Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sehat adalah sebuah kondisi maksimal, baik dari fisik, mental dan sosial sehingga dapat
melakukan suatu aktifitas yang menghasilkan sesuatu. Kesehatan dapat diartikan sebuah
investasi penting untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting
dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai
suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu hal penting
dalam kesehatan fisik berupa organ tubuh yang fungsinya dapat digunakan secara maksimal
dan sempurna, salah satunya yaitu organ jantung.
Jantung adalah salah satu organ vital manusia yang terletak di dalam rongga dada.
Organ ini memiliki fungsi yang sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Jantung
berperan dalam sistem sirkulasi dan berfungsi sebagai alat pemompa darah. Kontraksi dan
relaksasi yang teratur dari otot-otot jantung memungkinkan darah yang mengandung banyak
oksigen dari paru-paru dipompakan ke seluruh tubuh dan darah yang berasal dari seluruh
tubuh dipompakan ke dalam paru-paru pada saat yang bersamaan
Gaya hidup, pola makan serta kebisaan yang kurang baik berdampak pada
meningkatnya jumlah pasien sakit jantung dan gangguan kardiovaskular, untuk itu deteksi
dini penting dilakukan guna menekan angka kematian akibat sakit jantung dan pembuluh
darah, salah satu metode pendeteksiannya berupa pemeriksaan di laboratorium kateterisasi
(Catheterization laboratory). Dalam hal ini RSUD Bekasi selaku fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dimana kebutuhan akan
pelayanan Teknik Kardiovasuler akan cenderung meningkat sehubungan dengan
meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2014
tentang standar pelayanan teknik kardiovaskuler. Standar Pelayanan Teknik Kardiovaskuler
adalah pedoman yang diikuti oleh Teknisi Kardiovaskuler dalam melakukan pelayanan
kesehatan. Teknik Kardiovaskuler adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada Klien berupa
teknik pemeriksaan terhadap kelainan kardivaskuler dengan menggunakan peralatan teknik
sonografi vaskuler, teknik sonografi ekhokardiografi, teknik elektrokardigrafi dan tekanan
darah, serta teknik kateterisasi jantung.
Tujuan dari kegiatan Cath-Lab ini adalah untuk mengetahui standar prosedur
operasional (SOP) dari sisi kefarmasian mengenai definisi, pemakaian alat kesehatan (Alkes),
pemakaian bahan habis pakai (BHP), tindakan medis, sampai dengan tarif yang di acc oleh
INA-CBGs dan BPJS yang dipakai selama prosedur kegiatan di cath-lab tersebut.

B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami kegiatan kateterisasi jantung dan teknik kardiovaskular di
Laboratarium Kateterisasi (Catheterization laboratory) di RSUD Bekasi pada periode Maret
sampai dengan April 2016.
2. Mengetahui dan memahami Standar Prosedur Operasional (SOP) yang berkaitan dengan
kegiatan kateterisasi jantung dan teknik kardiovaskular dari sisi kefarmasian selaku calon
Apoteker di Laboratarium Kateterisasi (Catheterization laboratory) di RSUD Bekasi pada
periode Maret sampai dengan April 2016.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teknik Kardiovaskuler
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2014
Tentang Standar Pelayanan Teknik Kardiovaskuler. Standar Pelayanan Teknik Kardiovaskuler
adalah pedoman yang diikuti oleh Teknisi Kardiovaskuler dalam melakukan pelayanan
kesehatan. Teknik Kardiovaskuler adalah bentuk pelayanan kesehatan kepada Klien berupa
teknik pemeriksaan terhadap kelainan kardivaskuler dengan menggunakan peralatan teknik
sonografi vaskuler, teknik sonografi ekhokardiografi, teknik elektrokardigrafi dan tekanan
darah, serta teknik kateterisasi jantung.
Proses kateterisasi jantung untuk memastikan ada atau tidaknya penyempitan koroner,
berat ringannya penyempitan dan lokasi penyempitan. Tindakan kateterisasi dapat dilakukan
di Cath Lab. Catheterization laboratory (cath lab) atau laboratorium kateterisasi merupakan
ruangan yang secara khusus di dedikasikan untuk proses kateterisasi. Kateterisasi jantung
merupakan tindakan kardiologi invasif. Dalam prosedur ini, dokter memasukkan tabung tipis
khusus yang disebut kateter ke dalam atau dekat jantung. Pasien yang menjalankan tindakan
ini umumnya, akan mendapatkan anastesi (mati rasa) lokal. Kateter dimasukkan melalui kulit
dan masuk ke salah satu pembuluh darah sampai masuk ke dalam jantung atau dekat jantung.
Pelaksanaan prosedur ini menggunakan mesin X-ray khusus untuk melihat gambaran
pembuluh darah pada sebuah monitor. Kateterisasi jantung dilakukan ketika penyumbatan
pembuluh darah terjadi atau ada penyumbatan pada arteri yang memasok darah dan oksigen
ke jantung. Sebuah arteri jantung yang tersumbat merupakan penyebab serangan jantung dan
angina. Angina adalah nyeri dada atau sesak napas yang terjadi dengan derajat yang lebih
rendah dari penyumbatan arteri yang belum menjadi cukup parah untuk menyebabkan
serangan jantung. Jangka panjang, penyumbatan arteri jantung disebut juga arteri koroner.

