PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat adalah sebuah kondisi maksimal, baik dari fisik, mental dan sosial sehingga dapat
melakukan suatu aktifitas yang menghasilkan sesuatu. Kesehatan dapat diartikan sebuah
investasi penting untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting
dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai
suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu hal penting
dalam kesehatan fisik berupa organ tubuh yang fungsinya dapat digunakan secara maksimal
dan sempurna, salah satunya yaitu organ jantung.
Jantung adalah salah satu organ vital manusia yang terletak di dalam rongga dada.
Organ ini memiliki fungsi yang sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Jantung
berperan dalam sistem sirkulasi dan berfungsi sebagai alat pemompa darah. Kontraksi dan
relaksasi yang teratur dari otot-otot jantung memungkinkan darah yang mengandung banyak
oksigen dari paru-paru dipompakan ke seluruh tubuh dan darah yang berasal dari seluruh
tubuh dipompakan ke dalam paru-paru pada saat yang bersamaan
Gaya hidup, pola makan serta kebisaan yang kurang baik berdampak pada
meningkatnya jumlah pasien sakit jantung dan gangguan kardiovaskular, untuk itu deteksi
dini penting dilakukan guna menekan angka kematian akibat sakit jantung dan pembuluh
darah, salah satu metode pendeteksiannya berupa pemeriksaan di laboratorium kateterisasi
(Catheterization laboratory). Dalam hal ini RSUD Bekasi selaku fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dimana kebutuhan akan
pelayanan Teknik Kardiovasuler akan cenderung meningkat sehubungan dengan
meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2014
tentang standar pelayanan teknik kardiovaskuler. Standar Pelayanan Teknik Kardiovaskuler
adalah pedoman yang diikuti oleh Teknisi Kardiovaskuler dalam melakukan pelayanan
kesehatan. Teknik Kardiovaskuler adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada Klien berupa
teknik pemeriksaan terhadap kelainan kardivaskuler dengan menggunakan peralatan teknik
sonografi vaskuler, teknik sonografi ekhokardiografi, teknik elektrokardigrafi dan tekanan
darah, serta teknik kateterisasi jantung.
Tujuan dari kegiatan Cath-Lab ini adalah untuk mengetahui standar prosedur
operasional (SOP) dari sisi kefarmasian mengenai definisi, pemakaian alat kesehatan (Alkes),
pemakaian bahan habis pakai (BHP), tindakan medis, sampai dengan tarif yang di acc oleh
INA-CBGs dan BPJS yang dipakai selama prosedur kegiatan di cath-lab tersebut.
B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami kegiatan kateterisasi jantung dan teknik kardiovaskular di
Laboratarium Kateterisasi (Catheterization laboratory) di RSUD Bekasi pada periode Maret
sampai dengan April 2016.
2. Mengetahui dan memahami Standar Prosedur Operasional (SOP) yang berkaitan dengan
kegiatan kateterisasi jantung dan teknik kardiovaskular dari sisi kefarmasian selaku calon
Apoteker di Laboratarium Kateterisasi (Catheterization laboratory) di RSUD Bekasi pada
periode Maret sampai dengan April 2016.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teknik Kardiovaskuler
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Teknik Kardiovaskuler. Standar Pelayanan Teknik Kardiovaskuler
adalah pedoman yang diikuti oleh Teknisi Kardiovaskuler dalam melakukan pelayanan
kesehatan. Teknik Kardiovaskuler adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada Klien berupa
teknik pemeriksaan terhadap kelainan kardivaskuler dengan menggunakan peralatan teknik
sonografi vaskuler, teknik sonografi ekhokardiografi, teknik elektrokardigrafi dan tekanan
darah, serta teknik kateterisasi jantung.
Proses kateterisasi jantung untuk memastikan ada atau tidaknya penyempitan koroner,
berat ringannya penyempitan dan lokasi penyempitan. Tindakan kateterisasi dapat dilakukan
di Cath Lab. Catheterization laboratory (cath lab) atau laboratorium kateterisasi merupakan
ruangan yang secara khusus di dedikasikan untuk proses kateterisasi. Kateterisasi jantung
merupakan tindakan kardiologi invasif. Dalam prosedur ini, dokter memasukkan tabung tipis
khusus yang disebut kateter ke dalam atau dekat jantung. Pasien yang menjalankan tindakan
ini umumnya, akan mendapatkan anastesi (mati rasa) lokal. Kateter dimasukkan melalui kulit
dan masuk ke salah satu pembuluh darah sampai masuk ke dalam jantung atau dekat jantung.
