Pembimbing :
LAPORAN PENDAHULUAN
INITIAL ASSESMENT
Disusun Oleh:
SITTI NUR ANISAH A. LAIDE
14220170003
Keluhan spesifik
Kepala Pupil (ukuran, Sindrom Ruptur bola
bentuk, respon, herniasi mata
lapang pandang)
Kontusio
Laserasi Fraktur
Bukti adanya terbuka tulang
fraktur tulang kepala
kepala Kebocoran
(hematotimpani, cairan
battle’s sign, serebrospinal
reccon eyes,
deformitas yang
dapat dipalpasi)
Wajah Kontusio
Laserasi
Instabilitas wajah Obstruksi jalan Fraktur tulang
tengah napas karena wajah
Maloklusi perdarahan Fraktur
mandibula
Leher Cedera tembus,
(pertahankan laserasi Cedera karotis
imbolisasi Deviasi trakea Temponade
servikal Distensi vena perikardium
jungular Fraktur trakea
atau laring
Emfisema subkutan Cedera vaskular
Fraktur atau
Hematom dislokasi
Nyeri tekan servikal
servikal pada garis
tengah
Dada Usaha napas, Ancaman gagal
kelengkungan napas
diagfragma
Kontusio Cedera jantung
paru
Laserasi Cedera
intratrokal
Nyeri tekan, Fraktur iga
krepitasi Flail chest Pneumothorak
Emfisema subkutis Tension s
Bunyi napas pneumothoraks Pneumothorak
(simetris) Tamponade s, hemathoraks
jantung
Bunyi jantung
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN
RESUSITASI JANTUNG PARU DAN AED
Disusun Oleh:
SITTI NUR ANISAH A. LAIDE
14220170003
A. Definisi
Resusitasi merupakan usaha untuk mengembalikan fungsi sistem
pernapasan, peredaran darah dan saraf yang terganggu ke fungsi yang
optimal sehingga muncul istilah resusitasi jantung paru (RJP). Resusitasi
jantung paru dibagi dalam 3 tahap, yaitu (1) bantuan hidup dasar (BHD); (2)
bantuan hidup lanjut; (3) bantuan hidup jangka panjang.3 Bantuan hidup
dasar adalah usaha untuk memperbaiki dan / atau memelihara jalan napas,
pernapasan dan sirkulasi serta kondisi darurat yang terkait. Bantuan hidup
dasar terdiri dari penilaian awal, penguasaan jalan napas, ventilasi
pernapasan dan kompresi dada (Putri dan Sidemen, 2017).
Automated external defibrillator (AED) aman dan efektif bila
digunakan oleh orang awam dengan pelatihan minimal atau tidak terlatih.
Disarankan bahwa program AED untuk korban dengan OHCA diterapkan di
lokasi umum tempat adanya kemungkinan korban serangan jantung terlihat
relatif tinggi (misalnya, bandara dan fasilitas olahraga) (Putri dan Sidemen,
2017).