B. Tindakan medis
Tindakan medis yang dapat dilakukan di Cath Lab, misalnya:
1. Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty (PTCA).
2. Tindakan peniupan balon dengan alat guidewire.
3. Pemasangan stent (ring),
4. Pengeboran kerak di dalam pembuluh darah (rotablation).

C. Prosedur
Menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia Nomor 91 tahun 2014,
beberapa persiapan yang dilakukan untuk proses kateterisasi, yaitu:
1. Persiapan klien untuk Kateterisasi Jantung, yaitu:
a) Klien tidak mengenakan kalung, gelang, jam tangan, kaca mata dan elektronik
b) Klien mengenakan pakaian yang telah disediakan oleh pelayanan kesehatan
2. Persiapan Alat/Mesin Teknik Kateterisasi Jantung
a) Satu set kelengkapan alat monitoring hemodinamik
b) Satu set mesin elektrofisiologi
c) Satu set alat PPM dan TPM
3. Persiapan Alat Penunjang Teknik Kateterisasi Jantung
a) Tranduser arteri pressure
b) Alat Rotablator
c) Alat FFR (Fraction Flow Reserve)
4. Pelayanan Teknik Kateterisasi Jantung
a) Memonitor hemodinamik Klien selama tindakan kateterisasi.
b) Melakukan pengukuran fungsi miokard untuk pemasangan alat TPM dan PPM yang akan
digunakan.
c) Melakukan program stimulasi, mengukur fungsi sistem konduksi jantung.
5. Pendokumentasian Pelayanan Teknik Kateterisasi Jantung.
Mendokumentasikan proses tindakan kateterisasi jantung, pemasangan alat TPM dan
PPM, elektrofisiologi study.
6. Interpretasi Hasil Sementara
Sejak awal melakukan prosedur pemeriksaan sampai berakhir pemeriksaan teknisi
sudah melakukan interpretasi hasil sementara kemudian dituliskan pada lembar hasil jawaban
sementara untuk dikonfirmasi ke Dokter Penanggung jawab (DPJ). Kemudian besama
dengan dokter untuk melakukan pembacaan gambar yang sudah diambil dan direkam untuk
diputuskan kesimpulan hasil diagnosa Klien.
Setelah dilakukan kesimpulan hasil pemeriksaan oleh dokter penanggung jawab hasil
diketik dan ditandatangani oleh dokter penanggung jawab untuk kemudian dilakukan
dokumentasi.
7. Pendokumentasian Pelayanan Teknik Kateterisasi Jantung.
Mendokumentasikan proses tindakan kateterisasi jantung, pemasangan alat TPM dan
PPM, elektrofisiologi study.
Dasar pemeriksaan kateterisasi jantung sangat sederhana. Kateter semacam selang kecil
berukuran diameter sekitar 2 mm, dimasukan sampai ke pangkal pembuluh koroner. Melalui
kateter ini kemudian disuntikan zat kontras sehingga pembuluh koroner dapat terlihat dan
dibuat film dengan menggunakan sinar X. Jika ada penyempitan atau penyumbatan pembuluh
koroner akan nampak pada film.
Prosedur persiapan cukup sederhana. Bila prosedur secara terencana, dokter akan
meminta pasien melakukan pemeriksaan darah untuk memastikan kondisi pasien optimal