Pelaksanaan prosedur ini menggunakan mesin X-ray khusus untuk melihat gambaran
pembuluh darah pada sebuah monitor. Kateterisasi jantung dilakukan ketika penyumbatan
pembuluh darah terjadi atau ada penyumbatan pada arteri yang memasok darah dan oksigen
ke jantung. Sebuah arteri jantung yang tersumbat merupakan penyebab serangan jantung dan
angina. Angina adalah nyeri dada atau sesak napas yang terjadi dengan derajat yang lebih
rendah dari penyumbatan arteri yang belum menjadi cukup parah untuk menyebabkan
serangan jantung. Jangka panjang, penyumbatan arteri jantung disebut juga arteri koroner.
B. Tindakan medis
Tindakan medis yang dapat dilakukan di Cath Lab, misalnya:
1. Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA).
2. Tindakan peniupan balon dengan alat guidewire.
3. Pemasangan stent (ring),
4. Pengeboran kerak di dalam pembuluh darah (rotablation).
C. Prosedur
Menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia Nomor 91 tahun 2014,
beberapa persiapan yang dilakukan untuk proses kateterisasi, yaitu:
1. Persiapan klien untuk Kateterisasi Jantung, yaitu:
a) Klien tidak mengenakan kalung, gelang, jam tangan, kaca mata dan elektronik
b) Klien mengenakan pakaian yang telah disediakan oleh pelayanan kesehatan
2. Persiapan Alat/Mesin Teknik Kateterisasi Jantung
a) Satu set kelengkapan alat monitoring hemodinamik
b) Satu set mesin elektrofisiologi
c) Satu set alat PPM dan TPM
3. Persiapan Alat Penunjang Teknik Kateterisasi Jantung
a) Tranduser arteri pressure
b) Alat Rotablator
c) Alat FFR (Fraction Flow Reserve)
4. Pelayanan Teknik Kateterisasi Jantung
a) Memonitor hemodinamik Klien selama tindakan kateterisasi.
b) Melakukan pengukuran fungsi miokard untuk pemasangan alat TPM dan PPM yang akan
digunakan.
c) Melakukan program stimulasi, mengukur fungsi sistem konduksi jantung.
5. Pendokumentasian Pelayanan Teknik Kateterisasi Jantung.
Mendokumentasikan proses tindakan kateterisasi jantung, pemasangan alat TPM dan
PPM, elektrofisiologi study.
6. Interpretasi Hasil Sementara
Sejak awal melakukan prosedur pemeriksaan sampai berakhir pemeriksaan teknisi
sudah melakukan interpretasi hasil sementara kemudian dituliskan pada lembar hasil jawaban
sementara untuk dikonfirmasi ke Dokter Penanggung jawab (DPJ). Kemudian besama
dengan dokter untuk melakukan pembacaan gambar yang sudah diambil dan direkam untuk
diputuskan kesimpulan hasil diagnosa Klien.
Setelah dilakukan kesimpulan hasil pemeriksaan oleh dokter penanggung jawab hasil
diketik dan ditandatangani oleh dokter penanggung jawab untuk kemudian dilakukan
dokumentasi.
7. Pendokumentasian Pelayanan Teknik Kateterisasi Jantung.
Mendokumentasikan proses tindakan kateterisasi jantung, pemasangan alat TPM dan
PPM, elektrofisiologi study.
Dasar pemeriksaan kateterisasi jantung sangat sederhana. Kateter semacam selang kecil
berukuran diameter sekitar 2 mm, dimasukan sampai ke pangkal pembuluh koroner. Melalui
kateter ini kemudian disuntikan zat kontras sehingga pembuluh koroner dapat terlihat dan
dibuat film dengan menggunakan sinar X. Jika ada penyempitan atau penyumbatan pembuluh
koroner akan nampak pada film.