B. Tujuan
Tujuan RJP
1. Mengembalikan fungsi jantung
2. Mengembalikan fungsi paru-paru
3. Mempertahankan fungsi sirkulasi
C. Indikasi
1. Henti Jantung
Pengenalan terhadap henti jantung bergantung pada ditemukannya
tanda-tanda tidak adanya sirkulasi seperti henti jantung paru (HJP)
ditandai dengan dispnea, kulit pucat abu-abu, pupil lebar dan tidak
relaktif pulsasi arteri karotis tidak teraba, adalah gejala-gejala utama
kegagalan kardiosirkular akut. Bila henti sirkulasi mendadak terjadi,
gejala-gejala muncul dalam waktu singkat adalah sebagai berikut
D. Persiapan
a. Alat
1) Alat pelindung diri (masker, handscoon)
2) Troli emergenci yang berisi:
Paramete Alat dan Obat Jumlah Penempatan
r
Monitor dan defibrillator 1 Paling atas
APD (handscoon) 4 set Paling atas
Gunting 1 Paling atas
Oropharyngeal airway No 0, 1,
@1 Laci pertama
2, 3, 4
Nasopharyngeal airway No 6, 7,
@1 Laci pertama
Airway 8, 9
Lharingeak mask airway No 1-5 @1 Laci pertama
Spuit 20 cc 1 Laci pertama
Selang suction 2 Laci pertama
Instilla Gel 2 Laci pertama
Bag-vabe mask utk dewasa,
@1 Laci kedua
anak, bayi
Face mask ukuran 1, 2, 3, 4, 5 @1 Laci kedua
Non-rebreathing mask utk
@2 Laci kedua
dewasa dan anak
Set intubasi:
Handlelaringoskop yang terisi
baterai
Breathing
2 baterai cadangan
1 blade lengkung
1 Laci kedua
ETT tanpa cuff No. 2-6 @1 buah
2 gel pelumas (instilla gel)
1 stylet
1 spuit 20cc
Plaster untuk fiksasi ETT
Circulation Box obat emergency berisi obat- 1 Laci ketiga
obatn:
15 ampul Adrenalin 1 mg
(1:1000)
2 ampul Amiodarone 300 mg
4 tablet aspirin
4 ampul Atropine Sulphate
2 vial Bicarbonat 25 mEq
4 tablet Cbpidogrel
4 vial Dextrose 40%
4 ampul furosemide
10 tablet ISDN
2 vial KCI 25 mEq
4 ampul midazlam
10 tablet paracetamol 500 mg
5 salbutamol nebule
5 vial WFI
Spuit 1 cc, 3 cc, 5 cc, 10 cc, 20 @5
cc @5
Needle No. 19, 21, 23, 25 2
Tourniquet @5
Abbocath No. 14, 16, 18, 20, 22, 10
24 2
Swab alcohol 2
Verband 5 cmm dan 7,5 cm 6
Micropore 6
Cairan NaCl 0,9% 500 cc
Cairan NaCl 0,9% 100 cc
Peralatan Pen light 1
Clipboard dan pulpen untuk
pendukung 1
domentasi
NGT No. 16, 18 @1 Paling bawah
Catether No. 18 1
Urine bag 1
Stetoskop 1
b. Pasien
1) Jelaskan tujuan prosedur tindakan pada keluarga pasien dan minta
persetujuan tindakan secara cepat (sesuaikan dengan kondisi)
2) Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras
E. Prosedur Tindakan
Seperti semua aspek kegawat daruratan medis, penting untuk
mempelajaricdasar RJP secara sistematis.Setelah ditemukannya korban yang
kolaps, tindakan medis pertama harusdilakukan adalah menilai korban dan
menentukan apakah korban tersebutsebenarnya responsif atau tidak. Bila
seseorang ditemukan tidak responsif, hal berikutharus dilakukan dengan cepat
dan berurutan(Putridan Sidemen, 2017).:
1. Pakai alat pelindung diri (masker, handscon/sarung tangan,
celemek,dan lain-lain)
2. Pastikan bahwa semua aman untuk memberikan pertolongan (aman
penolong, korban dan lingkungan)
3. Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak penolong
harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran
korban/pasien, dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan
bahu korban/pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah
pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak !!! /
Bu!!! / Mas!!! /Mbak !!!.
4. Meminta pertolongan.
5. Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap
panggilan, segera minta bantuan dengan cara berteriak “Tolong !!!”
atau segera menghubungi pelayanan medis yang lebih lanjut.
6. Memperbaiki posisi korban/pasien.
7. Untuk melakukan tindakan RJP yang efektif, korban/pasien harus
dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan
keras. jika korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap,
ubahlah posisi korban ke posisi terlentang. Ingat! penolong harus
membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan
bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang,
korban harus dipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur
yang keras dan kedua tangan diletakkan di samping tubuh.
8. Mengatur posisi penolong.
9. Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan
bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau
menggerakkan lutut (Putri dan Sedimen, 2017).
