskopi didapatkan retinal arteriolar narrowing, flame hemorrhages, dan
cotton-wool spots. Diagnosis yang paling mungkin pada pasien?
a. Hipertensi essensial
b. Hipertensi sekunder
c. Hipertensi emergency
d. Hipertensi malignant
e. Hipertensi urgency
6
Seorang pria usia 58 tahun datang dengan chest pain dan dyspnea. Hasil TD 210/125 mmHg. Pada
urinalisis didapatkan proteinuria. Pada funduskopi didapatkan retinal arteriolar narrowing, flame
hemorrhages, dan cotton-wool spots. Prinsip tatalaksana yang salah pada pasien tersebut
adalah?
a. Terapi anti-HT parenteral mulai diberikan segera saat diagnosis ditegakkan di UGD
b. Lakukan pemberian anti HT secara oral
c. Perawatan diruang intensif (ICU/intensive care unit)
d. Penurunan TD secara gradual (jangan terlalu cepat, max 25% pada jam petama)
e. Pemberian anti HT secara parenteral
7
Seorang wanita 64 tahun datang ke IGD karena BAK sedikit dan urin berwarna gelap selama 2 minggu terakhir.
Pasien jga mengeluhkan sakitkepala berat dan gangguan pengelihatan selama 2 hari terakir. Dari anamnesis
didapatkan bahwa pasien memiliki hipertensi dan sudah tidak minum obat selama 1 tahun terakhir. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan T 37 °C, HR 86/menit, RR 20 kali/menit, dan TD 222/146 mmHg. Pemeriksaan
funduskopi menunjukkan papiledema dan perdarahan retina. Dipstick urin positif mengandung darah. Manakah
dari temuan laboratorium berikut yang paling mungkin muncul pada pasien ini?
Seorang pasien perempuan berusia 56 tahun dengan riwayat hipertensi tak terkontrol datang ke IGD
dengan keluhan nyeri kepala hebat dan pandangan kabur. Saat dilakukan pemeriksaan fisik TD 238/122
mmHg , hasil funduskopi terlihat arteriolar narrowing dan arteriovenous nicking. Hasil pemeriksaan
nurologis normal, CT scan kepala tidak menunjukan adanya intracranial hemorrhage atau ischemic
stroke. Pada pemeriksaan urin ditemukan proteinuria. Pemberian obat anti hipertensi apa yang
sebaiknya dihindari pada pasien?
a. Labetolol
b. Nitroprusside
c. Nicardipine
d. Nitrogliserin
e. Enalaprilat
9
Seorang pasien perempuan berusia 56 tahun dengan riwayat hipertensi tak terkontrol datang ke IGD
dengan keluhan nyeri dada kiri seperti tertimpa beban berat yang menjalar hingga bahu kiri bagian
belakang secara tiba-tiba. Saat dilakukan pemeriksaan fisik TD 238/122 mmHg , hasil EKG menunjukan
STEMI. Bagaimana tatlaksana farmakologi yang tepat pada pasien?
a. Pemberian nitrogliserin i.v dengan target TD turun 10-20% dalam 1 jam pertama
b. Pemberian esmolol i.v dengan target TD turun 25% dalam 1 – 3 jam pertama
c. Pemberian nnicardipin i.v dengan target TD sistolik < 140 mmHg
d. Pemberian nitroprusside i.v secara agresif, target HR < 60 bpm
e. Pemberian hidralazin i.v dengan target TD diastolik 80-100 mmHg
10
Seorang wanita 64 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri hebat di seluruh perut satu jam SMRS disertai sesak,
keringan dingin, dan mual. Nyeri dirasakan seperti tertusuk dan robek. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak
trkontrol sejak 1 tahun lalu. Dari hasil pemerikaan fisik dan penunjng, disimpulkan pasien mengalami diseksi aorta.
Prinsip tatalaksana pada pasien tersebut?
a. penurunan TD gradual maks 25% pada jam pertama
b. penurunan secara agresif, HR 50- 60 bpm. Target TD 110-120 mm Hg dalam waktu 10-20 menit
c. turunkan tekanan darah secara perlahan selama 24-72 jam dengan anti-HT oral
d. penurunan secara agresif, HR 80-100 bpm. Target TD < 140 mmHg pada jam pertama
e. Turunkan tekanan darah hingga < 220/120 mmHg dan mulai pemberian trombolisis
Before you go,
remember!!