untuk pemeriksaan. Pasien harus berpuasa setidaknya 4 jam sebelum tindakan.
Prosedur bisa dilakukan melalui pembuluh radialis dari pergelangan tangan atau
pembuluh femoralis dari lipatan paha. Pasien harus mencukur rambut di kedua daerah itu.
Bila prosedur dilakukan melalui pembuluh radialis pasien tidak perlu rawat inap. Prosedur ini
memakan waktu 30 menit bila semua berjalan lancar, namun bisa lebih lama jika ada kelainan
bentuk atau arah pagkal pembuluh koroner.
Namun kateterisasi bisa juga dilakukan tanpa persiapan, seperti dalam kondisi serangan
jantung. Pada kondisi ini kateterisasi jantung biasanya langsung dilanjutkan dengan tindakan
aspirasi atau penyedotan gumpalan darah dan pemasangan sten. Tindakan ini dikenal sebagai
Primary PCI (Percutaneous Coronary Invention).
Prosedur pemeriksaan kateterisasi
1. Pasien memasuki ruangan Khusus
2. Pasien berbaring diatas tempat tidur khusus
3. Perawat mensterilkan daerah pergelangan lengan dan lipatan paha kanan dengan cairan
antiseptik, dan tubuh akan ditutup dengan kain penutup yang steril
4. Dokter akan menyuntikan obat bius dipergelangan tangan atau lipatan paha
5. Kemudian dokter akan memasukan kateter melalui pembuluh darah
6. Alat perekam film yang merupakan sinar X akan bergerak ke beberapa arah untuk
mengambil film yang merupakan sinar X akan bergerak ke beberapa arah untuk mengambil
film gambaran pembuluh koroner pasien dari beberapa sudut agar gambar terekam dengan
baik dan dokter akan mengeluarkan kembali kateter dari tubuh pasien.
7. Prosedur diakhiri dengan mencabut sheath yaitu semacam selongsong yang dimasukan ke
pembuluh darah pasien, dan pembuluh darah akan ditekang untuk menghentikan perdarahan
8. Bila prosedur dilakukan melalui pebuluh radialis, pasien bila bangun bahkan berjalan.
Pembuluh radialis akan dibebat selama beberapa jam untuk memastikan perdarahan telah
berhenti.
9. Bila prosedur melalui pembuluh femoralis dilipat paha, pasien masih harus berbaring
beberapa jam dan tidak diizinkan melipat paha supaya luka bisa menutup dengan sempurna.

D. Hak-Hak Pasien
Hak Menurut Undang-Undang Republik Indoneia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit pada Pasal 32, setiap pasien mempunyai hak:
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik
dan materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai
Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan medis, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit;
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya.
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidanal; dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui
media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Obat-obatan dan BHP yang dibutuhkan Pasien