Circulation
1. Periksa nadi pasien dengan cara mempalpasi arteri karotis pasien dan
bersamaan cek nafas pasien: Arteri dapat ditemukan dengan
menempatkandua jari pada trakea dan kemudian menggesernya ke alur antara
trakea dan ototsternokleidomastoid.
2. Jika tidak ada denyut nadisetelah 5 sampai 10 detik, kompresi dada harus
dimulai.
3. Penolong tidak terlatihharus memberikan RJP hanya kompresi (Hands-Only)
dengan atau tanpa panduanoperator untuk korban serangan jantung dewasa.
4. Penolong harus melanjutkan RJPhanya kompresi hingga AED atau penolong
dengan pelatihan tambahan tiba.Selain itu, jika penolong terlatih mampu
melakukan napas buatan, ia harusmenambahkan napas buatan dalam rasio 30
kompresi berbanding 2 napas buatan.
5. Penolong harus melanjutkan RJP hingga AED tiba dan siap digunakan,
penyedia
6. EMS mengambil alih perawatan korban, atau korban mulai bergerak.
(Putridan Sidemen, 2017).
Teknik Kompresi
1. Setelah konfirmasi bahwa seseorang tanpa denyut nadi, kompresi ritmikdada
tertutup harus dilakukan.
2. Korban ditempatkan telentang di permukaanyang keras dengan penolong di
sampingnya.
3. Penolong menempatkan tumitpada satu garis tengah, tangan di bagian bawah
sternum, kira-kira 2 jari diatasprosesus xiphoid.
4. Tumit tangan harus sejajar dengan tubuh korban. Tangankedua kemudian
diletakkan di atas tangan pertama sehingga kedua tangansejajar satu sama
lain. Jari-jari kedua tangan saling terjalin. Lengan harus lurusdan siku
terkunci.
(Putridan Sidemen, 2017).
5. Kecepatan kompresi 100-120/min
6. Kedalaman kompresi dada adalah minimun 2 inci (5cm) untuk dewasa rata-
rata, dan dengan tetap menghindari kompresi dada yang berlebihan lebih dari
2,4 inci (6 cm)
7. Penting bagi penolong untuk tidak bertumpu di atas dada diantara kompresi
untuk mendukung rekoil penuh dinding dada pada pasien dewasa saat
mengalami serangan jantung
Airway
Anda harus membuka jalan nafas dengan manuver tengadah kepala topang
dagu(headtilt-chin lift maneuver) untuk korban cedera dan tidak cedera. Jaw
Thrust tidakdirekomendasikan untuk penolong awam. Anda menggunakan
headtilt-chin lift maneuveruntuk membuka jalan nafaspada korban yang tidak
mengalami cedera kepala dan, dengan cara ekstensikan kepala dengan membuka
rahang bawahdan menahan dahi. Apabila Anda menemukan korban yang
mengalami cedera kepala danleher menggunakan teknik JawThrust tanpa ekstensi
kepaladengan cara posisiAnda berada di atas korban/pasien kemudian gunakan
kedua ibu jari utk membuka rahangbawah dan jari-jari tangan yang lain menarik
tulang mandibular (Mariah Diah Ciptaining Tyas, 2016).
Breathing
1. BantuanNafas dariMulut Ke MulutPada saat Anda memberikan bantuan nafas
dari mulut ke mulut, buka jalan nafaskorban, tutup kuping hidung korban dan
mulut penolong menutup seluruh mulut korban.Berikan 1 kali pernafasan
dalam waktu 1 detik dan berikan bantuan pernafasankedua dalam waktu 1
detik.
2. Bantuan Nafas dari Mulut ke Alat Pelindung PernafasanWalaupun aman,
beberapa petugas kesehatan dan penolong awam ragu-ragu untukmelakukan
bantuan pernafasan dari mulut ke mulut dan lebih suka menggunakan
alatpelindung. Alat pelindung ada dua tipe, yaitu alat pelindung wajah dan
sungkup wajah.Pelindung wajah berbentuk selembar plastik bening atau
lembaran silikon yang dapatmengurangi sentuhan antara korban dan penolong
tetapi tidak dapat mencegah terjadinyakontaminasi bagi penolong. Sungkup
wajah ada yang telah dilengkapi denganlubang untuk memasukkan oksigen.