Prosedur persiapan cukup sederhana. Bila prosedur secara terencana, dokter akan
meminta pasien melakukan pemeriksaan darah untuk memastikan kondisi pasien optimal
untuk pemeriksaan. Pasien harus berpuasa setidaknya 4 jam sebelum tindakan.
Prosedur bisa dilakukan melalui pembuluh radialis dari pergelangan tangan atau
pembuluh femoralis dari lipatan paha. Pasien harus mencukur rambut di kedua daerah itu.
Bila prosedur dilakukan melalui pembuluh radialis pasien tidak perlu rawat inap. Prosedur ini
memakan waktu 30 menit bila semua berjalan lancar, namun bisa lebih lama jika ada kelainan
bentuk atau arah pagkal pembuluh koroner.
Namun kateterisasi bisa juga dilakukan tanpa persiapan, seperti dalam kondisi serangan
jantung. Pada kondisi ini kateterisasi jantung biasanya langsung dilanjutkan dengan tindakan
aspirasi atau penyedotan gumpalan darah dan pemasangan sten. Tindakan ini dikenal sebagai
Primary PCI (Percutaneous Coronary Invention).
Prosedur pemeriksaan kateterisasi
1. Pasien memasuki ruangan Khusus
2. Pasien berbaring diatas tempat tidur khusus
3. Perawat mensterilkan daerah pergelangan lengan dan lipatan paha kanan dengan cairan
antiseptik, dan tubuh akan ditutup dengan kain penutup yang steril
4. Dokter akan menyuntikan obat bius dipergelangan tangan atau lipatan paha
5. Kemudian dokter akan memasukan kateter melalui pembuluh darah
6. Alat perekam film yang merupakan sinar X akan bergerak ke beberapa arah untuk
mengambil film yang merupakan sinar X akan bergerak ke beberapa arah untuk mengambil
film gambaran pembuluh koroner pasien dari beberapa sudut agar gambar terekam dengan
baik dan dokter akan mengeluarkan kembali kateter dari tubuh pasien.
7. Prosedur diakhiri dengan mencabut sheath yaitu semacam selongsong yang dimasukan ke
pembuluh darah pasien, dan pembuluh darah akan ditekang untuk menghentikan perdarahan
8. Bila prosedur dilakukan melalui pebuluh radialis, pasien bila bangun bahkan berjalan.
Pembuluh radialis akan dibebat selama beberapa jam untuk memastikan perdarahan telah
berhenti.
9. Bila prosedur melalui pembuluh femoralis dilipat paha, pasien masih harus berbaring
beberapa jam dan tidak diizinkan melipat paha supaya luka bisa menutup dengan sempurna.
D. Hak-Hak Pasien
Hak Menurut Undang-Undang Republik Indoneia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit pada Pasal 32, setiap pasien mempunyai hak:
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik
dan materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai
Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan medis, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit;
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya.
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidanal; dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui
media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tarif INA-CBG’s TAHUN 2014 Regional 1 Rumah Sakit Kelas B Rawat Inap:
TARIF KELAS TARIF TARIF
DESKRIPSI KODE INA-CBG
3 KELAS 2 KELAS 1
ng dengan kateterisasi ringan 22,813,900 27,376,700 31,939,500
ng dengan kateterisasi sedang 29,429,900 35,315,900 41,201,900
ng dengan kateterisasi berat 36,274,100 43,528,900 50,783,800
n bypass pembuluh koroner dengan kateterisasi
30,194,900 36,233,800 42,272,800
Tarif INA-CBG’s TAHUN 2014 Regional 1 Rumah Sakit Kelas B Rawat Jalan:
KODE INA-CBG Deskripsi Kode INA-CBG Tarif INA-CBG
1-2-15-0 Prosedur Kateterisasi Jantung 3,691,900
DIAGNOSTIK INVASIF
Diagnostik invasif merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa struktur anatomi
serta fungsi jantung & pembuluh darah termasuk ruang, otot, katup serta pembuluh darah
jantung ( pembuluh darah koroner ).
Arteri/Vena Femoralis
Arteri Radialis
Arteri Brakhialis
Vena Jugularis
Vena Subklavia
Untuk melakukan Angiografi & ventrikulografi di lakukan dengan cara memasukan zat
kontras kedalamnya melalui kateter.