Alat yang digunakan pada salah satu standar prosedur operasional milik rumah sakit
swasta, alat yang digunakan adalah:
1. OPTIMA IGS 320
2. Maclab monitoring
3. Anggio set
4. Anngio pack
5. Kasa steril
6. Sarung tangan steril
7. Syringe 3 cc dan 10 cc
8. Infus set
9. Inviclot
10. Lidocain
11. Bet
12. adine
13. Zat kontras
14. Cairan NaCl 0,9% 500cc + 250 IU inviclot
15. Manifold
16. Introducer sheath
17. Guide wire diagnostic
18. Catheter diagnostic
19. Monitoring kit
20. Elektrode biasa
21. Press monitor line
22. Troly emergency
F. Tarif yang di acc oleh INA-CBGs dan BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS
Kesehatan adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
Jaminan Kesehatan. Perhitungan klaim JKN BPJS Kesehatan di rumah sakit menggunakan
aplikasi INACBG. Tarif INA-CBG’s ( Indonesian - Case Based Groups ) adalah besaran
pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit dan
prosedur. Tarif INACBG ini tergantung pada apa diagnosis utamanya, diagnosis sekunder
kemudian prosedur yang dilakukan (operasi, tindakan medis lainnya).
Tarif INACBG ini diatur dalam peraturan PERMENKES No. 59 tahun 2014 tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
Struktur Penetapan Tarif Klaim JKN BPJS Kesehatan :
1. Tarif INACBG terbagi dalam 5 regional, RSU Rujukan dan RS khusus : Regional 1, 2, 3, 4,
5, RSU Rujukan Nasional dan RSK Rujukan Nasional.
a) Regional I (Banten, DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim).
b) Regional II (Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, NTB).
c) Regional II (Aceh, Sumut, Jambi, Bengkulu, Kepri, Kalbar, Sulut, Sulteng, Sultra, Gorontalo,
Sulbar, Sulsel).
d) Regional IV (Kalsel, Kalteng).
e) Regional V (Babel, NTT, Kaltim, Kaltara, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat).
2. Tarif terbagi dalam tipe kelas rumah sakit : A, B, C, D.
3. Tarif terbagi dalam tipe kelas perawatan di rumah sakit : kelas 1, 2 dan 3.
4. Tarif terbagi dalam 3 level severity penyakit (tingkat keparahan) : level 1, 2 dan 3.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi merupakan Rumah Sakit rujukan kelas B
yang berada di Regional 1. Berikut daftar tarif INA-CBG’s yang terdapat di peraturan
PERMENKES No. 59 tahun 2014.

Tarif INA-CBG’s TAHUN 2014 Regional 1 Rumah Sakit Kelas B Rawat Inap:
TARIF KELAS TARIF TARIF
DESKRIPSI KODE INA-CBG
3 KELAS 2 KELAS 1
ng dengan kateterisasi ringan 22,813,900 27,376,700 31,939,500
ng dengan kateterisasi sedang 29,429,900 35,315,900 41,201,900
ng dengan kateterisasi berat 36,274,100 43,528,900 50,783,800
n bypass pembuluh koroner dengan kateterisasi
30,194,900 36,233,800 42,272,800

n bypass pembuluh koroner dengan kateterisasi 36,233,800 43,480,600 50,727,400


n bypass pembuluh koroner dengan kateterisasi
49,857,500 59,829,100 69,800,600

jantung ringan 5,916,200 6,085,200 7,099,700


jantung sedang 10,248,200 10,540,900 12,298,300
jantung berat 18,270,400 18,792,200 21,925,400

Tarif INA-CBG’s TAHUN 2014 Regional 1 Rumah Sakit Kelas B Rawat Jalan:
KODE INA-CBG Deskripsi Kode INA-CBG Tarif INA-CBG
1-2-15-0 Prosedur Kateterisasi Jantung 3,691,900