3. Bantuan Nafas dari Mulut ke HidungBantuan nafas dari mulut ke hidung
direkomendasikan jika pemberian nafas melaluimulut korban tidak dapat
dilakukan (misalnya luka yang sangat berat pada mulut, muluttidak dapat
dibuka, atau menutup mulut korban tidak dapat dilakukan).
4. Ventilasi Bagging-SungkupVentilasi bagging-sungkup memerlukan
ketrampilan untuk dapat melakukannya.Apabila Anda seorang diri
menggunakan alat bagging-sungkup harus dapatmempertahankan terbukanya
jalan nafas dengan mengangkat rahang bawah, tekansungkup ke muka korban
dengan kuat dan memompa udara dengan memeras bagging.Anda harus dapat
melihat dengan jelas pergerakan dada korban pada setiap pernafasan.Bagging
sungkup sangat efektif bila dilakukan oleh dua penolong dan berpengalaman.
Salahsatu penolong membuka jalan nafas dan menempelkan sungkup ke
wajah korban sambilpenolong lain memeras bagging. Keduanya harus
memperhatikan pengembangan dadakorban. Petugas kesehatan dapat
mempergunakan tambahan oksigen (10-12 liter/menit)jika tersedia (Mariah
Diah Ciptaining Tyas, 2016).
F. AED
Pelatih AED memiliki fitur umum bagian luar yang sama dengan
AED penyelamatan.Catatan:Pelatih AED menggunakan bantalan pelatihan
khusus yang hanya digunakan untuk memperagakan penempatan bantalan
yang benar. Bantalan pelatihan tidak dapat melakukan kejut atau memberikan
umpan-balik(Cardiac Science, 2013).
Tombol Remote Pelatih AED
Penggunaan
Tombol
1. Kejut DibatalkanSkenario Tekan sewaktu mengisi untuk
1Konfirmasi Bahasa menampilkan prompt, “Rhythm
changed [Ritme berubah]. Shock
cancelled [Kejut dibatalkan].”
Tekan selama prompt Place Pads
[Letakkan Bantalan] ditampilkan
untuk beralih ke prompt Analysis
[Analisis]. Urutan berikutnya (Shock
[Kejut] atau CPR) ditentukan oleh
skenario yang dipilih.
Tekan selama urutan CPR untuk
melanjutkan ke prompt Analysis
[Analisis], diikuti oleh urutan CPR
yang lain.
Tekan # kemudian 1 untuk memulai
Skenario 1.
Tekan untuk mengonfirmasi pilihan
bahasa (lihat Pengaturan Bahasa di
halaman 7).
2. Kejut DisarankanSkenario 2 Tekan selama prompt Place Pads
[Letakkan Bantalan] ditampilkan
untuk beralih ke prompt Analysis
[Analisis]. Urutan berikutnya (Shock
[Kejut] atau CPR) ditentukan oleh
skenario yang dipilih.
Tekan selama urutan CPR untuk
melanjutkan ke prompt Analysis
[Analisis] diikuti oleh urutan Shock
[Kejut] yang lain.Tekan # kemudian
2 untuk memulai skenario 2.
Tekan selama analisis untuk
3. Periksa BantalanSkenario 3 menampilkan prompt, “Check Pads
[Periksa Bantalan].” Tekan lagi
untuk melanjutkan skenario.Tekan #
kemudian 3 untuk memulai Scenario
3 [Skenario 3].
4. Letakkan BantalanSkenario 4 Setelah prompt, “Tear open package
and remove pads [Buka kemasan lalu
keluarkan bantalan],” tekan untuk
menampilkan prompt:
•“Peel one pad from plastic liner
[Lepaskan satu bantalan dari kantung
plastik]”
•“Place one pad on bare upper chest
[Letakkan satu bantalan di dada atas
yang telanjang]”
•“Peel second pad and place on bare
lower chest as shown [Lepaskan
bantalan kedua dan letakkan di dada
bawah yang telanjang seperti
ditunjukkan]”
Catatan: Gunakan bila perlu untuk
beralih dengan cepat di antara
prompt.
Tekan lagi untuk menunjukkan
penempatan bantalan.
Tekan # kemudian 4 untuk memulai
Scenario 4 [Skenario 4].
Tekan sewaktu prompt Analysis
5. Analisis TerputusScenario 5 [Analisis] untuk menampilkan
prompt, “Analysis interrupted
[Analisis terputus]. Stop patient
motion [Hentikan gerakan pasien].”
Tekan lagi untuk melanjutkan.
Tekan # lalu 5 untuk memulai
Scenario 5 [Skenario 5]
Tekan selama skenario penyelamatan
6. Baterai Lemah untuk menampilkan prompt,
“Battery Low [Baterai lemah]” (LED
baterai juga akan menunjukkan
baterai lemah).
Tekan lagi untuk mematikan LED
baterai lemah dan menyalakan dua
LED baterai hijau (level baterai
50%).
7. Perlu DiservisMengecilkanVolume Tekan untuk menampilkan prompt,
“Service Required [Perlu Diservis].”
Tekan lagi untuk melanjutkan.
Tekan # kemudian 7 untuk
mengecilkan volume speaker.
8. JedaMengeraskan Volume Tekan kapan saja untuk Pause [Jeda]
(Pelatih AED berbunyi bip sewaktu
dihentikan sementara). Tekan lagi
untuk melanjutkan.
Tekan # kemudian 8 untuk
menambah volume speaker.
9. Ubah SkenarioMengubah Volume Tekan # lalu 1, 2, 3, 4, atau 5 untuk
mengubah skenario kejut.
Tekan # kemudian 7 atau 8 untuk
mengurangi atau mengeraskan
volume speaker.
(Cardiac Science, 2013)
DAFTAR PUSTAKA
Cristi Lontoh, 2013, Pengaruh Pelatihan Teori Bantuan Hidup Dasar Terhadap
Pengetahuan Resusitasi Jantung Paruh Siswa – Siswi SMA
Negeri 1 Toili, e-jurnal keperawatan, Vol 1 No 1
Mata Ajar : Keperawatan Kegawatdaruratan
Pembimbing :
LAPORAN PENDAHULUAN
PENANGANAN PASIEN TERSEDAK
Disusun Oleh:
SITTI NUR ANISAH A. LAIDE
14220170003
LAPORAN PENDAHULUAN
BIDAI DAN BALUT
Disusun Oleh:
SITTI NUR ANISAH A. LAIDE
14220170003
Daftar Pustaka
Nuralim. (2010). Buku Pandunan Basic Trauma Cardiac Life Support. Surabaya:
In Media.
Paula. (2017). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta Timur: Cv. Trans
Info Media.
Ruly. (2016). Asuhan Keperwatan Kegawatdaruratan. Jakarta: IN MEDIA.
LAPORAN PENDAHULUAN
PENGELOLAAN JALAN NAPAS DENGAN ALAT (TRAKEATOMI &
KRIKOTIROIDOTOMI)
Disusun Oleh:
SITTI NUR ANISAH A. LAIDE
14220170003
Disusun Oleh:
SITTI NUR ANISAH A. LAIDE
14220170003
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik untuk menilai jalan napas tersebut meliputi penilaian
daerah orofaring, submandibula, kemampuan pergerakan vertebra servikal, dan
habitus pasien secara umum. Penilaian tersebut berupa:
Penilaian kemampuan membuka mulut, jarak antar gigi seri atas dan bawah
sebesar 3cm atau lebih dianggap akan memudahkan pengelolaan jalan
napas.
Penilaian mallampati yaitu penilaian ukuran lidah relatif terhdap rongga
mulut. Semakin tinggi derajat mallampati, semakin besar kemungkinan
kesulitan intubasi terjadi. Pemeriksaan mallampati dilakukan dengan mata
pemeriksa dan pasien berada pada posisi netral dan diminta untuk membuka
mulut selebar mungkin dengan menjulurkan lidah tanpa bersuara.