G. Standar Prosedur Operasional


Salah satu Standar Prosedur Operasional yang sudah ada :
n Definisi :
Oklusi Koroner akut dengan iskemia miokard berkepanjangan yang pada
akhirnya akan menyebabkan kematian miosit kardiak.
Kerusakan miokard yang terjadi tergantung pada :
1. Letak dan lamanya sumbangan aliran darah
2. Ada atau tidaknya kolateral
3. Luas wilayah miokard yang diperdarahi pembuluh darah yang tersumbat
Agar pelaksanaan sindrom koroner akut lebih terarah
ngkup Semua kelainan sindrom koroner akut stevalasi miokard infark
1. Kriteria Diagnosa :
a. Anamnesis :
- Nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada
- Lemas, nafas pendek atau keringat dingin bisa sampai pingsan
- Lama keluhan > 20 menit atau bertambah sering / kuat
- Faktor resiko PJK / Riwayat penyakit
b. Pemeriksaan Fisik dan perasat-perasat :
Auskultasi : Normal, Lemah atau gallop S3 Rhonchi +/-
c. Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium : Rutin, CK/MB + Tropin T > 0,2 mg %
Elektrrokardiografi :
ST elevasi > 0,1 mm pada minimal 2 sandapan yang terdekat
Foto Ro. Toraks
d. Konsultasi : Dokter Spesialis Jantung (SpJP)
2. Terapi :
a. Perawat Rumah Sakit :
Rawat ICU
Rawat biasa jika hemodinamik dan EKG Stabil
b. Supportir / Resusitatif :
Tirah baring + monitoring EKG
Pasang infus dextrose 5% (IV. Line)
O2 : 2-4 1/menit
Puasakan selama 8 jam, lalu makan cair/lunak 1300 kalori/24 jam
c. Kausal :
Melakukan reperfusi sedini mungkin
Pada onset nyeri dada < 12 jam :
Streptokinase 1,5 juta IU dalam 100 cc, NaCl 0,9 % dalam 1 jam jika ada
kontraindikasi pasien dilakukan untuk PCI primer atau dirawat sesuai dengan
onset < 12 jam. Target diberikann dalam 30 menit terhitung dari pasien tiba di
RS/IGD.
Pada Onset nyeri dada > 12 jam
Terapi Antitrombotik : kombinasi aspirin 300 – 320 mg+ Ticaglerol 180 mg atau
Clopidogrel 300 mg initial dose dilanjutkan 160 mg ASA + Ticaglerol 80 mg
atau 75 mg Clopidogrel, heparin berat, molekul rendah (enoxaparin 1 mg/kg, SC,
bid atau fondaparinux 1 X 2,5 mg) atau heparin tak terfraksinasi bolus 60-70
U/kg, maks 5000 U, kediaman 12 U/kg/jam maks 1000 U. Target APTT 1,5 – 2x
control, selama 2-7 hari
Mengatasi aritmia
Penyakit beta : Metoprolol, bisoprolol, atenolol atau propranolol
Antagonis kalsium : Diltiazem atau verapamil
Statin terutama dengan dyslipidemia
d. Simtomatik :
Mengatasi nyeri, Morfin 2-5 mg diencerkan IV dapat diulang dengan interval 5
menit. Nitrat tablet sub lingual, dapat diulang sampai 3x dengan interval 10
menit, dapat diberikan intravena. Pada pasien normotensi, tekan darah sistolik
(TDS) tidak boleh <110 mmHg, sedangkan pada pasien hipertensi, tekanan darah
rata-rata tidak boleh turun > 25 %. Nitrat oral dapat diberikan setelah 12-24 jam.
e. Pemantauan :
Hemodinamik ketat : Kesadaran, nadi tekanan darah, pernafasan, BB
3. Rehabilitasi :
a. Realimentasi
Optimalisasi fisik, fisiologi dan sosial
b. Mobilisasi :
24 jam tidak ada keluhan nyeri dada atau tidak ada komplikasi
c. Pulang
4-7 hari setelah nyeri dada terkontrol
d. Kontrol
Maksimal 7 hari pasca perawatan
Modifikasi factor risiko PJK
4. Angiografi
Dilakukan angiografi elektif post perawatan bila pasien belum dilakukan primary
PCI
n terkait Rekam Medik
Salah satu Standar Operasional Prosedur (SOP) bagi perawat sebagai pendamping
dokter saat tindakan:
Definisi :
suatu tindakan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya penyumbatan
dipembuluh darah koroner jantung yang menggunakan mesin angiografi dengan
pemberian zat kontras , dilakukan melalui pembuluh darah arteri.

Sebagai pedoman perawat mendamppingi dokter melakukan penatalaksanaan


kateterisasi jantung.
A. Persiapan alat :
1) OPTIMA IGS 320
2) Maclab monitoring
3) Anggio set
4) Anngio pack
5) Kasa steril
6) Sarung tangan steril
7) Syringe 3 cc dan 10 cc
8) Infus set
9) Inviclot
10) Lidocain
11) Betadine
12) Zat kontras
13) Cairan NaCl 0,9% 500cc + 250 IU inviclot
14) Manifold
15) Introducer sheath
16) Guide wire diagnostic
17) Catheter diagnostic
18) Monitoring kit
19) Elektrode biasa
20) Press monitor line
21) Troly emergency
1. Lakukan identifikasi pasien : benar nama dan tanggal lahir
2. Lengkapi data pasien di OPTIMA IGS 320 dan monitoring maclab dengan
mengisi :
a. Nama
b. Tanggal lahir
c. Sex
d. No. MR
e. Tinggi badan
f. Berat badan
g. Jenis tindakan
h. Dokter operator
3. Lakukan cuci tangan
4. Persiapkan pasien diruang tindakan
5. Jelaskan kepada pasien tentang tindakanyang akan dilakukan
6. Buka set kateterisasi disusun sesuai dengan kebutuhan :
7. Kom besar diisi dengan NaCl 0,9 % + inviclot 2500 unit,
8. Kom sedang diisi dengan kontras (jika diperlukan)
9. Kom kecil diisi dengan betadine secukupnya
10. Siapkan dan buka alat-alat dengan prinsip steril
11. Bilas sheath, guide wire, midle puncthure dan chateter dignostic dengan cairan
NaCl yang sudah diberikan inviclot
12. Sambunkan dengan maniphold kemudian dibilas dengan cairan NaCl sampai
tidak ada udara, dan dilakukan zeroing
13. Lakukan cuci tangan steril
14. Disinfection puncre dengan betadine
15. Lakukan drapping pasien dengan duk steril
16. Lakukan lokal anestesi oleh dokter opertator.
17. Lakukan punksi arteri dan masukan guide wire sheath.
18. Tarik needle, guide wire sheath.
19. Masukkan introducer sheath, kemudian spoel dengan NaCl.
20. Masukkan kateter diagnostik sesuai kebutuhan menggunakan guide wire
diagnostik.
21. Masukkan guide wire diagnostik dan kateter di sambungkan dengan manifold,
lakukan bilas dengan NaCl.
22. Rekam heamodinamik pasien.
23. Arahkan kateter ke muarah pembuluh darah koroner.
24. Semprotkan zat kontras dan lakukan rekam gambar secukupnya melalui
flouroscopy.
25. Jelaskan kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai dan tidak boleh menekuk
bdaerah yang dipunctre selama empat jam.
26. Rapihkan alat-alat.
27. Lepas sarung tangan.
28. Lepas jas operasi dan letakkan pada tempat yang telah disediakan.
29. Lakukan cuci tangan
30. Dokumentasikan tindakan dalam catatan keperawatan.
harus diperhatikan A. Sudah mendapat penjelasan dari dokter tentang prosedur tindakan dan sudah
menandatangani informed consent
B. Sudah mendapatkan penjelasan tentang biaya tindakan
C. Sudah teregistrasi
KATETERISASI JANTUNG & ANGIOGRAFI ( CATH LAB) Adalah suatu pelayanan
yang di lakukan di laboratorium kateterisasi jantung & angiografi untuk menentukan
Diagnostik penyakit jantung dan pembuluh darah dan untuk selanjutnya dilakukan Intervensi
Non Bedah sesuai indikasi secara invasive melalui pembuluh darah dengan menggunakan
kateter atau elektroda.

Apa Indikasi di lakukan tindakan?

 Kelainan Jantung Bawaan


 Kelaianan Jantung koroner
 Kelainan Irama Jantung
 Kelainan Katup Jantung
 Kelainan Pembuluh darah
 Hasil treadmill test positif
 Medical Cek Up untuk pasien dengan faktor resiko penyakit jantung
 Evaluasi Operasi Bypass ( CABG )

Siapa saja yang tidak boleh dilakukan Tindakan ?

 Ibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari 3 bulan


 Gagal jantung yang belum jelas penyebabnya
 Infeksi berat
 Alergi Zat kontras yang hipersensitif
 Penyakit Pembuluh darah otak kurang dari 1 bulan
 Perdarahan pada saluran pencernaan
 Perempuan yang sedang menstruasi ( haid )

DIAGNOSTIK INVASIF
Diagnostik invasif merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa struktur anatomi
serta fungsi jantung & pembuluh darah termasuk ruang, otot, katup serta pembuluh darah
jantung ( pembuluh darah koroner ).