Jarak tiromental merupakan jarak antara dagu dan bagian superior dan
tiroid. Jarak tiga jari atau lebih dapat menandakan kemungkinan
pengelolaan jalan napas dapat dilakukan dengan mudah.
Penilaian daerah submandibula dilakukan dengan menilai kemampuan
pergerakan mandibula ke anterior. Salah satu maneuver yang dapat
diperiksa adalah kemampuan gigi seri sebagian bawah pasien untuk
mengigit bibir bagian atas.
Kemampuan pergerakan ekstensi leher ditentukan oleh sendi atlanto-
oksipital. Hal ini dinilai berdasarkan besar sudut yang dapat dicapai dengan
ekstensi kepala maksimal dari posisi netral leher.
Penilaian habitus tubuh terutama pada pasien obesitas dinilai berdasarkan
perhitungan indeks masa tubuh dengan IMT di atas 30kg/m dihubungkan
dengan kesulitan pengelolaan jalan napas.
Klasifikasi
Istilah jalan napas sulit didefinisikan oleh American society of
Anesthesiologists (ASA) sebagai keadaan klinis dimana seorang dokter spesialis
anestesiologi yang berpengalaman dan terlatih mengalami kesulitan ventilasi jalan
napas atas dengan menggunakan sungkup wajah, kesulitan dalam intubasi trakea,
atau keduanya. Berdasarkan penilaian jalan napas yang telah dilakukan, kesulitan
pengelolaan jalan napas pada pasien dapat diklasifikasi menjadi:
Sulit ventilasi dengan sungkup wajah
Sulit pemasangan alat ekstraglotik
Sulit laringoskopi dan intubasi
Sulit kritiroidotomi
Daftar Pustaka
LAPORAN PENDAHULUAN
SYOK ANAFILATIK
Disusun Oleh:
SITTI NUR ANISAH A. LAIDE
14220170003
Tingkat syok
1. Syok ringan; kehilangan volume darah dibawah 20% dari volume
total. Hipoperfusi hanya terjadi pada organ non vital seperti kulit,
jaringan lemak, otot rangka, dan tulang. Gambaran klinik
perasaan dingin, hipotensi postural, takikardi, pucat, kulit
lembab, kolaps vena-vena leher, dan urin yang pekat.
Kesadaran masih normal, diuresis mungkin berkurang sedikit dan
belum terjadi asidosis metabolik.
2. Syok sedang; kehilangan 20% sampai 40% dari volume darah
total. Hipoperfusi merambat ke organ non vital seperti hati, usus
dan ginjal, kecuali jantung dan otak. Gambaran klinik haus,
hipotensi telentang, takikardi, liguria atau anuria, dan asidosis
metabolik. Kesadaran relatif normal.
3. Syok berat; kehilangan lebih dari 40% dari volem darah
total. Hipoperfusi terjadi juga pada janberattung atau otak.
Gambaran klinik; penurunan kesadaran (agitasi atau delirium),
hipotensi, takikardia, nafas cepat dan dalam, oliguria, asidosis
metabolik.
6. PENATALAKSANAAN
Secara umum , tujuan penanganan syok adalah :
1. Mempertahankan tekanan arterial rerata (mean) diatas 60 mmHg
(pada orang dewasa normal) untuk menjamin perfusi yang memadai
pada organ-organ vital.
2. Mempertahankan aliran darah pada organ organ yang paling sering
mengalami kerusakan syok, misalnya ginjal, hepar, SSP dan paru paru.
3. Mempertahank kadar laktat darah arterial dibawah 22
mmol/L. (karena pengukuran kadar laktat bisasanya tidak tersedia
secara “on line”, tujuan ini harus sering dinilai secara retrospektif.
Daftar Pustaka
Anderson SP, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-prose penyaki jlid
1, ed 4.1995. Jakarta: EGC.
Indonesia, P. T. (2016). Kurikulum Pendidikan Dan Pelatihan. Jakarta.