Tindakan apa saja yang dapat di lakukan?

 Angiografi Koroner (Koronarografi)


 Angiografi Arteri, Vena & Aorta
 Ventrikulograf
Bagaimana Tindakan Tersebut Dilakukan ?
Prosedur tersebut di lakukan oleh dokter Spesialis Jantung Invasif ( Intervensionist
cardiologist ) dengan menggunakan Alat Angografi, dilakukan dengan cara memasukan
kateter dengan diameter 1,5 – 2,0 mm menuju jantung melalui tusukan pada arteri / vena.
Selama tindakan mendapatkan anatesi lokal, kecuali untuk anak – anak atau bayi yang tidak
kooperatif di gunakan anastesi umum.Arteri / Vena yang di tusuk umumnya melalui:

 Arteri/Vena Femoralis
 Arteri Radialis
 Arteri Brakhialis
 Vena Jugularis
 Vena Subklavia

Untuk melakukan Angiografi & ventrikulografi di lakukan dengan cara memasukan zat
kontras kedalamnya melalui kateter.

Untuk Apa Pemeriksaan Diagnostik di lakukan ?


Dari hasil pemeriksaan diagnostk dapat di tentukan diagnostic penyakit jantung ( penyakit
jantung koroner ) & pembuluh darah secara tepat dan akurat sebagai acuan dokter dalam
melakukan tindakan pengobatan selanjutnya.

INTERVENSI NON BEDAH


Adalah tindakan intervensi yang sesuai indikasi untuk dilakukan terhadap pasien setelah di
temukan diagnosis yang tepat, dilakukan secara perkutan melalui pembuluh darah tanpa
pembedahan.
Intervensi Non Bedah Yang Dapat Dilakukan adalah :
1. Percutaneus Coronary Intervention (PCI) atau Percutaneus Transluminal Coronary
Artery.
Adalah suatu tindakan intervensi non bedah untuk membuka kembali arteri koroner yang
menyempit dengan mengembangkan ballon atau stent pada pembuluh darah koroner yang
menyempit melalui kateter yang di masukan ke dalam lumen arteri melalui insisi kecil pada
kulit. Dengan menggunakan sinar X ray. Selama tindakan pasien sadar dan dapat
berkomunikasi dengan perawat karena anastesi lokal.
2. Pemasangan Pacu Jantung
Temporary Pace Maker ( TPM ) Adalah Pemasangan pacu jantung yang bersifat sementara
pada pasien dengan irama jantung lambat. Dilakukan dengan cara memasukan kateter
elektroda ke dalam jantung, bagian luar dari elektroda disambungkan dengan generator yang
mengatur irama jantung yang terdapat di luar tubuh pasien.
Permanen Pace Maker ( PPM ) Adalah Pemasangan Pacu jantung yang bersifat permanen
pada pasien dengan Irama jantung lambat. Dilakukan dengan cara yang sam seperti TPM
hanya generatornya di taman di bawah kulit bagian dada/ perut dengan menggunakan bius
lokal.
3. Lain-lain seperti Kardiosintesis, dan Angioplasty perifer

Apa yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Tindakan?

 Puasa makan 4 – 6 jam sebelum tindakan, kecuali obat – obatan


 Cukur rambut area penusukan
 Obat – Obatan diminum kecuali obat DM di tunda
 Untuk Pasien dari rumah harus di rawat minimal 1 hari sebelum tindakan
 Ukur berat badan & Tinggi badan
 Pereriksaan penunjang
 Pengisian Surat Izin Tindakan

Apa yang Harus Diperhatikan Setelah Tindakan Selesai ?

 Kaki area tindakan tidak boleh di tekuk selama 6-8 jam.


 Apabila tindakan dari lengan, 4 jam setelah tindakan tangan tidak boleh di tekuk atau
untuk menggenggam
 Tahan atau tekuk daerah pungsi atau tindaka saat batuk / bersin.
 Segera lapor bila ada keluhan

Anda mungkin juga menyukai